Disusun Oleh:
DIAN ANDRIYANA
41155020160070
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kami mengucapkan puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami dalam
pengerjaan laporan Perencanaan Dan Pendayagunaan Sumber Daya Air Sub Das
Cicatih Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
.
Laporan ini merupakan tugas mata kuliah perencanaan sumberdaya air untuk
memenuhi ujian tengah semester, yang berisikan data hasil pelaksanaan
pengamatan yang meliputi prencanaan dan pendayagunaan sumberdaya air .
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada ibu Fauziah Mulyati, Dra, ST, MT
selaku dosen mata kuliah perencanaan sumberdaya air yang telah membimbing
dan mengarahkan selama pelaksanaan pengamatan. Semoga budi baik yang
sudah diberikan senantiasa mendapat balasan dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
Bertitik tolak pada latar belakang tersebut kajian ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya erosi alur yang terjadi pada sungai, sehingga untuk
selanjutnya dapat ditentukan langkah atau metode yang tepat dalam menangani
permasalahan tersebut.
1.2 PERMASALAHAN
1.3 MAKSUD
Mengetahui permasalahan sedimentasi di sungai cisangkuy
Mengetahui curah hujan yg terjadi di wilayah sungai cisangkuy
Mengetahui dampak dari sedimentasi sungai
Mengetahui solusi untuk meminimalisir pengendapan sedimentasi di
sungai cisangkuy
1.4 TUJUAN
Meminimalisir pengendapan sedimen di hulu sungai citarum
2
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Usaha yang dilakukan dalam penanggulangan erosi dengan cara vegetasi adalah
sebagai berikut :
3
melalui pembuatan terasering.
Pembuatan saluran dan pematang sejajar garis kontur.
C. Pengendalian sedimentasi.
Pengendalian sedimentasi pada alur sungai dimaksudkan untuk mengusahakan
terjadinya pengendapan pada tempat-tempat yang dikehendaki. Usaha yang
dilakukan di alur sungai lalah dengan membuat fasilitas bangunan seperti :
4
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
DAS Citarum Hulu mencakup mata air sungai Citarum hingga Saguling
2
(Gambar 1) dengan luas sekitar 1771 km sebagai bagian dari DAS Citarum yang
merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa Barat. Untuk keperluan pengelolaan,
DAS Citarum Hulu dibagi ke dalam lima sub-DAS yaitu: Cikapundung, Citarik,
Cisarea, Cisangkuy dan Ciwidey (Perum Otorita Jatiluhur, 1990). Curah hujan
bulanan rata-rata yang diukur pada tahun 2001 berkisar dari 45 sampai 352 mm
dengan nilai total curah hujan tahunan sebesar 2200mm. Kondisi topografi
didominasi oleh pegunungan sepanjang batas DAS dan dataran yang luas di
tengah DAS. Tata guna lahan didominasi oleh pertanian dan hutan. Selama
rentang waktu tujuh tahun (1994-2001) luas hutan berkurang hampir 60%,
sebaliknya luas lahan pertanian bertambah hingga 40%.
5
3.2 DATA
3.2.1 DATA PRIMER
Data primer yg diperoleh dari wawancara dengan bbws citarum:
6
3.3 METODA ANALISA
3.3.1 STATISTIK
Tingkat sedimentasi Sungai Citarum akibat lahan kritis di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Citarum Hulu mencapai empat juta ton per tahun (Dinas Pertanian,
Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bandung, Ir. H. Tisna Umaran 25 -7 -2010).
seperti terlihat dalam gambar bahwa distribusi laju spasial ekspor sedimen di
daerah luhu sekitar 400 ton/km2/tahun masih didaerah Kota Bandung, Kab.
Bandung, dan Kota Cimahi ditahun 2006. Sedangkan transport sedimen didaerah
hilir sekitar 900 – 3000 ton/km2/tahun di tahun 2006. sedangkan untuk transport
sedimen sekitar 3000 – 7000 ton/km2/tahun masih relatif kecil dan kebanyakan
didaerah hilir dari Sub DAS hulu Citarum. Hasil perhitungan total MSMAS (2009)
bahaya erosi menggunakan peta penggunaan atau tutupan lahan pada tahun
2002 di DAS Citarum Hulu sebesar 15.206.301 Ton, yang masing – masing sub
DAS mempunyai kontribusi sebagai berikut :
7
Sub Das Jumlah sedimentasi
Sub DAS Citarik 123 T/ha/th
Sub DAS Cikeruh 96 T/ha/th
Sub DAS Cikapundung 94 T/ha/th
Sub DAS Cisangkuy 74 T/ha/th
Sub DAS Ciweday 70 T/ha/th
Sub DAS Cirasea 55 T/ha/th
3.3.2 PROGRAM
8
pengembangan teknik Sabo sebagai suatu sistem yang dipakai untuk mengatasi
permasalahan aliran sedimen. Kedepannya nanti, teknik Sabo dapat diterapkan
pada suatu kawasan wilayah sungai secara menyeluruh dan terpadu. (Dirjen SDA
dalam Sosialisasi Penanganan Bencana Sedimen 2010)
9
Gambar 3. (Sketsa pengendalian sedimen di hulu DAS Citarum)
10
BAB 4 PEMBAHASAN
SABO DAMS
11
Sebelum menempatkan bangunan sabo dam, perlu diketahui terlebih
dahulu informasi tentang volume lahar dingin yang akan turun dari daerah hulu
dan arah pergerakannya. Informasi ini dapat diperoleh dari pihak vulkanologi.
Dengan data tersebut, pihak proyek lalu memeriksa palung-palung sungai,
apakah akan mampu menampung guguran lahar dingin di waktu hujan.
Bangunan sabo sam berbeda dengan bendungan untuk irigasi. Sabo dam
tidak memerlukan kekedapan tertentu sedangkan bendung harus kedap air
untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap bahaya guling atau geser. Namun
demikian, dari segi pondasi tidak jauh berbeda, karena tubuh sabo dam berdiri di
atas pondasi yang terletak di bawah muka dasar sungai. Kedalaman pondasinya
mencapai 4 sampai 5 meter di bawah dasar sungai.
Kendala yang dihadapi dalam pembuatan pondasi tubuh sabo dam sama dengan
pada pekerjaan pondasi bendung, yaitu berupa gangguan besarnya rembesan air
yang mengalir ke lokasi pekerjaan. Untuk mengatasinya, seiring dengan
pelaksanaan kontruksi sabo dam perlu dilakukan dewatering dengan
menempatkan beberapa buah pompa yang berdiameter 6 inchi.
Teknologi Sabo atau lebih populer dengan sebutan Tekno Sabo adalah teknologi
untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan mempertahankan daerah hulu
terhadap kerusakan lahan. Tujuan dari pembangunan prototipe Sabo dam adalah
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bangunan prototipe Sabo dam
terhadap pengurangan sedimentasi waduk, karena fungsi dari Sabo dam adalah
untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen. Semula, teknologi ini
dipergunakan untuk mengendalikan material lahar gunung api.
Kondisi alur sungai awal pasca pembangunan Sabo dam perlu diketahui, dan
secara berkala bentuk alur ini diamati perubahan-perubahannya, utamanya
setelah terjadi banjir, sehingga dapat diketahui perubahan dasar sungai (riverbed
fluctuation) dari waktu ke waktu, maka volume sedimen yang mengendap pada
alur sungai dapat dihitung dan selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk
memperkirakan pengaruh pembangunan Sabo dam terhadap pengurangan
sedimentasi waduk.
12
4.2 Dasar Pemikiran Penggunaan Tekno Sabo untuk Pengendalian
Sedimentasi Waduk
b. Analisa hidrologi Model Petak Pengukuran Erosi Lahan dan Analisa hidrologi
Model DAS Pengukuran Angkutan Sedimen, apabila dimasa mendatang model
tersebut telah dapat dibuat.
Sebagai contoh kasus di DAS Waduk Mrica, diperkirakan umur layan bangunan
sabo di tiap Sub.DAS berkisar antara 1 – 4 tahun. Apabila bangunan sabo yang
diusulkan dari penelitian ini dibangun maka dapat menambah umur layan waduk
selama 3 tahun, akan tetapi apabila di lokasi rencana bangunan sabo dilakukan
penambangan galian C minimal sebesar 1,30 juta m3 (setara dengan angkutan
sedimen dasar di seluruh DAS rencana bangunan sabo) maka umur layan Waduk
dapat bertambah 10 tahun. Perhitungan ini mengacu pada Waduk Serbaguna
PLTA Mrica, dengan asumsi pada tahun 2008 kapasitas Waduk masih tersisa
minimal 56,00 juta m3 dan aliran masuk rata-rata 2,715 juta m3/tahun serta
sedimen yang masuk ke dalam waduk maksimal 2,90 juta m3/tahun. 3
13
Dari hasil kinerja prototipe sabodam tipe tertutup di DAS Waduk Mrica,
K.Lumajang – Linggasari diperoleh data antara lain :
a) Perkembangan endapan:
Bangunan sabo dam dapat menahan endapan, namun penyebarannya masih
kurang merata. Hal ini karena dasar sungai di hulu bangunan (Armor River Bed)
yang berupa tanah keras dan berbatu menimbulkan gerusan di bagian hilir.
b) Stabilitas Bangunan:
Sampai sejauh ini stabilitas bangunan masih cukup baik meskipun pada musim
hujan tahun ini telah terjadi banjir dengan ketinggian antara 0,8 – 1,00 meter
sebanyak 11 kali, sedang banjir antara 1,00 – 1,20 meter sebanyak 4 kali.
c) Fungsi Bangunan :
Bangunan sabodam di K. Lumajang sebagai penampung sedimen yang mengalir
pada alur sungai berhasil dengan baik, terlihat dari satu kali musim hujan saja
kapasitas tampung sedimen sudah hampir penuh.
d) Manfaat Bangunan:
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa bangunan prototipe sabodam di
K. Lumajang mampu mengurangi laju sedimentasi sebesar 0,032 % dari
sedimentasi tahunan DAS Waduk Mrica.
e) Material endapan yang berupa pasir, kerikil dan beberapa batu dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, sehingga peran serta masyarakat sekitar
bangunan yang menambang bahan galian C tersebut menambah daya tampung
kapasitas prototipe sabodam.
14
dari proyek yang mirip dengan proyek yang bersangkutan sehingga hasil
perhitungan yang diperoleh diyakini akan aman. Di dalam kriteria desain dan
dasar-dasar menganalisis terdapat dua prinsip yang harus diperhatikan, yaitu
untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan lewat puncak Sabo Dam maka
harus disediakan bangunan pelimpah dan bangunan pengeluaran yang cukup
kapasitasnya dan syarat-syarat stabilitas konstruksi harus dapat dipenuhi. Pada
lereng alami, kelongsoran yang terjadi disebabkan oleh tiga faktor, yaitu
perubahaan profil pada lereng yang disebabkan oleh pengaruh alam, perubahan
profil pada puncak lereng yang disebabkan oleh perbuatan manusia, dan
perubahan kemiringan lereng sehingga lereng menjadi semakin curam.
15
4.5.1 Gaya vertikal beban mati
Beban mati (dead weight) adalah berat dari semua bagian struktur yang bersifat
tetap termasuk berat sendiri dari bagian struktur tersebut. Total dari satuan
berat dari badan Sabo Dam, dan jarak, gaya vertikal akibat beban mati lihat
(Gambar 2.1.) Persamaan yang dipakai guna menghitung gaya vertikal akibat
beban mati untuk analisis stabilitas Sabo Dam adalah :
W = W1 + W2 + W3 …………………………………......... (2.1)
X = ( W1 x X1 + W2 x X2 + W3 x X3 ) / W ………............ (2.2)
Dengan
W = Satuan berat dari badan Sabo Dam (ton), X = jarak vertikal (m), dan Untuk
menghitung total momen, gaya vertikal akibat beban mati dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
M = V . X …………………………………………….....… (2.3)
dengan M = total momen akibat beban vertikal (tm), V = total beban vertikal (t),
dan X = jarak (m).
Tekanan hidrostatik (hydrostatic pressure) adalah tekanan pada setiap titik dalam
suatu cairan yang diam, yang nilainya sama dengan kedalaman cairan dikali
dengan densitasnya. Persamaan yang dipakai guna menghitung tekanan
hidrostatik untuk analisis stabilitas Sabo Dam adalah :
PV = PV1 +PV2 + PV3 …………………………………… (2.4)
X = (PV1 x X1 + PV2 +PV3 x X2 + X3) / PV ………….. (2.5)
16
Gambar 2.2. Tekanan hidrostatik pada Bangunan Sabo
dengan PV = tekanan hidrostatik pada setiap titik air gaya vertikal (t), X = jarak
vertikal (m)
Untuk menghitung total momen tekanan hidrostatik gaya vertikal digunakan
persamaan :
M = V . X ………………………………………………. (2.6)
dengan M = momen (tm), V = total gaya vertikal (t), dan X = total jarak vertikal
(m).
17
BAB 5 PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan secara umum,
Bahwa penggunaan tecno sabo atau sabo dam sangat bermanfaat untuk
pengendalian sedimentasi di DAS cisangkuy, dan adapun pengendalian erosi dan
sedimen dapat diminimalisir dengan metode konservasi lahan dalam
mengendalikan laju erosi yang berimplikasi pula terhadap tingkat sedimen yang
terjadi
18
DAFTAR PUSTAKA:
https://id.wikipedia.org/wiki/Erosi
https://www.academia.edu/8313715/SABO_DAMS
http://indahandblog.blogspot.com/2014/02/makalah-
sedimentasi.html
https://www.academia.edu/33545047/SISTEM_PENGENDAL
IAN_EROSI_DAN_SEDIMENTASI_DAS_CITARUM
19