Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH OBSTETRI

PENYULIT KALA I DAN II

DISUSUN OLEH:

1. DARA KURNIA SARI 1815401063


2. IMELDA SARI 1815401064
3. FIRANTY HERSIANA 1815401067
4. SANDRA ANNISA PUTRI 1815401085

KELOMPOK 4
TINGKAT II REGULER 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D III

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................ iii


B. TUJUAN ..................................................................................... iii

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KELAINAN PRESENTASI DAN JANIN


1. KEPALA .............................................................................. 1
2. DAHI .................................................................................... 3
3. MUKA .................................................................................. 4
4. POP (PRESENTASI OKSIPITO POSTERIOR) ................. 6
B. DISTOSIA POWER, PASSAGE, PASSANGER
1. DISTOSIA POWER ............................................................. 9
2. PASSAGE ............................................................................ 12
3. PASSANGER ...................................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ........................................................................... 18
B. SARAN ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19
LAMPIRAN ............................................................................ 20

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Penyulit kala I dan II”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ Penyulit kala I dan II
” dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 22 Juli 2019

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada hampir 97% kehamilan saat pelahiran, janin masuk ke panggul
dengan presentasi kepala. Pada sekitar 3% kelahiran terjadi presentasi
bokong yang dibahas pada sekitar 0,5% sisanya, presentasi janin
mengikuti sumbu panjangnya, baik melintang atau oblik, atau kepalanya
mengalami ekstensi sehingga presentasi adalah muka atau dahi janin.
Letak defleksi terdari dari: presentasi muka, presentasi dahi, dan presentasi
puncak kepala (indeferen).

Distosia adalah keadaan dimana jika lamanya persalinan melebihi norma


yang masih dapat diterima atau jika harus dilakukan intervensi sebelum
atau selama persalinan.Distosia dapat terjadi sebagai akibat ‘kesalahan’
pada janin, ukuran dan bentuk panggul yang tidak normal, kontraksi
uterusyang tidak efisien.

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar kelainan presentasi dan posisi
2. Mengetahui tentang posisi kepala, dahi, muka , dan POP
3. Mengetahui tentang distosia power, Passage, passenger.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI


1. KEPALA
a. Definsi Puncak kepala
Presentasi puncak kepala adalah bagian terbawah janin yaitu puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah, dan
UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2002).

Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan


sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang
kepala. Mekanisme persalinannya hampir sama dengan posisi
oksipitalis posterior persistens, sehingga keduanya sering kali
dikacaukan satu dengan yang lainnya. Perbedaannya ialah : pada
presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal,
sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah
sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran

b. Etiologi
Penyebabnya keadaan – keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala
atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
1. Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2. Multiparitas, perut gantung
3. Anensefalus, tumor leher bagian depan.

c. Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke
depan atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB.
Diagnosis kedudukan : Presentasi puncak kepala
1) Pemeriksaan abdominal
 Sumbu panjang lain sejajar dengan sumbu panjang ibu

1
 Di atas panggul teraba kepala
 Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat
pada sisi yang berlawanan
 Di fundus uteri teraba bokong. Oleh karena tidak ada fleksi
maupun ekstensi maka tidak teraba dengan jelas adanya
tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun sisi lainnya.

2) Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah
perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin

3) Pemeriksaan vaginal
 Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa
panggul,
 Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan
dikenal. Keduanya sama tinggi dalam panggul.

4) Pemeriksaan sinar-x
Pemeriksaan radiologis membantu dalam menegakkan diagnosis
kedudukan dan menilai panggul

d. Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang
lebih luas. Selain itu karena partus lama dan moulage hebat, maka
mortalitas anak agak tinggi (9%) (Mochtar, 2002).

e. Prognosis
Meskipun persalinan sedikit lebih lama dan lebih sukar daripada
persalinan normal baik bagi ibu maupun anaknya, prognosisnya cukup
baik. Umumnya terjadi fleksi dan melanjut ke persalinan normal.

2
f. Penatalaksanaan
 Dapat ditunggu kelahiran spontan
 Episiotomi
 Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah
didasar panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep
Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan.
Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang
lahir di dapati caput daerah UUB

2. DAHI
a. Definisi presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan yang sangat jarang dijumpai dan di
diagnosis bila bagian dari kepala janin yang berada di antara tonjolan
orbital dengan ubun-ubun besar tampak pada pintu atas panggulkepala
janin kemudian menempati posisi di tengah-tengah antara fleksi
penuh(oksiput) dan ekstensi penuh (mentum atau muka). Kecuali
apabila kepala bayi kecil atau rongga panggul sangat besar,
engagement kepala janin dan pelahiran tidak dapat terjadi selama
presentasi dahi tak berubah (persisten).

b. Etiologi
Penyebab presentasi dahi persisten pada prinsipnya sama dengan pada
presentasi muka. Pada umumnya presentasi dahi tidak stabil dan akan
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi oksiput.

c. Diagnosis
Dalam kehamilan, letak dahi jarang dapat diketahui karena dengan
palpasi saja paling_paling dapat kita curigai letak defleksi, yaitu:
1. Tonjolan kepala teraba pada pihak punggung anak (bertentang
dengan bagian-bagian kecil).
2. Bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil anak sepihak.

3
d. Prognosis
Pada letak dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan
sebagai letak belakang kepala atau letak muka. Jika letak dahi
menetap, prognosis buruk, kecuali jika anak kecil.

e. Penatalaksanaan
Prinsipnya pada dasarnya sama dengan pada presentasi muka. Bila,
secara kebetulan, proses persalinan spontan berlangsung tanpa tanda-
tanda kegawatan pada bayi yang dipantau dengan ketat, dan tanpa
adanya kontraksi uterus yang sangat kuat, tidak diperlukan tindakan
intervensi.

3. MUKA
a. Definisi presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal
hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal
terhadap ibu). Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat di
belakang.

b. Etiologi
Penyebab terpenting ialah panggul sempit dan anak yang besar. Secara
lengkap dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Letak muka primer, disebabkan oleh adanya kelainan pada anak dan
tak dapat dipebaiki, seperti struma kongenitalis, kelainan tulang
leher, lilitan tali pusat yang banyak di leher, meningokel, anensefal,
dan anak lahir besar.
2. Letak muka skunder, anak normal namun ada kelainan, deperti
pinggul picak, sinding perut kendor hingga rahim jatuh ke depan,
bagian-bagian menumbang, hidramnion.
3. Letak defleksi mungkin juga dapat terjadi karena tonus otot-otot
ekstensor anak lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor.

4
c. Diagnosis
1. Dalam kehamilan letak muka kadang-kadang dapat di curigai dalam
kehamilan jika:
 Tonjolan kepala teraba sepihak dengansss punggung dan antara
belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut
fabre);tonjolan kepala ini juga bertentang dengan pihak bagian-
bagian kecil.
 Bunyi jantung anak terdengarpada pihak bagian-bagian kecil.
Diagnosis keadaan di atas dapat diperkuat dengan foto Rontgen pelvis
antero-posterior dan lateral atau dengan ultrasonografi.
 Presentasi muka didiagnosis melalui pemeriksan dalam
(vaginal touche) dan palpasi bagian muka yang jelas seperti
mulut dan hidung, tulang pipi dan terutama tonjolan orbita.
2 Dalam persalinan dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang
cukup besar, akan teraba orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan
dagu. Karena muka agak lunak, harus dibedakan dari bokong.

d. Komplikasi
Cruikshank dan White melaporkan insiden presentasi muka, yaitu satu
diantara 600 kelahiran atau 0,17 %. Dari hampir 700 ribu kelahiran bayi
tunggal di Parkland Hospital sejak 1995-1999, 36-atau sekitar 1 per 200-
adalah kelahiran dengan presentasi muka.

e. Penatalaksanaan
Apabila panggul tidak sempit, dan terjadi secara persalinan efektif,
persatuan frekuensi denyut jantung janin sebaik nya dilakukan dengan
menggunakan alat-alat eksterna untuk menghindari kerusakan pada muka
dan mata. Karena presentasi muka pada bayi aterm lebih sering terjadi
pada kasus penyempitan pintu atas panggul, seksio sesarea sering kali
diindikasikan.

5
Upaya mengubah secara manual presentasi muka menjadi presentaasi
puncakkepala, rotasi manual atau dengan forseps pada posisi dagu
posterior persistenmenjadi posisi mentum anterior dan kemudian versi
podalik interna serta ekstraksisangat berbahaya dan sebaiknya tidak
dilakukan. Neuman dan rekan(1994)menggambarkan konversi bimanual
intra partum dari presentasi menthoposteriormenjadi oksipitoaterior pada
11 wanita yang menolak melahirkan dengan seksiosesarea.

4. POP (PRESENTASI OKSIPITO POSTERIOR)


a. Definisi
Pada persalinan dalam presentasi belakang kepala, biasanya kepala janin
masuk kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang
atau miring dengan ubun-ubun kecil bisa dikiri depan, kanan depan, kiri
belakang, kanan belakang. Dalam persalinan selanjutnya, maka ubun-
ubun kecil ini akan memutar kedepan. Ada kalanya oleh suatu sebab,
misalnya pada bentuk panggul tertentu ubun-ubun kecil ini tidak
memutar kedepan, tetapi tetap dibelakang, Keadaan ini disebut posisi
oksipitalis posterior persistens.
b. Etiologi
Salah satu sebab terjadinya posisi oksipitalis oksiput posterior persisten
ialah :
1. otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada multipara atau
kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan
pada belakang kepala janin untuk memutar kedepan.
2. Bentuk panggul antropoid atau panggil android
3. Kepala janin yang bundar atau agak kecil
4. Kesempitan panggul tengah
5. Ketuban pecah dini
6. Fleksi kepala kurang
7. Inersia uteri

6
c. Mekanisme persalinan
Bila hubungan antara panggul dengan kepala janin cukup longgar
persalianan pada posisi oksipitalis posterior persisten dapat berlangsung
secara spontan tetapi pada umumnya lebih lama.

Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-ubun besar berada di


bawah shimpisis dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion,
oksiput akan lahir melalui perineum diikuti bagian kepala yang lain.
Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil di belakang menyebabkan
regangan yang besar pada vagina dan perineum, hal ini disebabkan
karena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat
menambah fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat
maksimal, sehingga kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan
sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan dengan
sirkumferensia sub oksipitooksipitalis, kedua keadaan tersebut dapat
menimbulkan kerusakan pada vagina dan perineum yang luas.

d. Prognosis
Jalannya pada proses persalinan posisi oksiput posterior sulit diramalkan
hal ini disebabkan karena kemungkinan timbulnya kesulitan selalu ada.
Persalinan pada pada umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan
kerusakan jalan lahir lebih besar. Sedangkan kematian peeinatal
perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan dimana ubun-
ubun kecil berada di depan.

e. Diagnosa
Diagnosa posisi oksiput posterior persistens dapat ditegakkan dengan
penemuan hasil pemeriksaan :
1. Padapemeriksaan abdomen yaitu :
 Bagian bawah perut mendatar
 Ekstremitasjaninteraba anterior

7
 DJJ terdengar di samping
2. Pada pemeriksaan vagina yaitu :
 Presentasikepala
 Suturasagitalisberadapada diameter antero posterior rongga
pelvis
 UUK dekat sacrum
 UUB mudahteraba di anterior
jikakepaladalamkeadaadefleksi

f. Penatalaksanaan
1. Persalinan spontan
Jika pintu bawah panggul luas dan muara vagina serta perineum
cukup longgar akibat persalinan pervaginam sebelumnya. Persalinan
yang cepat kerap kali terjadi. Bila muara vagina sulit meregang dan
perineumnya kaku, akhir persalinan kala I atau kala II, atau
keduanya, dapat memanjang cukup lama. Pada setiap upaya
ekspulsi, kepala bayi dengan oksiput posterior akan lebih terdorong
ke perineum dibandingkan pada oksiput anterior. Oleh karena itu,
pelahiran dengan forseps sering kali diperlukan. Biasanya
dibutuhkan episiotomi luas.

2. Perlahiran dengan forseps pada oksiput posterior


Kebutuhan melakukan traksi yang lebih kuat dibandingkan pada
pelahiran dengan forseps pada posisi oksiput anterior dapat
dikurangi dengan memperlebar episiotomi. Penggunaan forseps dan
episiotomi yang lebar memerlukan analgesia yang lebih sempurna
daripada blok pudendal dan infiltrasi lokal perineum saja. Forseps
dipasang bilateral sepanjang diameter oksipintomentalis.

Kasus dengan penonjolan (protrusio) kulit kepala bayi melalui


introsius vagina yang jarang dijumpai, dan merupakan konsekuensi
pemanjangan kepala bayi akibat molase dan ditambah lagi dengan

8
pembentukan kaput yang besar. Dalam keadaan ini, kepala bahkan
tidak akan mengalami angagement-yaitu diameter bipariental tidak
dapat melewati pintu atas panggul. Secara khas, persalinan menjadi
lebih lama dan penurunan kepala menjadi lambat. Palpasi yang teliti
diatas simfisis dapat mendektesi kepala janin yang berada diatas
pintu atas panggul. Seksio sesarea segera merupakan cara pelahiran
yang tepat pada kasus-kasus seperti ini.
3. Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir
sontan pervaginam
4. Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda
bahaya terhadap janin
5. Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau
extensi dari episiotomi
6. Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
7. Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC
8. Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda
obstruksi, beri oksitosin drip
9. Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase
pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda
obstruksi oksitosin drip
10. Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC

B. DISTOSIA POWER, PASSAGE, PASSANGER


a. Definisi Distosia
Distosia adalah persalinan yang sukar atau persalinan yang tidak
menunjukkan kemajuan.

b. Etiologi
1. Distosia power
1.1 Kelainan his
a. Definisi

9
Distosia kelainan tenaga/HIS adalah his tidak normal
dalam kekuatan/ sifatnya menyebabkan rintangan pada
jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet.
b. Jenis
Distosia karena kelainan his di bagi menjadi dua jenis
yaitu :
1. Inersia hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/
tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks
atau mendorong anak keluar.

Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang.


Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan
umum kurang baik seperti anemia uterus yang
terlalu terenggang misalnya karena hidramion atau
kehamilan kembar atau grendemultipara atau
primipara serta pada penderita yang keaadaan emosi
nya kurang baik.
2. Inersia uteri terbagi 2 :
a) Insersia primer
Terjadi pada permulaan fase laten sejak awal
telah terjadi HIS yang tidak adekuat(kelemahan
his yang timbul sejak dari permulaan
persalinan), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki
keaadaan inpartu atau belum.
b) Inersia sekunder
Terjadi pada fase aktif kala 1 atau kala 2.
Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian
melemah maka pada persalinan akibat inersia

10
uteri sekunder ini tidak dibiarkan langsung
sedemikian lama karna dapat menimbulkan
kelelahan otot uterus maka inersia uteri
sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada
wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu
persalinan.
c. Etiologi
1. Sering dijumpai pada primigravida tua
2. Faktor herediter, emosi, dan kekuatan penting
3. Salah pimpin persalinan atau obat
4. Bagian bawah tidak berhubungan rapat dengan
SBR (Segmen Bawah Rahim)
5. Kelainan uterus seperti bikornis, unikolis
6. Kehamilan postmatur
d. Penanganan
1. Berikan cairan glukosa dan elektrolit bergantian
2. Pethidin untuk mengurangi rasa nyeri
3. Inersia uteri hipotonik terapinya diberikan tetesan
oksitosin yang diberikan bertahap tetesannya
4. Jangan berikan per-intramuskuler karena
menyebabkan incoordinate uterine contraction.
5. Pada incordinate uterine contraction diberikan
pethidin untuk mengurangi nyeri.
2.1 Kelainan mengejan
a. Etiologi
1. otot dinding perut lemah
2. distosia rekti, abdomen pendulans, jarak antara
kedua M. Rektus lebar
3. refleks mengejan hilang karena narkose penderita
tidak mau/takut
4. kelelahan
b. Penanganan

11
1. penderita baru boleh mengejan saat ada his
2. rasa sakit dapat dikurangi dengan analgesik
3. adanya kerjasama antara penderita dan penolong

2. Passage
Passage adalah dystocia karena kelainan jalan lahir dapat
disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul,
atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
1.1 Kelainan jaringan lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan
keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya
persalinan.
a. Distosia Servik Uteri
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan
kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan
baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet
karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau
membuka.

Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri :


 Servik kaku (rigid cervix)
 Servik gantung (hanging cervix)
 Servik konglumer (conglumer cervix)
 Edema servik
b. Kelainan selaput dara dan vagina
 Selaput dara yang kaku, tebal
Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)
 Septa vagina
 Sirkuler
 Anteris – posterior
Penanganan :

12
- Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga
persalinan berjalan lancar
- Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk
melakukan sectio cesaria
2.1 Kelainan tulang panggul
Dapat berupa :
 Kelainan bentuk panggul yang tidak normal,
gynecoid, misalnya panggul jenis : Rachitis,
Scoliosis, Kyphosis,
 Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit, ukurannya 1 – 2 cm kurang dari
ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada :
 Kesempitan pintu atas panggul apabila
cephalopelvis kurang dari 10 cm atau
diameter transversa kurang dari 12 cm.
 Konjugata Diagonalis (CD) maka inlet
dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5
cm.

3. Passanger
a. Definisi
Passanger adalah distasia karena kelainan letak atau
kelainan janin.
b. Etiologi
1.1 Kehamilan ganda (Gameli)
a. Definisi
Kehamilan dengan dua janin
b. Diagnosis
1) Anamnesis
 Adanya riwayat gameli dalam keluarga

13
 Kehamilan sekarang lebih besar dari
kehamilan sebelumnya dan gerakan janin
lebih banyak
 Keluhan subyektif bertambah, perasaan
berar, sesak nafas, edema
2) Pemeriksaan
 Besar uterus lebih besar dari usia
kehamilan
 Penambahan berat badan mencolok
bukan karena edema atau obesitas
 Teraba banyak bagian janin
 Teraba 2 balotemen
 Teraba 2 bagian besar janin
3) Diagnosis pasti
 Teraba 2 kepala, 2 bokong
 Auskultasi terdengar 2 denyut jantung
janin
 Periksa dalam teraba kepala yang
maserasi
 USG pada trimester 1 tampak 2 kantong
kehamilan
 Foto rontgen abdomen

2.1 Malpresentasi
a. Definisi
Presentasi yang bukan presentasi kepala
b. Etiologi
Panggul picak
c. Prognosis
Presentasi os parietal anterior  mungkin partus
spontan

14
Presentasi os parietal posterioe  tak dapat partus
spontan

3.1 Malposisi
a. Definisi
presentasi belakang kepala dengan oksiput (ubun-ubun
kecil) tidak disegmen depan
b. Klasifikasi
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)

c. Etiologi
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
Pada ibu yang memiliki panggul android (segmen
anterior sempit), antropoid (diameter anterior
posterior > diameter transversa), otot dasar panggul
lemah (karena multiparitas, bekas robekan), inersia
uteri. Janin kecil, kepala janin panjang
(dolikosefalus)
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)
Pada panggul ibu yang picak, panggul corong dan
his inersia uteri. Janin kecil dan punggung belakang.
d. Diagnosis
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
Denominator ubun-ubun kecil
 Periksa luar : perut agak mendatar, bagian
kecil teraba didepan, kepala menonjol diatas
PAP

15
 Periksa dalam : ubun-ubun kecil disegmen
belakang
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)
Denominator ubun-ubun kecil
Periksa dalam sutura sagitalis melintang dengan :
 Ubun-ubun kecil kanan
 Ubun-ubun kecil kiri
e. Penatalaksanaan
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
 Koreksi ubun-ubun kecil kedepan :
a. koreksi manual
b. koreksi forsipal
 Posisi oksipito posterior penanganannya 
konservatif
 Posisi oksipito posterior persisten
penanganannya  dapat lahir spontan
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)
 High transverse arrest  koreksi manual,
gagal lakukan seksio sesar
 Deept transverse arrest  koreksi manual,
ekstraksi forcep

4.1 Makrosomia
a. Definisi
Makrosomia janin yang dilahirkan dengan BB > 4000gr
b. Etiologi
1. Keturunan
2. Multiparitas
3. Post term
4. Eritoblastosis
5. Prediabetes mellitus

16
6. Sosek tinggi
7. Hipotiroidisme
c. Diagnosis
1. Perut besar
2. Rontgenologis
3. Sefalometri dengan USG
d. Komplikasi
1. Ibu (dispnea, edema,distosia bahu, robekan jl. lahir,
HPP, persalinan kurang lancar krn kepala tidak
turun )
2. Janin (morbiditas/mortalitas meningkat,
sefalohematom, perdarahan intrakranial, paralisis
Erb, fraktur tulang)
e. Penanganan
1. Mengatur diet ibu
2. Periksa DM
3. Jika panggul normal  pervaginam dan evaluasi
kemajuan partograf
4. Jika distosia bahu  episiotomi lebar

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Persalinan tidak selalu berjalan dengan lancar, terkadang ada


kelambatan dan kesulitan yang merupakan distosia. Salah satu
penyebab distosia itu adalah kelainan pada jalan lahir.

Kelainan jalan lahir dapat terjadi karena kelainan ukuran jalan lahir
keras dan panggul. Peran bidan dalam menangani kasus ini adalah
dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang
memiliki fasilitas yang lengkap untuk dapat dilakukan asuhan sesuai.

B. SARAN

Di harapkan makalah ini bidan dapat menangani kelainan jalan lahir


dengan segera dan sesuai dengan kewenangannya serta akan
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.dan bagi ibu bersalin
yang mengalami kelainan seperti kesempitan PAP segera
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat atau rumah sakit.

18
DAFTAR PUSTAKA

Indrasari, Nelly. 2018. Obstetri dan Ginekologi. Pustaka At-


Tirmidzi. Lampung
Oriputra, Dika, dkk. 2018. Obstetri. Pustaka At-Tirmidzi.
Lampung
Cunningham, Gary F., dkk. 2006. Obstetri Williams. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
http://bidanfitrohmuhafidhoh.blogspot.com/2014/10/makalah-
konsep-dasar-kelainan.htmldiakses pada tanggal 26 Juli 2019,
pukul 12.38 WIB

19
LAMPIRAN

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai