DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
TINGKAT II REGULER 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Penyulit kala I dan II”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ Penyulit kala I dan II
” dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada hampir 97% kehamilan saat pelahiran, janin masuk ke panggul
dengan presentasi kepala. Pada sekitar 3% kelahiran terjadi presentasi
bokong yang dibahas pada sekitar 0,5% sisanya, presentasi janin
mengikuti sumbu panjangnya, baik melintang atau oblik, atau kepalanya
mengalami ekstensi sehingga presentasi adalah muka atau dahi janin.
Letak defleksi terdari dari: presentasi muka, presentasi dahi, dan presentasi
puncak kepala (indeferen).
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar kelainan presentasi dan posisi
2. Mengetahui tentang posisi kepala, dahi, muka , dan POP
3. Mengetahui tentang distosia power, Passage, passenger.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
b. Etiologi
Penyebabnya keadaan – keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala
atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
1. Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
2. Multiparitas, perut gantung
3. Anensefalus, tumor leher bagian depan.
c. Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke
depan atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB.
Diagnosis kedudukan : Presentasi puncak kepala
1) Pemeriksaan abdominal
Sumbu panjang lain sejajar dengan sumbu panjang ibu
1
Di atas panggul teraba kepala
Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat
pada sisi yang berlawanan
Di fundus uteri teraba bokong. Oleh karena tidak ada fleksi
maupun ekstensi maka tidak teraba dengan jelas adanya
tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun sisi lainnya.
2) Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah
perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin
3) Pemeriksaan vaginal
Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa
panggul,
Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan
dikenal. Keduanya sama tinggi dalam panggul.
4) Pemeriksaan sinar-x
Pemeriksaan radiologis membantu dalam menegakkan diagnosis
kedudukan dan menilai panggul
d. Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang
lebih luas. Selain itu karena partus lama dan moulage hebat, maka
mortalitas anak agak tinggi (9%) (Mochtar, 2002).
e. Prognosis
Meskipun persalinan sedikit lebih lama dan lebih sukar daripada
persalinan normal baik bagi ibu maupun anaknya, prognosisnya cukup
baik. Umumnya terjadi fleksi dan melanjut ke persalinan normal.
2
f. Penatalaksanaan
Dapat ditunggu kelahiran spontan
Episiotomi
Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah
didasar panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep
Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan.
Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang
lahir di dapati caput daerah UUB
2. DAHI
a. Definisi presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan yang sangat jarang dijumpai dan di
diagnosis bila bagian dari kepala janin yang berada di antara tonjolan
orbital dengan ubun-ubun besar tampak pada pintu atas panggulkepala
janin kemudian menempati posisi di tengah-tengah antara fleksi
penuh(oksiput) dan ekstensi penuh (mentum atau muka). Kecuali
apabila kepala bayi kecil atau rongga panggul sangat besar,
engagement kepala janin dan pelahiran tidak dapat terjadi selama
presentasi dahi tak berubah (persisten).
b. Etiologi
Penyebab presentasi dahi persisten pada prinsipnya sama dengan pada
presentasi muka. Pada umumnya presentasi dahi tidak stabil dan akan
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi oksiput.
c. Diagnosis
Dalam kehamilan, letak dahi jarang dapat diketahui karena dengan
palpasi saja paling_paling dapat kita curigai letak defleksi, yaitu:
1. Tonjolan kepala teraba pada pihak punggung anak (bertentang
dengan bagian-bagian kecil).
2. Bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil anak sepihak.
3
d. Prognosis
Pada letak dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan
sebagai letak belakang kepala atau letak muka. Jika letak dahi
menetap, prognosis buruk, kecuali jika anak kecil.
e. Penatalaksanaan
Prinsipnya pada dasarnya sama dengan pada presentasi muka. Bila,
secara kebetulan, proses persalinan spontan berlangsung tanpa tanda-
tanda kegawatan pada bayi yang dipantau dengan ketat, dan tanpa
adanya kontraksi uterus yang sangat kuat, tidak diperlukan tindakan
intervensi.
3. MUKA
a. Definisi presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal
hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal
terhadap ibu). Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat di
belakang.
b. Etiologi
Penyebab terpenting ialah panggul sempit dan anak yang besar. Secara
lengkap dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Letak muka primer, disebabkan oleh adanya kelainan pada anak dan
tak dapat dipebaiki, seperti struma kongenitalis, kelainan tulang
leher, lilitan tali pusat yang banyak di leher, meningokel, anensefal,
dan anak lahir besar.
2. Letak muka skunder, anak normal namun ada kelainan, deperti
pinggul picak, sinding perut kendor hingga rahim jatuh ke depan,
bagian-bagian menumbang, hidramnion.
3. Letak defleksi mungkin juga dapat terjadi karena tonus otot-otot
ekstensor anak lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor.
4
c. Diagnosis
1. Dalam kehamilan letak muka kadang-kadang dapat di curigai dalam
kehamilan jika:
Tonjolan kepala teraba sepihak dengansss punggung dan antara
belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut
fabre);tonjolan kepala ini juga bertentang dengan pihak bagian-
bagian kecil.
Bunyi jantung anak terdengarpada pihak bagian-bagian kecil.
Diagnosis keadaan di atas dapat diperkuat dengan foto Rontgen pelvis
antero-posterior dan lateral atau dengan ultrasonografi.
Presentasi muka didiagnosis melalui pemeriksan dalam
(vaginal touche) dan palpasi bagian muka yang jelas seperti
mulut dan hidung, tulang pipi dan terutama tonjolan orbita.
2 Dalam persalinan dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang
cukup besar, akan teraba orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan
dagu. Karena muka agak lunak, harus dibedakan dari bokong.
d. Komplikasi
Cruikshank dan White melaporkan insiden presentasi muka, yaitu satu
diantara 600 kelahiran atau 0,17 %. Dari hampir 700 ribu kelahiran bayi
tunggal di Parkland Hospital sejak 1995-1999, 36-atau sekitar 1 per 200-
adalah kelahiran dengan presentasi muka.
e. Penatalaksanaan
Apabila panggul tidak sempit, dan terjadi secara persalinan efektif,
persatuan frekuensi denyut jantung janin sebaik nya dilakukan dengan
menggunakan alat-alat eksterna untuk menghindari kerusakan pada muka
dan mata. Karena presentasi muka pada bayi aterm lebih sering terjadi
pada kasus penyempitan pintu atas panggul, seksio sesarea sering kali
diindikasikan.
5
Upaya mengubah secara manual presentasi muka menjadi presentaasi
puncakkepala, rotasi manual atau dengan forseps pada posisi dagu
posterior persistenmenjadi posisi mentum anterior dan kemudian versi
podalik interna serta ekstraksisangat berbahaya dan sebaiknya tidak
dilakukan. Neuman dan rekan(1994)menggambarkan konversi bimanual
intra partum dari presentasi menthoposteriormenjadi oksipitoaterior pada
11 wanita yang menolak melahirkan dengan seksiosesarea.
6
c. Mekanisme persalinan
Bila hubungan antara panggul dengan kepala janin cukup longgar
persalianan pada posisi oksipitalis posterior persisten dapat berlangsung
secara spontan tetapi pada umumnya lebih lama.
d. Prognosis
Jalannya pada proses persalinan posisi oksiput posterior sulit diramalkan
hal ini disebabkan karena kemungkinan timbulnya kesulitan selalu ada.
Persalinan pada pada umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan
kerusakan jalan lahir lebih besar. Sedangkan kematian peeinatal
perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan dimana ubun-
ubun kecil berada di depan.
e. Diagnosa
Diagnosa posisi oksiput posterior persistens dapat ditegakkan dengan
penemuan hasil pemeriksaan :
1. Padapemeriksaan abdomen yaitu :
Bagian bawah perut mendatar
Ekstremitasjaninteraba anterior
7
DJJ terdengar di samping
2. Pada pemeriksaan vagina yaitu :
Presentasikepala
Suturasagitalisberadapada diameter antero posterior rongga
pelvis
UUK dekat sacrum
UUB mudahteraba di anterior
jikakepaladalamkeadaadefleksi
f. Penatalaksanaan
1. Persalinan spontan
Jika pintu bawah panggul luas dan muara vagina serta perineum
cukup longgar akibat persalinan pervaginam sebelumnya. Persalinan
yang cepat kerap kali terjadi. Bila muara vagina sulit meregang dan
perineumnya kaku, akhir persalinan kala I atau kala II, atau
keduanya, dapat memanjang cukup lama. Pada setiap upaya
ekspulsi, kepala bayi dengan oksiput posterior akan lebih terdorong
ke perineum dibandingkan pada oksiput anterior. Oleh karena itu,
pelahiran dengan forseps sering kali diperlukan. Biasanya
dibutuhkan episiotomi luas.
8
pembentukan kaput yang besar. Dalam keadaan ini, kepala bahkan
tidak akan mengalami angagement-yaitu diameter bipariental tidak
dapat melewati pintu atas panggul. Secara khas, persalinan menjadi
lebih lama dan penurunan kepala menjadi lambat. Palpasi yang teliti
diatas simfisis dapat mendektesi kepala janin yang berada diatas
pintu atas panggul. Seksio sesarea segera merupakan cara pelahiran
yang tepat pada kasus-kasus seperti ini.
3. Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir
sontan pervaginam
4. Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda
bahaya terhadap janin
5. Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau
extensi dari episiotomi
6. Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban
7. Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC
8. Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda
obstruksi, beri oksitosin drip
9. Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase
pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda
obstruksi oksitosin drip
10. Bila ada tanda obstruksi/gawat janin maka SC
b. Etiologi
1. Distosia power
1.1 Kelainan his
a. Definisi
9
Distosia kelainan tenaga/HIS adalah his tidak normal
dalam kekuatan/ sifatnya menyebabkan rintangan pada
jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan macet.
b. Jenis
Distosia karena kelainan his di bagi menjadi dua jenis
yaitu :
1. Inersia hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/
tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks
atau mendorong anak keluar.
10
uteri sekunder ini tidak dibiarkan langsung
sedemikian lama karna dapat menimbulkan
kelelahan otot uterus maka inersia uteri
sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada
wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu
persalinan.
c. Etiologi
1. Sering dijumpai pada primigravida tua
2. Faktor herediter, emosi, dan kekuatan penting
3. Salah pimpin persalinan atau obat
4. Bagian bawah tidak berhubungan rapat dengan
SBR (Segmen Bawah Rahim)
5. Kelainan uterus seperti bikornis, unikolis
6. Kehamilan postmatur
d. Penanganan
1. Berikan cairan glukosa dan elektrolit bergantian
2. Pethidin untuk mengurangi rasa nyeri
3. Inersia uteri hipotonik terapinya diberikan tetesan
oksitosin yang diberikan bertahap tetesannya
4. Jangan berikan per-intramuskuler karena
menyebabkan incoordinate uterine contraction.
5. Pada incordinate uterine contraction diberikan
pethidin untuk mengurangi nyeri.
2.1 Kelainan mengejan
a. Etiologi
1. otot dinding perut lemah
2. distosia rekti, abdomen pendulans, jarak antara
kedua M. Rektus lebar
3. refleks mengejan hilang karena narkose penderita
tidak mau/takut
4. kelelahan
b. Penanganan
11
1. penderita baru boleh mengejan saat ada his
2. rasa sakit dapat dikurangi dengan analgesik
3. adanya kerjasama antara penderita dan penolong
2. Passage
Passage adalah dystocia karena kelainan jalan lahir dapat
disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul,
atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
1.1 Kelainan jaringan lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan
keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya
persalinan.
a. Distosia Servik Uteri
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan
kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan
baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet
karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau
membuka.
12
- Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga
persalinan berjalan lancar
- Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk
melakukan sectio cesaria
2.1 Kelainan tulang panggul
Dapat berupa :
Kelainan bentuk panggul yang tidak normal,
gynecoid, misalnya panggul jenis : Rachitis,
Scoliosis, Kyphosis,
Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit, ukurannya 1 – 2 cm kurang dari
ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada :
Kesempitan pintu atas panggul apabila
cephalopelvis kurang dari 10 cm atau
diameter transversa kurang dari 12 cm.
Konjugata Diagonalis (CD) maka inlet
dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5
cm.
3. Passanger
a. Definisi
Passanger adalah distasia karena kelainan letak atau
kelainan janin.
b. Etiologi
1.1 Kehamilan ganda (Gameli)
a. Definisi
Kehamilan dengan dua janin
b. Diagnosis
1) Anamnesis
Adanya riwayat gameli dalam keluarga
13
Kehamilan sekarang lebih besar dari
kehamilan sebelumnya dan gerakan janin
lebih banyak
Keluhan subyektif bertambah, perasaan
berar, sesak nafas, edema
2) Pemeriksaan
Besar uterus lebih besar dari usia
kehamilan
Penambahan berat badan mencolok
bukan karena edema atau obesitas
Teraba banyak bagian janin
Teraba 2 balotemen
Teraba 2 bagian besar janin
3) Diagnosis pasti
Teraba 2 kepala, 2 bokong
Auskultasi terdengar 2 denyut jantung
janin
Periksa dalam teraba kepala yang
maserasi
USG pada trimester 1 tampak 2 kantong
kehamilan
Foto rontgen abdomen
2.1 Malpresentasi
a. Definisi
Presentasi yang bukan presentasi kepala
b. Etiologi
Panggul picak
c. Prognosis
Presentasi os parietal anterior mungkin partus
spontan
14
Presentasi os parietal posterioe tak dapat partus
spontan
3.1 Malposisi
a. Definisi
presentasi belakang kepala dengan oksiput (ubun-ubun
kecil) tidak disegmen depan
b. Klasifikasi
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)
c. Etiologi
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
Pada ibu yang memiliki panggul android (segmen
anterior sempit), antropoid (diameter anterior
posterior > diameter transversa), otot dasar panggul
lemah (karena multiparitas, bekas robekan), inersia
uteri. Janin kecil, kepala janin panjang
(dolikosefalus)
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)
Pada panggul ibu yang picak, panggul corong dan
his inersia uteri. Janin kecil dan punggung belakang.
d. Diagnosis
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
Denominator ubun-ubun kecil
Periksa luar : perut agak mendatar, bagian
kecil teraba didepan, kepala menonjol diatas
PAP
15
Periksa dalam : ubun-ubun kecil disegmen
belakang
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)
Denominator ubun-ubun kecil
Periksa dalam sutura sagitalis melintang dengan :
Ubun-ubun kecil kanan
Ubun-ubun kecil kiri
e. Penatalaksanaan
1. Posisi oksipito posterior persisten (oksiput
dibelakang)
Koreksi ubun-ubun kecil kedepan :
a. koreksi manual
b. koreksi forsipal
Posisi oksipito posterior penanganannya
konservatif
Posisi oksipito posterior persisten
penanganannya dapat lahir spontan
2. Posisi oksipito transversalis (oksiput dilateral)
High transverse arrest koreksi manual,
gagal lakukan seksio sesar
Deept transverse arrest koreksi manual,
ekstraksi forcep
4.1 Makrosomia
a. Definisi
Makrosomia janin yang dilahirkan dengan BB > 4000gr
b. Etiologi
1. Keturunan
2. Multiparitas
3. Post term
4. Eritoblastosis
5. Prediabetes mellitus
16
6. Sosek tinggi
7. Hipotiroidisme
c. Diagnosis
1. Perut besar
2. Rontgenologis
3. Sefalometri dengan USG
d. Komplikasi
1. Ibu (dispnea, edema,distosia bahu, robekan jl. lahir,
HPP, persalinan kurang lancar krn kepala tidak
turun )
2. Janin (morbiditas/mortalitas meningkat,
sefalohematom, perdarahan intrakranial, paralisis
Erb, fraktur tulang)
e. Penanganan
1. Mengatur diet ibu
2. Periksa DM
3. Jika panggul normal pervaginam dan evaluasi
kemajuan partograf
4. Jika distosia bahu episiotomi lebar
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelainan jalan lahir dapat terjadi karena kelainan ukuran jalan lahir
keras dan panggul. Peran bidan dalam menangani kasus ini adalah
dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang
memiliki fasilitas yang lengkap untuk dapat dilakukan asuhan sesuai.
B. SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32