Anda di halaman 1dari 16

“Pengaruh Penambahan Daun Sambiloto Pada Pakan Puyuh

Terhadap Produksi Dan Berat Telur Puyuh”

SANRILLAH
121 814 003 2

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
TAHUN 2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puyuh (Cortunix cortunix japonica) merupakan unggas penghasil
daging dan telur. Keberadaan puyuh dijadikan sebagai pendukung
ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Ternak
puyuh merupakan salah satu ternak yang dapat berproduksi dalam waktu
cepat. Banyak upaya telah dilakukan untuk meningkatkan performa puyuh
sebagai pedaging dan petelur. Keberadaan peternakan puyuh perlu
dikembangkan serta pemeliharaannya perlu mendapat perhatian khusus
agar produktifitasnya meningkat. Salah satu permasalahan pemeliharaan
ternak khususnya puyuh di daerah tropis seperti Indonesia adalah
produksi dan kualitas telur, dikarenakan puyuh mudah mengalami stres
oksidatif. Proses stres oksidatif menghasilkan radikal bebas di dalam
tubuh puyuh, sehingga puyuh mudah terserang penyakit, daya tahan
tubuhnya menurun dan produktivitasnya juga semakin menurun.
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
keberhasilan suatu usaha peternakan, karena 60-70% biaya yang
dikeluarkan peternak digunakan untuk pembelian pakan. Untuk
mengurangi biaya produksi, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah
dengan memberikan pakan alternatif yang kandungan nutrisinya baik.
Kandungan protein yang tinggi pada daging dan telur, lama pemeliharaan
yang relatif singkat sampai masa ‘panen’ dibandingkan dengan ternak
unggas lain, biaya pemeliharaan yang relatif rendah, serta upaya
penetapan harga produk (daging dantelur) yang relatif lebih murah,
memungkinkan permintaan daging dan telur puyuh yang cukup tinggi.
Puyuh dapat mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari dengan
produksi telur antara 200-300 butir setiap tahun (Listiyowati dan
Roospitasari 2000) sampai saat ini burung puyuh banyak diternakkan
termasuk di Indonesia (Redaksi Agromedia 2002), sehingga untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat perlu dilakukan peningkatan kualitas
dan pemanfaatan bahan pakan lokal bergizi tinggi yang tidak bersaing
dengan bahan pangan. Pakan sangat dibutuhkan sebagai penunjang
kebutuhan hidup ternak. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian sumber
daya alam yang berpotensi untuk menjadi sumber bahan pakan, antara
lain yang berasal dari tanaman. Sumber bahan pakan alternatif yang
memiliki nilai gizi tinggi dan keberadaannya sudah sejak lama dikenal
masyarakat luas adalah daun sambiloto.
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan tanaman
yang sering digunakan untuk obat tradisional terutama oleh masyarakat
jawa. Tanaman sambiloto mempunyai khasiat yang hampir sama dengan
antibiotik dan mempunyai beberapa zat aktif yang mampu untuk
meningkatkan nafsu makan. Pemberian pakan tepung daun sambiloto
diharapkan dapat meningkatkan performa produksi telur dan berat telur
puyuh. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap “Pengaruh Penambahan Daun Sambiloto Pada Pakan
Puyuh Terhadap Produksi Dan Berat Telur Puyuh’’.
1.2 Rumusan masalah
Adapun Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Apakah pengaruh penambahan daun sambiloto pada pakan puyuh
terhadap produksi ?

2. Apakah pengaruh penambahan daun sambiloto pada pakan puyuh


terhadap
berat telur puyuh ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Adapun Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan daun sambiloto pada pakan
puyuh terhadap produksi telur.
2. Untuk mengetahui persentasi berat telur puyuh setelah penambahan
daun sambiloto pada pakan puyuh.
Adapun Kegunaan dari penelitian ini yaitu :
1. Dapat mengetahui pengaruh penambahan daun sambiloto pada
pakan puyuh terhadap produksi dan berat telurnya.
2. Sebagai pedoman dalam pemanfaatan tanaman antibiotik dengan
menggunakan alternatif daun sambiloto.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Burung Puyuh

Gambar 1. Puyuh
Klasifikasi Coturnix-coturnix japonica adalah sebagai berikut:
Ordo : Galformes
Famili : Phasidae
Genus : Coturnix-coturnix
Spesies : Coturnix-coturnix japonica Vali (2008)
Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix
japonica berbeda dengan nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix
coturnix.C.japonica Pada awalnya disebut burung jepang liar yang
ditemukan pada abad kedelapan di Jepang. Burung puyuh tipe liar
memiliki bulu dengan warna dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan
tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat
dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan
dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada
dan pipi (Vali, 2008). Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas
sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein
hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008).
Puyuh merupakan unggas yang memiliki siklus hidup relatif pendek
dengan laju metabolisme tinggi, dan pertumbuhan serta
perkembangannya yang sangat cepat (Radhitya, 2015). Burung puyuh
merupakan salah satu komoditi unggas dari genus Coturnix yang dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan daging (Setyawan et. al., 2012).
Puyuh mulai dijinakkan di Jepang pada tahun 1890-an (Nugroho dan
Mayun, 1986). Sedangkan, di Indonesia puyuh mulai dikenal dan
diternakkan pada tahun 1979 (Progressio, 2000). Burung Puyuh yang
berumur satu hari disebut DOQ (Day Old Quail). Besarnya seukuran jari
dengan berat 8 – 10 gram dan berbulu jarum halus. Anak Burung Puyuh
yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakannya lincah, besarnya
seragam dan aktif mencari makan dan minum. Pada usaha peternakan,
periode pembesaran DOQ disebut dengan periode starter – grower
(stargro) yang dilakukan hingga bibit burung puyuh berumur delapan
Minggu (Sugiharto, 2005). Jenis puyuh yang banyak dibudidayakan di
Indonesia adalah puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) (Suryani,
2015).
Karakteristik yang mencirikan puyuh Jepang adalah : (1) paruh
pendek dan kuat, badan lebih besar dibanding puyuh jenis lain, panjang
badan 18-19 cm, berbentuk bulat dengan ekor pendek, (2) jari kaki empat
buah, tiga jari ke arah depan satu jari ke arah belakang, warna kaki
kekuningkuningan, (3) pada kepala puyuh jantan dewasa, diatas mata dan
bagian alis mata belakang terdapat bulu putih berbentuk garis
melengkung yang tebal, bulu dada merah sawo matang polos tanpa ada
bercak-bercak cokelat kehitaman, suara puyuh jantan lebih keras
dibanding yang betina, (4) warna bulu puyuh betina dewasa hampir sama
dengan warna bulu puyuh jantan berbeda hanya pada dada yang warna
dasarnya agak pucat, bergaris-garis, atau berbecak kehitam-hitaman, (5)
puyuh mencapai dewasa kelamin sekitar umur 40-42 hari, (6) berat badan
puyuh betina dewasa 142-144 gram/ekor, sedangkan puyuh jantan 115-
117 gram/ekor, (7) puyuh betina dapat bertelur 200-300 butir/tahun
dengan berat telur 9-10 gram/butir (Wheindrata, 2014)
Puyuh mempunyai saluran pencernaan yang dapat menyesuaikan
diri terhadap kondisi lingkungan. Gizzard dan usus halus pada puyuh
memberikan respon yang fleksibel terhadap ransum dengan kandungan
serat kasar yang tinggi (Starck dan Rahman, 2003).
2.1 DAUN SAMBILOTO

Gambar 2.daun sambiloto


a. Klasifikasi tanaman sambiloto
Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman sambiloto :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Solanaceae
Familia : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Species : Andrographis paniculata Ness. (Dalimartha, 1999)
b.Nama daerah Sambiloto memiliki nama lain seperti papaitan (Sumatera),
takilo, bidara, sadilata, sambiloto (Jawa), sambilata, sadilata, ki oray, ki
peurat, ki ular (Sunda) (Hariana, 2006).
c. Morfologi tanaman sambiloto Tanaman sambiloto memiliki morfologi
yaitu herba tegak tinggi sekitar 0,5 - 1 meter, batang muda bersiku
empat, sedang yang tua berkayu dengan 4 pangkal membulat,
percabangan monodial, warna hijau. Daun tunggal berbentuk bulat
telur, bersilang berhadapan dengan ujung dan pangkalnya runcing,
helai daun bertepi rata dengan pertulangan menyirip, panjang daun 3 -
5 cm, lebar 0,5 - 1,5 cm, berasa pahit, berhadapan, bagian atasnya
hijau tua, bagian bawahnya berwarna lebih pucat. Bunga majemuk,
kecil, berwarna putih dengan garis-garis ungu, tersendiri dengan diatur
diketiak dan diujung rangkai. Seluruhnya membentuk bunga malai yang
besar, kelopak bentuk lanset, berbagi lima, pangkalnya berlekatan,
memiliki dua bulir benang sari, bulat panjang, kepala putik ungu
kecoklatan. Buah berbentuk kotak, tegak, agak berbentuk silinder, bulat
panjang, bagian ujungnya runcing dan tengahnya beralur, buah
berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam. Bijinya tiga sampai empat
buah yang dilempar keluar jika buah masak (Sudarsono et al., 1996).
d.Kandungan kimia Daun dan cabang sambiloto terdapat senyawa kimia
seperti deoksiandrografolid, andrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi-
11, 12 didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Sementara pada
akar mengandung flavonoid berupa polimetoksiflavon, andrografin,
panikolin, dan apigenin-7, 4-dimetil eter, alkena, keton, aldehid, kalium,
kalsium, natrium, serta asam kersik. Selain itu terdapat andrografolid
1% dan kalmegin (Hariana, 2006).
e. Kegunaan tanaman Di Indonesia sambiloto digunakan untuk
antiradang, antipiretik atau meredakan demam, dan untuk penawar
racun atau detoksikasi. Di India akar dan daun digunakan untuk
menyembuhkan sakit karena gigitan ular dan serangga. Di 5 Cina
digunakan sebagai obat antiinflamasi, antipiretik, obat influensa,
disentri, infeksi saluran kencing, dan radang paru-paru (Achmad et al.,
2007)
2.2 BOBOT TELUR
Rataan bobot telur dipengaruhi oleh jenis atau tipe puyuh (Santos et
al., 2011). Temperatur lingkungan dan konsumsi pakan juga dapat
mempengaruhi bobot telur. Peningkatan temperatur lingkungan dapat
menurunkan ukuran telur dan kualitas kerabang telur (North dan Bell,
1992). Telur puyuh memiliki bobot sekitar 10 g (sekitar 8% dari bobot
badan induk) (Woodard et al.,1973) atau mendekati 11,91 g (Parizadian et
al., 2011). Yuwanta (2010) menyatakan bahwa berat telur puyuh adalah
antara 8-10 g. Berat kuning telur puyuh adalah 2,4-3,3 g, putih telur 4,16-6
g, dan kerabang telur 0,56-0,9 g/butir telur.
Bobot telur semakin meningkat secara gradual seiring pertambahan
umur puyuh. Bobot telur puyuh tidak dipengaruhi oleh kepadatan kandang
(Nagarajan et al., 1991). Puyuh yang berumur 8-9 minggu pada
lingkungan dengan temperatur 22,5-32 oC dengan pemberian pakan
mengandung protein 22%, menghasilkan telur dengan bobot 9,2 g. Puyuh
berumur 20-21 minggu dan 31-32 minggu dengan pemberian pakan
mengandung protein 22% menghasilkan telur dengan bobot 10,1 g dan
11,0 g (Eishu et al., 2005).
2.3 PRODUKSI TELUR
Produksi telur adalah banyaknya telur yang dihasilkan oleh seekor
unggas/puyuh dalam jangka waktu tertentu (Bachari et. al., 2006). Burung
puyuh mampu menghasilkan telur sebanyak 200-300 butir/ekor/tahun,
dengan bobot telur rata-rata 10 gram/butir, memiliki warna coklat tua,biru,
putih dengan bintikbintik hitam pada kerabang telur, pigmen kerabang
telur berupa ooporpirin dan biliverdin (Randall dan Bolla, 2008, dalam
Putra, 2013).
Produksi telur puyuh umur 6-17 minggu berkisar antara 51,79%
sampai 62,50%, dengan rataan produksi telur sebesar 57,01% (Bachari
et. al., 2006). Burung puyuh yang sedang bertelur berumur lebih dari 42
hari (SNI 2006). Burung puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 41
hari, puncak produksi terjadi pada umur 5 bulan dengan persentase telur
96% (Djulardi et. al., 2006 dalam Setyawan et. al., 2012).
Produksi telur pada puyuh umur 6-10 minggu selama satu bulan
rata-rata 39,95% dengan rataan konversi ransum 6,44 (Sudrajat et. al.,
2014). Pada umur 11-13 minggu produksi telur puyuh mulai stabil dan
mendekati puncak produksi, sehingga rataan produksi telurnya lebih tinggi
yaitu sekitar 88,52% (Triyanto, 2007).
Produksi telur pada level protein yang berbeda dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Produksi telur puyuh pada level protein yang berbeda
Level Protein Umur (minggu)
(%) 6-10 10-20 20-32 6-32

Produksi Telur (%)

18 46,7 61,6 42,8 53

20 67,9 63 62,5 63,7

22 51,3 71,7 62,3 64,6

24 66,5 81,7 81,1 78,7

Sumber: Eishu et. al., (2005) dalam Triyanto (2007)


Telur puyuh mempunyai kualitas yang baik karena mempunyai
kandungan protein berkisar 13% per 100 gram dan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan telur ayam yang berkisar 12% per 100 gram.
Peningkatan produksi dan kualitas telur konsumsi puyuh perlu dilakukan
untuk menunjang kebutuhan dan suplai protein hewani asal ternak yang
terjangkau oleh masyarakat (Sudrajat et al., 2014).
BAB III. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pikir


Pakan

Tepung Daun Ransum


Sambiloto

Ransum Subtitusi
Dengan Daun Sambiloto

Produksi Telur Burung puyuh Bobot Telur


Puyuh Puyuh

3.2 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat diduga dengan
penambahan tepung daun sambiloto didalam ransum dapat mempengaruhi
produksi telur dan bobot telur puyuh.
BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan majjelling wattang,
kecamatan maritengngae, kabupaten sidenreng rappang.penelitian
berlangsung 35 hari dimulai pada tanggal 21 mei sampai dengan 25 juni
2020.
4.2 Bahan Dan Alat
Penelitian menggunakan puyuh petelur sebagai model. Puyuh
betina indukan dan ayam jantan masing-masing berjumlah 40 ekor yang
dipelihara dalam kandang individu.Peralatan kandang yang digunakan
adalah tempat pakan dan tempat minum yang digantung (hanging feeder
dan hanging waterer),timbangan digital, dan blender.
Ransum yang diberikan merupakan ransum puyuh petelur
komersial dengan tepung daun sambiloto sebagai tambahan. Ransum
tersebut di bagi ke dalam 4 taraf perlakuan terdiri dari ransum yang tidak
ditambahkan tepung daun sambiloto (R0) dan ransum yang ditambahkan
tepung daun sambiloto sebanyak 2,5% (R1), 5% (R2), dan 7,5% (R3) dari
ransum. Tepung daun sambiloto diberikan untuk menjaga menambah
nafsu makan pada puyuh.
4.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 taraf


perlakuan (Nₒ (kontrol), N2, N3, N4 ) setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan
sehingga terdapat 12 unit pengamatan di mana setiap unit percobaan terdiri dari
25 ekor puyuh, dengan total 100 ekor puyuh dan untuk parameter berat telur yang
di ambil yaitu 10% dari total populasi setiap percobaanya. Penelitian dilaksanakan
dengan menggunakan penambahan tepung kunyit (curcuma Domestica Vall)
dengan level pemberian yang berbeda pada ransum.
Adapun level pemberian yang diaplikasikn yaitu sebagai berikut.

N0 Tanpa Perlakuan Kontrol 0%

N1 Tepung kunyit 0,2 % dari jumlah pakan

N2 Tepung kunyit 0,4 % dari jumlah pakan

N3 Tepung kunyit 0,6% dari jumlah pakan

.4.4 Perubahan yang Diamati


Pada penelitian ini perubahan yang diamati adalah produksi telur
puyuh (quail day),dan bobot telur.
1. Konsumsi ransum yaitu selisih antara ransum yang diberikan dengan
sisa ransum dinyatakan dalam (gram/ekor/hari).
2. Umur bertelur pertama dihitung dengan cara mencatat saat pertama
kali puyuh bertelur (hari).
3. Bobot telur didapat dari telur yang ditimbang dengan timbangan digital
dinyatakan dalam (gram/butir).
jumlah telur
4. Produksi telur (quail day)=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑦𝑢ℎ x100%

4.5 Analisis Data


Rata-rata berat telur dan produksi telur dihitung dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan bantuan program SPSS . Model linier
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y ij = µ + τ i + ε ij
Keterangan :
Yij : Pengamatan produksi telur puyuh ke-i dan ulangan ke-j
µ : Rataan produksi telur puyuh
τi : Pengaruh perlakuan ke-i
εij: Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan
ke-j
4.5 1 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan minimal dua minggu setelah terkumpulnya


telur puyuh yang akan di amati, yang pertama yaitu pengukuran warna kuning
telur dilakukan dengan cara membandingkan warna kuning telur dengan Egg Yolk
Colour Fan yang memiliki standal skala warna 1-15, kemudian pengukuran berat
telur dengan menggunakan timbangan duduk digital dilanjutkan dengan
pencatatan data.

4.5.2 Pengukuran Warna Kuning Telur

Pengukuran warna kuning telur dilakukan dengan cara membandingkan


warna kuning telur dengan Egg Yolk Colour Fan yang memiliki standal skala
warna 1-15.

4.5.3 Penimbangan Berat Telur

Analisis data yang kedua yitu perhitungan berat telur menggunakan


timbangan digital, telur yang sudah diberi tanda berdasarkan materi pengujiannya
yaitu 180 butir telur puyuh pada umur yang sama dengan jumlah 15 butir telur
puyuh setiap percobaannya.

4.6 Pelaksanaan Penelitian

4.6 1. Penentuan umur puyuh

Untuk menentukan umur ternak puyuh yang akan dijadikan sampel kita
perlu mencari data bersumber dari rekording

4.6.2 Pembuatan Tepung Kunyit

Pembuatan tepung sambiloto menggunakan daun sambiloto


sebagai bahan utama, daun sambiloto kemudian dikering anginkan lalu
dijemur di bawah terik sinar matahari hingga kering. setelah daun
sambiloto kering kemudian dihaluskan menggunakan blender. Setelah
kering kunyit diblender dan di saring menggunakan penyaring menjadi
tepung kunyit.
4.6.3 Pencampuran Ransun Dengan Tepung daun sambiloto

Untuk melakukan proses pencampuaran ransum dengan tepung daun


sambiloto semua bahan dimasukkan kedalam mesin mixer sesuai denganmasing-
masing konsentrasi kunyit kemudian dicampur selama 15 menit supaya
pencampuran ransum merata.

4.6.4 Penyimpanan Ransum Campuran daun sambiloto

Penyimpanan dilakukan setelah ransum dikeluarkan dari mesin mixer, ransum


dimasukkan kedalam karung menggunakan sekop, setiap karung yang berisi
ransum diberi tanda sesuai dengan jumlah konsentrasi tepung daun sambiloto
yang tercampur, kemudian ransum disimpan ditempat yang kering.

4.6.5 Pemberian Ransum Campuran daun sambiloto

Lakukan pemberian ransum campuran kunyit ke puyuh dengan kebutuhan


ransum 50 gr/ekor/hari.
DAFTAR PUSTAKA

SNI 01-3907-2006. Pakan puyuh bertelur (quail layer). Badan Standardisasi


NasionaIndonesia.
Suryani & Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

Triyanto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik.


Prestasi Pustaka. Jakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Vali, N. 2008. The japanese quail: A Review. Int. J. Poultry Sci. 7 (9): 925-931.

Anda mungkin juga menyukai