Ahmad Yamani
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Lambung Mangkurat,
Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru
ABSTRACT. The research objective is to obtain the information content of the carbon stored in biom-
ass in secondary forest. Research procedures after getting a picture of the vegetation composition and
distribution of diameter, then purposively selected sample trees are expected to represent diameter
distribution and species present at the sites. Biomass calculation was then performed using destruc-
tive sampling methods, which perform logging and wet weighing directly on each of the vegetation
components (leaves, branches, stems and roots) and converts it to a dry weight (biomass) using the
dry weight of each sample the vegetation in each tree instance. Carbon content is determined, 50% of
forest biomass.The results showed the carbon content in the secondary forest vegetation at the sites
of 81.59 tons/ha. At the tree level of 31.518 tons / ha; the pole 38.899 tons / ha of saplings 11.142 tons/
ha and the seedlings / plants under 0031 tons/ha. The highest content of carbon stored in the trunk
contained 42.016 ton/ha (51%), followed by the branches/twigs 42.016 tons/ha (27%); root of 12.69
tonnes/ha (16%) and leaves 4.579 ton / ha ( 5%).
Keywords : Carbon; Natural Secondary Forests
ABSTRAK. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi kandungan karbon yang tersimpan
dalam biomassa pada hutan sekunder. Setelah mendapatkan gambaran komposisi vegetasi dan sebaran
diameter, maka dipilih pohon contoh secara purposif yang diharapkan dapat mewakili ketersebaran
diameter dan jenis yang ada di lokasi penelitian. Penghitungan biomassa dengan menggunakan metode
destructive sampling, yaitu melakukan penebangan kemudian penimbangan berat basah secara langsung
pada tiap bagian komponen vegetasi (daun, cabang, batang dan akar) dan mengkonversinya menjadi
berat kering (biomassa) menggunakan berat kering tiap contoh bagian vegetasi pada tiap pohon contoh.
Kandungan karbon vegetasi hutan sekunder dapat diestimasi menggunakan nilai biomassa yang
diperoleh dimana 50% dari biomassa adalah karbon yang tersimpan. Total kandungan karbon di lokasi
penelitian sebesar 81,59 ton/ha, untuk tingkat pohon 31,518 ton/ha; tingkat tiang 38,899 ton/ha; tingkat
pancang 11,142 ton/ha dan tingkat semai/tumbuhan bawah 0.031 ton/ha. Persentase kandungan karbon
tertinggi terdapat pada batang (51 %), kemudian diikuti oleh cabang/ranting (27 %); akar (16 %) dan
daun (0,05 %).
Kata kunci : Karbon; Hutan Alam Sekunder
Penulis untuk korespondensi: surel : yaman.banjar@gmail.com
Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1, Edisi Maret 2013
86
Yamani,A.:Studi Kandungan Karbon ……….(1):85-91
menggunakan berat kering tiap contoh bagian vegetasi sp); dan Margatahan (Palaquium desyphyllum). Jumlah
pada tiap pohon contoh. Contoh daun diambil sebanyak jenis pada semua tingkat pertumbuhan dalam penelitian
± 100 gr sedangkan contoh bagian cabang, batang dan ini ada kecendrungan menurun, dikarenakan seringkali
akar jika memungkinkan diambil contoh dengan ukuran terjadi kebakaran hampir setiap tahun dan perambahan
± 2 cm x 2 cm x 2 cm pada bagian pangkal, tengah dan hutan oleh masyarakat sekitarnya.
ujung. Pada petak 1m x 1m dilakukan pembabatan tum- Komposisi jenis vegetasi permudaan pada tingkat
buhan bawah kemudian dikumpulkan dan ditimbang semai dan tumbuhan bawah hasil pengamatan diketahui
berat basahnya. sebanyak 16 jenis yang termasuk tidak kurang dari 10
Perhitungan Biomassa Berat kering total dari famili dan yang paling mendominansi, bilamana dilihat
masing-masing bagian pohon pada setiap tingkat dari indeks nilai pentingnya yang tertinggi berturut-turut
pertumbuhan dan vegetasi understorey dihitung dengan adalah Kayu sapat (38,82 %); Serai merah (26,16 %);
formula menurut Hairiah et al, (1999) dan perhitungan Mahang (18,01 %); Margatahan (14,22 %); dan Alaban
nilai BEF (Biomass Expansion Factor) dan nilai R/S timbasu (13,82 %).
(Root to Shoot Ratio) dengan rumus menurut Brown
Banyaknya Biomassa, Nilai BEF dan R/S
(997).
Penghitungan biomassa total vegetasi tingkat
Kandungan karbon vegetasi hutan sekunder dapat
pancang, tiang dan pohon dengan kriteria tinggi mulai
diestimasi menggunakan nilai biomassa yang diperoleh
1,5 m dengan diameter > 2 cm. Pohon contoh dipilih
dari persamaan alometrik ataupun nilai BEF dimana
secara purposive berdasarkan komposisi vegetasi
50% dari biomassa adalah karbon yang tersimpan.
dengan memperhatikan keterwakilan kelas diameter dan
HASIL DAN PEMBAHASAN jenis yang dalam plot penelitian.
Sebaran data jumlah contoh yang ditebang
Jenis Vegetasi Di Lokasi Peneltian
berdasarkan jenis dan kelas diameternya dapat dilihat
Banyaknya jenis pada semua tingkat pertumbuhan pada Tabel 1.
yang terdapat di hutan Pendidikan Mandiangin adalah Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa vegetasi contoh
30 jenis yang termasuk kedalam tidak kurang dari 15 yang ditebang sebanyak 18 pohon dari berbagai jenis
famili. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian dan kelas diameter, terbanyak diambil jenis margatahan,
Noorhayati (2003) pada lokasi yang sama, hasil Alaban timbasu dan tengkook ayam karena jenis ini
penelitian ini jauh lebih sedikit, hal ini dikarenakan merupakan jenis yang paling banyak dijumpai di plot
seringnya kebakaran dan perambahan hutan oleh pengamatan dan sebagai ciri khas vegetasi hutan
masyarakat sekitar kawasan hutan. sekunder. Untuk banyaknya biomassa tiap bagian
Dari hasil analisa vegetasi pada tingkat pohon pohon contoh disajikan pada Tabel 2.
terdapat 11 jenis. Adapun jenis yang dominan atau yang Dari Tabel 2 diketahui bahwa jumlah biomassa pada
berperan besar dalam penguasaan ekologis pada tiap bagian atau komponen pohon contoh terbesar
komunitas hutan di kawasan ini adalah Madang terdapat pada jenis madang, karena memiliki diameter
(Neolitsea cassifolia); Margatahan (Palaquium yang paling besar dengan total jumlah biomassanya
desyphyllum); Alaban timbasu (Vitex quinata); Rawa- 394,72 kg. Hal ini disebabkan biomassa berkaitan erat
rawa pipit (Mangifera sp) dan Pulantan (Alstonia dengan hasil proses fotosintesis yang digunakan oleh
pneumatophora). Pada tingkat tiang terdapat 11 jenis tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan, baik kearah
yang di dominasi oleh Alaban timbasu (Vitex quinata); vertikal maupun horisontal.
Margatahan (Palaquium desyphyllum); Tengkook ayam Biomassa bagian pohon terdiri dari biomassa daun,
(Nephelium sp); Madang (Neolitsea cassifolia); dan biomassa cabang / ranting, biomassa batang dan
Kayu sapat. Untuk tingkat pancang terdapat 9 jenis biomassa akar. Pada Gambar 1 disajikan grafik
yang didominasi oleh jenis Alaban timbasu (Vitex persentase nilai biomassa tiap bagian pohon.
quinata); Jamai; Buluan aduk; Jambu sakati (Eugenia
87
Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1, Edisi Maret 2013
Tabel 1. Sebaran data jumlah pohon contoh menurut secara positif dengan diameter dan tinggi total pohon
jenis dan diameter tersebut. Korelasi positif biomassa bagian pohon lebih
Table 1. Distribution of data the number of trees by besar terjadi dalam hubungannya dengan diameter
species and diameter sample pohon dibandingkan dengan tinggi totalnya. Dalam arti
2<4 4<6 6<8 8< 10
Kelas Diameter (cm)
12<14 14<16 16<18 18<20 20<30 >30 Jml
kata setiap peningkatan diameter atau tinggi total pohon
Margatahan
Kayu Sapat
1
1
1 1 1 4
1 akan selalu diikuti oleh peningkatan biomassa pada
Bati-bati 1 1
Jamai
Alaban 1
1
1
1
1 1
2
4 setiap bagian pohon tersebut.
Timbasu
Tengkook
Ayam
1 1 2
Kandungan biomassa pada hutan sekunder dalam
Buluan 1 1 2
haduk
Madang 1 1 2
peneltian ini lebih kecil daripada hasil penelitian Brown
Jumlah 1 3 3 1 1 3 2 2 1 1 18
(1997) di hutan alam primer, hal ini diduga karena
Tabel 2. Banyaknya biomassa tiap bagian pohon vegetasi di hutan alam primer memiliki diameter yang
contoh lebih besar, sementara hutan pada lokasi penelitian ini
Table 2. A large part of the biomass of each sample merupakan hutan sekunder yang selalu mengalami
tree kebakaran hampir setiap musim kemarau.
Jenis D H tot Daun Cab/Rant Batang Akar Jumlah Untuk nilai Biomass Expansion Factor (BEF),
(cm) (m) (kg)
Margatahan
Margatahan
8,0
15,28
7,5
12
2,08
5,28
6,67
18,42
13,52
33,41
3,27
9,08
25,54
66,19
ditentukan berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh
Margatahan 18,47 13,5 10,7 43,62 121,93 42,52 218,77
Margatahan 27,50 14 11,34 123,87 179,32 51,37 365,90 Brown (1997), sebagai rasio antara berat kering bagian
Kayu sapat 14,33 10,5 3,48 12,90 27,05 6,08 49,51
Bati-bati 6,0 7,2 0,63 2,08 3,07 2,48 8,26 pohon bagan atas (daun; batang dan cabang) dengan
Jamai 6,0 7,0 0,72 2,13 3,00 2,36 8,21
Jamai
Alaban
10,0
4,0
8,0
6,0
2,80
0,27
10,28
0,87
22,73
1,45
4,79
1,63
40,60
4,22
berat kering batang. Nilai BEF dilokasi penelitian ini
timbasu
Alaban 8,0 7,5 2,21 7,16 13,47 3,21 26,05 dari 18 pohon contoh adalah 1,65. Menurut Brown
timbasu
Alaban 17,83 12,8 9,66 38,21 67,50 33,17 148,54 (1997),Nilai BEF ini biasa digunakan untuk menghitung
timbasu
Alaban
timbasu
18,15 13 10,03 41,33 117,27 40,04 208,67 nilai biomassa total bagian atas dari data inventarisasi
Teng kook 16,0 12,3 5,51 19,41 34,77 10,81 70,50
ayam vegetasi pohon hutan yakni berupa data volume dengan
Tengkook 18,0 12,7 10,21 37,99 66,82 32,22 147,24
ayam cara mengkonversi biomassa batang ke biomassa to-
Buluan 5,0 7,0 0,68 2,13 3,18 2,25 8,24
haduk
Buluan 8,0 7,8 2,30 7,27 13,86 3,49 26,92
tal bagian atas (Above ground biomass). Biomassa to-
haduk
Madang 15,28 11 5,10 17,27 31,82 8,56 62,75 tal bagian atas dapat ditentukan dengan rumus :
Madang 30,0 14 11,74 128,25 198,13 56,60 394,72
Total 94,74 519,86 952,30 313,93 1880,83 VOBxWDxBEF (VOB – volume kayu; WD = kerapatan
kayu; dan BEF = Biomass Expansion Factor).
60
Batang 50.63 % Untuk nilai R/S merupakan rasio dari biomassa akar
50
40
Cabang/Ranting,27
.64 %
dengan biomassa atas pohon (daun; cabang/ranting dan
30
20 Daun 5.04 %
batang). Untuk nilai R/S pada penelitian ini yang
Akar 16.69 %
10
0
dihasilkan dari 18 pohon contoh adalah sebesar 0,20.
Menurut IPCC National Greenhouse Gas Invento-
ries Programme (2003), Nilai BEF dan R/S ini dapat
Gambar 1. Grafik nilai persentase rata-rata biomassa
digunakan untuk memprediksi nilai total kandungan
bagian pohon contoh
Figure 1. Graph of the average value of the percent- karbon(Total C- Stock) tegakan dengan rumus : C =
age of biomass sample tree section (VxWDxBEF) x(1+R/s)xCF (dimana : C = total C-stock
(ton/ha); V = volume tegakan (m3/ha); WD = rata-rata
Dari Gambar 1 terlihat bahwa bagian batang mem- kerapatan kayu (ton/ha); BEF = rasio biomassa atas
punyai persentase tertinggi dibandingkan dengan dengan biomassa batang; R/S = rasio biomassa akar
bagian pohon lainnya, karena batang merupakan bagian dengan biomassa atas dan CF = nilai kandungan karbon
pohon berkayu dan tempat penyimpanan cadangan hasil dalam biomassa.
fotosintesis untuk pertumbuhan.
Umumnya biomassa bagian-bagian pohon seperti
daun, cabang / ranting, batang dan akar berkorelasi
88
Yamani,A.:Studi Kandungan Karbon ……….(1):85-91
Kandungan Karbon Pada Hulam Alam Tabel 4. Kandungan karbon pada tingkat tiang
Sekunder Table 4. Carbon content at the pole
Penghitungan kandungan karbon ini yakni semua Jenis Bagian Pohon (ton/ha) Jumlah
(ton/ha)
vegetasi dengan diameter mulai 2 cm keatas atau mulai Daun Cab/rant Batang Akar
89
Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1, Edisi Maret 2013
Tabel 5. Kandungan karbon pada tingkat pancang tingkat semai serta tumbuhan bawah didominasi oleh
Table 5. Carbon content at stake Kayu sapat; Serai merah ; Mahang ; Margatahan; dan
Alaban timbasu.
Jenis Bagian Pohon (ton/ha) Jumlah
(ton/ha) Total kandungan karbon di lokasi penelitian sebesar
Daun Cab/rant Batang Akar
Saran
Tabel 6. Kandungan karbon pada tumbuhan bawah Perlu sekali dilakukan peneltian lanjutan untuk
Table 6. Carbon content at understorey menentukan kandungan karbon pada serasah dan
2 2
Plot Biomassa (kg/m ) C- stock (kg/m ) komponen necromass serta pada komponen tanah (soil),
1 0,0083 0,0042
2 0,0058 0,0029 sehingga terdapat informasi yang lengkap mengenai
3 0,0054 0,0027
4 0,0052 0,0026 kandungan karbon yang tersimpan pada hutan alam
Jumlah plot 0,0247 0,0124
Rerata 0,0062 0,0031 sekunder.
Jumlah 0,062 ton/ha 0.031 ton/ha
45,000
K 40,000
38,899 ton/ha
DAFTAR PUSTAKA
a 35,000 31,518 ton/ha
k
n
a30,000
d
r25,000
Adinugroho W.C; et.al. 2006. Teknik Estimasi
u
n
b20,000
o15,000 11,142 ton/ha
Kandungan Karbon Hutan Sekunder Bekas
g
a
n10,000
Kebakaran 1997/1998 Di PT. Inhutani I, Batu
n 5,000 0,031 ton/ha
0 Ampar,Kalimantan Timur.
Tingkat pohon Tingkat tiang Tingkat Tumb. Bawah
pancang Arief, A. 2005. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius.
Gambar 2. Grafik jumlah kandungan karbon pada Yogyakarta.
setiap tingkat pertumbuhan Brown, S., A.J. R. Gillespie & A.E. Lugo. 1989. Biom-
Figure 2. Graph the amount of carbon content at ass Estimation Methods for Tropical Forest with
each level of growth Application to Forest Inventory Data. Forest Sci-
90
Yamani,A.:Studi Kandungan Karbon ……….(1):85-91
ence 35(4) : Halaman : 881-902. Noorhayati, 2003. Komposisi, Dominasi dan Asosiasi
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Jenis Vegetasi Terhadap Tumbuhan Pasak Bumi
Change of Tropical Forest. A Primer. FAO. For- Di Gunung Bukit Besar Pada Hutan Pendidikan
estry Paper No. 134. F AO, USA .Halaman : 124 Fakultas Kehutanan Mandiangin Kabupaten
– 145. Banjar. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan
Hairiyah, et.al (1999). Methods for Sampling Above and Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Below ground Organic Pools. IC-SEA Report No.6 Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB.
Modelling Global Change Impacts on The Envi- Bandung.
ronment. Biotrop-GCTE/IC-SEA. Bogor. Halaman: Soemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan
102 – 131. Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.
91