Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

DAERAH PENANGKAPAN IKAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS


PELABUHAN PERIKANAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS
KELAUTAN DAN PERIKANAN, JALAN PPI PANGKALAN SESAI,
KOTA DUMAI, PROVINSI RIAU

OLEH :

ARIF RAMADHAN PSP 1804112696


ENITA DABUTAR PSP 1804113475
IRMA GLAUDIA BR SILAEN PSP 1804113005
IZZA AHYANI HARAHAP PSP 1804112707
MONALISA SONIA ANGGRAINY SIHOMBING PSP 1804112718
YOSHUA SATRIA YUDHA PERWIRA PSP 1804112783

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur marilah sama–sama kita sampaikan kepada Allah SWT,

Tuhan junjungan alam semesta yang telah memberikan rahmat, nikmat, taufik,

dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum

lapangan daerah penangkapan ikan guna memenuhi tugas praktikum lapangan

daerah penangkapan ikan.

Laporan praktikum lapangan ini kami selesaikan dengan maksimal berkat

kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian

laporan praktikum lapangan ini. Kami juga berterima kasih kepada orangtua,

keluarga, dosen pembimbing, asisten laboratoriun, dan teman – teman sekalian.

Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan laporan praktikum lapangan ini, baik dari segi tata bahasa maupun

kerincian informasi yang akan kami sampaikan. Oleh karena itu, kami menerima

kritik dan saran yang membangun dan berguna dari pembaca yang nantinya akan

memperbaiki laporan praktikum lapangan ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan praktikum ini

dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca

Pekanbaru, Desember 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii

DAFTAR TABEL .................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat

II. METODE PRAKTIKUM


2.1 Waktu dan Tempat ..................................................................... 10
2.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 10
2.3 Prosedur Praktikum .................................................................... 11
2.3.1 Penentuan Lokasi Sampling .............................................. 11
2.3.2 Pengumpulan Data ............................................................ 12
2.3.3 Data Spesifikasi Kapal dan Alat Tangkap

1II. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil .......................................................................................... 13
3.2 Pembahasan ............................................................................... 15

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan .............................................................................. 17
4.2 Saran ......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Clarias gariepinus ........................................................................ 13


iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Lokasi Penangkapan ............. 8


v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan Praktikum ..................................................................... 20


2. Kegiatan Praktikum ............................................................................... 21
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah atau area

populasi organisme yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan, yang

bahkan apabila memungkinkan diburu oleh fishing master yang bekerja di kapal-

kapal penangkap ikan dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan yang

dimilikinya.

Fishing ground dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, antara lain :

temperatur air, salinitas, pH, kecerahan, gerakan air, kedalaman perairan,

topografi dasar perairan, bentuk bangunan dasar perairan (bottom properties),

kandungan oksigen terlarut, dan makanan.

Fishing ground dapat ditandai dengan yaitu distribusi massa air, sebagai

akibat adanya daerah pertemuan arus laut. Distribusi massa air ini akan membawa

dan menyebarkan organisme hidup. Fluktuasi keadaan lingkungan, dapat

mempengaruhi beberapa hal, yaitu distribusi, migrasi, pertumbuhan, dan

reproduksi organisme air termasuk ikan.

Hewan (ikan) suka mendiami suatu lingkungan untuk tinggal secara

permanen, hanya lewat saja, dan tinggal untuk jangka pendek sebelum

meneruskan untuk berjalan lagi. Sewaktu hewan (ikan) berada diam di suatu

tempat, maka memudahkan mereka untuk ditangkap dengan menggunakan alat

penangkap. Sejak saat itu daerah tersebut disebut daerah penangkapan ikan

(fishing ground).
2

Fishing ground yang baik, apabila mempunyai karakteristik dari ikan yang

menghuninya (seperti sub populasi, umur, ukuran, jangka waktu/lama kehidupan

dan tingkat pertumbuhan). Jumlah individu ikan (ukuran sub populasi, jumlah

ikan yang datang ke fishing ground, jumlah gerombolan ikan, dan tingkat

kepadatan individu setiap gerombolan). Karakteristik fishing ground (seperti

letak/posisi, wilayah dan kedalaman air). Waktu (seperti musim, lamanya tinggal).

Keadaan yang disukai oleh ikan dan hewan laut lainnya yaitu daerah

dengan keadaan faktor fisik optimum (mudah beradaptasi) dengan fluktuasi yang

kecil. Daerah upwelling dari perairan yang dalam dan kaya nutrien yang bergerak

ke atas ke daerah euphotic yang banyak phytoplanktonnya. Daerah pertemuan dan

puncak upwelling yang merupakan kombiasi thermoclin pada perairan yang

dangkal. Daerah pertemuan 2 massa air yang berbeda, khusus bagi ikan

bermigrasi (kuroshio dan oyashio). Daerah yang dekat dengan bangunan dasar

laut (terumbu karang, topografi yang menghasilkan campuran lapisan air atas dan

bawahnya serta organisme yang dibawanya merupakan makanan ikan). Daerah

yang mempunyai ciri spesifik bagi ikan untuk menempel telurnya (rumput laut,

bangunan-bangunan atau kapal karam)

Klasifikasi fishing ground berdasarkan struktur oseanografi, yaitu daerah

pertemuan 2 arus. Terbentuk karena pertemuan 2 arus sebagai akibat perbedaan

massa air (arus kuroshio dan oyashio). Daerah yang terbentuk karena mempunyai

temperatur optimum. Terbentuk karena adanya pertemuan massa air yang berbeda

temperatur, sehingga menjadikan temperatur optimum. Daerah yang terbentuk

karena percampuran air yang mengarah ke atas. Terbentuk karena pertemuan arus

panas dan arus dingin yang berbenturan, mengakibatkan arah arus ke atas atau ke
3

bawah dan kemudian menyebar membentuk formasi eddy. Gerakan massa air ke

atas tersebut disebut surface divergence dan gerakan sebaliknya disebut surface

convergence.

1.2 Tujuan

Praktikum lapangan daerah penangkapan ini ini bertujuan untuk melatih

dan meningkatkan kemampuan mahasiswa, serta untuk mengetahui dasar

mengenai daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan wilayah yang disukai

ikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan ikan di suatu wilayah

dan menambah keterampilan dan ilmu pengetahuan dalam mengetahui daerah

penangkapan ikan (fishing ground).

1.3 Manfaat

Praktikum lapangan daerah penangkapan ini ini bermanfaat untuk

mengenalkan sekaligus memberikan gambaran maupun deskripsi kepada

mahasiswa mengenai daerah penangkapan ikan (fishing ground).


4

II. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan daerah penangkapan ikan dilakukan di Unit Pelaksana

Teknis Pelabuhan Perikanan Pemerintah Provinsi Riau Dinas Kelautan dan

Perikanan, Jalan PPI Pangkalan Sesai, Kota Dumai, Provinsi Riau. Praktikum

lapangan daerah penangkapan ikan dilakukan pada hari sabtu sampai minggu,

tanggal 09-10 November 2019.

2.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum lapangan daerah penangkapan ikan

adalah alat tulis, seperti pulpen, pensil, penghapus, correction pen, penggaris,

buku tulis, buku penuntun praktikum lapangan daerah penangkapan ikan, kamera,

alat pengukur kualitas perairan, seperti refractometer, skywatch, secchi disk, fish

finder, flowatch, dan DO meter, dan alat-alat lain yang mendukung dalam

kegiatan praktikum lapangan daerah penangkapan ikan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan daerah penangkapan

ikan adalah perairan di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pemerintah

Provinsi Riau Dinas Kelautan dan Perikanan, Jalan PPI Pangkalan Sesai, Kota

Dumai, Provinsi Riau.


5

2.3 Prosedur Praktikum

2.3.1 Penentuan Lokasi Sampling

Penentuan lokasi sampling yang akan menentukan wilayah pengambilan

data dan wawancara ditentukan secara acak di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan

Perikanan Pemerintah Provinsi Riau Dinas Kelautan dan Perikanan, Jalan PPI

Pangkalan Sesai, Kota Dumai, Provinsi Riau. Lokasi sampling pengambilan data

dan wawancara dilakukan di pinggiran dermaga Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan

Perikanan Pemerintah Provinsi Riau Dinas Kelautan dan Perikanan, Jalan PPI

Pangkalan Sesai, Kota Dumai, Provinsi Riau.

2.3.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan sewaktu melaksanakan praktikum lapangan

daerah penangkapan ikan merupakan data hasil yang dicatat di kertas dan nantinya

akan dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data yang telah diperoleh sewaktu

melaksanakan praktikum lapangan daerah penangkapan ikan. Data hasil

pengukuran adalah data-data yang diperoleh menggunakan alat pengukur kualitas

perairan, seperti refractometer, skywatch, secchi disk, fish finder, flowatch, dan

DO meter, dan alat-alat lain yang mendukung dalam kegiatan praktikum lapangan

daerah penangkapan ikan.

2.3.3 Data Spesifikasi Kapal dan Alat Tangkap


6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Wawancara

Nama responden yang diwawancarai pada praktikum lapangan daerah

penangkapan ikan adalah Ahmad Subardji. Umur responden adalah 25 tahun.

Posisi di kapal adalah sebagai pemilik (tekong) dan nelayan selama 6 tahun

menekuni profesi melaut seperti itu.

Nama kapal yang dimiliki oleh responden adalah KM. Nabila Putri. Anak

buah kapal terdiri dari 4 anggota setiap kali akan melaut dan melakukan proses

penangkapan di laut. Alat tangkap yang digunakan oleh responden dalam

menekuni profesinya tersebut adalah belat atau pukat yang di dalam kapal

diletakkan di palka kapal. Lebarnya sekitar 100 m dengan mata jaring 1 inchi.

Tinggi pancang alat tangkap belat adalah 1,5 m dengan jumlah pancang, yaitu 800

buah. Target penangkapan adalah 150 kg bobot ikan per hari pada saat melaut.

Lokasi penangkapan (fishing ground) adalah Pulau Rupat atau Ujung

Pasir, sekitar Pulau Rangsang. Karakteristik dasar perairan lokasi fishing ground

adalah berpasir dan cocok dengan penggunaan alat tangkap belat. Lokasi

penangkapan selalu menetap setiap melakukan penangkapan ikan di laut. Tidak

ada keterampilan khusus yang dipakai untuk menentukan lokasi fishing ground

dan murni hanya berdasarkan pengalaman setiap kali melaut. Begitu juga dengan

cara responden menentukan lokasi fishing ground yang berdasarkan pada

pengalaman melaut yang didapat secara turun-menurun dari keluarga responden

yang dipercaya dapat menentukan tempat yang disukai ikan dan lebih banyak ikan

yang ada di wilayah tersebut.


7

Alat navigasi yang digunakan untuk menentukan lokasi fishing ground

adalah kompas dan lampu belit, serta tidak ada alat navigasi lain yang digunakan

oleh responden saat akan melakukan penangkapan ke laut. Pasang surut sangat

mempengaruhi hasil tangkapan di lokasi fishing ground karena pada saat pasang,

ikan akan tertangkap dan pada saar surut ikan akan diambil dari alat tangkap.

Jenis hasil tangkapan yang diperoleh pada saat dilakukan penangkapan adalah

jenis ikan sembilang, ikan pari, udang kelong, dan udang graha.

Hasil tangkapan yang diperoleh biasanya diletakkan di dalam kotak es

yang sudah disediakan di kapal untuk menjaga kesegaran dari ikan tersebut. Hasil

tangkapan yang sudah mendarat di pelabuhan, biasanya dijual kepada agen

dengan harga jual ikan pari, yaitu 25.000/kg, udang graha, yaitu 60.000/kg, ikan

sembilang, yaitu 20.000/kg, dan udang kelong, yaitu 85.000/kg.

Waktu penangkapan dengan alat tangkap belat dilakukan, yaitu 2 kali

sehari waktu penangkapan, yaitu siang pada pukul 09.30-16.00 WIB dan malam

pada pukul 16.00-03.00 WIB. Proses melaut dengan alat tangkap belat tergolong

melaut yang pulang setiap hari, walaupun hanya mendapatkan sedikit hasil

tangkapan di laut. Terdapat pengaruh pencemaran lingkungan/limbah pabrik di

lokasi penangkapan terhadap hasil tangkapan dan kualitas perairan, serta

mengganggu keseimbangan lingkungan, tetapi untuk saat ini belum terjadi, karena

PT MMJ (Maria Makmur Jaya) yang merupakan pabrik sawit belum dioperasikan

di sekitar Pulau Rupat


8

3.1.2 Pengambilan Data

Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Lokasi Penangkapan

No. Lokasi Fishing Posisi GPS Parameter Diukur Alat yang Digunakan Nilai
Ground Lintang Bujur
1 Pinggiran Dermaga 45,63 LU- - Salinitas (ppt) Refractometer 28 ppt
UPT Pelabuhan 55,29 LS
Perikanan Dumai
2 Suhu (0C) Skywatch 32,50C
3 pH - -
4 Kecerahan (m) Secchi Disk 69,5 m
5 Kedalaman (m) Fish Finder 8-12 m
6 Kecepatan Arus (m/det) Flowatch 0,16 m/det
7 DO (mg/L) DO meter 5,2 mg/L

3.2 Pembahasan

Pengambilan sampel dilakukan di pinggiran dermaga UPT Pelabuhan

Perikanan Dumai. Posisi GPS saat pengambilan sampel, yaitu berada pada titik

koordinat 45,63 LU-55,29 LS.

Pengukuran paremeter lingkungan erat kaitannya dengan keberadaan ikan

karena setiap jenis ikan berbeda-beda tingkat kepekaan terhadap lingkungannya.

Suhu merupakan salah satu parameter yang berpengaruh secara langsung maupun

tidak langsung terhadap kehidupan di laut. Pengaruh suhu secara langsung, yaitu

pada pembentukan makanan atau fotosintesa tumbuh–tumbuhan, sistem

metabolism, serta sistem reproduksi pada hewan. Distribusi suhu secara vertikal

dan horizontal juga berpengaruh pada periode pemijahan, kemampuan/kecepatan

perkembangan telur dan larva, serta ketersediaan makanan di perairan. Suhu

secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang

digunakan oleh biota laut untuk bernafas. Apabila suhu naik maka daya larut

oksigen menurun dan kandungan karbondioksida dalam peraira bertambah.


9

Melihat pola distribusi suhu permukaan laut, maka dapat diidentifikasi pula

parameter-parameter laut lainnya, seperti arus laut, upwelling, dan front.

Peristiwa upwelling merupakan fenomena atau kejadian bergeraknya

massa air laut secara vertikal. Penyebab dari upwelling ini adalah adanya

statifikasi densitas air laut. Semakin dalam perairan, maka suhu akan semakin

menurun dan densitas meningkat, hal ini menimbulkan pergerakan air secara

vertikal. Massa air yang beasal dari bawah yang kaya akan zat hara atau nutrient

akan naik ke atas, sehingga akibat dari peristiwa ini adalah pencampuran secara

merata antara nutrien dasar dan nutrien permukaan. Ketika nutrien, cahaya, dan

fitoplankton bertemu di lapisan yang sama, maka produktivitas perairan tersebut

akan meningkat.

Front merupakan daerah terjadi pertemuan dua buah massa air (khususnya

suhu dan salinitas) yang mempunyai karakteristik berbeda, misalnya, pertemuan

antara massa air dari Laut Jawa yang agak panas dengan massa air Samudera

Hindia yang lebih dingin. Front berperan penting dalam produktivitas perairan di

laut, karena zat hara atau nutrien yang terbawa dari air yang dingin bercampur

dengan kandungan hara pada air yang hangat. Kondisi seperti ini akan memacu

peningkatan pertumbuhan plankton. Daerah yang kaya akan makanan biasanya

menjadi feeding ground bagi ikan – ikan pelagis.

Faktor-faktor perairan tersebut, berlangsung secara terus menerus di

perairan. Ikan – ikan tertentu biasanya peka terhadap kondisi perairan tertentu

pula. Perbedaan faktor lingkungan perairan tersebut lama kelamaan akan

membentuk suatu kebiasaan pola tingkah laku yang berbeda. Misalnya ikan

cakalang dan tuna yang biasanya menghindar terhadap suhu perairan yang lebih
10

tinggi, dan berenang ke lapisan pada kedalaman tertentu, sedangkan ikan

yellowfin tuna biasanya terdapat pada lapisan homogen diatas lapisan termoklin,

untuk big eye tuna biasanya terdapat pada lapisan termoklin.

Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan

kehidupan organisme perairan termasuk ikan, secara fisiologis salinitas berkaitan

erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.

Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :

1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka

salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air

lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.

2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka

salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan

yang turun salinitas akan tinggi.

3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai

yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan

sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya

akan tinggi.

Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas

lebih tinggi terdapat di daerah lintang tengah ketika evaporasi tinggi. Air laut

lebih tawar terdapat di dekat ekuator ketika air hujan mentawarkan air asin di

permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair

akan menawarkan salinitas air permukaannya.

Perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan

di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau
11

lebih bergantung intensitas pengadukan. Perairan dangkal, lapisan homogen ini

berlanjut sampai ke dasar. Lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya

homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer) dengan

gradasi densitas yang tajam yang menghambat percampuran antara lapisan di atas

dan di bawahnya. Bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi

ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di

lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji

sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti

(core layer method)

Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, hubungan arus terhadap

penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan pelagis

dan daerah pemijahan ke daerah pembesaran dan ke tempat mencari makan.

Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi ikan dan sebagai

bentuk rute alami, tingkah laku ikan dapat disebabkan arus, khususnya arus

pasang surut, arus secara langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan

dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokan makanan.

Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang

dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus.

Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang terletak garis mendatar

pada tubuh ikan. Mechanoreceptor adalah reseptor yang ada pada organisme yang

mampu memberikan informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti

gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu mengarah menuju

arus.
12

Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas

antara dua arus atau di daerah upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi

dan divergensi) dan kondisi oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies),

berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi

juga menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan

yang penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus eddies.

Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah antisiklon eddies.

Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus

eddi (melalui rantai makanan).


13

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
14

DAFTAR PUSTAKA
15

LAMPIRAN
16

1.1 Alat dan Bahan Praktikum

Refractometer Skywatch

Fish Finder Sechi Disk

DO Meter Flowatch
17

1.2 Kegiatan Praktikum

Menggunakan Hasil melihat


Refractometer Refractometer

Menggunakan Menggunakan
Skywatch DO Meter

Wawancara nelayan Dokumentasi setelah


pratikum selesai

Anda mungkin juga menyukai