(JURNAL)
Oleh:
PUTU DIAH TRISNA PRADANA SUARI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Oleh:
Putu Diah Trisna Pradana Suari, Eddy Rifai, Budi Rizki Husin
Email: diahtrisna12@gmail.com
Operasi tangkap tangan (OTT) merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam
penanganan kasus korupsi. Dalam operasi tangkap tangan, KPK mempergunakan
teknik-teknik pengumpulan barang bukti untuk dapat menandingi kecanggihan aktivitas
korupsi yang dilakukan oleh koruptor. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah Peran KPK dalam melakukan Operasi Tangkap Tangan dab apa saja
Faktor Penghambat KPK dalam melakukan Operasi Tangkap Tangan Terhadap Pejabat
Publik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif dan yuridis empiris. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder. Penentuan narasumber dilakukan dengan wawancara dengan
responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi
lapangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa peran lembaga KPK kewenangannya di berikan oleh
undang-undang KPK. Berdasarkan pasal 6 undang-undang KPK, bertugas untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
Pasal 11 undang-undang KPK selanjutnya membatasi bahwa kewenangan KPK
melakukan penyidikan, penyelidikan dan penuntutan dibatasi pada tindak pidana
korupsi yang :a.) Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara Negara, dan orang
lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum atau penyelenggara Negara. b.) Mendapatkan perhatian yang
meresahkan masyarakat, dan atau c.) Menyangkut kerugian Negara paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Faktor penghambat Operasi Tangkap Tangan
yang dilakukan oleh KPK khususnya Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan oleh
KPK terhadap beberapa pejabat di Kabupaten Lampung Tengah. Hambatan-hambatan
tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, diantara faktor substansi hukum, masyarakat,
dan budaya hukum.
Hand arrest operation (OTT) is one of the efforts conducted in handling the corruption
cases. In the capture operation, the KPK uses techniques for collecting evidence to be
able to match the sophistication of corruption activities carried out by corruptors. The
formulation of the problem in this study is how the role of the Corruption Eradication
Commission (KPK) in conducting Hand arrest operation (OTT) and what is the
Inhibiting Factors of the Corruption Eradication Commission in conducting Hand
arrest operation (OTT) against Public Officials. The method in this research is a
normative juridical and empirical juridical approach. The sources and types of data
used are primary data and secondary data. Determination of sources is done by
interviewing respondents. The data collection with literature study and field studies.
The data analysis used qualitative analysis. Based on this results it was found that the
role of the KPK institution was given by the KPK law. Based on article 6 of the KPK
law, it is tasked with conducting investigations, investigations and prosecutions of
corruption. Article 11 of the KPK law further limits that the KPK's authority to conduct
investigations, investigations and prosecutions is limited to acts of corruption that: a.)
Involve law enforcement officials, state administrators, and other people related to
criminal acts of corruption committed by enforcement officers. law or state
administrator. b.) Get attention that is disturbing to the community, and or c.)
Regarding State losses of at least Rp. 1,000,000,000.00 (one billion rupiah). Inhibiting
factors for Hand arrest operation (OTT)carried out by the KPK, specifically the Hand
arrest operation (OTT)carried out by the KPK against several officials in Central
Lampung Regency. These obstacles are caused by a variety of factors, including
substance, legal, community, and legal culture factors.