Lapkas HT
Lapkas HT
PORTOFOLIO
pasien mengaku saat sesak muncul pasien sedang duduk santai di ruang keluarga,
sesak juga tidak dipengaruhi oleh cuaca dan posisi. Pasien biasa tidur dengan satu
bantal. Nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-),
batuk (+), kelemahan anggota gerak (-).
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami sakit jantung dan stroke saat tahun 2012, pasien juga
menderita hipertensi sejak saat itu. Pasien sudah 2 kali dirawat di rumah sakit karena
keluhan sakit jantungnya. Riwayat asma (-), riwayat penyakit paru dan konsumsi
OAT (-). Riwayat DM (-), dislipidemia (-)
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Dikeluarga kandung tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, dan asma disangkal. Riwayat alergi
tidak ada di keluarga.
4. Riwayat Kebiasaan :
Pasien mempunyai kebiasaan merokok1 bungkus sehari selama kurang lebih 30 tahun
ini dan baru berhenti sejak 7 tahun yang lalu. Konsumsi alkohol (-), obat-obatan
tertentu (-). Pasien sering konsumsi makanan berlemak seperti nasi padang sejak
muda dulu. Olahraga (-).
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Status Generalis :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran :Compos mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign :
- TD :248/154 mmHg
- HR : 121 kali/menit
- RR : 39 kali/menit
LAPORAN KASUS
- T : 37 0C
Kepala :Bentuk normal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : Septum nasi tidak ada deviasi, secret (-)
Telinga :Tidak terdapat deformitas, secret (-)
Mulut:Bibir normal, tidak pucat, tidak sianosis, mukosa mulut lembab, tidak
hiperemis
Leher :Trakea terletak ditengah, KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak
teraba membesar, JVP 5-2cm
Thorax:
- Paru-Paru :
Inspeksi : Gerakan dinding dada simertris kiri dan kanan
Palpasi :vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi :Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V linea midclavicularis sinistra
Perkusi :Pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra, batas kanan ICS IV
linea parasternalis dextra, batas kiri ICS V 2 jari medial linea midklavikularis
sinistra
Auskultasi :Bunyi jantung regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
Perkusi: timpani
Ekstremitas :Deformitas (-), edema pretibial (+/+), akral hangat pada keempat
ekstremitas, CRT < 2 detik.
6. PemeriksaanPenunjang(26November2019) :
a. Darah Lengkap :
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 16,3 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 47,6 % 35-45 %
Eritrosit 5,72 juta 4,2-5,4 juta
Leukosit 14590 4.000-10.000
Trombosit 327.000 150.000-400.000
MCV 83,2 80-95fl
MCH 28,5 27-31lpg
MCHC 34,2 32-36g/dl
Kreatinin 1,8 0,6-1,1mg/dl
Ureum 42 10-40mg/dl
GDS 123 < 200mg/dl
b. EKG
c. FotoThorax :
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal S O A P
27-11- Sesak (+), KU: sedang -Hipertensi - O2 4 lpm
19 batuk (+), Kesadaran : CM emergensi - IVFD Asering 20
nyeri dada (- TD : 167/102 mmHg dengan gagal tpm mikro
), sakit HR : 88kali/menit jantung kiri - Furosemide10mg/ml
kepala (-) RR : 24kali/menit akut /12jam IV
T : 37,2oC - Candesartan
Mata : CA (-/-), SI (-/-) 1x16mg PO
Thorax - Amlodipine 1x10mg
Cor: BJ I-II normal, PO
murmur (-), gallop (-) - Vectrine 3x1C PO
Pulmo: ves +/+, wh -/-, - Simvastatin 1x20mg
rh -/- PO
Abdomen: cembung, - Clonidine 3x0,15mg
lemas, supel, NT (-), PO
timpani, BU normal - Cefuroxime
Ekstremitas: edema 3x750mg IV
pretibial +/+,
akralhangat, CRT < 2”
Lab:
Ur: 30 mg/dl
Cr: 0,6 mg/dl
Tg: 90 mg/dl
LDL: 155 mg/dl
HDL: 66 mg/dl
LAPORAN KASUS
Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Hipertensi emergensi adalah kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥180 mm Hg
dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit
sampai jam. Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan dimana diperlukan penurunan
tekanan darah segera dalam 1 jam dengan menggunakan obat antihipertensi parenteral
untuk mengatasi kerusakan target organ, pada umumnya tekanan darah >180/120
mmHg yang disertai kerusakan atau ancaman kerusakan di bidang neurologi, jantung,
mata dan ginjal.
2. Etiologi
Krisis hipertensi dapat terjadi pada penderita dengan hipertensi esensial maupun
hipertensi yang terakselerasi. Juga dapat terjadi pada penderita dengan tekanan darah
normal (normotensif). Krisis hipertensi pada penderita yang dulunya normotensif
kemungkinan karena glomerulonefritis akut, reaksi terhadap obat monoamin oksidase
inhibitor (MAO), feokromositoma atau toksemia gravidarum. Sedangkan pada
penderita yang telah mengidap hipertensi kronis, krisis hipertensi terjadi karena
glomerulonefritis, pielonefritis, atau penyakit vaskular kolagen, lebih sering pada
LAPORAN KASUS
hipertensi renovaskuler dengan kadar renin tinggi. Krisis hipertensi dapat mengenai usia
manapun, dapat mengenai neonatus dengan hipoplasi arteri ginjal kongenital, anak-anak
dengan glomerulonefritis akut, wanita hamil dengan eklampsia, atau orang yang lebih
tua dengan arterisklerotis stenosis pembuluh darah ginjal.
Etiologi terjadinya krisis hipertensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Berikut ini beberapa penyakit yang dapat menyertai terjadinya krisis hipertensi :
o Aneurisma
o Eklampsia
LAPORAN KASUS
3. Gambaran klinis
Pasien dengan hipertensi emergensi pada umumnya datang ke unit gawat darurat
dengan kondisi adanya kerusakan target organ atau ancaman terhadap kerusakan target
organ, penelusuran anamnesis yang cermat dan temuan pemeriksaan fisik dari kondisi
klinis penderita akan menghasilkan suatu keputusan klinis yang tepat dan memiliki
konsekuensi terhadap strategi pengobatan sesuai dengan penyakit dasar, pemeriksaan
laboratorium dasar terhadap fungsi organ vital seperti ureum dan kreatinin darah,
urinalisis serta biomarker kardiak apabila dicurigai adanya keterlibatan jantung dalam
kondisi kegawatan tersebut, maka akan diperlukan EKG, foto Thoraks atau CT Scan
kepala, yang secara spesifik diindikasikan untuk evaluasi gangguan serebral.
4. Mekanisme
Saat tekanan darah naik melampaui batas kritis, pada hewan percobaan MAP 150 mm
Hg, saat itu terjadi segera kerusakan dinding arteri akan diikuti dengan gejala lain yang
merangsang pelepasan vasoaktif, kerusakan struktur endothel, aktivasi RAAS system
dan pelepasan mikropartikel platelet.
LAPORAN KASUS
5. Diagnosis
Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi
tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosa suatu krisis hipertensi.
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik :
Dilakukan funduskopi untuk melihat : edema retina, perdarahan retina, eksudat pada
retina atau papil edema. Pemeriksaan kardiovaskuler dinilai apakah ada peningkatan
tekanan vena jugularis, bunyi jantung 3, diseksi aorta, defisit nadi. Pemeriksaan
neurologi untuk menilai tanda perubahan neurologis yang segera terjadi atau
berkelanjutan. Tanda hipertensi encephalopaty seperti disorientasi, penekanan
gangguan kesadaran, defisit neurologis fokal dan kejang fokal.
LAPORAN KASUS
3. Pemeriksaan Penunjang
o Hipertensi renovaskuler
o Glomerulonefritis akut
o Luka bakar
6. Evaluasi
Pasien dengan hipertensi emergensi selayaknya mendapat perawatan di ruang intensif
atau ruang lain yang dapat akses untuk diobservasi secara ketat, sedangkan pasien
dengan hipertensi urgensi biasa nya cukup dirawat di ruang observasi dan apabila
tekanan darah telah menurun, pasien diperbolehkan untuk rawat jalan dan dievaluasi
pengobatan dalam beberapa hari.
7. Terapi
Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan langkah -
langkah sebagai berikut:
6-24 jam berikutnya diturunkan sampai < 140/90 mmHg jika tidak ada
gejala iskemia organ.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat
diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi
intravena ( IV ).
LAPORAN KASUS
2. Nitroglycerin : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit,
duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek
samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam,
i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10
– 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta
Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi
volume intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke
volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem saraf
simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60
menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ),
demam, gangguan gastrointestinal, sindrom putus obat dll. Karena onset of
actionnya bisa tak terduga dan khasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai
untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-
pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan
titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau
beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit
pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus
obat.
11. Nicardipine merupakan salah satu IV dari dihidropiridine kalsium antagonist dan
efektif pada hipertensi emergensi dengan persentase yang tinggi. Terutama sekali
pada infus dengan kecepatan tinggi. Kecepatan infus dapat ditingkatkan 2,5 mg/jam
dengan interval 15-20 menit sampai dosis maksimal yang direkomendasikan yaitu
15mg/jam atau sampai pengurangan tekanan darah yang diinginkan dicapai. Dosis
nicardipine tidak tergantung dengan berat badan. Nicardipine dapat mengurangi
iskemia cerebral dan serangan jantung, walaupun ada kalnya kita harus mengamati
keluhan sakit kepala, mual dan muntah.
12. Esmolol, merupakan penghambat beta adrenergic dengan waktu kerja singkat dan
diberikan secara intra vena. Onset efeknya dapat dilihat dalam 1 sampai 5 menit,
LAPORAN KASUS
dengan kecepatan kehilangan efeknya dalam 15 sampai 30 menit setelah obat tidak
dilanjutkan. Esmolol dapat diberikan 500 g/kg secara injeksi bolus. Yang bisa
diulangi setelah 5 menit. Sebagai alternatif dapat diberikan dalam infus 50-100
g/kg/menit dan bisa ditingkatkan 300 g/kg/menit jika diperlukan. Efek yang
tidak disukai adalah dapat meningkatkan hambatan pada jantung, gagal jantung
kongestif dan spasme bronchus.
Walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk memberikan obat-obat oral yang
cara pemberiannya lebih mudah tetapi pemberian obat parenteral adalah lebih aman.
Dengan Sodium nitrotprusside, Nitroglycerine, Trimethaphan, TD dapat diturunkan
baik secara perlahan maupun cepat sesuai keinginan dengan cara mengatur tetesan
infus. Bila terjadi penurunan TD berlebihan, infus dihentikan dan TD dapat naik
kembali dalam beberapa menit.
Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan kematian jantung mendadak hingga lima
kali dibandingkan dengan penderita hipertensi tanpa hipertrofi ventrikel kiri, sehingga
dalam penatalaksanaan hipertensi, program pencegahan hipertrofi ventrikel kiri
merupakan tujuan utama selain penurunan tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri
memperburuk sirkulasi koroner karena menurunkan cadangan koroner dan gangguan
perfusi miokard.
Terdapat dua patofisiologi utama yang menyebabkan hipertofi ventrikel kiri, yaitu
regangan mekanik dan faktor neurohormonal. Regangan mekanik terjadi karena
hipertensi memaksa ventrikel kiri untuk beradaptasi dengan meningkatkan massa otot
untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat dari adanya peningkatan resistensi
arteri.
LAPORAN KASUS
Kontraksi
Tingkat Volume Curah Tahanan Hipertrofi
Otot Aterosklerosis
Hipertensi Plasma Jantung Perifer Ventrikel
Jantung
Awal normal - -
Gagal
menetap
Jantung
Dengan peningkatan tahanan perifer dan beban sistolik ventrikel kiri, jantung
mengalami hipertrofi karena aktivasi simpatis untuk meningkatkan kontraksi miokard.
Norepinefrin telah terbukti menstimulasi produksi protein sel dalam kondisi tergantung
dosis, dimana blockade reseptor norepinefrin dengan peningkatan konsentrasi antagonis
- dan - dari sistem adrenergik dihubungkan dengan penurunan produksi protein. Efek
dari sistem saraf simpatis terhadap fisiologi miosit melalui aktivasi reseptor 1- dan
1/2-, memainkan peranan penting dalam memediasi terjadinya hipetrofi ventrikel kiri
pada hipertensi.
Sistem renin angiostensin juga berperan penting dengan merangsang proliferasi dan
migrasi otot polos oleh receptor Angiotensin I. Angiostensin II juga merangsang
pertumbuhan kolagen sebagai mediator hormon Transforming Growth Factor Beta (
TGF-). Di sisi lain, angiostensin bersifat vasokontriktor dan meningkatkan reabsorbsi
garam dan air. Pada hipertensi ringan curah jantung mulai meningkat, frekuensi denyut
jantung dan kontraktilitas bertambah sedangkan tahanan perifer masih normal.
Peningkatan curah jantung oleh proses autoregulasi menimbulkan peningkatan tonus
pembuluh darah perifer. Dengan lamanya hipertensi terjadi perubahan struktural
pembuluh darah yang menyebabkan tahanan perifer meninggi secara persisten dan
akhirnya menyebabkan kerja jantung bertambah berat. Proses ini dapat disertai kelainan
LAPORAN KASUS
Hipetrofi ventrikel kiri merupakan faktor resiko kardiovaskular yang mandiri dan telah
terbukti meningkatkan resiko kelainan koroner, stroke, gagal jantung dan lainnya.
Untuk itu, pencegahan dari regresi hipetrofi ventrikel kiri merupakan tujuan terapi yang
sangat penting.
Perubahan struktur otot jantung pada hipertrofi ventrikel kiri dapat mengurangi
cadangan aliran darah koroner karena :
1. Penebalan tunika media arteriol, penurunan jumlah kapiler per satuan miokard.
2. Perubahan ekstra vaskuler karena hipertropi miokard, penurunan kualitas miokard
karena fibrosis interstitial dan perivaskuler.
3. Arteriosklerosis akibat hipertensi menimbulkan oklusi arteri pericardial.
4. Penebalan dinding arteri mengurangi rasio lumen dengan dinding arteri dan ukuran
lumen arteri tidak rata.
5. Peningkatan diameter ventrikel kiri karena hipertropi miosit, deposit kolagen.
Fibrinosis dan matriks protein akan menimbulkan kompresi arteri koroner dan
kekakuan otot ventrikel.
Selanjutnya pada hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi gagal jantung melalui proses
berikut :
PORTOFOLIO
Disusun oleh:
Pembimbing:
BENGKULU UTARA
2019