Anda di halaman 1dari 16

Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M.

Dawam Rahardjo

MENUJU SISTEM PEREKONOMIAN


INDONESIA
M. Dawam Rahardjo
LSAF Jakarta
dawamraharjo@yahoo.com

This article proposes to elaborate on the development of Indonesian economic system


since the independence to the more recently, known as Pancasila Economic System.
Mubyarto identifies some characteristics of the system as follow. Firstly, economic wheel
is driven by economic, moral and social incentives. Secondly, based on humanity prin-
ciple, egalitarianism is a strong will of all people to reach equality. Thirdly, the priority of
economic policy is to create strong national economy, meaning that nationalism has been
a spirit of every economic policy. Fourthly, cooperative society is the backbone of economy
and the most concrete form of economic cooperation. Finally, there must be a balance of
planning between that in national and decentralization levels in implementing economic
activities to reach economic and social justice.
Keywords: economic system, characteristics, national, decentralization, justice.

Pendahuluan konsep itu tidak sempat menjadi wacana


publik sehingga tidak diketahui derajat
P emikiran dan pembahasan tentang
sistem ekonomi Indonesia secara
komprehensif dimulai oleh Mohammad
penerimaan masyarakat dan negara ter-
hadap konsep itu.
Hatta dengan buku kecilnya yang berjudul Pada waktu yang bersamaan ketika
“Ekonomi Terpimpin” terbit pada tahun 1967. buku itu ditulis, di Indonesia berlaku sistem
Dalam pemikirannya itu Hatta mengacu Ekonomi Terpimpin yang berdampingan
kepada pasal-pasal tertentu dalam UUD dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Dalam
1945, yaitu pasal 27 ayat 2, pasal 33 dan persepsi masyarakat, yang memimpin orde
pasal 34 beserta penjelasannya. Namun ekonomi adalah negara dan pemerintah
konsep itu tidak dikembangkan lebih lanjut yang menganut Demokrasi Terpimpin yang
menjadi dokumen resmi mengenai suatu mengandung otoritarianisme, bahkan
sistem ekonomi yang dianut oleh negara kediktatoran. Di dalamnya terkandung unsur
walaupun berbagai aspek dalam konsep itu kontrol, komando dan perencanaan terpusat
sudah mencerminkan realitas yang berlaku yang kesemuanya bergabung menjadi
dalam perekonomian Indonesia. Namun dirigisme. Sementara itu konsep Hatta

113
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

berbeda, karena Ekonomi Terpimpin adalah sistem yang dualistis sebagai suatu
orde ekonomi yang didasarkan pada perpaduan antara gagasan liberal dan
Demokrasi Ekonomi. Namun karena yang keterpimpinan atau dirigisme. Selanjutnya
berlaku pada waktu itu adalah Ekonomni Pemerintah mendorong tiga sektor ekonomi
Terpimpin dalam model dirigisme di bawah sekaligus, sektor swasta, sektor negara dan
komando Bung Karno, maka dalam per- sektor koperasi yang juga mencerminkan
sepsi publik, Ekonomi Terpimpin adalah orde upaya pemaduan unsur-unsur berbagai
ekonomi yang dipimpin oleh Demokrasi sistem ekonomi .
Terpimpin itu. Dalam pengertian Hatta,
Ekonomi Terpimpin adalah orde ekonomi Ekonomi Pancasila
yang dipimpin oleh pasal-pasal ekonomi
Menurut Emil Salim, dalam perkem-
UUD 1945. Citra publik itu ikut serta
bangannya sejak 1945, sistem ekonomi In-
menyisihkan konsep Ekonomi Terpimpin
donesia bergerak dari kiri dan kekanan
Bung Hatta dari wacana publik.
mengikuti gerak bandul jam. Mula-mula
Sejak tahun 1967, Pemerintah Indone- mengarah kepada haluan sosialis, tetapi
sia yang disebut sebagai Pemerintah Orde kemudian berbalik ke kanan, ke haluan lib-
Baru, mulai menjalankan suatu strategi eral. Sejak Orde Batu gerak bandul jam itu
pembangunan yang komprehensif ber- diusahakan untuk diseimbangkan, sehingga
dasarkan TAP MPRS N0. XXIII/1966 tentang akhirnya pada akhir dasawarsa ’70-an
“Pembaharuan Ekonomi, Keuangan dan dicapai titik keseimbangan menjadi Sistem
Pembangunan” yang menjadi landasan Ekonomi Pancasila. Pemikiran itu dituang-
legalnya. kan oleh Emil Salim dalam suatu artikelnya
Sekalipun tidak disebut dianutnya suatu yang dimuat dalam jurnal ilmiah “Prisma”
sistem ekonomi tertentu, namun dalam tahun 1979.
konsep pembangunan itu terkandung unsur- Sebenarnya pada tahun 1965 Emil
unsur sistem ekonomi, misalnya landasan Salim sudah menulis suatu artikel pendek
ideologi dan hukum, lembaga-lembaga di Harian Kompas tentang Sistem Ekonomi
ekonomi, pranata ekonomi dan sektor-sektor Pancasila. (SEP). Tapi tulisan itu tidak
ekonomi yang dikembangkan. Karena itu direspon publik, mungkin karena risiko politik
secara implisit, Pemerintah Indonesia yang dirasakan oleh kalangan akademis
sedang mengembangkan suatu sistem pada waktu itu. Tapi tulisan itu masih bersifat
ekonomi tertentu, tapi masih bersifat umum yang menyebut unsur aksiologi saja.
arsitektural. Corak yang menonjol ada dua. Baru kemudian pada tahun 1979, ketika
Pertama adalah gagasan ekonomi liberal risiko politik sudah bisa diperhitungkan, Emil
yang tercermin dalam kebijaksanaan Salim mengembangkan lebih lanjut ga-
liberalisasi ekonomi, sebagaimana tercermin gasannya itu, dengan membahas aspek
dalam Peraturan 3 Oktober 1967, UU ontologinya, tapi kurang membahas lan-
Penanaman Modal Asing, 1967 dan UU dasan epistemologinya. Namun artikel itu
Penanaman Modal Dalam Negeri, 1968. juga tidak mendapat respon publik. Baru
Kedua adalah dilaksanakannya sistem pada bulan Nopember 1980, dalam rangka
perencanaan terpusat (centralized planning Dies Natalis UGM, Fakultas Ekonomi-UGM
system) yang dijalankan oleh Badan menyeleggarakan sebuah seminar besar
Perencanaan Pembangunan Nasional mengenai Ekonomi Pacasila yag dipimpin
(Bappenas) sehingga mencerminkan suatu oleh Mubyarto-Boediono. Seminar itu

114
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo

sebenarnya lebih merupakan refleksi kritis sebuah lembaga khusus di lingkungan UGM
terhadap sistem ekonomi yang berlaku yang dibentuk dengan SK Dirjen DIKTI.
sehingga termasuk menggugat teori-teori Namun dengan wafatnya Prof. Mubyarto,
ekonomi yang konvensional, yang pada nama lembaga ini diganti atas dasar
pokoknya dinilai bebas nilai. keputusan Rektor UGM menjadi Pusat
Cukup banyak sumbangan pemikiran Kajian Ekonomi Kerakyatan, yang menim-
yang dapat dihimpun baik dari kalangan bulkan kesan bahwa SEP itu intinya adalah
dalam FE-UGM maupun kalangan luar. Dan Sistem Ekonomi Kerakyatan sebagai lawan
kemudian cetusan gagasan yang bersifat dari Sistem Ekonomi Neo-liberal. Padahal
menggebrak itu mendapat respon yang menurut Mubyarto, Ekonomi Kerakyatan
cukup luas dari kalangan akademisi dan hanyalah merupakan bagian dari SEP.
intelektual. Tanggapan kritis misalnya Perekonomian rakyat adalah salah satu
datang dari Arief Budiman, Sarbini Suma- sektor ekonomi dalam SEP. Yang soko-
wiyata dan Sjahrir. Arief Budiman misalnya gurunya adalah koperasi .
melontarkan kritik bahwa konsep SEP tidak Sistem ekonomi sendiri, dengan
didasarkan pada konsep manusia yang mengacu kepada Sistem Ekonomi Kapi-
jelas. Dalam kapitalisme misalnya, landa- talis, menurut Marx Weber-Maxin Rodinson,
san teori manusianya tercermin dalam adalah suatu entitas yang terdiri dari empat
asumsi homo-economicus, sedangkan komponen. Pertama adalah mentalitas yang
dalam Sosialisme, landasan teorinya adalah tercermin sistem nilai yang dirumuskan
konsep homo socius. Karena itu maka Arief dalam norma-norma ekonomi. Menurut
Budiman cenderung untuk menganut Weber, norma-norma ekonomi itu bersumber
Sosialisme sebagai sistem ekonomi yang pada etika ekonomi. Sedangkan etika
dianut oleh Indonesia. Sarbini juga menga- ekonomi dibentuk oleh tiga faktor, yaitu
takan, bahwa SEP itu tidak memiliki kesejarahan, agama dan geografi ekonomi.
landasan teori yang jelas dan juga meng- Sedangkan norma ekonomi itu mencakup
anggap bahwa yang sudah jelas landasan konsep-konsep atau persepsi-persepsi
teorinya sebagai alternatif terhadap kapi- pertama mengenai kerja, kedua tentang
talisme adalah Sosialisme. Namun yang kekayaan, ketiga tentang perdagangan,
dimaksud oleh Sarbini adalah Sosialisme keuangan dan industri, kempat tentang
yang cocok untuk Indonesia, yaitu Sosialis- perubahan ekonomi dan inovasi teknis,
me Kerakyatan yang ditawarkan oleh St. kelima berkaitan dengan faktor-faktor
Sjahrir, pendiri Partai Sosialis Indonesia ekonomi serta keenam sikap terhadap
(PSI). Pada tahun 1985 Sarbini lebih mereka yang tidak memiliki sumberdaya
mengkongkretkan konsep Sosialisme ekonomi atau karitas. Mentalitas juga
Kerakyatan pada tingkat kebijaksanaan dicerminkan oleh sikap-sikap terhadap
menjadi konsep Ekonomi Kerakyatan dalam perubahan, otoritas, kompetisi, orang asing,
suatu tulisannya di jurnal Prisma. Tapi dan sikap terhadap penghematan. Sikap-
Ekonomi Kerakyatan bukan suatu sistem sikap itu jika menjadi perilaku kolektif akan
ekonomi, melainkan politik ekonomi. menjadi suatu sikap budaya (lihat bagan 1)
Dalam rangka untuk mengembangkan Dalam wacana mengenai sistem
konsep SEP, Mubyarto melakukan prakarsa ekonomi Indonesia, sering disebut azas
untuk membentuk lembaga Pusat Kajian usaha bersama, kekeluargaaan dan tradisi
Ekonomi Pancasila (PUSTEP) sebagai gotong rakyat atau tolong menolong di

115
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

kalangan rakyat terutama di pedesaan. mendorong atau menghambat pembangun-


Azas kekeluargaan ini malahan tercantum an ekonomi.
dalam pasal 33 UUD 1945 ayat 1 sebagai Kedua adalah struktur kelembagaan
azas dalam susunan perekonomian Indone- yang mengemban fungsi-fungsi tertentu
sia. Hanya saja azas ini dalam realitas lebih dalam rangka mencapai tujuan sistem,
banyak berlaku dalam kegiatan sosial, misalnya lembaga perencanaan, bank
misalnya, dalam mendirikan rumah, mem- sentral, departemen keuangan, perusahaan-
bangun jalan atau dalam mengatasi bencana perusahaan swasta, negara dan koperasi,
alam. Namun di bidang ekonomi mentalitas pasar modal, badan pengawas keuangan
ini nampak pada kecenderungan untuk negara atau lembaga perasuransian
berkoperasi sejak akhir abad 19 yang
Ketiga adalah pranata ekonomi yang
digerakkan secara besar-besaran oleh
tercermin dalam UU, Peraturan, pengelolaan
Pemerintah di masa Orde Baru.

Bagan 1 : Struktur norma-norma ekonomi

1. Norma tentang kerja

2. Norma tentang kekayaan


Faktor Historis

3. Norma tentang perdagangan


keuangan dan industri
Etika
Agama Ekonomi 4. Norma berkaitan dengan
Suatu faktor ekonomi
Masyarakat
5. Norma berkaitan dengan
Geografi Faktor tentang perubahan
Ekonomi ekonomi dan inovasi teknis

6. Norma tentang karena tanpa


sumber daya ekonomi
lainnya

Mentalitas, dalam kaitannya dengan ekonomi (economic governance).dan etika


perkembangan dan pertumbuhan ekonomi ekonomi. Dalam kaitan ini bisa disebut
banyak dibahas dalam buku Athur Lewis adanya tiga macam sistem kapitalisme
“The Theory of Economic Growth” (1956), menurut Weber, yaitu kapitalisme tradi-
demikian pula dalam buku Francis Fuku- sional, kapitalisme politik dan kapitalisme
yama “Trust” (1996). Yaitu nilai-nilai yang rasional dalam kaitannya dengan cara

116
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo

bagaimana mencari keun-tungan. Dalam Keempat adalah sektor-sektor eko-


sistem kapitalisme tradi-sional, keuntungan nomi, misalnya sektor swasta, sektor
diperoleh melalui persetujuan keuangan negara dan sektor koperasi atau yang
tradisional. Dalam sistem kapitalisme politik bersifat dualistis, misalnya desa-kota, for-
keuntungan diperoleh melalui, hubungan mal-informal, modern-tradisional, atau skala
politik yang predatoris, hubungan dominasi besar-kecil yamg membagi dua atau lebih
dan eksploitasi, serta kesepakatan tak biasa sektor-sektor kegiatan produktif atau sektor
dengan otoritas politik. Sedangkan dalam riil.
sistem kapitalisme rasional keuntungan Selain itu dengan mengacu kepada
diperoleh melalui perdagangan dalam pasar pandangan Arief Budiman yang disetujui juga
bebas atau produksi untuk pasar yang oleh Mubyarto dan Boediono, maka, kelima,
mengandung spekulasi kapitalis dan setiap sistem ekonomi harus pula didasari
keuangan. Menurut Weber, sistem kapitalis oleh konsep tentang manusia. Sarino
berkembang dari tradisional, politik dan Mangunpranoto berpendapat bahwa asumsi
akhirnya rasional yang merupakan sistem manusia Indonesia juga menvcakup konsep
kapitalis kontemporer. Namun dalam suatu homo religius atau homo ethicus.
periode ketiga sistem itu dalam realitas bisa
Keenam, karena setiap sistem itu
tercampur yang mengandung ketiga unsur
memiliki tujuan, maka Sistem Perekonomian
kapitalisme dalam pengelolaan ekonomi
Indonesia harus pula mengandung kom-
(economic governance). (lihat bagan 2).
ponen tujuan, misalnya madsyarakat adil

Bagan 2 : Tiga sistem kapitalisme


KAPITALISME

Kapitalisme Kapitalisme Kapitalisme


dagang rasional Politik Tradisional

MODA 1 MODA 2 MODA 6

Perdagangan Spekulasi, Perdagangan


dalam Pasar Bebas Kapitalis, dan persetujuan
produksi Kapitalis Keuangan

MODA 3 MODA 4 MODA 5

Keuntungan Keuntungan dari Keuntungan lewat


politik yang pasar lewat kesepakatan tak biasa
saling memakan dominasi dengan otoritas politik

117
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

dan makmur menurut Mukaddimah UUD yang berkelanjutan (sustainable develop-


1945 atau Kesejahteraan Sosial menurut ment).
judul Bagian XIV UUD 1945. Bisa tjuga Sistem ekonomi pada umumnya
mengacu kepada tujuan Proklamasi Kemer- dipahami sebagai sistem ekonomi yang
dekaan yaitu kebebasan ekonomi, kedau- universal, seperti Merkantilisme, kapitalisme
latan ekonomio, persatuan ekonomi, atau sistem ekonomi liberal laizzes faire,
keadilan ekonomi dan kemakmuran ekonomi sosialisme, sosial demokrasi, sistem pasar
Sementara itu Keneth Boulding dalam sosial atau sistem ekonomi Islam. Namun
pembahasannya mengenai kebijaksanaan dalam praktik, berbagai unsur sistem itu
ekonomi menyebut beberapa tujuan, seperti bercampur, misalnya menjadi sistem
pertumbuhan, stabilitas, kebebasan, perekonomian campuran (mixed-economy)).
keadilan dan pemerataan. Dalam konteks Atau konvergensi antara dua kutub ekstrem,
sekarang bisa disebut tujuan perkembangan yaitu kapitalisme dan sosialidsme. Dalam

Tabel 1 Model sistem ekonomi

Ciri-ciri Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi


Swasta Kontrol Kolektif/ Perencanaan
Sosialis Sentral
1. Kebebasan Bebas Bebas Bebas Bebas, tak
memilih Barang- penuh
barang
2. Kebebasan Bebas Bebas Bebas Bebas, tak
memilih lapangan penuh
kerja
3. Milik alat-alat Swasta Campur Kolektif Negara
produksi
4. Tanggung jawab Pemegang Campur Buruh Negara
manajer kepada : saham
5. Surplus untuk : Pemegang Campur Buruh Negara
saham
6. Prinsip pengatur Profit Max. MC-MR dan Laba Negara
perusahaan MC=MR Cost Plus maksimal per
buruh
7. Pembentukan
harga :
barang konsumsi, Pasar Pasar Pasar Negara
barang produksi Pasar Pasar Pasar Pasar
8. Penentuan tingkat Swasta Badan Pusat Badan Pusat Badan Pusat
pertumbuhan Perencaaan Perencaaan Perencaaan
ekonomi
9. Stabilitas Tak terkendali Dikendalikan Dikendalikan Dikendalikan
oleh Badan oleh Badan oleh Badan
Pusat Pusat Pusat
Perencanaan Perencanaan Perencanaan

Sumber: (Ekonomi Pancasila; Prof Dawam Rahardjo; Aditya Media Yogyakarta; Cetakan
Pertama; September 2004)

118
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo

suatu makalah kajiann pada tahun 1965, resmi di Indonesia.


Enil Salim menyebut istilah model sistem Sistem ekonomi yang berlaku terben-
yang mengandung empat varian, yaitu model tuk karena keputusan pilik misalnya
sistem swasta, model kolektif, model melalkuio konstitusi atau ditetepkan melalu
komando dan model perencanaan terpusat. UU. Namun sistem ekonomi suatu masya-
Setiap model mengandung prisip-prinsip rakat, bangsa atau negara itu dibentuk oleh
tertentu tentang 1) kebebasan dalam tiga faktor. Partama adalah faktor kese-
memilih lapangan kerja, 2) kebebasan dalam jarahan, misalnya pra-kapitalis, masa
memilih barang-barang konsumsi, 3) kolonial, kapitalis atau sosialisme. Bisa
pemilikan terhadap alat-alat produksi, 4) juga tahap agraris , industrial atau pasca
tanggung jawab menajemen, 5) peruntukan industrial. Kedua, oleh keyakinan, agama
laba, 6) pengaturan pengusaha, 7) pemben- atau ideologi yang dianut di Indonesia
tukan harga barang konsumsi dan produksi Pancasila. Ketiga, oleh faktor geografi
8) penentuan tingkat pertumbuhan ekonimi ekonomo, misalnya wilayah benua atau
dan 9) pengendalian stabilitas ekonomi. kepulauan, atau pulau kecil seperti Singa-
Lagi-lagi dalam praktek, setiap model pore. Bisa juga dipengaruhi oleh iklim,
sistem mengabndung prinsip-prinsip yang misalnya tropis atau subtropis atau empat
dicampur dari berbagai model dan berbagai musim,letak geografis. Demikian juga letak
model itu dicampur dalam suatu sistem geografis dalam kaitannya dengan perhu-
ekonomi nasional. Karena itu guna mem- bungan dan lalu-lintas ikut berpengaruh,
bedakan pengertian antara sistem ekonomi misalnya sistem atau orientasi perdagangan
universal, model sistem dan sistem ekonomi internasional. Faktor lain yang juga ikut
nasional, yaitu sistem ekonomi yang membentuk atau berpengaruh adalah faktor
dilaksanakan dalam praktek itu, maka akan kemasyarakatan, misalnya masyarakat
diikuti pandangan Arief Budiman yang homogin atau plural, multi-kultural, bisa juga
memakai istilah “Sistem Perekonomin” masyarakat yang berkasta atau egaliter.
dalam menyebut istilah Sistem Pereko- Sistem Perekonomian Indonesia adalah
nomian Pancasila karena mengacu pada kajian tentang sistem perekonomian yang
konsep sistem dalam realitas atau dalam berkembang dalam praktek dalam sejarah
praktek. perkembangan perekonomian Indonesia
Mubyarto sendiri sebenarnya menyebut yang bisa ditelusuri sejak dari zaman pra
Sistem Ekonomi Pancasila, sebagai model kolonial, kolonial, terutama sejak abad ke
sistem ekonomi nasional atau Sistem 19 dan abad 20. Pada awal abad 19 yang
Ekonomi Indonesia (SEI). Istilah itu juga berkembang adalah sistem ekonomi
sesuai dengan pandangan Sumitro Djojo- kolonial yang laizzes faire yang berkembang
hadikusumo yang pernah menulis sebuah menjadi sistem monopoli perdagangan oleh
buku kecil berjudul Sistem Ekonomi satu perusahaan dagang yaitu VOC
Pancasila. Dalam pandangan Sumitro, (Vereenigde Oots Indische Compagnie).
Sistem Ekonomi Pancasila adalah penja- Namun perusahaan dagang swasta ini
baran dan realisasi nilai-nilai Pancasila berakhir dengan kegagalan karena korupsi
dalam perekonomian Indonesia. Dengan dari dalam. Sistem ini kemudian digantikan
demikian, Sumitro memandang Sistem dengan sistem Tanam Paksa (Cultuur
Ekonomi Pancasila sebagai sebuah konsep Stelsel) dimana negara bertindak sebagai
normatif berdasarkan ideologi yang dianut perusahaan yang mengelola perkebunan

119
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

sejak 1930. Inti sistem ini adalah penerapan peternakan rakyat, pertambangan rakyat
sistem upah menanam dan paksaan untuk dan kerajinan rakyat.
bekerja di perkebunan. Ternyata sistem Sistem liberal ini menghasilkan sistem
monopoli negara ini mendapat tentangan dari ekonomi yang eksploitatif yang berorientasi
kaum liberal Belanda yang menginginkan ekspor, Ekspor terus berkembang untuk
agar yang tampil dalam kegiatan usaha mendukung industrialisasi Eropa dan
adalah perusahaan-perusahaan swasta. Belanda khususnya. Devisa yang diperoleh
Pada tahun 1870, lahir UU Agraria (Agra- tidak ditanamkan kembali di Hindia Belanda,
rische Wet) yang memberlakukan hak-hak tapi ditransfer ke Belanda. Sedang rakyat
individu untuk memiliki tanah dan membe- sendiri dengan sistem liberal ini diberi beban
baskan petani dari kewajiban tanam paksa pajak yang berat sehingga menimbulkan
agar mereka bisa mengerjakan tanahnya kemiskainan massal yang memuncak pada
sendiri atau dengan sukarela menjual akhir abad ke 19 yang menimbulkan banyak
tanahnya dan bekerja sebagai butruh bebas. pemberontakan lokal. Pemberontakan yang
Sejalan dengan itu swasta diberi pula hak terbesar sesudah Perang Jawa atau Perang
untuk memiliki tamah. Hak milik individu Diponegoro 1925-1930 timbul sebagai
atas properti ini merupakan unsur utama Perang Aceh yang menimbulkan banyak
dalam sistem kapitalisme atau sistem korban dari kedua belah pihak walaupun
ekonomi liberal. Selain hak milik individual, pada akhirnya pemberontakan itu bisa
berlaku pula hak milik komunal dan hak dipadamkan pada tahun 1904.
milik feodal yang mewakili negara. Mengacu
Sementara itu kemiskinan massal di
pada teori model sistem Emil Salim, semasa
Hindia Belanda, telah membangkitkan
VOC berlaku model sistem swasta, daln
kesadaran di kalangan liberal di parlemen
model sistem komanmping pada masa
Belanda. Dari kalangan liberal berdasarkan
Tanam Paksa dan kemudian kembali pada
nalar etisnya timbul rasa utang budi karena
model sawsta sejak 1870 di zaman liberal.
menyadari bahwa kemakmuran di negara
Disini Pemerintah Hindia Belanda kembali
Belanda dibangun di atas kemiskinan rakyat
pada sistem laissez-faire .Disamping hak
yang mengalami eksploitasi. Sebagai reaksi
milik individu berlaku juga hak milik komunal
terhadap kondisi kemerosotan kesejah-
berdasarkan hukum adat. Dan pada masa
teraan ini lahir politik liberal yang ber-
kemerdekaan lahir hak milik publik atau
orientasi pada kesejahteraan. Dalam
negara.
konteks kolonial, kesejahteraan bearti
Sistem perkebunan swasta ini ber- kondisi di atas garis kemiskinan, sehingga
kembang secara bertahap di berbagai berbeda dengan pengertian kesejahjteraan
daerah di Jawa dan luar Jawa. Selain itu dalam konteks negara maju, yaitu kondisi
berkembang pula perkebunan rakyat yang keberlebihan atau keserbacukupan
sebenarnya sudah ada sebelum masa (affluance).
Tanam Paksa, bahkan menyaingi Sistam
Kesadaran etis itu kemudian diikuti
Tanam Paksa. Dari sistem liberal inilah
dengan kesadaran politik yang menimbulkan
berkembang dualisme antara perkebunan
dua gagasan besar. Pertama, adalah
besar dan perkebunan rakyat yang menjadi
kebijaksanaan industrialisasi Hindia Belanda
cikal bakal dari perekonomian rakyat,
guna menciptakan lapangan kerja bagi
seperti perkebunan rakyat, pertanian rakyat,
rakyat. Tetapi sekaligus untuk membendung
perikanan rakyat, pertambakan rakyat,

120
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo

dominasi barang-barang impor dari Jepang pemerintah. Namun sebelum lahirnya Politik
dengan membuat industri yang mampu Etis, kaum pribumi sudah melakukan respon
menghasilkan barang-barang murah dan sendiri secara swadaya dengan berdirinya
kompetitif terhadap produk industri Jepang. Bank Tabungan Tolong Menolong (Hulp en
Gagasan ini tidak pernah dilaksanakan Spaarbank) pada tahun 1896 atas prakarsa
karena ditentang oleh golongan konservatif Patih Purwokerto Aria Wiriatmadja.
yang mewakili kepentingan perkebunan Perkembangan politik kolonial ini juga
besar, karena industrialisasi bisa mengu- menggambarkan terjadinya ayunan bandul
rangi suplai buruh murah yang dibutuhkan jam dari ekonomi swata menjadi ekonomi
oleh perkebunan besar. Tapi hal ini justru negara dan kembali lagi ke ekonomi swata,
mengandung hikmah karena Pemerintah tapi diikuti dengan intervensi negara untuk
Kolonial kemudian mendorong ekonomi mengatasi kemiskinan dan peningkatan
rakyat yang bisa menandingi kekuatan kesejahteraan. Juga terjadinya ayunan dari
ekonomi Cina Perantauan yang juga non-intervensi ke intervensi pemerintah.
menyaingi kekuatan ekonomi Belanda. Intervensi itu tentu saja mengandung
Kedua adalah menjalankan Politik Balas motif menjaga dan mengembangkan
Budi (Etische Pilitik) melalui tiga program, kepentingan ekonomi kolonial yang ter-
pertama adalah pendidikan (educatie), kandung dalam Merkantilisme Kolonial.
pengairan (irrigatie) dan pemindahan Tujuan Merkantilisme adalah membangun
penduduk dari Jawa-Madura ke Luar Jawa kekayaan negara, tapi dalam kasus
(transmigratie). Tentu saja kebijaksanaan itu ekonomi kolonial, negara itu adalah
mengandung kepentingan kolonial juga, Nederland atau Belanda di Eropa dan
misalnya dalam rangka penyediaan buruh bukannya negara Hindia Belanda, sebab
murah bagi perkebunan. Namun Politik Etis kekayaan dari surplus devisa dari per-
adalah cikal bakal dari poliik kesejahteraan dagangan internasional itu ditransfer ke
dan gagasan kesejahteraan sosial melalui Belanda.
kebijaksanaan pemerinah atau intervensi
Ciri menonjol dari kebijaksanaan
negara dalam sistem perekonomian.
ekonomi kolonial itu adalah pertama,
Dari Politik Etis inilah lahir unsur baru mengekspor bahan-bahan mentah untuk
dalam sistem ekonomi liberal di Hindia mensuplai industri Eropa dan negara-negara
Belanda, yaitu intervensi negara baik dengan penjajah. Kedua mengimpor barang-barang
tujuan peningkatan kesejahteraan dan konsumsi ke negara jajahan. Tapi per-
pengurangan kemiskinan disamping untuk dagangan internasional itu harus meng-
meningkatkan pertumbuhan ekonomi hasilkan surplus‘devisa yang akan ditransfer
domistik menghadapi perdagangan bebas, kembali ke negara penjajah di Eropa.
Dalam konteks sekarang, intervensi negara
Kebijaksanaan itu tidak menimbulkan
dipakai untuk menghadapi globalisasi
kemakmuran negara terjajah, karena tenaga
perdagangan bebas.
kerja petani dipaksa untuk bekerja di
Intervensi negara koilonial ini juga ikut perkebunan, sehingga tidak sempat
mendorong timbulnya gerakan ekonomi di mengembangkan pertanian rakyat,
kalangan penduduk sebagaimana ditengarai sebagaimana terjadi di Thailand yang tidak
dengan berdirintya Sarekat Dagang Islam dijajah. Akibatnya tidak terjadi ketahanan
(SDI) pada tahun 1911 yang direstui dabn kemandirian ekonomi dan tetap

121
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

terjadinya kemiskinan yang ditandai dengan Belanda, sistem perekonomian pra-kapi-


pemberontakan dan radikalisasi gerakan talistis yang mengadung corak feodal dan
rakyat selama tiga dasawarsa abad‘ 20. tradisional dan sistem ekonomi kapitalisme
Karena itu maka ketika kerjadi kejatuhan tinggi yang berlaku pada tahap kapitalisme
produk pertanian dunia, maka harga bahan awal dalam perekonomian kolonial. Ciri dari
mentah dari negara jajahan termasuk Hindia perekonomian dualistis itu antara lain adalah
Belanda ikut jatuh dan terjerumus ke dalam ko-eksistensi antara perekonomian desa dan
Depresi Besar perekonomian dunia 1929. kota. ekonomi barang dan ekonomi uang.
Akibatnya terjadi pengangguran besar- Ekonomi berdasarkan kebutuhan sosial (so-
besaran dan kemiskinan massal pada awal cial needs) dan kebutuhan ekonomi (eco-
dasawarsa 30-an. nomic needs) dan kegiatan produksi untuk
Kebijaksanaan intervensi yang menonjol memenuhi kebutuhan sendiri dan produksi
adalah pengembangan lembaga perkreditan untuk pasar. Dalam kaitannya dengan
rakyat dan koperasi. Kegiatan simpan mentalitias, pelaku ekonomi tradisional
pinjam sudah merupakan kegiatan rakyat dibimbing oleh adat-istiadat dan nilai-nilai
sejak awal abad 20 yang difasilitasi oleh tradisional, sedangkan ekonomi modern
pemerintah kabupaten di Jawa. Tapi bisnis kapitalis dibimbing oleh rasionalitas
simpan panjam ini kemudian diambil alih ekonomi. Dalam aspek kelem-bagaan,
oleh Pemerintah Kolonial menjadi volks- ekonomi modern bekerja melalui organisasi
credietbank karena anggapan bahwa bisnis ekonomi perusahaan, sedangkan ekonomi
ini bisa mendatangkan keuntungan besar, tradisional melalui lembaga sosial desa.
sehingga Pemerintah Kolonial bersedia Menurut Boeke perekonomian tradi-
mengalokasikan dana investasinya. Namun sional tidak mungkin berkembang dan akan
menurut Sumitro Djojohadikusumo, karena tetap berada dalam kemiskinan karena
tiadanya kegiatan produktif rakyat yang hambatan-hambatan yang dalam wacana
menghasilkan pendapatan, maka per- ekonomi politik dewasa ini disebut sebagai
kreditan rakyat tidak efektif. Tanpa pem- hambatan struktural berupa masalah-
bangunan yang dilakukan oleh Pemerintah masaalah yang berada diluar kemampuan
di sektor produktif, perkreditan tidak bisa individu untuk mengatasinya. Dari segi tanah,
membantu mengentaskan rakyat dari lahan pertanian sempit karena kepadatan
kemiskinan. penduduk dan fragmentasi akiubat sistem
waris. Rakyat harus menyewa tanah dari
Ekonomi Dualistis tuan-tuan tanah feodal dengan sewa yang
tinggi. Dari segi permodalan finansial, rakyat
Pada tahun 1930, dalam pidato pengu-
harus meminjam modal dengan bunga tinggi
kuhannya sebagai Guru Besar pada
dari pembunga uang, bahkan untuk
Universitasa Leiden, Prof.Dr. J.H. Boeke
memenuhi kebutuhan konsumsi. Dari segi
seorang birokrat yang membina kegiatan
perdagangan, harga produk petani ditekan
koperasi dan ahli ekonomi Belanda menge-
oleh tengkulak dengan sistem ijon. Hasilnya,
mukakan tesisnya mengenai Ekonomi
tingkat pendapatan petani yang rendah
Dualistis di Hindia Belanda. Ekonomi
bahkan kerap merugi. Dalam pengamatan
Dualistis adalah dua sistem ekonomi yang
Hatta tentang “Ekonomi Rakyat” pada tahun
bertentangan yang berada bersama pada
1931, rakyat terpaksa harus menjual tenaga
suatu waktu tertentu, yaitu di Hindia
sebagai buruh dan yang sedikit memiliki

122
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo

modal harus berdagang ke kota sebagai rakat), misalnya Persatuan Bangsa Indone-
pedagang kecil. sia (PBI) yang didirikan oleh sejumlah
Teori Boeke yang pesimis terhadap cendekiawan di bawah pimpinan Dr.
perekonomian tradisional pra-kapitalis yang Soetomo yang berdiri pada tahun 1933. PBI
tergolong dalam dismal science itu tidak ini menggerakkan petani melalui usaha
sepenuhnya disetujui oleh rekan-rekan bersama berbentuk koperasi-koperasi
bahkan murid-muridnya sendiri, namun petani yang memang berkembang pesat.
memberi isyarat terhadap perlunya peranan Selain itu yang melakukan respon adalah
pemerintah dalam membongkar hambatan- keluarga dengan mengembangkan usaha-
hambatan struktural tersebut. Tapi oleh usaaha rumah tangga di bidang pertanian
Hatta, politik ekonomi kolonial justru dan kerajinan rakyat. LSM ini di masa itu
melanggengkan hambatan itu sehingga memang tidak dihambat oleh Pemerintah
perekonomian rakyat senantiasa berada karena melakukan politik kooperasi untuk
dalam bahaya. Hal ini sesuai dengan menghindari tekanan dari Pemerintah
pendapat Boeke bahwa sistem ekonomi Kolonial. Dari perkembangan ini lahir suatu
kapitalis Barat hanya memberikan lebih unsur baru dalam sistem perekonomian,
banyak dampak negatif daripada positif, yaitu gerakan ekonomi rakyat melalui
karena sistem ekonomi kapitalis hanya lembaga koperasi sebagaimana dianjurkan
memberikan barang-barang dengan harga oleh Bung Hatta.
mahal tetapi tidak bisa menyediakan Baru pada tahun 1937 seorang pejabat
lapangan kerja. Karena itu dibutuhkan Belanda dari Kementerian Kemakmuran
kebijaksanaan pemerintah yang berbeda merencanakan pengembangan industri
yang menghilangkan hambatan-hambatan rakjat, terutama dengan memperkenalkan
bagi perekonomian rakyat untuk berkem- teknologi baru misalnya mesin tenun tangan,
bang. Gagasan campur tangan ini tentu saja hasil temuan Sekolah Tinggi Teknik
bertentangan dengan pandangan ekonomi Bandung (Sekarang Institut Teknologi
liberal. Bandung atau ITB) dimana Bung Karmno
Dalam teori ekonomi pembangunan belajar. Tapi ketika itu. Industri takyat,
modern dikatakan bahwa rakyat miskin dengan kekuatan swadaya telah berkem-
karena kelemahannya sendiri; “Rakyat bang cukup jauh secara swadaya dan
miskin karena miskin”. Tapi dalam pan- gotong royong dengan tumbuhnya sentra-
dangan kaum strukturalis, rakyat miskin sentra industri kerajinan rakyat di berbagai
karena dimiskinkan oleh eksploitasi yang kota dan pedesaan.
terkandung dalam sistem ekonomi. Mereka Menurut kajian historis G.H.A. Prince
tidak bisa berkembang karena hambatan- tentang “Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia
hambatan struktural yang tidak dapat 1990-1942” campur tangan atau intervensi
mereka atasi sendiri kecuali dihilangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dari pereko-
otoritas politik. nomian rakyat dinilai dari statemen Ratu
Penilaian Boeke terhadap lemahnya Wilhelmina dalam suatu pidato awalnya di
kemampuan rakyat untuk berkembang States General pada tahun 1901 yang
ternyata tidak seluruhnya benar. Karena mengumumkan akan dilakukannya kebijak-
rakyat justru merespon kondisinya melalui sanaan baru Pemerintah jajahan untuk
organisasi pergerakan yang sekarang meningkatkan kesejahteraan berdasarkan
disebut LSM (Lembaga Swadaya Masya- laporan mengenai kondisi yang mence-

123
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

maskan di sekitar merosotnya kesejah- Intervensi ini berkelanjutan dengan kepu-


teraan rakyat semenjak berlakukan sistem tusan dan tindakan pemerintah untuk
laizess faire 1970-1990. Petunjuk ini membeli semua persediaan padi sebelum
ditindak-lanjuti oleh Menteri Urusan Kolonial dibeli para tengkulak dan membentuk Pusat
Idenbur dan Gubernur Jenderal Hindia Pelayanan Distribusi yang melaksanakan
Belanda Rooseboom dengan mengaloka- pembelian dan melakukan operasi pasar
sikan anggaran sebesar 30 juta gulden pada masa harga maningkat di pasaran
untuk membangun irigasi, emigrasi, internasional yang memuncak pada tahun
pembangunan jalan, kredit pertanian dan 1920.
mengembangan industri. Dalam tangka itu, Intervensi ini terjadi lagi ketika Hindia
Pemerintah membentuk komite yang terdiri Belanda kebanjiran barang-barang dari
dari para ahli yang mempelajari persoalan- Jepang, bukan dengan melarang impor,
persoalan ekonomi dan mencari solusinya. tetapi dengan melakukan industrialisasi
Hasil terpentingnya adalah memandang pengganti impor. Pada tahun 1915 Peme-
pentingnya sektor pertanian untuk meme- rintah membentuk Komite Pengembangan
nuhi kebutuhan pangan. Realisasinya Substitusi Impor di Hindia Belanda”, baik
adalah membentuk Kementarian Pertanian dalam rangka membendung produk Jepang
yang berperan melakukan riset, pendidikan maupun mengurangi ketergantungan impor
dan perluasan kegiatan pertanian. Langkah barang industri dari Eropa. Tetapi rencana
ini sebenarnya adalah koreksi terhadap industrialisasi besar-besaran ini menim-
kebijaksanaan Pemerintah yang memu- bulkan konflik dengan kementerian-
satkan perhatiannya kepada pengembangan kementerian Pertanian, Industri dan
perkebunan besar untuk ekspor yang Perdagangan yang lebih menghendaki
menelantarkan produksi pangan, sehingga pengembangan industri kecil.
mengakibatkan kemerosotan kesejahjteraan
Dari sini nampak terjadinya dualisme
rakyat. Ahli ekonomi Belanda Gonggrijp
kebijaksanaan yang menyebabkan pembu-
tidak mengatakan tindakan itu sebagai
baran komite itu. Sampai komite itu
kebijaksanaan, melainkan “keterlibatan”
dibubarkan tidak banyak yang dilakukan oleh
Pemerintah dalam perkembangan ekonomi.
Pemerintah. Kebijaksanaan inilah yang
Sungguhpun begitu, kebijaksanaan dicoba diulang oleh Sitsen pada tahun 1937,
Pemerintah Kolonial itu belum bisa dikata- tetapi dengan menekankan pengembangan
kan menyimpang dari dan masih berada industri kecil. Kebijaksanaan inipun
pada koridor laizess faire, walaupun sebenarnya merupakan tindakan “pahlawan
pemerintah sudah melibatkan diri dalam kesiangan”, karena tanpa kebijaksanaan
kegiatan ekonomi. Apa yang disebut itupun industrti kecil telah jauh berkembang
sebagai intervensi negara baru terjadi pada dengan cara swadaya.
tahun 1911 ketika Pemerintah mengeluarkan
Dalam masa 1900-1942, pada dasarnya
regulasi pelarangan ekspor beras yang
Pemerintah Hindia Belanda telah mening-
berlaku hingga tahun 1918. Tapi kemudian
galkan laissez faire dengan berbagai
larangan itu dicabut dan diganti dengan
kebijaksanaan yang terlibat atau melakukan
anjuran menanam padi gogo diluar lahan
intervensi yang mencakup kebijaksanaan-
irigasi dan memerintahkan kepada
kebijaksanaan 1) peningkatan kesejah-
perkebunan untuk menyediakan 25% lahan
teraan, 2) pengelolaan distribusi beras, 3)
tanaman gula untuk menjadi sawah padi.
industrialisasi substitusi impor, melawan

124
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo

depresi ekonomi 1919-1921 dengan politik hidupan yang layak bagi kemanu-siaan”.
keseimbangan anggaran untuk mening- Inspirasi itu menimbulkan sikap melanjutkan
katankan anggaran pembangunan yang kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
diimbangi dengan penghematan, perluasan dipandang bermanfaat bagi rakyat dan
pembangunan pertanian dan mengatasi mengoreksi untuk diarahkan kepada
dampak Depresi Besar1929, dengan kesejahteraan rakyat.
mempertahankan standar emas agar Pada masa kemerdekaan, Pemerintah,
Pemerintah lebih leluasa dalam melakukan berdasarkan pasal-pasal ekonomi dalam
campur tangan di bidang ekonomi. UUD 1945 mulai membangun kerangka
Pemikiran para sarjana Belanda yang kelembagaan ekonomi, misalnya mendiri-
birokrat, kebijaksanaan ekonomi dan kan bank sentral, tetapi yang kemudian
perkembangan perekonomian Hindia berubah fungsinya menjadi bank pem-
Belanda di atas mempunyai pengaruh bangunan dan mendirikan perusahaan
terhadap perumusan sistem perekonomian negara untuk menangani pertambangan
Indonesia di masa kemerdekaan. Tradisi emas di Ciloto yang diikuti dengan pendirian
gerakan koperasi sejak 1906 berikut dengan perusahaan-perusahaan negara lain untuk
keswadayaan rakyat dalam mengembang- menggarap cabang-cabang penting bagi
kan kegiatan ekonomi yang diamati oleh negara dan menguasai hajat hiduip rakyat
Hatta, agaknya menuntunnya untuk meru- banyak, termasuk perkreditan melalui
muskan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 bahwa lembaga perbankan. Pemerintah juga
“Perekonomian disusun sebagai usaha mengeluarkan berbagai UU dan Peraturan
bersama berdasarkan atas azas keke- Pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya
luargaan”.Kebijaksanaan Pemerintah ekonomi. Dibidang ekskutif Pemerintah
Kolonial untuk menguasai produksi dan mendirikan Kementarian Keuangan dan
distribusi beras yang merupakan kebutuhan Kementerian Kemakmuran yang kemudian
pokok yang menguasai hajat hidup rakyat dipecah-pecah menjadi sektor-sektor
banyak, demikian pula rencana Pemerintah khusus, misalnya Kementerian Pertanian,
Kolonial untuk melakukan industrialisasi Kementarian Perindustrian Kementerian
substitusi impor, ikut mempengaruhi Hatta Perdagangan dan Pengerahan Tenaga Kerja
untuk merumuskan pasal 2 bahwa “Cabang- Twu Perburuhan. .
cabang produksi yang penting bagi negara Sesudah 1945 sampai dengan tahun
dan menguasai hajat rakyat banyak dikuasai 1966, telah berkembang tiga tahap dalam
oleh negara”. Dan akhirnya juga sistem kecenderungan kebijaksanaan ekonomi.
Tanam Paksa yang memerankan negara Dalam periode 1945-1950 terjadi percam-
sebagai pengusaha, dan penguasaan puran antara liberalisme dan sosialisme
negara terhadap pertambangan, memberi- dalam situasi di persimpangan jalan. Dalam
kan inspirasi agar “Bumi dan air dan tahun 1950-1959 terjadi kecenderungan
kekayaan yang terkandung di dalamnya kearah ekonomi liberal yang memberi
dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar peluang kepada masyarakat untuk
kemakmuran rakyat” yang merupakan ayat mengembangkan perekonomian, tanpa
3 pasal 33 UUD 1945. Berbagai politik banyak intervensi negara. Perkembangan
kesejahteraan juga mengilhami dicantum- koperasi lebih digerakkan oleh gerakan
kannya hak-hak sipil bahwa “Setiap warga koperasi daripada pembangunan koperasi
negara berhak atas pekerjaan dan peng- oleh pemerintah. Sektor swasta memperoleh

125
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

kesempatan untuk berkembang, termasuk BUMN karena swasta nasional belum


usaha kecil. Namun mulai nampak kesen- mampu mengambil alih kegiatan usaha
jangan antara usaha kaum pribumi yang asing.
bermodal kecil dan etnis keturunan Cina. Pada masa liberal, telah muncul tiga
Dalam perekonomian lokal berkembang pemikir ekonomi Indonesia yang memiliki
monopoli.Tapi sejak 1959 terjadi kecen- kecenderungan yang berbeda. Hatta, lebih
derungan yang kuat ke arah sosialisme, yaitu menekankan kepada pengembangan
sosialisme Indonesia, suatu bentuk sosialis- koperasi. Sumitro Djojohadikusumo lebih
me yang bercorak nasional. Kecenderungan cenderung pada menampilkan peranan
ini ditandai oleh tiga gejala, intervensi BUMN. Sedangkan Sjafruddin Prawiranegara
pemerintah dalam kehidupan ekonomi, menekankan preferensinya pada pengem-
pengembangan badan usaha milik negara bangan sektor swasta, termasuk asing dalam
(BUMN) pembinaan koperasi dan pember- pengembangan perekonomian Indonedia.
dayaan ekonomi rakyat. Pada tahun 1957 Perbedaan pandangan ketiga tokoh itu dapat
dilakukan nasionalisasi perusahaan- dilihat pada tabel 2
perusahaan asing yang digantikan dengan

Tabel 2 Spektrum Pemikiran tentang Strategi Pembangunan Indonesia.


Hatta Sumitro Sjafruddin
1. Pembangunan denga 1. Analisis kebijakan 1. Stabilitas ekonomi
sistem perencanaan pembayaran ekonomi moneter ketat anti
sentral inflasi
2. Pemenuhan kebutuhan 2. Industrialisasi substitusi 2. Anggaran
pokok masyarakat impor berimbang
3. Peningkatan daya beli 3. Nasionalisasi perusahaan 3. Swasembada
masyarakat asing pangan
4. Pengembangan industri 4. Anggaran berimbang 4. Produksi
rakyat dinamis (Keynesian) berdasarkan prinsip
keuntungan
komparatif
(Ricardian)
5. Mendorong gerakan 5. Bantuan luar negeri untuk 5. Kredit pertanian
koperasi pembangunan dan industri kecil
6. Bantuan luar negeri untuk 6. Pengembangan BUMN 6. Mengundang
membangun industri dan modal asing
alih teknologi dengan Undang-
Undang
Penanaman Modal
Asing
7. Pengendalian penduduk 7. Membina kekuatan 7. Mambangun sektor
dan transmigrasi ekonomi pribumi lewat swasta
perdagangan
8. Membangun BUMN 8. Mendorong Koperasi 8. Membangun
perkebunan untuk
eksport
Sumber: M. Dawam Rahardjo “Habibienomics, Telaah Ekonomi Pembangunan Indonesia”
hal 28.

126
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo

Nampak dalam tabel itu bahwa dalam peraturan-peraturan pemerintah dan


setiap pemikiran terdapat campuran antara instruksi presiden yang mewadai kebijak-
unsur-unsur swasta, koperasi dan negara. sanaan ekonomi nasional. Semenjak
Hanya titik beratnya saja yang berbeda. Pemerintahan Orde Baru 1965, telah terbit
Hatta misalnya punya skala prioritas banyak UU , Peraturan Pemerintah dan
koperasi, BUMN dan baru kemudian swasta. Instruksi Presiden.
Sumitro urutannya adalah negara, koperasi Sekalipun mulai terbentuk kerangka
dan baru swasta. Sedangkan Sjafruddin, besar suatu sistem perekonomian nasional,
swasta, koperasi dan baru kemudian namun tidak jelas apakah sistem itu
negara. Kesemuanya mengacu kepada mengikuti suatu sistem ekonomi universal
konteks perekonomian nasional Indonesia. tertentu, misalnya sistem liberal kapitalis,
Dalam masa itu berbagai unsur aliran sistem sosialis, sistem sosial demokrasi
dan sistem ekonomi bersama-sama atau sistem ekonomi Islam. Berbagai unsur
membentuk sistem perekonomian yang sistem itu terramu dalam sistem
berlaku. Kesemuanya itu masuk ke dalam perekonomian nasional Indonesia yang
sistem perekonomian, melalui keputusan belum terumuskan. Memang secara umum
masyarakat, peraturan dan perundang- terkesan bahwa sistem ekonomi yang
undangan yang memuat kebijaksanaan berkembang pada masa Orde Baru itu
ekonomi dan pengelolaan ekonomi. Namun adalah suatu bentuk sistem ekonomi liberal
tidak terekam secara komprehensif dalam atau sistem perekomian campuran (mixed
suatu konsep. Sebagian nampak nyata economy) meminjam istilah Samuelson
dalam pembentukan lembaga, misalnya biro yang dalam disebut sebagai arus utama
perencanaan dan kemudian badan (mainstream). Jika ciri utamanya liberal
perencanaan pembangunan yang maka yang menonjol adalah kebijaksanaan
menghasilkan suatu rencana pembangunan moneter (monetary policy). Tapi jika lebih
yang komprehensif, misalnya rencana sosial cirinya adalah kebijaksanaan fiskal
pemnbangunan lima tahun atau rencana (fiscal policy). Keduanya diikuti dalam
pembangunan delapan tahun. sistem perekonomian yang berlaku. Baik
Konsep yang secara jelas mencer- Pemerintah maupun Bank Sentral berperan
minkan suatu sistem baru terjadi pada tahun dalam mencapai tujuan dari sistem. Dalam
1966 dalam naskah Ketetapan (TAP) No. sistem perekonomian itu terkandung pula
XXIII/MPRS/1966 yang melandasi pem- unsur perencanaan sentral (centralized plan-
bangunan berencana jangka panjang. ning) yang dikombinasi dengan perencanaan
Konsep sistem itu tercermin dalam pertama, regional (regional planning) tapi keduanya
pemeranan Bappenas (Badan Perencanaan masih tergolong dalam sistem perencanaan
Pembangunan Nasional) sebagai penyusun yang memusat.
Rencana Pembangunan setiap lima Dilihat dari hasil sistem itu, muncul tiga
tahunan, kedua membangun tiga jenis jenis hasil. Pertama adalah stabilitas
lembaga pengelolaan ekonomi mikro, yaitu ekonomi. Kedua adalah pertumbuhan
perusahaan swasta, perusahaan negara dan ekonomi dan ketiga adalah pemerataan
koperasi. Ketiga, UU yaitu UU Pokok pembangunan dan hasil-hasilnya. Tapi dilihat
Perkoperasian, UU Penanaman Modal dari segi kelembagaan, mula-mula yang
Asing (PMA) dan UU Penanaman Modal menonjol adalah peran badan perencanaan
Dalam Negeri (PMDN) yang diikuti dengan pembangunan pusat. Tapi kemudian

127
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009

terutama sejak 1990, terjadi proses nama lain dari Sistim Perekonomian Indo-
liberalisasi ekonomi dengan kebijaksanaan- nesia yang lebih operasional.
kebijaksanaan yang pragmatis.
Baru pada tahun 1979, Emil Salim Penutup
mencoba mengidentifikasi sistem pereko- Dalam penyusunan konsep sistem
nomian Indonesia dengan nama Sistem perekonomian Indonesia yang perlu
Ekonomi Pancasila (SEP). Tapi Emil Salim dilakukan adalah sebuah kajian historis-
tidak memperinci substansi dan detail dari empiris mengenai terbentuknya sistem
SEP itu. Pada tahun 1980, Mubyarto perekonomian Indonesia dalam suatu
mencoba mengidentifikasi ciri-ciri SEP yaitu evolusi yang bisa dipakai sebagai legitimasi
Pertama, Roda perekonomian digerakkan bagi tepat dan efektifnya sistem tersebut.
oleh rangsangan ekonomi, moral dan sosial. Sehingga tidak menjadi suatu utopia yang
Kedua, kehendak yang kuat dari seluruh tidak realitis (unrealistic utyopia).l
masyarakat kearah keadaan pemerataan
sosial (egalitarianisme) sesuai azas-azas Daftar Pustaka
kemanusiaan. Ketiga, Prioritas kebijaksa-
naan ekonomi adalah penciptaan perekono- Hatta, Moh. 1967. Ekonomi Terpimpin.
mian nasional yang tangguh yang berarti Jakarta: Djambatan.
nasionalisme menjiwai tiap kebijaksanaan
ekonomi. Keempat koperasi merupakan Lewis, Athur. 2003. The Theory of Economic
soko guru perekonomian dan bentuk yang Growth. London: Taylor and Francis.
paling kongkret dari usaha bersama. Kelima
adanya imbangan yang jelas dan tegas Raharjo, Dawam. 2004. Ekonomi Pancasila.
antara perencanaan di tingkat nasional dan Yogyakarta: Aditya Media
desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi untuk menjadi keadilan ekonomi Salim, Emil. 1979. Jurnal ilmiah. Prisma
dan sosial.
Tap MPRS. No. XXIII/1966. tentang
Sebenarnya Mubyarto sudah mencoba Pembaharuan Ekonomi, Keuangan
melukiskan berbagai aspek dari sistem dan Pembangunan.
perekonomian nasional itu dalam bukunya
“ Sistem Ekonomi Pancasila” (1987). Undang-Undang Dasar 1945. dan
Misalnya landasan teoritis, landasan moral, Penjelasannya, Pasal 27 (ayat 2) dan
landasan moral, politik ekonomi, tujuan Pasal 33 serta pasal 34.
sistem dan arah kebijaksanaan ekonomi
nasional. Namun uraian itu hanyalah UU Penanaman Modal Asing tahun 1967
pengumpulan berbagai artikel yang pernah dan Penanaman Modal dalam Negeri.
ditulisnya, dan belum bisa dijadikan Tahun 1968.
pedoman operasional dalam menjalankan
sistem perekonomian nasional. Namun Undang-Undang tentang Peraturan
pedoman operasional kebijaksanaan Pengelolaan Ekonomi (Economic
ekonomi telah dirumuskan dalam seminar Governance) dan etika ekonomi.
ISEI mengenai “Penjabaran Demokrasi”,

rrr

128

Anda mungkin juga menyukai