Disusun oleh :
Ruang 310, Kamis 18.30 WIB
1. Aulia Maulida (201951046)
2. Denasti putri (201951058)
3. Dinar Mahardika (201951065)
4. Eli Nuraeni (201951073)
5. Nur Inayah (201951156)
6. Santonius Gautama S (201951187)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengelolaan Obat Prekursor di
Apotek Diva Farma” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak atas bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran-saran, serta nasehat yang
tidak ternilai harganya. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada :
1. Rektor Institut Sains dan Teknologi Al Kamal yang telah memberikan izin
dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
serta penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun. Terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................
1.2 Identifikasi Masalah .....................................................................
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................
1.4 Perumusan Masalah ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan adalah Apotek. Apotek adalah
suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat
kepada masyarakat.1 Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.2 Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian diperlukan adanya pengawasan
dari pihak-pihak yang berwenang.
Menurut WHO dalam Rubiana (2008) Obat telah memberikan manfaat yang
luar biasa bagi kehidupan manusia. Obat telah menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan dengan cara menyelamatkan jiwa, menurunkan jumlah pasien dan
meningkatkan kesehatan, tetapi hanya jika obat tersebut aman, berkhasiat dan
bermutu dan digunakan dengan benar. Obat yang tidak aman, tidak berkhasiat, tidak
bermutu dan tidak digunakan dengan benar dapat menimbulkan berbagai masalah
bagi kesehatan.
1
Syamsuni, 2006,Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : Penerbit BukuKedokteran
EGC, hal.7.
2
Charles J.P.Siregar, 2003,Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Jakarta : EGC,hal. 25.
1
dan obat yang mengandung prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas kefarmasian perlu dikelola dengan baik untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dan kebocoran sehingga masyarakat dapat dilindungi dari bahaya
penyalagunaan prekursor farmasi dan obat yang mengandung prekursor farmasi.3
Maraknya kejahatan atau tindak pidana yang berkaitan dengan narkotika dan
prekursor narkotika sebagaimana yang selama ini masyarakat dengar maupun baca
dari media masa perlu mendapatkan perhatian yang serius. Angka perkembangan
kasus kejahatan bersangkutan dari tahun ke tahun bertumbuh degan cepat sekalipun
ada regulasi yang mengatur tentang peredaran narkotika. Dapat disimpulkan
kejahatan narkotika bukanlah kejahatan yang sifatnya lokal (wilayah–wilayah tertentu
saja), tetapi telah merebak sampai keseluruh pelosok wilayah Indonesia.Tebukti dapat
dipastikan hampir setiap wilayah hukum kabupaten/kota di Indonesia, ditemukan
penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika.
3
BPOM RI No.40 tentang Pedoman Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor farmasi
Tahun 2013.
4
Peraturan Menteri Kesehatan No.168 tentang Prekursor Farmasi Tahun 2005.
2
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka
penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi
variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan
Pengadaan dan distribusi obat serta bahaya penyalahgunaan obat prekursor.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
di gunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri
Farmasi atau produk antar, produk ruhahan dan produk jadi yang mengandung
efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau
potasium permanganat.5
2.2 Pengadaan dan distribusi Obat Mengandung Prekursor di Apotek Diva Farma
Tigaraksa
5
tentang Pedoman Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor farmasi, loc. Cit.
4
f. Khusus untuk pesanan obat mengandung Prekursor Farmasi dibuat
terpisah dari surat pesanan obat lainnya dan jumlah pesanan ditulis dalam
bentuk angka dan huruf.
1. Harus ditebus dengan resep dokter , resep dokter yang lengkap terdiri atas :
a. Inscriptio terdiri dari nama dokter, alamat, SIP, kota, tanggal, R/ (recipe)
b. Prescriptio terdiri dari nama obat, dosis, bentuk kemasan, jumlah obat
5
c. Signatura terdiri dari cara pemakaian, bahan sediaan obat, jumlah obat
perminum, waktu minum
d. Pro terdiri dari nama pasien, umur, berat badan (wajib untuk anak-anak),
alamat (jika obat mengandung narkotik).
e. Subcriptio terdiri dari tanda tangan atau paraf
a. Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
b. Informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik
(SIP), alamat, nomor telepon dan paraf)
c. Tanggal penulisan resep
d. Bentuk dan kekuatan sediaan
e. Stabilitas
f. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
g. Ketepatan indikasi dan dosis obat
h. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
i. Duplikasi dan/atau polifarmasi
j. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
k. Kontra indikasi
l. Interaksi
6
2.4 Contoh obat yang mengandung Prekursor :
7
gangguan tenggorokan dan
mengurangi bersin dan hidung berair
karena flu dan pilek yang
menyertainya.
10. Fludane forte Tablet Influenza di sertai demam, sakit
kepala, hidung tersumbat, pilek dan
batuk kering.
11. Inza Tablet Meringankan gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung
tersumbat, dan bersinbersin.
12. Komix Cair ( Antitusif dan ekspektoran pada batuk
sachet) produktif atau non.
13. Mextril Kapsul Meredakan gejala batuk dan tidak
berdahak
14. Mixagrip Tablet Menyembuhkan gejala flu seperti
bersin-bersin, hidung berair, hidung
tersumbat, demam, sakit kepala, dan
nyeri otot.
15. Procold Flu Tablet Meringankan gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung
tersumbat dan berin-berin.
8
2.5 Efek Samping dan Bahaya Penyalahgunaan Obat Prekursor
1. Kecanduan
2. Toleransi obat
Satu bulan pertama bisa dapat efek stimulant, depresan dan halusinasi dengan
satu tablet/hari. dua bulan, 3 bulan kemudian untuk mendapat sensasi yang
sama butuh 2 tablet, 3 tablet dan seterusnya hingga mencapai titik overdosis.
Pada kondisi ini, satu tablet terasa seperti belum menggunakan obat sama
sekali. Inilah yang disebut toleransi obat, tubuh secara alami akan
menyesuaikan diri dengan obat yang masuk sehingga sensitivitas tubuh
terhadap obat semakin menurun. Apabila tidak mendapat obat timbullah
depresi, mudah marah, gugup, tubuh lemah dan gejala menyakitkan lainnya.
Apabila overdosis muncul gangguan pernapasan, tekanan darah rendah/tinggi,
hingga koma dan kematian. Inilah kenyataan yang telah kita lihat sekarang.
Para korban yang muncul saat ini adalah akumulasi perilaku penyalahgunaan
beberapa bulan/tahun terakhir.
9
3. Reaksi Putus Obat (Witdrawal/Sakaw)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang di gunakan
dalam pembuatan narkotik dan psikotropik. Penggunaan istilah prekursor
bukan hanya bahan-bahan yang mengandung narkoba, tetapi bisa juga yang
membantu proses pembentukan Narkoba. Prekursor ini bisa sebagai perantara
terbentuknya zat lain, atau dapat bekerja sebagai zat asam dalam pembentukan
garam narkoba.
2. Mengingat belakangan ini penyalahgunaan prekursor dalam pembuatan
narkotika dan psikotropika telah menjadi ancaman yang serius yang dapat
menimbulkan gangguan bagi kesehatan, instabilitas ekonomi, gangguann
keamanan, serta kejahatan internasional. Pengaturan prekursor yang dibuat
oleh Pemerintah bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan
obat prekursor, mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor,
mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpanan prekursor, dan menjamin
ketersediaan prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Beberapa contoh obat mengandung prekursor yang ada di masyarakat dan
penggunaannya perlu di awasi antara lain: Aerius D tablet, Clarinase tablet,
Telfash Plus, Methergin tablet, Methergin injeksi, Tremenza tablet, Aldisa SR
tablet, Trifed tablet, Fexofed, Pospargin 0.125mg, Pospargin 2mg/ml injeksi.
11
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI, Peraturan badan pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 40 tentang pedoman pengelolaan prekursor farmasi dan obat
mengandung prekursor farmasi. Jakarta : Kepala BPOM, 2013.
Charles J.P.Siregar. Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Jakarta :
Kedokteran EGC, 2003.
Permenkes. 2005. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 168 tahun 2005 tentang
Prekursor Farmasi. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : Kedokteran
EGC.
13
LAMPIRAN
14