Rangkuman Bedah Thoraks
Rangkuman Bedah Thoraks
Oleh:
Ardhin Martdana
0111723143074
2.4 Kardiomiopati
Merupakan penyakit dari otot jantung (miokardium), sering disebut kardiomiopati
hipertrofi. Secara umum dibedakan menjadi tiga macam yaitu kardiomiopati dilatasi,
hipertrofi, dan restriktif.
2.5 Teknik Dasar Bedah Jantung
Bedah Jantung terbuka
Ancangan terbaik untuk melakukan semua operasi jantung dengan
menggunakan operasi jantung dengan menggunakan sirkulasi Ekstra Korporeal
adalah melalui sayatan sternotomi medialis dan pembukaan pericard secara
memanjang dapat digunakan baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Bedah Jantung Tertutup
Merupakan pembedahan jantung yang dilakukan tanpa memakai bantuan
sirkulasi ekstra korporeal dan pada jantung dilakukan dengan tetp berdenyut, namun
hal ini hanya terbatas pada sejumlah penyakit jantung yang memerlukan tindakan
pembedahan ini, seperti ligasi PDA, BT shunt,pemasangan
pacemaker,komisurotomi, bedah coroner, hingga perikardiotomi.
Bedah jantung invasive minimal
Pembedahan jantung yang dilakukan melalui sayatan sayatan kecil dengan
bantuan peralatan khusus sehingga memungkinkan dilakukan tindakan bedah tanpa
membuat trauma besar dan parut kulit yang lebar.
BAB III
VASKULAR
.Dalam sistem vaskuler, prinsip aliran ini disebut dengan rheology. Obat obatan
yang merupakan hemorheology bekerja dengan cara: menaikan fleksibilitas eritrosit
sehingga mudah mengalir ke pembuluh darah dengan diameter kecil, menurunkan
viskositas plasma, Menurunkan viskositas darah, dan menurunkan agregasi dan adhesi
dari trombosit.
Berdasarkan sifat vaskuler dan aliran di atas, perlu diperhatikan teknik khusus
penjahitan vaskuler. Jahitan dilakukan dengan cara melintang, bukan membujur agar
tidak menimbulkan penyempitan. Cara rekonstruksi vaskuler ada 3 macam:
1. Patch, yaitu menjahit tembelan dar segmen yang mengalami kerusakan/ defek
2. Interposisi yaitu mengganti segemen yang rusak / defek dengan vena atau prosthesis
3. Bypass, yaitu melakukan pintas/ bypass dari segmen yang rusak tersebut hingga
aliran darah dapat dilangsungkan kembali.
C. Penyakit Arteri
Trauma arteri
Langkah awal yang harus dilakukan untuk menghentikan trauma vaskuler adalah
menghentikan perdarahan atau hemostasis dengan melakukan bebat tekan atau
penekanan dengan tangan.
Gejala klinik trauma arteri ekstrimitas umumnya terjadi rasa nyeri/
pembengkakan dengan berkurangnya/hilangnya pulsasi nadi perifer sehingga gejalah
klinik dibagi dalam :
1. Gejala jelas (hard signs) terdiri dari, defisit pulsasi sebelah distal dari trauma,
adanya iskemia jaringan distal dari trauma, ada auskultasi bising atau bruit,tampak
adanya perdarahan aktif/ deras, terlihat hematom berdenyut
2. Gejala tidak jelas (soft signs), terlihat senjata tajam, ada perlukaan, shock
hemoragis yang tidak diketahui sebabnya, pembengkakan yang signifikan dari
ekstrimitas, hematom dengan hemodinamik stabil.
Diagnostik ditegakkan dengan Arteriografi, Dopller ulstrasonografi, Pulse
oxymetri pada akral ekstrimitas.Kerusakan arteri yang akurat dapat dinilai dengan
arteriografi. Arteriografi ini hanya dilakukan bila hemodinamik pasien stabil.
Indikasi intervensi bedah segera pada trauma vaskuler adalah: terdapatnya
kerusakan intima (derajat II), trauma vaskuler derajat III, iskemia tungkai yang lebih
dari 4-5 jam (maksimal 6 jam sebagai golden period). Proses reperfusi dengan
melakukan tindakan rekonstruksi vascular harus dilakukan sebelum melakukan
tindakan ortopedi dan setelah tindakan ortopedik, harus dicek kembali.
D. Penyakit Aorta
Aorta Abdominalis
Aneurisma aorta abdominalis terjadi bila ada dilatasi lokal dengan
peningkatan diameter > 50% dan lapisan elastin menipis dengan fragmentasi atau
disrupsi akibat aktivitas proteolitik. Klinis dari AAA adalah adanya masa pulsatile di
daerah abdomen, nyeri perut yang kronis dengan nyeri tekan di daerah aneurisma,
emboli sentral.Bila terjadi diseksi, didapatkan keluhan nyeri tiba-tiba hingga
menembus punggung dan disertai kolaps sirkulasi.Terapi dari AAA adalah
pembedahan yang dilakukan ketika tidak ada gejala karena resikonya besar.
Aorta torakalis
Penyakit pada aorta torakalis (aneurisma) sering datang dengan kejadian fatal
atau kematian mendadak karena mudah membesar dan dindingnya semakin tipis
sehingga mudah terjadi rupture. Secara anatomis, disebut aneurims aaorta torakalis
bila diameternya 2x lebih besar dari diameter normal. Standar terapi bedah yang
baik adalah reseksi secara terbuka dengan penggantian aneurisma dengan
protesa/graft in situ
E. Angiopati Diabetik
Pasien diabetes memiliki resiko terkena infeksi yang sulit sembuh hingga
menimbulkan gejala yang disebut dengan diabetic foot hingga menyebabkan ulkus dan
bila semakin parah menjadi gangrene. Pada kaki diabetik, terjadi neuropati dan angiopati.
Pemeriksaan untuk mendiagnosis adalah dengan mengukur ABI. Inspeksi luka dilakukan
dengan cermat untuk menilai ekstensi, kedalaman nekrosis, luas jaringan yang terkena
serta adanya osteomyelitis.
Klasifikasi ulkus kaki diabetic menurut Wagner : (0) tidak ada lesi atau deformitas
maupun selulitis, (1) ulkus superfisial, (2) ekstensi ulkus ke ligament, tendon, kapsula
sendi atau fasia dalam tanpa abses atau osteomyelitis. (3) ulkus dalam, dengan abses,
osteomyelitis atau sepsis sendi. (4) gangrene terlokalisasi pada bagian kaki depan atau
tumit. (5) gangrene ekstensif menyangkut seluruh kaki.
Tindakan bedah dilakukan dengan cara eksisi dari jaringan nekrosis, dilakukan
tanpa anestesi dan kemudian dirawat dengan balutan antibiotic (wound dressing) dan
ujung luka dibiarkan terbuka. Penggantian bebat dilakukan tiap hari dan disertai dengan
regulasi diabetesnya.
F. Penyakit Vena
Varises adalah pemanjangan, pelebaran, disertai berkelok-keloknya system vena
dan terdapatnya gangguan sirkulasi darah di dalamnya. Beberapa faktor yang dapat
dikaitkan dengan timbulnya varises yaitu faktor tekanan dan faktor aliran. Etiologi
varises tungkai dibagi dalam 2 golongan: 1) Varises primer, sering disebut "idiopatik"
yang berupa insufisiensi dari katup vena memang kira-kira sebanyak 30% disebabkan
karena kebocoran daerah sapheno femoral. 2) Varises sekunder, dikaitkan dengan
sejumlah faktor risiko sebagai kausa sekunder dari varises tungkai. Obesitas, perkerjaan
berdirilama, hormonal/menopause, kehamilan, obat-obatan kontrasepsi, hubungan
keluarga. Pada klinisnya, varises dibagi menjadi 4 stadium, yaitu
Klinis Stadium I
Apabila penderita merasakan rasa pegal, linu, atau lekas lelah setelah melakukan
perkerjaan dengan tungkainya. Hal tersebut terjadi karena adanya hambatan aliran
darah vena kembali ke proksimal
Klinis Stadium II
Terjadi saat tekanan dan volume darah dalam system profunda mulai menaik
sehingga system profunda mulai membengkak. Di system superfisial mulai nampak
pembesaran vena (vena ektasia, phleboektasia)
Klinis Stadium III
Katup-katup vena pada system superfisialis mulai tidak dapat menahan aliran darah
balik, sehingga darah akan berputar kembali ke arah distal dan vena yang mendapat
beban volume tersebut akan memanjang, berkelok, melebar.
Klinis Stadium IV
Setelah terjadi aliran darah yang berputar-putar pada satu segmen tungkai tersebut,
peredaran metabolit pada daerah tersebut akan terganggu. Jaringan akan menjadi
iskemik, edema yang konstan, dan dapat terjadi perlukaan yang disebut “ulcus
varicosum”
Terapi pada varises terbagi menjadi 2, yaitu dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan. Mulai stadium klinis II, sudah harus dipikirkan tindakan pembedahan
karena dapat melancarkan peredaran darah balik sehingga tidak jatuh pada stadium
lanjut. Sedangkan pada varises trunkal dan retikularis pada stadium III dan IV, mutlak
harus dilakukan pembedahan. Teknik-teknik pembedahan pada varises yaitu secara
ablasi venous saphenous, ligasi vena perforator, koreksi refluks vena profunda, terapi
obstruksi vena profunda, maupun bedah endovaskuler.
Meskipun pembedahan sudah diyakini sebagai terapi pilihan akan tetapi karena
spektrum penyakit varises yang sangat beragam, selain ukuran, jenis, dan stadiumnya,
maka terapi terbaik pada varises kecil dan dini adalah terapi non surgical, yaitu obat-
obatan, skleroterapi, ataupun bebat kompresi.
REFERENSI
Puruhito. 2013. Buku Ajar Primer Ilmu Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular.
Airlangga University Press, Surabaya