Anda di halaman 1dari 6

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.

1, Maret 2016: 1-6 ISSN 1907-1744 (Cetak)


ISSN 2410-1500 (Online)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH BERBANTUAN JURNAL


BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNITIF

Nurul Fathonah*, Suhadi Ibnu, Suharti


Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Malang 65146
E-mail: pondokcapung@gmail.com

Abstrak : Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan metakognitif mahasiswa yang
dibelajarkan dengan pemecahan masalah berbantuan jurnal belajar dengan tanpa bantuan jurnal belajar.
Penelitian ini termasuk dalam eksperimen semu dengan menggunakan rancangan the matching only-Postest
only control group design . Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu offering I sebagai kelas eksperimen dan
offering G sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol dibelajarkan dengan model pemecahan masalah dan kelas
ekperimen dibelajarkan dengan model pemecahan masalah disertai penulisan jurnal jurnal belajar. Data pada
penelitian ini adalah skor jurnal belajar dan lembar inventori metakognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan metakognitif mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pemecahan masalah disertai jurnal
belajar lebih tinggi daripada mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pemecahan masalah tanpa disertai
jurnal belajar.

Kata kunci : pemecahan masalah, jurnal belajar,metakognitif.

Abstract : The aim of this research is to find out whether the metacognitive ability of students involved in
problem-solving based learning combined with learning journal is higher than that of the student in problem-
solving without learning journal. This study employed a quasi-experimental by using the matching only-Postest
only control group design. The population involved 2 (two) classes: offering I as an experiment group, and
offering G as the control group. The control group was taught by problem-solving model, and the experiment
group was taught by problem-solving augmented with learning journal. The measurements are learning journal
scores and metacognitive awareness. The result shows metacognitive ability of students involved in problem-
solving method combined with learning journal is higher than that of students involved in problem-solving
without learning journal.

Keyword: problem solving, learning journal, metacognitive

PENDAHULUAN menyelesaikan masalah, khususnya dalam


mengatur mengontrol aktivitas kognitif mahasiswa.
Kimia dasar merupakan mata kuliah di Pengembangan kemampuan metakognisi dalam
perguruan tinggi khususnya yang memiliki jurusan perkuliahan merupakan suatu upaya yang sangat
kimia ataupun pendidikan kimia. Salah tujuan penting dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu
mahasiswa mempelajari kimia dasar adalah agar tujuan dari pendidikan tinggi, yaitu
pada akhir pendidikan mahasiswa memahami dasar mentransformasikan dan mengembangkan
ilmu kimia, prinsip-prinsip dan cara penentuan kemampuan mahasiswa, termasuk untuk
kimia, prinsip dan cara analisis kualitatif dan merancang apa yang akan dilakukan, melaksanakan
kuantitatif, serta terampil menggunakan peralatan apa yang sudah direncanakan, memonitor dan
laboratorium kimia. Agar dapat mencapai tujuan mengevaluasi apa yang sedang dan sudah
tersebut mahasiswa hendaknya dilatih untuk dapat dilakukan, sehingga mereka menjadi kritis, kreatif,
mengembangkan kesadaran akan berpikirnya inovatif, mandiri, percaya diri, dan bertanggung
sendiri. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan jawab (Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010
untuk dapat mengembangkan kesadaran akan tentang pengelolahan dan penyelenggaraan
proses perpikir sendiri adalah dengan pendidikan).
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan Untuk itulah diperlukan suatu inovasi
metakognisi. Metakognisi sangat berperan dalam proses pembelajaran yang mampu untuk
penyelesaian masalah kimia dasar. Kemampuan meningkatkan dan melatih metakognisi mahasiswa.
metakognisi yang dimiliki mahasiswa dapat Metakognisi dapat dibangun ketika mahasiswa
meningkatkan kapasitas belajar yang penuh makna melaksanakan pemecahan masalah. Selama proses
dan membentuk serta mempengaruhi untuk pemecahan masalah, kesadaran kognisi mahasiswa
mengkonstruksi pemahaman [1]. Metakognisi dapat ditumbuhkan karena memberikan arahan agar
mahasiswa memilki peranan penting dalam mahasiswa bertanya pada dirinya apakah

1
memahami apa yang sedang dipelajari atau terhadap perkembangan materi dan pemahaman
dipikirkan. Mahasiswa dipandu untuk dapat yang sedang dipelajari [10]. Jurnal belajar
menyadari apa yang diketahui dan apa yang tidak (learning journal) sering juga disebut jurnal
diketahui serta bagaimana pemecahan masalahnya, reflektif yaitu sebuah dokumen yang secara terus
membuat perencanaan pendekatan pemecahan menerus bertambah dan berkembang, biasanya oleh
masalah, membuat tahap-tahap pemecahannya, seorang pembelajar untuk mencatat setiap
memberi alasan mengapa melakukan demikian, kemajuan belajar [11]. Tujuan penulisan jurnal
memonitor proses pemecahan masalah dan belajar adalah meningkatkan hasil belajar melalui
kemajuan ke arah tujuan saat melaksanakan proses menulis dan berfikir tentang proses belajar
rencana, dan mengevaluasi apa yang sudah [12].
dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa Penulisan jurnal dapat meningkatkan
metakognisi dapat dikembangkan dalam suatu kemampuan metakognitif mahasiswa [13]. Strategi
lingkungan pembelajaran pemecahan masalah [2]. metakognitif pada diri mahasiswa dapat dilakukan
Metode pemecahan masalah memiliki dalam 3 tahapan proses, yaitu perencanaan diri (self
empat tahapan utama yang harus dilakukan, yaitu palnning), pemontitoran diri (self monitoring) dan
(1) pemahaman terhadap masalah/analisis masalah, evaluasi diri (Self Evaluating). Pada penelitian ini
(2) pemikiran suatu rencana penyelesaian, (3) penulisan jurnal belajar dilakukan pada saat
pelaksanaan rencana pemecahan/implementasi, (4) sebelum pembelajaran berlangsung merencanakan
peninjauan kembali hasil pemecahan pembelajaran yang akan dilakukan, kemudian pada
masalah/verifikasi [3]. Zoller [4] menyatakan saat pembelajaran berlangsung untuk
bahwa pengajaran dengan metode pemecahan mengontrol/memantau perkembangan belajarnya,
masalah merupakan pengajaran yang dimulai dan terakhir sesudah pelajaran selesai untuk
dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah mengevaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran
pada konsep, prinsip dan hukum kemudian yang dilakukan. Dengan kebiasaan menulis jurnal
dilanjutkan dengan kegiatan pemecahan masalah belajar seperti diharapkan kesadaran metakognitif
disebut pemecahan masalah. Penelitian mahasiswa meningkat. Hal ini sejalan dengan
Simanjuntak [5] yang mengungkapkan bahwa Penelitian yang dilakukan oleh Atfiyah [14]
pembelajaran berbasis pemecahan masalah pada menunjukan bahwa penggunaan jurnal belajar pada
mata kuliah fisika dasar dapat meningkatkan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing tidak
metakognisi dan pemahaman konsep mahasiswa. hanya meningkatkan hasil belajar namun
Pada implementasinya proses berpikir sangat kemampuan metakognitif mahasiswa dalam pokok
berperan dalam keberhasilan dalam memecahkan bahasan sifat koligatif, penelitian ini didukung oleh
suatu masalah. Setiap mahasiswa memiliki penelitian Sabilu [15] yang melaporkan bahwa
kesadaran berpikir dan daya ingat yang berbeda- penerapan jurnal belajar dalam pembelajaran
beda. Hal ini akan berpengaruh dalam proses multistrategi mampu meningkatkan kesadaran
pemecahan masalah yang dilakukan. Indriyana dkk metakognitif.
[6] mengungkapkan ditemukan fakta bahwa Berdasarkan definisi pemecahan masalah
mahasiswa banyak mengalami kesulitan dalam dan jurnal belajar diatas, keduanya bisa dipadukan,
proses penyelesaian masalah. Kesulitan dalam karena pembelajaran pemecahan masalah diawali
pemecahan masalah dapat terjadi dimungkinkan dengan proses bertanya tentang bagaimana dan apa
karena mahasiswa belum terlatih untuk yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu
memanfaatkan informasi yang ada, serta belum masalah, apa yang diperlukan untuk menjawab
terampil mengatur strategi dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan, dan bagaimana
tugas. Kesadaran akan proses berpikir bermanfaat menyelesaikan atau menjawab masalah .
agar mahasiswa dapat mengarahkan Sedangkan jurnal belajar berfungsi untuk proses
pembelajarannya untuk merencanakan pendekatan berpikir mahasiswa dalam mengidentifikasi
dalam penyelesaian tugas, memonitor aktivitas konsep-konsep yang dibutuhkan dalam
selama proses pemecahan dan mengecek hasil menyelesaikan masalah, serta menghubungkan
pembelajaran [7]. Proses berpikir juga erat konsep-konsep yang baru diperoleh selama
kaitannya dengan kemampuan penyelesaian kegiatan pemecahan masalah berlangsung dengan
masalah, mengambil keputusan, menentukan teknik pengetahuan awal. Denagn demikian mahasiswa
belajar yang sesuai untuk dirinya [8]. Salah satu terbiasa merencanakan pembelajaran sendiri
cara yang dapat dipergunakan untuk melatih proses diharapkan kemampuan metakognitifnya akan
berpikir adalah dengan menggunakan catatan yang semakin meningkat.
tersusun dalam jurnal belajar dalam kegiatan
pembelajaran [9]. METODE PENELITIAN
Jurnal belajar berasal dari istilah learning Penelitian dilaksanakan di jurusan kimia
Journal yang merupakan dokumen yang secara salah satu perguruan tinggi negeri di kota Malang
terus menerus bertambah dan berkembang. pada mahasiswa semester 1. Penelitian ini termasuk
Biasanya ditulis oleh mahasiswa sebagai rekaman dalam eksperimen semu dan menggunakan

2
rancangan the matching only-posttesst only control instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran.
group design [16]. Pada rancangan ini masing- Instrumen perlakuan yang meliputi rencana
masing group memiliki kesempatan untuk menjadi pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan Lembar
kelas kontrol maupun eksperimen. Kelas kontrol Kegiatan Mahasiswa (LKM). Instrumen
dibelajarkan dengan model pemecahan masalah pengukuran yaitu lembar inventori kemampuan
dan kelas ekperimen dibelajarkan dengan model metakognitif mahasiswa metakognitif awareness
pemecahan masalah disertai jurnal belajar. inventory (MAI) [17] dan telah dikembangkan
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik oleh Latiful Atfiyah dan Rahmawati [18] dengan
cluster random sampling. Berdasarkan teknik validasi oleh ahli sebesar 92,70% dan reabilitas
pengambilan sampel tersebut diperoleh dua kelas, sebesar 0,72 dalam bentuk skala Likert yang terdiri
yaitu off G dan off I. Secara skematis rancangan dari 52 butir pernyataan. Lembar inventori
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kemampuan metakognitif diberikan setelah tiga
disajikan pada Tabel 1. kali pertemuan pertama sebelum sampel
diputarData yang diperoleh dari penelitian
Tabel 1. Pola Desain Penelitian dianalisis secara statistik dan dideskripsikan.
Subjek Perlakuan Pasca Analisis statistik yang digunakan adalah analisis
E X O independent sample T test.
K C O
Keterangan : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
E: Kelas Eksperimen A. Hasil Penelitian
K: Kelas Kontrol Kemampuan metakognitif mahasiswa diukur
X:Pembelajaran berbasis pemecahanan masalah dengan mengunakan inventori kemampuan
disertai jurnal belajar metakognitif yang disusun mengadaptasi
C:Pembelajaran berbasis pemecahanan masalah.
Metacognitive Awarness Inventory (MAI) yang
O: Tes kemampuan metakognitif
dikembangkan oleh Schraw and Denisson.
Instrumen yang digunakan dalam Ringkasan kemampuan metakognitif mahasiswa
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut.
Skor maksimum kesadaran metakognitif a pikirnya dan dapat membedakan tahap elaborasi in
dalah 208 dengan kriteria perkembangan sangat bai put dan output dan proses berpikirnya.
k. Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa pada ma Pengujian hipotesis dilakukan dengan
hasiswa kelas eksperimen rata-rata skor kemampua menggunakan independent sample T test dengan
n metakognitif 142,32 yang artinya memiliki kema menggunakan program SPSS 17 for windows.
mpuan metakognitif yang sudah berkembang baik. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
Sedangkan pada mahasiswa kelas kontrol diperoleh membandingkan nilai signifikasi dengan alfa. Jika
rata-rata skor kemampuan metakognitif 132.28 yan nilai signifikasi < 5% , maka H0 ditolak dan H1
g artinya mahasiswa memiliki kemampuan metako diterima, sebaliknya jika nilai signifikasi, 5%,
gnitif yang sudah berkembang baik. Berdasarkan sk maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ringkasan hasil
or rata-rata dapat dilihat bahwa kedua kelas memili analisis pengaruh model pembelajaran yaitu
ki rata-rata kemampuan metakognitif yang sudah b integrasi jurnal belajar pada pembelajaran berbasis
erkembang baik, tetapi skor rata-rata pada kelas eks pemecahan masalah dan dengan tanpa integrasi
perimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. K jurnal terhadap kemampuan metakognitif
emampuan metakognitif yang sudah berkembang b diberikan pada Tabel 3.
aik menunjukkan mahasiswa sadar dengan cara ber

Tabel 2. Ringkasan Skor Kemampuan Metakognitif Mahasiswa

Kelas N Standar deviasi Rata-rata Skor Kriteria


Kemampuan Metakognitif
Eksperimen 31 16.71 142.32 Berkembang baik
Kontrol 35 10.98 132.28 Berkembang baik

Tabel. 3. Ringkasan hasil uji independent sample T test

Leven’test For Equalty of


Dependent t-test for Equality of means
Variance
Variable
F Sig t Sig(2-tailed)
Kemampuan
3.981 0.050 2.914 0.005
Metakognitif

3
J. Pijar MIPA, Vol. XI No.1, Maret 2016: 1-6 ISSN 1907-1744 (Cetak)
ISSN 2410-1500 (Online)

Berdasarkan Tabel 3 tentang hasil analisis dengan diminta menulis jurnal belajar tahap 3 yaitu self
uji independent sample T test menunjukkan bahwa evaluating, dimana pada jurnal tahap 3 ini, selain
mahasiswa kelas kontrol yang dibelajarkan dengan diminta menuliskan konsep dan keterampilan yang
model pemecahan masalah, dan mahasiswa kelas e telah diperoleh, selain itu mahasiswa juga diminta
ksperimen yang dibelajarkan dengan pemecahan m menyimpulkan pembelajaran hari ini.
asalah disertai jurnal belajar berbeda signifikan, di Identifikasi proses berpikir mahasiswa
mana nilai signifikansi kemampuan metakognitif (0 didasarkan pada tulisan yang dituangkan dalam
.005) < (0,05), Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 dit jurnal belajar mahasiswa. Dari delapan kali tatap
erima, yaitu ada perbedaan kemampuan metakognit muka dengan kompetensi yang berbeda, maka
if yang signifikan antara mahasiswa yang dibelajar proses berpikir mahasiswa berdasarkan jurnal
kan dengan model pemecahan masalah, dengan ma belajarnya nampak pada Tabel 4 berikut ini.
hasiswa yang dibelajarkan dengan pemecahan masa Tabel 4. Skor rata-rata jurnal belajar.
lah disertai jurnal belajar. Hal ini didukung dengan
perbedaan rata-rata hasil kemampuan metakognitif TM Skor rata-rata aspek Skor Kriteria
mahasiswa yang dibelajarkan dengan perlakuan ter total
sebut. A B C
1 0.85 1,25 2,48 4,58 sedang
B. Pembahasan 2 1 1,56 2,75 5,31 Sedang
3 1 2,48 3,48 7,23 Baik
Perbedaan kemampuan metakognitif Keterangan:
mahasiswa disebabkan adanya kebiasaan TM : Tatap Muka
mahasiswa dalam menulis jurnal belajar pada saat A : Aspek Self Planning
sebelum, selama, dan setelah pembelajaran akan B : Aspek Self Monitoring
menjadikan mahasiswa mampu C : Aspek Self Evaluating
merencanakan/menyiapkan pembelajaran yang
akan dilakukan, memonitor/mengontrol kemajuan Berdasarkan Tabel 4, secara umum pada
belajaranya serta mengevaluasi hasil belajar yang pertemuan ke-1 mahasiswa masih terlihat
telah dicapai. kebingungan baik dalam menuliskan jurnal belajar
Pada kelas ekperimen, secara umum untuk maupun proses pemecahan masalah. Berdasarkan
pertemuan ke-1-3 indikator pembelajaran yang hasil jurnal belajar menunjukkan bahwa mahasiswa
diberikan sama halnya dengan kelas kontrol. Proses masih belum mampu berpikir secara sistematis
pembelajaran diawali dengan dengan penjelasan dengan kriteria rata-rata sedang. Mahasiswa
tujuan dan sistem pembelajaran hari ini. dengan hasil proses berpikir tidak sistematis
Selanjutnya dosen membagikan LKM dan lembar ditunjukkan dengan belum mampunya dalam
jurnal belajar kepada tiap mahasiswa. Sebelum menyampaikan apa yang dirasakan saat
masuk pada kegiatan inti, mahasiswa diminta untuk pembelajaran dengan detail. Misalnya salah satu
menuliskan jurnal tahap 1 yaitu self planning. mahasiswa berikut ini menuliskan jurnal tentang
Penulisan jurnal tahap 1 bertujuan untuk konsep dan keterampilan yang diperoleh seperti
merencanakan pembelajaran hari ini. Pada tahap berikut ini:
ini, mahasiswa diminta untuk menuliskan apa yang ‘Konsep yang sudah diperoleh yaitu massa
akan dipelajari, kemudian prior knowledge yang atom relatif, massa molekul relatif.’
dibutuhkan untuk mempelajari materi hari ini. Pernyataan yang disampaikan tersebut
Setelah mereka menuliskan, kemudian beberapa menunjukkan mahasiswa belum mampu
mahasiswa secara acak diminta dosen untuk mendeskripsikan dengan detail, apa itu konsep
menyampaikan pekerjaannya, kemudian ditanggapi massa atom relatif dan massa molekul. Mahasiswa
oleh dosen dan teman-teman yang lain. Setelah belum bisa memetakan konsep-konsep apa saja
penulisan jurnal tahap 1, barulah masuk pada yang sudah diperoleh, kaitan antar konsep dan
kegiatan inti dimana mahasiswa memecahkan konsep-konsep yang belum dikuasi. Akibatnya
problem pada LKM dengan langkah problem untuk menyelesaikan masalah yang belum jelas
solving yaitu tahap analisis masalah, tahap mahasiswa mengalami kesulitan untuk mencari
perencanaan, tahap pemecahan masalah, dan tahap solusi atau pemecahan masalah. Hal ini terlihat dari
pengecekan. Setelah memecahkan beberapa terhambatnya pada proses pengerjaan LKM dengan
problem dosen meminta mahasiswa mengerjakan tahap problem solving dengan skor rata-rata LKM
jurnal belajar tahap 2 yaitu self monitoring. 1 68.
Penulisan jurnal tahap 2 ini bertujuan untuk Kondisi kecenderungan kesulitan
memonitor konsep-konsep dan keterampilan apa mendeskripsikan apa yang dirasakan juga muncul
saja yang telah dikuasi dan yang belum dikuasai. pada refleksi yang menanyakan kesimpulan
Kemudian diakhir pembelajaran mahasiswa juga pembelajaran hari ini. Lebih dari 70% mahasiswa
masih menyatakan seperti berikut ini:

4
Perkuliahan yang saya rasakan senang dan dan efektif. Menurut Nurhadi [21] dengan jurnal
nyaman. Serta materi yang disampaikan mudah belajar mahasiswa dapat mengetahui kelemahan
dipahami.’ dan kelebihan dirinya yang merupakan suatu modal
Pernyataan yang disampaikan tersebut dasar untuk belajar.
menunjukkan mahasiswa belum mampu Kajian tentang penelitian terdahulu seperti
mendeskripsikan dengan detail, apa yang dirasakan penelitian dari Dianovsky dan Wink [22]
‘senang’ dan ‘nyaman’. Selain itu mahasiswa menyatakan bahwa proses pembelajaran kimia
tersebut juga tidak menyampaikan materi apakah dengan menggunakan jurnal belajar mempunyai
yang dimaksudkan mudah dipahami tersebut. kolerasi yang positif dan signifikan terhadap
Pertemuan 2 hingga ke-3 menunjukkan hasil kemampuan metakognitif mahasiswa. Penggunaan
adanya proses berpikir mahasiswa yang cenderung jurnal belajar dalam pembelajaran multistrategi
lebih sistematis. Nampaknya hasil refleksi yang dapat meningkatkan kemampuan metakognitif
dilakukan dosen dengan memberikan masukan mahasiswa dlaam belajar biologi. Senada dengan
pada setiap akhir perkuliahan memberikan dampak hasil tersebut, Blakey dan Spence [23] menyatakan
nyata. Pada refleksi tatap muka 2, direncanakan bahwa pengembangan kemampuan metakognitif
untuk lebih menekankan penulisan jurnal belajar bisa dilakukan melalui penulisan jurnal belajar.
dengan memandu secara jelas pada setiap Penelitian lain diungkapkan oleh Liu dan Shen [24]
komponen melalui pembatasan waktu penulisan. bahwa penulisan jurnal belajar akan meningkatkan
Adanya pemberian penekanan, pemanduan, dan kemampuan metakognitif mahasiswa. Thorpe [25]
memberikan waktu untuk menuliskan jurnal belajar juga mengungkapkan bahwa jurnal belajar
menjadikan mahasiswa lebih fokus dalam menulis bermanfaat bagi mahasiswa dalam membantu
sehingga berdampak pada proses berpikir yang pengembangan kemampuan refleksi dan
lebih sistematis meskipun secara perlahan dan instropeksi diri. Refleksi dan introspeksi diri ini
butuh penyesuaian. terjadi ketika mahasiswa menulis jurnal karena
Dengan demikian secara sistematis dalam menulis jurnal ini sswa mencatat dan
mahasiswa sudah dapat mengkaitkan antara mengilutrasikan semua pengalamannya yang dapat
kesulitan yang dihadapi dan solusi pemecahan yang membantu mahasiswa mensintesiskan dan
akan dilaksanakan. Selain itu, nampaknya menterjemahkkan pikiran dan prilaku dalam bentuk
pembiasaan penulisan jurnal belajar menjadikan tulisan dan tabel dan grafik, dapat membandingkan
mahasiswa mulai memikirkan bagian penting yang pengetahuan awal dengan pengetahuan yang baru
perlu dipahami termasuk apa yang sudah diterima, memilih strategi berpikir yang tepat, serta
dipahaminya. Kondisi hasil penelitian dengan dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan atas
menggunakan jurnal belajar yang menunjukkan tindakan yang diambil.
lebih sistematisnya proses berpikir mahasiswa. Hal Kemampuan metakognitif yang lebih tinggi
ini berdampak pada proses problem solving yang akan berdampak pada prestasi belajar yang tinggi
dilakukan, dimana mahasiswa pada pertemuan ke-2 pula. Hasil ini terlihat dari skor yang didapat oleh
dan ke-3 mahasiswa sudah beradaptasi dengan mahasiswa pada pokok bahasan stoikiometri dari
cepat dalam melakukan problem solving dalam mahasiswa yang dibelajarkan dengan jurnal belajar
memecahkan problem-problem LKM, dilihat dari akan mempunyai prestasi yang lebih tinggi
skor rata-rata LKM 2 dan 3 berturut-turut 74 dan dibandingkan mahasiswa yang dibelajarkan dengan
80, mengalami kenaikan signifikan tanpa jurnal belajar. Sesuai dengan yang
Jurnal belajar merupakan salah satu diungkapkan oleh Coutinho (2008) [26], bahwa
alternatif untuk melakukan refleksi yang dapat mahasiswa mempunyai kemampuan metakognisi
dilakukan oleh mahasiswa [19]. Mahasiswa dapat yang baik akan memiliki kemampuan akademik
menuliskan segala sesuatu yang telah dialaminya yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa
yang terkait dengan kegiatan pembelajaran dalam yang memiliki kemampuan metakognitif kurang
jurnal belajar yang dibuatnya, sehingga dengan baik.
demikian mahasiswa dapat lebih termotivasi dan
dapat memahami dirinya sendiri, dalam kegiatan KESIMPULAN
pembelajarannya. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
Menurut Countinho [20] kemampuan disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
metakognitif merupakan kemampuan yang merujuk pemecahan masalah berbantuan jurnal belajar
kepada aktivitas untuk mengontrol berpikir dan dapat meningkatkan kemampuan metakognitif
proses belajar seseorang seperti perencanaan, mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memonitor/mengontrol pemahaman, dan kemampuan metakognitif mahasiswa yang
mengevaluasi hasil belajar. Dengan kemampuan dibelajarkan dengan model pemecahan masalah
mahasiswa untuk bisa merencanakan, mengontrol disertai jurnal belajar lebih tinggi daripada
kemajuan belajar dan mengevaluasi hasil mahasiswa yang dibelajarkan dengan model
belajarnya akan menjadikan pembelajaran yang pemecahan masalah tanpa disertai jurnal belajar.
dilakukan oleh mahasiswa menjadi lebih terarah

5
DAFTAR PUSTAKA urnal Belajar (Learning Journal) Terhadap Ha
sil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Reprod
[1] Anderson, D., & Nashon, S. 2006. Predators of uksi Manusia. Skripsi). Bandung: FMIPA Uni
Knowledge Construction: Interpreting versitas Pendidikan Indonesia.
Students’ Metacognition in an Amusement [12] Shen, C. Yi., & Liu, H. C. 2011.
Park Physics Program. Wiley InterScience. Metacognitive Skills Development; A Web-
[2] Garrett, A.J., & Mazzocco, M.M.M. 2006. Based Approach in Higher Education. The
Development of the Metacognitive Skills of Turkish Online Journal of Education
Prediction and Evaluation in Children With or Technolgy 10(2).
Without Math Disability. Learning Disabilities [13] Atfiyah, Latiful. 2013. Pengaruh Penggunaan
Research & Practice, 21(2):77-87. Jurnal Belajar dalam Pembelajaran Inkuiri
[3] Polya, G. 2004. How To Solve It (John Conway, Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan
Ed). United State of America: Princention Kemampuan Metakognitif Siswa Pada Materi
University Press. Sifat Koligatif. Tesis. Malang: PPs UM.
[4] Zoller, U., Lubezky, A., Nakhleh, M.B., & [14] Sabilu. M. 2009. Pengaruh Penggunaan
Tessier, B. 1995. Success on Alghoritmic and Jurnal Belajar dalam Pembelajaran
LOCS Vs Conceptual Chemistry Exam Multistrategi terhadap Kemampuan Kognitif
Question. Journal Chemical Education, 72 dan Metakognitif Siswa SMA Negeri 9
(11). Malang. Tesis. Malang: PPs UM.
[5] Simanjuntak, P.M. 2012. Pengembangan Model [19] Fraenkel, J.R., & Wallen, N. E. 2008. How to
Pembelajaran Fisika Berbasis Pemecahan Design and Evaluate Reasearch in Eduaction
Masalah Untuk Meningkatkan Pengetahuan 7th Edition. New York: McGraw-Hill.
dan Keterampilan Metakognisi Mahasiswa. [20] Schraw, G., & Denniso, R.S. 1994. Assessing
Jurnal INPAFI 1(1). Metacognitive Awareness. Contemporaty
[6] Indrayana, T.P., Santyasa, W.I., & Artawan, P. Educational Psychology, 19, 472-474,
2015. Pengaruh Model Problem Solving dan [21] Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran
Scaffolding Terhadap Pemahaman Konsep Kontekstual (Contextual Teaching and
Fisika Siswa Kelas XI IPA. Prosiding Learning) di Kelas. Jakarta : Cerdas Pustaka
Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY. Publisher.
Yogyakarta 25 April 2015. [22] Coutinho, S.2007. The Relationship Between
[7] Darling. L. tanpa tahun. Thinking About Goals, Metacognition, And Academic
Thingking: Metacognition. Stanford: Sucsess. Educate Journal 7(1).
University Scholl of Education. [23] Coutinho, S. 2008. Self-Efficacy,
[8] Arslan, S. 2012. The Influence of Environment Metacognition, and Performance. North
Education on Critical Thinking and American Journal Of Psichology, 10(1).
Environmental Attitude. Procedia-Social and [26] Thorpe, K. 2004. Reflective Learning
Behavioral Sciences (55): 902-909. Journals: from Concept to Practice. Reflective
[9] Cengiz, C., Karatas, O.F. 2015. Examining The Practice, 5 (3): 327-343.
Effects of Reflective Journals on Pre-service
Science Teachers’General Chemistry
Laboratory Achievement. Australian Journal
of Teacher Education 40(10)
[10] Septiyana, K., Budi Prasetyo, A. P., & Christij
anti, W. (2013). Jurnal belajar sebagai strategi
berpikir metakognitif pada pembelajaran siste
m imunitas. Unnes Journal of Biology Educati
on, 2(1).
[11] Anggraeni, S. (2009). Pengaruh Penggunaan J

Anda mungkin juga menyukai