Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN OBAT PREKURSOR DI APOTEK

DIVA FARMA TIGARAKSA


Karya Ilmiah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa
Indonesia

Disusun oleh :
Ruang 310, Kamis 18.30 WIB
1. Aulia Maulida (201951046)
2. Denasti putri (201951058)
3. Dinar Mahardika (201951065)
4. Eli Nuraeni (201951073)
5. Nur Inayah (201951156)
6. Santonius Gautama S (201951187)

PROGRAM STUDI FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL KAMAL

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengelolaan Obat Prekursor di
Apotek Diva Farma” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak atas bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran-saran, serta nasehat yang
tidak ternilai harganya. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada :

1. Rektor Institut Sains dan Teknologi Al Kamal yang telah memberikan izin
dalam penyusunan karya ilmiah ini.

2. Kaprodi Farmasi yang telah memberikan izin dalam penyusunan karya


ilmiah ini.
3. Bapak Ahmad Sayutih, S.S selaku Dosen Bahasa Indonesia yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan petunjuk,
pengetahuan, bimbingan, dan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi
penulis dalam penyusunann karya ilmiah ini.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
serta penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun. Terimakasih.

Jakarta, 25 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................
1.2 Identifikasi Masalah .....................................................................
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................
1.4 Perumusan Masalah ......................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Prekursor Farmasi ...........................................................
2.2 Pengadaan Obat Mengandung Prekursor di Apotek Diva Farma
Tigaraksa ......................................................................................
2.3 Distribusi Obat Mengandung Prekursor di Apotek Diva Farma
Tigaraksa ......................................................................................
2.4 Contoh Obat Prekursor .................................................................
2.5 Bahaya Penyalahgunaan Obat Prekursor......................................

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .......................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan adalah Apotek. Apotek adalah
suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat
kepada masyarakat.1 Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.2 Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian diperlukan adanya pengawasan
dari pihak-pihak yang berwenang.

Menurut WHO dalam Rubiana (2008) Obat telah memberikan manfaat yang
luar biasa bagi kehidupan manusia. Obat telah menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan dengan cara menyelamatkan jiwa, menurunkan jumlah pasien dan
meningkatkan kesehatan, tetapi hanya jika obat tersebut aman, berkhasiat dan
bermutu dan digunakan dengan benar. Obat yang tidak aman, tidak berkhasiat, tidak
bermutu dan tidak digunakan dengan benar dapat menimbulkan berbagai masalah
bagi kesehatan.

Sehubungan dengan maraknya penyalahgunaan obat di kalangan masyarakat,


maka tenaga kefarmasian harus lebih memperhatikan pelayanan terhadap obat-obatan
salah satunya yaitu obat yang mengandung prekursor. Menurut Peraturan Pemerintah
RI No.44 tahun 2010, Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika. Prekursor farmasi

1
Syamsuni, 2006,Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : Penerbit BukuKedokteran
EGC, hal.7.
2
Charles J.P.Siregar, 2003,Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Jakarta : EGC,hal. 25.

1
dan obat yang mengandung prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas kefarmasian perlu dikelola dengan baik untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dan kebocoran sehingga masyarakat dapat dilindungi dari bahaya
penyalagunaan prekursor farmasi dan obat yang mengandung prekursor farmasi.3

Maraknya kejahatan atau tindak pidana yang berkaitan dengan narkotika dan
prekursor narkotika sebagaimana yang selama ini masyarakat dengar maupun baca
dari media masa perlu mendapatkan perhatian yang serius. Angka perkembangan
kasus kejahatan bersangkutan dari tahun ke tahun bertumbuh degan cepat sekalipun
ada regulasi yang mengatur tentang peredaran narkotika. Dapat disimpulkan
kejahatan narkotika bukanlah kejahatan yang sifatnya lokal (wilayah–wilayah tertentu
saja), tetapi telah merebak sampai keseluruh pelosok wilayah Indonesia.Tebukti dapat
dipastikan hampir setiap wilayah hukum kabupaten/kota di Indonesia, ditemukan
penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika.

Penggunaan prekursor yang tidak sesuai dengan peruntukkannya atau


disalahgunakan akan menimbulkan gangguan kesehatan, instabilitas ekonomi,
gangguan keamanan serta kejahatan internasional, oleh karena itu perlu diawasi
secara ketat.4

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Prekursor ?

2. Mengapa peredaran di awasi pemerintah ?

3. Apa saja golongan dan jenis Prekursor ?

3
BPOM RI No.40 tentang Pedoman Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor farmasi
Tahun 2013.
4
Peraturan Menteri Kesehatan No.168 tentang Prekursor Farmasi Tahun 2005.

2
1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka
penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi
variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan
Pengadaan dan distribusi obat serta bahaya penyalahgunaan obat prekursor.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa


masalah dalam karya ilmiah ini, yaitu :

1. Bagaimana pengelolaan obat yang mengandung prekursor pada apotek Diva


Farma Tigaraksa?

2. Apakah proses pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku?

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Prekursor Farmasi

Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
di gunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri
Farmasi atau produk antar, produk ruhahan dan produk jadi yang mengandung
efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau
potasium permanganat.5

2.2 Pengadaan dan distribusi Obat Mengandung Prekursor di Apotek Diva Farma
Tigaraksa

1. Pengadaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus berdasarkan Surat


Pesanan Prekursor.

2. Surat Pesanan Prekursor harus :

a. Asli dan dibuat tindasannya sebagai arsip.


b. Ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab Apotek , disertai nama
jelas dan nomor surat izin praktek apoteker (SIPA) di Apotek Diva
Farma, nomor dan tanggal SP.
c. Mencantumkan nama dan alamat Industri Farmasi/PBF tujuan pemesanan.
d. Mencantumkan nama obat mengandung Prekursor Farmasi, bentuk
sediaan, jenis dan isi kemasan.
e. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang jelas.

5
tentang Pedoman Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor farmasi, loc. Cit.

4
f. Khusus untuk pesanan obat mengandung Prekursor Farmasi dibuat
terpisah dari surat pesanan obat lainnya dan jumlah pesanan ditulis dalam
bentuk angka dan huruf.

3. Pada saat penerimaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus dilakukan


pemeriksaan kesesuaian antara fisik obat dengan faktur penjualan dan/atau
Surat Pengiriman Barang (SPB) antara lain:

a. Kebenaran nama produsen, nama obat mengandung Prekursor Farmasi,


jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, jenis dan isi kemasan.
b. Nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
c. Apabila kemasan obat dalam kondisi dan penandaan rusak, terlepas,
terbuka dan tidak sesuai dengan SP, maka obat dapat dikembalikan
kepada pengirim disertai dengan bukti retur/surat pengembalian dan
salinan faktur penjualan dan meminta nota kredit dari Industri
Farmasi/PBF/Rumah Sakit pengirim.
d. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian wajib menandatangani Surat Pengiriman Barang (SPB) dan
faktur penjualan dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIPA/SIPTTK,
dan stempel Apotek.
e. SP obat mengandung Prekursor Farmasi dIsimpan terpisah dari surat
pesanan obat lainnya.

2.3 Distribusi Obat Mengandung Prekursor di Apotek Diva Farma Tigaraksa

1. Harus ditebus dengan resep dokter , resep dokter yang lengkap terdiri atas :

a. Inscriptio terdiri dari nama dokter, alamat, SIP, kota, tanggal, R/ (recipe)
b. Prescriptio terdiri dari nama obat, dosis, bentuk kemasan, jumlah obat

5
c. Signatura terdiri dari cara pemakaian, bahan sediaan obat, jumlah obat
perminum, waktu minum
d. Pro terdiri dari nama pasien, umur, berat badan (wajib untuk anak-anak),
alamat (jika obat mengandung narkotik).
e. Subcriptio terdiri dari tanda tangan atau paraf

2. Dilakukan pengkajian (skrining) terhadap resep yang diterima :

a. Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
b. Informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik
(SIP), alamat, nomor telepon dan paraf)
c. Tanggal penulisan resep
d. Bentuk dan kekuatan sediaan
e. Stabilitas
f. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
g. Ketepatan indikasi dan dosis obat
h. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
i. Duplikasi dan/atau polifarmasi
j. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
k. Kontra indikasi
l. Interaksi

3. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker atau tenaga kefarmasian yang


berwenang

6
2.4 Contoh obat yang mengandung Prekursor :

No NAMA SEDIAAN INDIKASI


SEDIAAN
1. Anakonidin Sirup Batuk dan pilek
2. Alpara Tablet Meringankan influenza yang di sertai
gejala demam, pilek, bersin, sakit
kepala, batuk kering.
3. Actived Sirup Ekspektoran dan denkongestan saluran
Ekspektoran nafas bagian atas
4. Anadex Tablet Gelaja influenza di sertai demam, sakit
kepala, batuk kering, hidung
tersumbah, alergi
5. Asmasolon Tablet Asma bronkial, bronchitis kronik
disertai emfisema, bronkospasmus
emfisema dan alergilain pada saluran
nafas bagian atas.
6. Citocetin Sirup Meringankan gejala influenza seperti
demam, sakit kepla, hidung tersumbat,
dan bersin-bersin di sertai batuk
berdaha.
7. Decolgen Tablet Meringankan gejala flu seperti
demam, sakit kepala, bersin-bersin,
hidung tersumbat.
8. Dextral Tablet Menyembuhkan batuk berdahak dan
tidak berdahak di sertai pilek, hidung
tersumbat karena pilek.
9. Dexmolex Sirup Meredakan batuk pilek, melegakan

7
gangguan tenggorokan dan
mengurangi bersin dan hidung berair
karena flu dan pilek yang
menyertainya.
10. Fludane forte Tablet Influenza di sertai demam, sakit
kepala, hidung tersumbat, pilek dan
batuk kering.
11. Inza Tablet Meringankan gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung
tersumbat, dan bersinbersin.
12. Komix Cair ( Antitusif dan ekspektoran pada batuk
sachet) produktif atau non.
13. Mextril Kapsul Meredakan gejala batuk dan tidak
berdahak
14. Mixagrip Tablet Menyembuhkan gejala flu seperti
bersin-bersin, hidung berair, hidung
tersumbat, demam, sakit kepala, dan
nyeri otot.
15. Procold Flu Tablet Meringankan gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung
tersumbat dan berin-berin.

8
2.5 Efek Samping dan Bahaya Penyalahgunaan Obat Prekursor

1. Kecanduan

Obat-obat yang disalahgunakan menyebabkan kecanduan, yaitu keinginan


untuk mengkonsumsi obat terus menerus walaupun tidak ada indikasi medis.
Biasanya karena sudah merasa nyaman dengan efek yang dihasilkan
(stimulan, depresan, dan halusinasi), dan efek tersebut terasa hilang dengan
penghentian obat. Jadi, menghentikan seorang pengguna narko-psiko tidak
sama seperti menghentikan pengguna parasetamol atau CTM. Walaupun
sama-sama pahit, ada sensasi yang ‘menarik’ pengguna untuk memakai lagi
dan lagi. Apa yang menyebabkan kecanduan? Penggunaan jangka panjang,
dan ini tidak akan terjadi kecuali apabila disalahgunakan.

2. Toleransi obat

Satu bulan pertama bisa dapat efek stimulant, depresan dan halusinasi dengan
satu tablet/hari. dua bulan, 3 bulan kemudian untuk mendapat sensasi yang
sama butuh 2 tablet, 3 tablet dan seterusnya hingga mencapai titik overdosis.
Pada kondisi ini, satu tablet terasa seperti belum menggunakan obat sama
sekali. Inilah yang disebut toleransi obat, tubuh secara alami akan
menyesuaikan diri dengan obat yang masuk sehingga sensitivitas tubuh
terhadap obat semakin menurun. Apabila tidak mendapat obat timbullah
depresi, mudah marah, gugup, tubuh lemah dan gejala menyakitkan lainnya.
Apabila overdosis muncul gangguan pernapasan, tekanan darah rendah/tinggi,
hingga koma dan kematian. Inilah kenyataan yang telah kita lihat sekarang.
Para korban yang muncul saat ini adalah akumulasi perilaku penyalahgunaan
beberapa bulan/tahun terakhir.

9
3. Reaksi Putus Obat (Witdrawal/Sakaw)

Buruknya efek penyalahgunaan obat (khususnya narkotika dan psikotropika)


tidak sampai disitu, bahkan untuk berhenti pun akan menimbulkan rasa sakit
yang menyiksa. Dengan pertimbangan tersebut, para pengguna yang ingin
berhenti akan dilakukan rehabilitasi atau terapi putus obat dengan arahan
tenaga medis. Biasanya pada pelayanan kesehatan (rumah sakit atau
puskesmas) yang menyediakan terapi putus obat akan menghentikan obat
secara bertahap atau menggantinya dengan obat lain sesuai standar
pengobatan yang memiliki efek sama kemudian dosisnya diturunkan sedikit
demi sedikit agar pengguna tidak merasakan ‘siksaa’ berat selama proses
penghentian tersebut. Beberapa gejala putus obat antara lain: depresi,
insomnia, gugup, cemas, kelelahan dan lain-lain.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang di gunakan
dalam pembuatan narkotik dan psikotropik. Penggunaan istilah prekursor
bukan hanya bahan-bahan yang mengandung narkoba, tetapi bisa juga yang
membantu proses pembentukan Narkoba. Prekursor ini bisa sebagai perantara
terbentuknya zat lain, atau dapat bekerja sebagai zat asam dalam pembentukan
garam narkoba.
2. Mengingat belakangan ini penyalahgunaan prekursor dalam pembuatan
narkotika dan psikotropika telah menjadi ancaman yang serius yang dapat
menimbulkan gangguan bagi kesehatan, instabilitas ekonomi, gangguann
keamanan, serta kejahatan internasional. Pengaturan prekursor yang dibuat
oleh Pemerintah bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan
obat prekursor, mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor,
mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpanan prekursor, dan menjamin
ketersediaan prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Beberapa contoh obat mengandung prekursor yang ada di masyarakat dan
penggunaannya perlu di awasi antara lain: Aerius D tablet, Clarinase tablet,
Telfash Plus, Methergin tablet, Methergin injeksi, Tremenza tablet, Aldisa SR
tablet, Trifed tablet, Fexofed, Pospargin 0.125mg, Pospargin 2mg/ml injeksi.

11
3.2 Saran

Pemerintah beserta masyarakat harus bekerjasama untuk mencegah upaya


penyalahgunaan dan peredaran prekursor yang menyimpang ke jalur yang tidak
resmi.

12
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI, Peraturan badan pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 40 tentang pedoman pengelolaan prekursor farmasi dan obat
mengandung prekursor farmasi. Jakarta : Kepala BPOM, 2013.
Charles J.P.Siregar. Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Jakarta :
Kedokteran EGC, 2003.
Permenkes. 2005. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 168 tahun 2005 tentang
Prekursor Farmasi. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : Kedokteran
EGC.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai