Menuju SEP
Menuju SEP
Dawam Rahardjo
113
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
berbeda, karena Ekonomi Terpimpin adalah sistem yang dualistis sebagai suatu
orde ekonomi yang didasarkan pada perpaduan antara gagasan liberal dan
Demokrasi Ekonomi. Namun karena yang keterpimpinan atau dirigisme. Selanjutnya
berlaku pada waktu itu adalah Ekonomni Pemerintah mendorong tiga sektor ekonomi
Terpimpin dalam model dirigisme di bawah sekaligus, sektor swasta, sektor negara dan
komando Bung Karno, maka dalam per- sektor koperasi yang juga mencerminkan
sepsi publik, Ekonomi Terpimpin adalah orde upaya pemaduan unsur-unsur berbagai
ekonomi yang dipimpin oleh Demokrasi sistem ekonomi .
Terpimpin itu. Dalam pengertian Hatta,
Ekonomi Terpimpin adalah orde ekonomi Ekonomi Pancasila
yang dipimpin oleh pasal-pasal ekonomi
Menurut Emil Salim, dalam perkem-
UUD 1945. Citra publik itu ikut serta
bangannya sejak 1945, sistem ekonomi In-
menyisihkan konsep Ekonomi Terpimpin
donesia bergerak dari kiri dan kekanan
Bung Hatta dari wacana publik.
mengikuti gerak bandul jam. Mula-mula
Sejak tahun 1967, Pemerintah Indone- mengarah kepada haluan sosialis, tetapi
sia yang disebut sebagai Pemerintah Orde kemudian berbalik ke kanan, ke haluan lib-
Baru, mulai menjalankan suatu strategi eral. Sejak Orde Batu gerak bandul jam itu
pembangunan yang komprehensif ber- diusahakan untuk diseimbangkan, sehingga
dasarkan TAP MPRS N0. XXIII/1966 tentang akhirnya pada akhir dasawarsa ’70-an
“Pembaharuan Ekonomi, Keuangan dan dicapai titik keseimbangan menjadi Sistem
Pembangunan” yang menjadi landasan Ekonomi Pancasila. Pemikiran itu dituang-
legalnya. kan oleh Emil Salim dalam suatu artikelnya
Sekalipun tidak disebut dianutnya suatu yang dimuat dalam jurnal ilmiah “Prisma”
sistem ekonomi tertentu, namun dalam tahun 1979.
konsep pembangunan itu terkandung unsur- Sebenarnya pada tahun 1965 Emil
unsur sistem ekonomi, misalnya landasan Salim sudah menulis suatu artikel pendek
ideologi dan hukum, lembaga-lembaga di Harian Kompas tentang Sistem Ekonomi
ekonomi, pranata ekonomi dan sektor-sektor Pancasila. (SEP). Tapi tulisan itu tidak
ekonomi yang dikembangkan. Karena itu direspon publik, mungkin karena risiko politik
secara implisit, Pemerintah Indonesia yang dirasakan oleh kalangan akademis
sedang mengembangkan suatu sistem pada waktu itu. Tapi tulisan itu masih bersifat
ekonomi tertentu, tapi masih bersifat umum yang menyebut unsur aksiologi saja.
arsitektural. Corak yang menonjol ada dua. Baru kemudian pada tahun 1979, ketika
Pertama adalah gagasan ekonomi liberal risiko politik sudah bisa diperhitungkan, Emil
yang tercermin dalam kebijaksanaan Salim mengembangkan lebih lanjut ga-
liberalisasi ekonomi, sebagaimana tercermin gasannya itu, dengan membahas aspek
dalam Peraturan 3 Oktober 1967, UU ontologinya, tapi kurang membahas lan-
Penanaman Modal Asing, 1967 dan UU dasan epistemologinya. Namun artikel itu
Penanaman Modal Dalam Negeri, 1968. juga tidak mendapat respon publik. Baru
Kedua adalah dilaksanakannya sistem pada bulan Nopember 1980, dalam rangka
perencanaan terpusat (centralized planning Dies Natalis UGM, Fakultas Ekonomi-UGM
system) yang dijalankan oleh Badan menyeleggarakan sebuah seminar besar
Perencanaan Pembangunan Nasional mengenai Ekonomi Pacasila yag dipimpin
(Bappenas) sehingga mencerminkan suatu oleh Mubyarto-Boediono. Seminar itu
114
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo
sebenarnya lebih merupakan refleksi kritis sebuah lembaga khusus di lingkungan UGM
terhadap sistem ekonomi yang berlaku yang dibentuk dengan SK Dirjen DIKTI.
sehingga termasuk menggugat teori-teori Namun dengan wafatnya Prof. Mubyarto,
ekonomi yang konvensional, yang pada nama lembaga ini diganti atas dasar
pokoknya dinilai bebas nilai. keputusan Rektor UGM menjadi Pusat
Cukup banyak sumbangan pemikiran Kajian Ekonomi Kerakyatan, yang menim-
yang dapat dihimpun baik dari kalangan bulkan kesan bahwa SEP itu intinya adalah
dalam FE-UGM maupun kalangan luar. Dan Sistem Ekonomi Kerakyatan sebagai lawan
kemudian cetusan gagasan yang bersifat dari Sistem Ekonomi Neo-liberal. Padahal
menggebrak itu mendapat respon yang menurut Mubyarto, Ekonomi Kerakyatan
cukup luas dari kalangan akademisi dan hanyalah merupakan bagian dari SEP.
intelektual. Tanggapan kritis misalnya Perekonomian rakyat adalah salah satu
datang dari Arief Budiman, Sarbini Suma- sektor ekonomi dalam SEP. Yang soko-
wiyata dan Sjahrir. Arief Budiman misalnya gurunya adalah koperasi .
melontarkan kritik bahwa konsep SEP tidak Sistem ekonomi sendiri, dengan
didasarkan pada konsep manusia yang mengacu kepada Sistem Ekonomi Kapi-
jelas. Dalam kapitalisme misalnya, landa- talis, menurut Marx Weber-Maxin Rodinson,
san teori manusianya tercermin dalam adalah suatu entitas yang terdiri dari empat
asumsi homo-economicus, sedangkan komponen. Pertama adalah mentalitas yang
dalam Sosialisme, landasan teorinya adalah tercermin sistem nilai yang dirumuskan
konsep homo socius. Karena itu maka Arief dalam norma-norma ekonomi. Menurut
Budiman cenderung untuk menganut Weber, norma-norma ekonomi itu bersumber
Sosialisme sebagai sistem ekonomi yang pada etika ekonomi. Sedangkan etika
dianut oleh Indonesia. Sarbini juga menga- ekonomi dibentuk oleh tiga faktor, yaitu
takan, bahwa SEP itu tidak memiliki kesejarahan, agama dan geografi ekonomi.
landasan teori yang jelas dan juga meng- Sedangkan norma ekonomi itu mencakup
anggap bahwa yang sudah jelas landasan konsep-konsep atau persepsi-persepsi
teorinya sebagai alternatif terhadap kapi- pertama mengenai kerja, kedua tentang
talisme adalah Sosialisme. Namun yang kekayaan, ketiga tentang perdagangan,
dimaksud oleh Sarbini adalah Sosialisme keuangan dan industri, kempat tentang
yang cocok untuk Indonesia, yaitu Sosialis- perubahan ekonomi dan inovasi teknis,
me Kerakyatan yang ditawarkan oleh St. kelima berkaitan dengan faktor-faktor
Sjahrir, pendiri Partai Sosialis Indonesia ekonomi serta keenam sikap terhadap
(PSI). Pada tahun 1985 Sarbini lebih mereka yang tidak memiliki sumberdaya
mengkongkretkan konsep Sosialisme ekonomi atau karitas. Mentalitas juga
Kerakyatan pada tingkat kebijaksanaan dicerminkan oleh sikap-sikap terhadap
menjadi konsep Ekonomi Kerakyatan dalam perubahan, otoritas, kompetisi, orang asing,
suatu tulisannya di jurnal Prisma. Tapi dan sikap terhadap penghematan. Sikap-
Ekonomi Kerakyatan bukan suatu sistem sikap itu jika menjadi perilaku kolektif akan
ekonomi, melainkan politik ekonomi. menjadi suatu sikap budaya (lihat bagan 1)
Dalam rangka untuk mengembangkan Dalam wacana mengenai sistem
konsep SEP, Mubyarto melakukan prakarsa ekonomi Indonesia, sering disebut azas
untuk membentuk lembaga Pusat Kajian usaha bersama, kekeluargaaan dan tradisi
Ekonomi Pancasila (PUSTEP) sebagai gotong rakyat atau tolong menolong di
115
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
116
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo
117
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
Sumber: (Ekonomi Pancasila; Prof Dawam Rahardjo; Aditya Media Yogyakarta; Cetakan
Pertama; September 2004)
118
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo
119
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
sejak 1930. Inti sistem ini adalah penerapan peternakan rakyat, pertambangan rakyat
sistem upah menanam dan paksaan untuk dan kerajinan rakyat.
bekerja di perkebunan. Ternyata sistem Sistem liberal ini menghasilkan sistem
monopoli negara ini mendapat tentangan dari ekonomi yang eksploitatif yang berorientasi
kaum liberal Belanda yang menginginkan ekspor, Ekspor terus berkembang untuk
agar yang tampil dalam kegiatan usaha mendukung industrialisasi Eropa dan
adalah perusahaan-perusahaan swasta. Belanda khususnya. Devisa yang diperoleh
Pada tahun 1870, lahir UU Agraria (Agra- tidak ditanamkan kembali di Hindia Belanda,
rische Wet) yang memberlakukan hak-hak tapi ditransfer ke Belanda. Sedang rakyat
individu untuk memiliki tanah dan membe- sendiri dengan sistem liberal ini diberi beban
baskan petani dari kewajiban tanam paksa pajak yang berat sehingga menimbulkan
agar mereka bisa mengerjakan tanahnya kemiskainan massal yang memuncak pada
sendiri atau dengan sukarela menjual akhir abad ke 19 yang menimbulkan banyak
tanahnya dan bekerja sebagai butruh bebas. pemberontakan lokal. Pemberontakan yang
Sejalan dengan itu swasta diberi pula hak terbesar sesudah Perang Jawa atau Perang
untuk memiliki tamah. Hak milik individu Diponegoro 1925-1930 timbul sebagai
atas properti ini merupakan unsur utama Perang Aceh yang menimbulkan banyak
dalam sistem kapitalisme atau sistem korban dari kedua belah pihak walaupun
ekonomi liberal. Selain hak milik individual, pada akhirnya pemberontakan itu bisa
berlaku pula hak milik komunal dan hak dipadamkan pada tahun 1904.
milik feodal yang mewakili negara. Mengacu
Sementara itu kemiskinan massal di
pada teori model sistem Emil Salim, semasa
Hindia Belanda, telah membangkitkan
VOC berlaku model sistem swasta, daln
kesadaran di kalangan liberal di parlemen
model sistem komanmping pada masa
Belanda. Dari kalangan liberal berdasarkan
Tanam Paksa dan kemudian kembali pada
nalar etisnya timbul rasa utang budi karena
model sawsta sejak 1870 di zaman liberal.
menyadari bahwa kemakmuran di negara
Disini Pemerintah Hindia Belanda kembali
Belanda dibangun di atas kemiskinan rakyat
pada sistem laissez-faire .Disamping hak
yang mengalami eksploitasi. Sebagai reaksi
milik individu berlaku juga hak milik komunal
terhadap kondisi kemerosotan kesejah-
berdasarkan hukum adat. Dan pada masa
teraan ini lahir politik liberal yang ber-
kemerdekaan lahir hak milik publik atau
orientasi pada kesejahteraan. Dalam
negara.
konteks kolonial, kesejahteraan bearti
Sistem perkebunan swasta ini ber- kondisi di atas garis kemiskinan, sehingga
kembang secara bertahap di berbagai berbeda dengan pengertian kesejahjteraan
daerah di Jawa dan luar Jawa. Selain itu dalam konteks negara maju, yaitu kondisi
berkembang pula perkebunan rakyat yang keberlebihan atau keserbacukupan
sebenarnya sudah ada sebelum masa (affluance).
Tanam Paksa, bahkan menyaingi Sistam
Kesadaran etis itu kemudian diikuti
Tanam Paksa. Dari sistem liberal inilah
dengan kesadaran politik yang menimbulkan
berkembang dualisme antara perkebunan
dua gagasan besar. Pertama, adalah
besar dan perkebunan rakyat yang menjadi
kebijaksanaan industrialisasi Hindia Belanda
cikal bakal dari perekonomian rakyat,
guna menciptakan lapangan kerja bagi
seperti perkebunan rakyat, pertanian rakyat,
rakyat. Tetapi sekaligus untuk membendung
perikanan rakyat, pertambakan rakyat,
120
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo
dominasi barang-barang impor dari Jepang pemerintah. Namun sebelum lahirnya Politik
dengan membuat industri yang mampu Etis, kaum pribumi sudah melakukan respon
menghasilkan barang-barang murah dan sendiri secara swadaya dengan berdirinya
kompetitif terhadap produk industri Jepang. Bank Tabungan Tolong Menolong (Hulp en
Gagasan ini tidak pernah dilaksanakan Spaarbank) pada tahun 1896 atas prakarsa
karena ditentang oleh golongan konservatif Patih Purwokerto Aria Wiriatmadja.
yang mewakili kepentingan perkebunan Perkembangan politik kolonial ini juga
besar, karena industrialisasi bisa mengu- menggambarkan terjadinya ayunan bandul
rangi suplai buruh murah yang dibutuhkan jam dari ekonomi swata menjadi ekonomi
oleh perkebunan besar. Tapi hal ini justru negara dan kembali lagi ke ekonomi swata,
mengandung hikmah karena Pemerintah tapi diikuti dengan intervensi negara untuk
Kolonial kemudian mendorong ekonomi mengatasi kemiskinan dan peningkatan
rakyat yang bisa menandingi kekuatan kesejahteraan. Juga terjadinya ayunan dari
ekonomi Cina Perantauan yang juga non-intervensi ke intervensi pemerintah.
menyaingi kekuatan ekonomi Belanda. Intervensi itu tentu saja mengandung
Kedua adalah menjalankan Politik Balas motif menjaga dan mengembangkan
Budi (Etische Pilitik) melalui tiga program, kepentingan ekonomi kolonial yang ter-
pertama adalah pendidikan (educatie), kandung dalam Merkantilisme Kolonial.
pengairan (irrigatie) dan pemindahan Tujuan Merkantilisme adalah membangun
penduduk dari Jawa-Madura ke Luar Jawa kekayaan negara, tapi dalam kasus
(transmigratie). Tentu saja kebijaksanaan itu ekonomi kolonial, negara itu adalah
mengandung kepentingan kolonial juga, Nederland atau Belanda di Eropa dan
misalnya dalam rangka penyediaan buruh bukannya negara Hindia Belanda, sebab
murah bagi perkebunan. Namun Politik Etis kekayaan dari surplus devisa dari per-
adalah cikal bakal dari poliik kesejahteraan dagangan internasional itu ditransfer ke
dan gagasan kesejahteraan sosial melalui Belanda.
kebijaksanaan pemerinah atau intervensi
Ciri menonjol dari kebijaksanaan
negara dalam sistem perekonomian.
ekonomi kolonial itu adalah pertama,
Dari Politik Etis inilah lahir unsur baru mengekspor bahan-bahan mentah untuk
dalam sistem ekonomi liberal di Hindia mensuplai industri Eropa dan negara-negara
Belanda, yaitu intervensi negara baik dengan penjajah. Kedua mengimpor barang-barang
tujuan peningkatan kesejahteraan dan konsumsi ke negara jajahan. Tapi per-
pengurangan kemiskinan disamping untuk dagangan internasional itu harus meng-
meningkatkan pertumbuhan ekonomi hasilkan surplus‘devisa yang akan ditransfer
domistik menghadapi perdagangan bebas, kembali ke negara penjajah di Eropa.
Dalam konteks sekarang, intervensi negara
Kebijaksanaan itu tidak menimbulkan
dipakai untuk menghadapi globalisasi
kemakmuran negara terjajah, karena tenaga
perdagangan bebas.
kerja petani dipaksa untuk bekerja di
Intervensi negara koilonial ini juga ikut perkebunan, sehingga tidak sempat
mendorong timbulnya gerakan ekonomi di mengembangkan pertanian rakyat,
kalangan penduduk sebagaimana ditengarai sebagaimana terjadi di Thailand yang tidak
dengan berdirintya Sarekat Dagang Islam dijajah. Akibatnya tidak terjadi ketahanan
(SDI) pada tahun 1911 yang direstui dabn kemandirian ekonomi dan tetap
121
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
122
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo
modal harus berdagang ke kota sebagai rakat), misalnya Persatuan Bangsa Indone-
pedagang kecil. sia (PBI) yang didirikan oleh sejumlah
Teori Boeke yang pesimis terhadap cendekiawan di bawah pimpinan Dr.
perekonomian tradisional pra-kapitalis yang Soetomo yang berdiri pada tahun 1933. PBI
tergolong dalam dismal science itu tidak ini menggerakkan petani melalui usaha
sepenuhnya disetujui oleh rekan-rekan bersama berbentuk koperasi-koperasi
bahkan murid-muridnya sendiri, namun petani yang memang berkembang pesat.
memberi isyarat terhadap perlunya peranan Selain itu yang melakukan respon adalah
pemerintah dalam membongkar hambatan- keluarga dengan mengembangkan usaha-
hambatan struktural tersebut. Tapi oleh usaaha rumah tangga di bidang pertanian
Hatta, politik ekonomi kolonial justru dan kerajinan rakyat. LSM ini di masa itu
melanggengkan hambatan itu sehingga memang tidak dihambat oleh Pemerintah
perekonomian rakyat senantiasa berada karena melakukan politik kooperasi untuk
dalam bahaya. Hal ini sesuai dengan menghindari tekanan dari Pemerintah
pendapat Boeke bahwa sistem ekonomi Kolonial. Dari perkembangan ini lahir suatu
kapitalis Barat hanya memberikan lebih unsur baru dalam sistem perekonomian,
banyak dampak negatif daripada positif, yaitu gerakan ekonomi rakyat melalui
karena sistem ekonomi kapitalis hanya lembaga koperasi sebagaimana dianjurkan
memberikan barang-barang dengan harga oleh Bung Hatta.
mahal tetapi tidak bisa menyediakan Baru pada tahun 1937 seorang pejabat
lapangan kerja. Karena itu dibutuhkan Belanda dari Kementerian Kemakmuran
kebijaksanaan pemerintah yang berbeda merencanakan pengembangan industri
yang menghilangkan hambatan-hambatan rakjat, terutama dengan memperkenalkan
bagi perekonomian rakyat untuk berkem- teknologi baru misalnya mesin tenun tangan,
bang. Gagasan campur tangan ini tentu saja hasil temuan Sekolah Tinggi Teknik
bertentangan dengan pandangan ekonomi Bandung (Sekarang Institut Teknologi
liberal. Bandung atau ITB) dimana Bung Karmno
Dalam teori ekonomi pembangunan belajar. Tapi ketika itu. Industri takyat,
modern dikatakan bahwa rakyat miskin dengan kekuatan swadaya telah berkem-
karena kelemahannya sendiri; “Rakyat bang cukup jauh secara swadaya dan
miskin karena miskin”. Tapi dalam pan- gotong royong dengan tumbuhnya sentra-
dangan kaum strukturalis, rakyat miskin sentra industri kerajinan rakyat di berbagai
karena dimiskinkan oleh eksploitasi yang kota dan pedesaan.
terkandung dalam sistem ekonomi. Mereka Menurut kajian historis G.H.A. Prince
tidak bisa berkembang karena hambatan- tentang “Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia
hambatan struktural yang tidak dapat 1990-1942” campur tangan atau intervensi
mereka atasi sendiri kecuali dihilangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dari pereko-
otoritas politik. nomian rakyat dinilai dari statemen Ratu
Penilaian Boeke terhadap lemahnya Wilhelmina dalam suatu pidato awalnya di
kemampuan rakyat untuk berkembang States General pada tahun 1901 yang
ternyata tidak seluruhnya benar. Karena mengumumkan akan dilakukannya kebijak-
rakyat justru merespon kondisinya melalui sanaan baru Pemerintah jajahan untuk
organisasi pergerakan yang sekarang meningkatkan kesejahteraan berdasarkan
disebut LSM (Lembaga Swadaya Masya- laporan mengenai kondisi yang mence-
123
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
124
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo
depresi ekonomi 1919-1921 dengan politik hidupan yang layak bagi kemanu-siaan”.
keseimbangan anggaran untuk mening- Inspirasi itu menimbulkan sikap melanjutkan
katankan anggaran pembangunan yang kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
diimbangi dengan penghematan, perluasan dipandang bermanfaat bagi rakyat dan
pembangunan pertanian dan mengatasi mengoreksi untuk diarahkan kepada
dampak Depresi Besar1929, dengan kesejahteraan rakyat.
mempertahankan standar emas agar Pada masa kemerdekaan, Pemerintah,
Pemerintah lebih leluasa dalam melakukan berdasarkan pasal-pasal ekonomi dalam
campur tangan di bidang ekonomi. UUD 1945 mulai membangun kerangka
Pemikiran para sarjana Belanda yang kelembagaan ekonomi, misalnya mendiri-
birokrat, kebijaksanaan ekonomi dan kan bank sentral, tetapi yang kemudian
perkembangan perekonomian Hindia berubah fungsinya menjadi bank pem-
Belanda di atas mempunyai pengaruh bangunan dan mendirikan perusahaan
terhadap perumusan sistem perekonomian negara untuk menangani pertambangan
Indonesia di masa kemerdekaan. Tradisi emas di Ciloto yang diikuti dengan pendirian
gerakan koperasi sejak 1906 berikut dengan perusahaan-perusahaan negara lain untuk
keswadayaan rakyat dalam mengembang- menggarap cabang-cabang penting bagi
kan kegiatan ekonomi yang diamati oleh negara dan menguasai hajat hiduip rakyat
Hatta, agaknya menuntunnya untuk meru- banyak, termasuk perkreditan melalui
muskan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 bahwa lembaga perbankan. Pemerintah juga
“Perekonomian disusun sebagai usaha mengeluarkan berbagai UU dan Peraturan
bersama berdasarkan atas azas keke- Pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya
luargaan”.Kebijaksanaan Pemerintah ekonomi. Dibidang ekskutif Pemerintah
Kolonial untuk menguasai produksi dan mendirikan Kementarian Keuangan dan
distribusi beras yang merupakan kebutuhan Kementerian Kemakmuran yang kemudian
pokok yang menguasai hajat hidup rakyat dipecah-pecah menjadi sektor-sektor
banyak, demikian pula rencana Pemerintah khusus, misalnya Kementerian Pertanian,
Kolonial untuk melakukan industrialisasi Kementarian Perindustrian Kementerian
substitusi impor, ikut mempengaruhi Hatta Perdagangan dan Pengerahan Tenaga Kerja
untuk merumuskan pasal 2 bahwa “Cabang- Twu Perburuhan. .
cabang produksi yang penting bagi negara Sesudah 1945 sampai dengan tahun
dan menguasai hajat rakyat banyak dikuasai 1966, telah berkembang tiga tahap dalam
oleh negara”. Dan akhirnya juga sistem kecenderungan kebijaksanaan ekonomi.
Tanam Paksa yang memerankan negara Dalam periode 1945-1950 terjadi percam-
sebagai pengusaha, dan penguasaan puran antara liberalisme dan sosialisme
negara terhadap pertambangan, memberi- dalam situasi di persimpangan jalan. Dalam
kan inspirasi agar “Bumi dan air dan tahun 1950-1959 terjadi kecenderungan
kekayaan yang terkandung di dalamnya kearah ekonomi liberal yang memberi
dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar peluang kepada masyarakat untuk
kemakmuran rakyat” yang merupakan ayat mengembangkan perekonomian, tanpa
3 pasal 33 UUD 1945. Berbagai politik banyak intervensi negara. Perkembangan
kesejahteraan juga mengilhami dicantum- koperasi lebih digerakkan oleh gerakan
kannya hak-hak sipil bahwa “Setiap warga koperasi daripada pembangunan koperasi
negara berhak atas pekerjaan dan peng- oleh pemerintah. Sektor swasta memperoleh
125
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
126
Menuju Sistem Perekonomian Indonesia; M. Dawam Rahardjo
127
UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009
terutama sejak 1990, terjadi proses nama lain dari Sistim Perekonomian Indo-
liberalisasi ekonomi dengan kebijaksanaan- nesia yang lebih operasional.
kebijaksanaan yang pragmatis.
Baru pada tahun 1979, Emil Salim Penutup
mencoba mengidentifikasi sistem pereko- Dalam penyusunan konsep sistem
nomian Indonesia dengan nama Sistem perekonomian Indonesia yang perlu
Ekonomi Pancasila (SEP). Tapi Emil Salim dilakukan adalah sebuah kajian historis-
tidak memperinci substansi dan detail dari empiris mengenai terbentuknya sistem
SEP itu. Pada tahun 1980, Mubyarto perekonomian Indonesia dalam suatu
mencoba mengidentifikasi ciri-ciri SEP yaitu evolusi yang bisa dipakai sebagai legitimasi
Pertama, Roda perekonomian digerakkan bagi tepat dan efektifnya sistem tersebut.
oleh rangsangan ekonomi, moral dan sosial. Sehingga tidak menjadi suatu utopia yang
Kedua, kehendak yang kuat dari seluruh tidak realitis (unrealistic utyopia).l
masyarakat kearah keadaan pemerataan
sosial (egalitarianisme) sesuai azas-azas Daftar Pustaka
kemanusiaan. Ketiga, Prioritas kebijaksa-
naan ekonomi adalah penciptaan perekono- Hatta, Moh. 1967. Ekonomi Terpimpin.
mian nasional yang tangguh yang berarti Jakarta: Djambatan.
nasionalisme menjiwai tiap kebijaksanaan
ekonomi. Keempat koperasi merupakan Lewis, Athur. 2003. The Theory of Economic
soko guru perekonomian dan bentuk yang Growth. London: Taylor and Francis.
paling kongkret dari usaha bersama. Kelima
adanya imbangan yang jelas dan tegas Raharjo, Dawam. 2004. Ekonomi Pancasila.
antara perencanaan di tingkat nasional dan Yogyakarta: Aditya Media
desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi untuk menjadi keadilan ekonomi Salim, Emil. 1979. Jurnal ilmiah. Prisma
dan sosial.
Tap MPRS. No. XXIII/1966. tentang
Sebenarnya Mubyarto sudah mencoba Pembaharuan Ekonomi, Keuangan
melukiskan berbagai aspek dari sistem dan Pembangunan.
perekonomian nasional itu dalam bukunya
“ Sistem Ekonomi Pancasila” (1987). Undang-Undang Dasar 1945. dan
Misalnya landasan teoritis, landasan moral, Penjelasannya, Pasal 27 (ayat 2) dan
landasan moral, politik ekonomi, tujuan Pasal 33 serta pasal 34.
sistem dan arah kebijaksanaan ekonomi
nasional. Namun uraian itu hanyalah UU Penanaman Modal Asing tahun 1967
pengumpulan berbagai artikel yang pernah dan Penanaman Modal dalam Negeri.
ditulisnya, dan belum bisa dijadikan Tahun 1968.
pedoman operasional dalam menjalankan
sistem perekonomian nasional. Namun Undang-Undang tentang Peraturan
pedoman operasional kebijaksanaan Pengelolaan Ekonomi (Economic
ekonomi telah dirumuskan dalam seminar Governance) dan etika ekonomi.
ISEI mengenai “Penjabaran Demokrasi”,
rrr
128