Anda di halaman 1dari 31

 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  BAB II

  DASAR TEORI
 
2.1 Konsep Dasar Perawatan
 
Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk
 
menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi dengan
baik  seperti dalam kondisi sebelumnya.
 
Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai
  berikut:

1. Fungsi perawatan sangat berhubungan erat dengan proses produksi.


2. Peralatan yang dapat digunakan terus untuk berproduksi adalah hasil adanya
perawatan.
3. Aktivitas perawatan harus dikontrol berdasarkan kepada kondisi yang terjaga.

Pekerjaan perawatan adalah untuk melakukan perbaikan yang bersifat


kualitas, meningkatkan suatu kondisi kearah yang lebih baik. Banyaknya atau
seringnya pekerjaan perawatan yang dilakukan tergantung pada:
1. Batas kualitas terendah yang diijinkan dari suatu komponen. Sedangkan batas
kualitas yang lebih tinggi dapat dicapai oleh pekerjaan perawatan.
2. Waktu pemakaian atau lamanya operasi yang menyebabakan berkurangnya
kualitas perlatan. Dalam hal ini komponen (peralatan) dapat menjadi sasaran
untuk terkena tekanan–tekanan, beban pakai, kondisi dan pengaruh–pengaruh
lain yang dapat mengakibatkan menurunnya atau kehilangan kualitas,
sehingga kemampuan komponen berkurang ketahanannya.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 5

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Dalam penerapannya, perawatan diperlukan teknik yang merupakan


penerapan
  dari ilmu pengetahuan dan prinsip–prinsip dasar perawatan yang
bertujuan untuk menjaga kondisi suatu mesin dari peralatan dalam kondisi sempurna.
 
Ada dua kebijakan perawatan yang umum dikenal di dunia industri, yaitu
  perawatan kerusakan (break down maintenance) dan perawatan pencegahan
  (preventive maintenance).
1.
 
Perawatan Kerusakan
Perawatan kerusakan dapat diartikan sebagai kebijakan perawatan dengan
 
cara mesin atau peralatan dioperasikan hingga rusak, kemudian baru
  diperbaiki. Kebijakan ini merupakan strategi perawatan yang sangat kasar
dan kurang baik karena dapat menimbulkan biaya perawatan tinggi,
kehilangan kesempatan keuntungan karena terhentinya mesin, keselamatan
kerja tidak terjamin, kondisi mesin tidak diketahui dan tidak dapat
merencanakan waktu, tenaga kerja serta biaya. Metode ini disebut juga
sebagai perawatan berdasarkan kerusakan (failure based maintenance).
Strategi perawatan ini kurang sesuai untuk mesin–mesin tingkat kritis yang
sangat tinggi dan hanya sesuai untuk mesin–mesin yang sederhana dimana
tidak memerlukan perawatan secara intensif.
2. Perawatan Pencegahan
Perawatan pencegahan terdiri atas:
a. Perawatan Terjadwal (Schedule Maintenance)
Perawatan terjadwal merupakan bagian dari perawatan pencegahan,
perawatan ini bertujuan mencegah terjadinya kerusakan dan
perawatannya dilakukan secara periodik dalam rentang waktu
tertentu, strategi perawatan ini disebut juga sebagai perawatan
berdasarkan waktu (time based maintenance). Strategi perawatan ini
cukup baik dalam mencegah terhentinya mesin yang tidak
direncanakan. Rentang waktu perawatan ditentukan berdasarkan

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 6

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  pengalaman, data masa lalu atau rekomendasi dari pabrik pembuat

  mesin yang bersangkutan.


Kekurangannya, jika rentang waktu perawatan terlalu pendek akan
 
mengganggu aktivitas produksi dan dapat meningkatkan kesalahan
  yang timbul karena kekurangan cermatan teknisi dalam memasang
  kembali komponen yang diperbaiki serta kemungkinan adanya

 
kontaminasi yang masuk ke dalam sistem.
Jika rentang waktu perawatan terlalu panjang kemungkinan mesin
 
akan mengalami kerusakan sebelum tiba waktu perawatan, selain itu
  jika kondisi mesin atau komponen mesin/peralatan masih baik dan
menurut jadwal harus sudah diganti atau diperbaiki akan
menimbulkan kerugian.
b. Perawatan Prediktif ( Predictive Maintenance)
Perawatan prediktif inipun merupakan bagian perawatan pencegahan.
Perawatan prediktif ini dapat diartikan sebagai strategi perawatan
dimana pelaksanaannya didasarkan kondisi mesin itu sendiri.
Untuk menentukan kondisi mesin dilakukan tindakan pemeriksaan
atau monitoring secara rutin, jika terdapat tanda atau gejala kerusakan
segera diambil tindakan perbaikan untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut, jika tidak terdapat gejala kerusakan segera pula diketahui.
Perawatan prediktif disebut juga perawatan berdasarkan kondisi
(condition based maintenance) atau juga disebut monitoring kondisi
mesin (machinery conditioning monitoring), yang artinya sebagai
penentuan kondisi mesin dengan cara memeriksa mesin secara rutin
sehingga dapat diketahui keandalan mesin serta keselamatan kerja
terjamin.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 7

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Perawatan pencegahan ini secara umu perlu dilakukan melalui tiga

  dasar kegiatan yang biasanya harus dipenuhi, yaitu:


1. Inspeksi atau langkah pemeriksaan, prosedur inspeksi sebaiknya
 
direncanakan, sehingga dapat menghemat waktu, definisinya adalah
  pemeriksaan secara rutin terhadap kelengkapan mesin dan peralatan,
  diantaranya:

 
 Memastikan fasilitas dapat beroperasi sesuai rencana,
 Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fasilitas,
 
 Melakukan evaluasi potensi yang akan menimbulkan gangguan
  dan kerusakan,
 Melakukan penafsiran terjadinya kerusakan,
 Melakukan identifikasi komponen–komponen pengganti,
 Membuat jadwal perbaikan berdasarkan kebutuhan, dan lain-lain.

Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan frekuensi untuk


melakukan inspeksi, yaitu beban kerja, umur, pengalaman dan
kritisnya fasilitas.

2. Perawatan, yang merupakan langkah pemeliharaan secara rutin yang


didasarkan pada cara perawatan harian, mingguan, bulanan dan
seterusnya. Atau dapat juga didasarkan pada jumlah jam pemakaian
tertentu atau satuan output/produksi.
3. Perbaikan, yang dimaksud dengan perbaikan disini adalah perbaikan kecil
yang mungkin timbul dari hasil pemeriksaan.

Hubungan antara berbagai jenis perawatan dapat dilihat pada diagram


berikut:

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 8

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

 
Maintenance
 

 
Planned Maintenance Unplanned Maintenance
 

  Preventive Corrective

  Maintenance Maintenace

Running Shut – Down Break - Down Emergency


Maintenace Maintenace Maintenace Maintenance

(Cliffton, 1984 ; 12)

Gambar 2.1 Hubungan antara jenis – jenis maintenance

2.2. Istilah Umum Dalam Perawatan

Istilah perawatan pada kenyataan mengacu kepada fungsi pemeliharaan


secara keseluruhan, yaitu:

a. Perawatan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari tindakan yang


dilakukan untuk menjaga suatu barang atau untuk memperbaikinya sampai
kondisi yang diterima.
b. Perawatan darurat ( emergency maintenance ) adalah perawatan yang perlu
segera dilakukan untuk mencegah akibat yang serius

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 9

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  c. Perawatan terencana (planned maintenance) adalah perawatan yang

  diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran pemikiran ke masa depan,


pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
 
sebelumnya.
  d. Rusak (break down) adalah kegagalan yang menghasilkan ketidaktersediaan
  suatu alat.
e.
 
Perawatan korektif (corrective maintenance) adalah perawatan yang
dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan
 
reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang dapat
  diterima.
f. Perawatan pencegahan (preventive maintenance) adalah perawatan yang
dilakukan pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap
kriteria lain yang diuraikan, dan dimaksudkan untuk mengurangi
kemungkinan bagian–bagian lain tidak memenuhi kondisi yang dapat
diterima.
g. Perawatan jalan (running maintenance) adalah perawatan yang dapat
dilakukan selama mesin dipakai.
h. Perawatan berhenti (shut down maintenance) adalah perawatan yang hanya
dapat dilakukan selama mesin berhenti.
i. Daftar inventaris pabrik (plant inventory) adalah daftar seluruh barang,
tempat kerja, bangunan dan isinya, untuk tujuan identifikasi, beserta
informasi mengenai konstruksi dan rincian teknis masing–masing.
j. Program Perawatan (maintenance program) adalah daftar alokasi suatu jenis
perawatan untuk suatu periode.
k. Jadwal perawatan (maintenance schedule) adalah daftar komprehensif
mengenai perawatan dan saatnya.
l. Kartu riwayat (history card) adalah catatan penggunaan, kejadian dan
tindakan yang bersangkut paut dengan suatu alat tertentu.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 10

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  m. Laporan kerja (job report) adalah pernyataan tertulis tentang kerja yang

  dilakukan dan kondisi suatu alat.


n. Spesifikasi kerja (job specification) adalah dokumen yang menguraikan
 
pekerjaan yang dilakukan.
  o. Perbaikan menyeluruh (overhaul) adalah pengujian dan perbaikan
  menyeluruh dari suatu alat, atau sebagaian besar bagiannya sampai sutau

 
kondisi yang dapat diterima.
p. Waktu menganggur (down time) adalah periode waktu dimana suatu alat
 
tidak berada dalam kondisi mampu memberikan unjuk kerja yang
  diharapkan.
q. Perencanaan perawatan (maintenance planning) adalah penentuan
sebelumnya pekerjaan, metode, bahan, alat, mesin, pekerja, dan waktu yang
diperlukan.

2.3 Pengertian Manajemen Perawatan

Secara garis besar pengertian manajemen perawatan yaitu pengorganisasian


operasi perawatan untuk memberikan performansi mengenai fasilitas industri.
Gagasan yang timbul mengenai pokok-pokok pikiran dalam perencanaan program
perawatan yang ditunjukan oleh tiga buah pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang harus dirawat ?


2. Bagaimana cara merawatanya ?
3. Kapan melakukan perawatannya ?

Dasar pemikiran yang sehat dan logis adalah suatu persyaratan terbaik dalam
mengorganisasikan perawatan. Pengorganisasian ini mencakup penerapan dari
metode manajemen dan memerlukan perhatian yang sistematis. Hal ini merupakan
pekerjaan yang harus dipertimbangkan secara sungguh–sungguh dalam mengatur
perlengkapan. Dimana perlengkapan itu merupakan peralatan, material, tenaga kerja,

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 11

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  biaya, teknik atau tata cara yang diterapkan dan waktu pelaksanaannya. Dengan
mengetahui
  tujuan dan sistem manajemen yang diterapkan, maka akan dapat
mengatasi masalah, mengambil tindakan serta mengerti dengan jelas problema yang
 
dihadapi. Pelaksanaan pekerjaan perawatan perlu diorganisasikan secara umum dan
  wajar, dengan memperhatikan pula kondisi lapangan.
 
2.4 Tujuan Pemeliharaan
 
Tujuan umum pemeliharaan adalah:
 
 Untuk menjamin ketersediaan, keandalan fasilitas (mesin dan
 
peralatan) secara ekonomis maupun teknis, sehingga dalam
penggunaannya dilaksanakan seoptimal mungkin.
 Memperpanjang usia kegunaan fasilitas.
 Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan
dalam keadaan darurat.
 Menjamin keselamatan kerja, keamanan dan penggunaannya.

2.5 Ukuran Efektifitas Sistem

Efektifitas sistem didefinisikan sebagai keberhasilan suatu sistem untuk dapat


beroperasi dalam waktu yang diberikan dan menurut kondisi yang telah ditentukan.

Efektifitas sistem dipengaruhi oleh cara bagaimana sistem tersebut dirancang,


dibuat, digunakan dan dipelihara. Oleh karena itu, efektifitas suatu sistem merupakan
suatu fungsi dari beberapa factor seperti design, performance, keandalan, kualitas
dan perawatan.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 12

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Ukuran – ukurannya adalah:

 
 Keandalan Misi (Mission Reliability), probabilitas bahwa produk dan
  atau sistem dapat melaksanakan misinya secara sukses dengan

  operasi dan lama waktu dan kondisi tertentu.


 Keandalan (Realiability), probabilitas sistem akan mempunyai
 
performance yang memuaskan bila dioperasikan pada waktu dan
 
kondisi tertentu.
   Repairability, probabilitas suatu sistem yang rusak dapat diperbaiki

  kembali sehingga dapat dicapai operasi sistem yang memuaskan


dalam suatu interval waktu perbaikan aktif tertentu.
 Serviceability, probabilitas design sistem yang direncanakan pada
tahap design.
 Maintenanceability, probabilitas suatu sistem yang rusak dapat
dioperasikan kembali secara efektif dalam suatu perioda waktu yang
diberikan.
 Availability, probabilitas suatu sistem dapat beroperasi dengan
memuaskan pada saat dan kondisi operasi tertentu.
 Operational Readness, probabilitas suatu sistem akan dapat
beroperasi secara memuaskan menurut kondisi-kondisi yang ada.

2.6 Keandalan

Keandalan merupakan ukuran dari tingkat suskes performance suatu objek,


yaitu probabilitas suatu mesin atau alat yang tampil secara memuaskan dalam suatu
periode waktu dan kondisi tertentu.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 13

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.6.1 Fungsi Keandalan

  Kemungkinan suatu mesin mengalami kerusakan dalam beroperasi


  merupakan fungsi dari waktu yang dapat dinyatakan dalam persamaan:

  P ( T ≤ t ) = F(t), untuk t ≥ 0
 
Dimana:
 
P = Probabilitas
 
t = variabel acak yang menyatakan saat terjadinya kerusakan
 
f(t) = kemungkinan bahwa sistem akan rusak dalam waktu t (fungsi

distribusi kerusakan)

Jika keandalan didefinisikan sebagai kemungkinan berhasil atau


kemungkinan bahwa mesin akan memenuhi fungsi yang diinginkan pada
waktu t maka dapat persamaannya adalah:

R(t) = 1 – F(t) = P (T > t)

Dimana: R(t) adalah fungsi keandalan

Jika waktu kerusakan dari variabel acak T memiliki fungsi kepadatan


f(t), maka:

R(t) = 1 – F(t) = 1 - ∫ ( ) dt

Karena nilai waktu selalu besar dari nol (t ≥ 0), maka:

R(t) = 1 - ∫ ( ) dt

=∫ ( ) dt

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 14

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.6.2. Probabilitas

  Probabilitas dapat dijelaskan sebagai berikut:


 
Jika : npo = jumlah peristiwa yang diamati
 
ns = banyaknya peristiwa yang sukses
 
nf = banyaknya peristiwa yang gagal
 

  Probabilitas terjadinya peristiwa gagal Pf adalah:

 
Pf = = , 0 ≤ Pf ≤ 1

2.6.3. Fungsi Laju Kegagalan

Kemungkinan kegagalan dari sistem dalam selang waktu (t1,t2) dapat


dinyatakan dalam bentuk fungsi kegagalan, persamaannya adalah:

∫ ( ) dt = ∫ ( ) dt - ∫ ( )

= F(t2) – F(t 1)

Atau dalam bentuk fungsi keandalan:

∫ ( ) dt = ∫ ( ) dt – ∫ ( ) dt

= R (t1) – R(t2)

Laju kegagalan dalam selang waktu tertentu (t1,t2) disebut sebagai laju
kegagaln selama selang waktu tertentu.

Bila kegagalan tidak terjadi pada saat t1, mulai dari selang waktu tersebut
maka laju kegagalannya adalah:

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 15

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  ( 1) − ( 2)
( 2 − 1 ) ( 1)
 

  Dimana laju kegagalan merupakan fungsi dari waktu. Jika selang waktu
adalah (t, t + ∆t) maka:
 

  ( ) − ( + ∆ )
∆ ( )
 
Fungsi laju kegagalan didefinisikan sebagai limit dari laju kegagalan untuk
 
selang yang mendekati nol. Dengan demikian fungsi laju kegagalan adalah laju
  kegagalan sesaat.

2.6.4. Distribusi Weibull

Distribusi Weibull merupakan salah satu distribusi kegagalan yang paling


sering digunakan pada awal pemilihan bentuk–bentuk distribusi kerusakan mesin.
Alasannya karena distribusi ini cenderung menghasilkan bentuk distribusi lain yang
dapat diperluas tergantung dari parameter bentuk (β)

1. Fungsi kepadatan kemungkinan

F(ti) = ( )β-1 exp [-( )β]


Dengan batasan : t ≥ 0, α ≥ 0, β ≥ 0
Dimana : β = parameter bentuk
α = parameter skala
t = parameter waktu
2. Fungsi keandalan

R(t) = 1 – F(t) = exp [-( )β]


3. Fungsi laju kegagalan
( )
H (t) = ( )
= ( ) β-1

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 16

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Perhitungan nilai parameter distribusi weibull pada dasarnya menggunakan


prinsip
  regresi linier, yaitu membuat fungsi distribusi kumulatif menjadi bentuk
linier. Sehingga diperoleh hasil akhir:
 
Yi = a + b Xi
 
Dimana : Yi = ln (ti)
 
a = ln (α)
 

  b =

 
Xi = ln {ln[1-f(ti)]-1}

Xi merupakan variabel bebas dan dapat dihitung dengan manaksir fungsi


distribusi kumulatif [f(t)] dari persamaan berikut:

.
F (ti) = .

Fungsi ini didapat dari pendekatan dengan metode harga tengah atau median.
Metode ini cocok untuk percobaan dengan ukuran sampel yang kecil, data kurang
lengkap atau distribusi kerusakan tidak simetris.

Nilai konstanta a dan b dapat diperoleh dari persamaan:

∑ (∑ )(∑ )
b= ∑ (∑ )

∑ ∑
a= −

Dengan diketahuinya nilai konstanta a dan b, maka parameter distribusi


weibull dapat diperoleh dengan persamaan:

β=

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 17

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  α = exp a

  Perhitungan nilai parameter ini dilakukan dengan menggunakan program


Excel.
 

  2.6.5 Availability
 
Availability mesin yang dipakai dalam bahsan ini adalah instrinsic
 
availability, dalam pemilihan metode ini karena terbatasnya data yang diperoleh, dan
lebih  mudah dipahami. Sedangkan tujuan pembahasan ini adalah diharapkan akan
didapatkan tingkat keadaan mesin yang didasarkan pada perhitungan waktu berhenti
 
karena rusak dan kurang baiknya perawatan, hal ini untuk membuktikan hipotesis
awal seperti yang telah diuraikan terdahulu.

Instrinsic availability ini didefinisikan sebagai probabilitas dalam


memprediksi tingkat kesediaan mesin atau komponen dalam suatu sistem, dengan
memperhitungkan waktu operasi dan downtime aktif.


Ai =

Dimana:

Ai : Instrinsic availability

Availability dan perkiraan waktu antar kerusakan rata-rata (mean life) dengan
mempertimbangkan mesin sebagai komponen sistem, maka tingkat ketersediaan
komponen sistem dari suatu sistem adalah merupakan probabilitas sistem tersebut
untuk dapat beroperasi secara baik pada saat dimana penggunaannya di bawah
kondisi yang telah ditetapkan.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 18

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Waktu antar kerusakan rata-rata merupakan aritmatika waktu hidup dari


sebuah
  mesin atau peralatan/komponen di bawah pertimbangan tertentu. Harga dari
waktu antar kerusakan rata-rata (meanlife) didapat dengan :
 

  m=

 
dimana:
 
m: meanlife
 
2.7 Prinsip Kerja AC Mobil
 
Sistem kerja AC mobil melibatkan beberapa komponen yang terbagi atas dua
bagian, yaitu bagian yang berfungsi menaikkan dan menurunkan tekanan. Dengan
adanya kedua komponen tersebut, proses penguapan dan penyerapan panas dapat
berlangsung dengan sempurna. Saat AC mobil dinyalakan, udara dalam kabin mobil
bergerak dan bersirkulasi secara terus menerus melewati evaporator dengan bantuan
blower kabin. Agar suhu selalu dalam keadaan ideal, dipasanglah pengatur suhu
(thermostat). Berdasarkan sistem kerjanya, proses pendinginan AC terbagi menjadi
sistem sirkulasi udara dan sirkulasi refrigeran

Gambar 2.2. AC Mobil

(Sumber : http://autobliz.wordpress.com)

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 19

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

Gambar 2.3 Prinsip Kerja AC Mobil

(Sumber : Merawat dan Memperbaiki AC Mobil.Juni Handoko.2008)

2.7.1 Sistem Sirkulasi Udara

Sirkulasi udara pada AC mobil terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sirkulasi di


dalam kabin dan sirkulasi di luar kabin. Kedua bagian sirkulasi tersebut
menggunakan blower atau kipas untuk mensirkulasikan udaranya.

2.7.1.1 Sirkulasi Di Dalam Kabin

Sirkulasi di dalam kabin melibatkan satu set unit pendingin yang terdiri atas
blower, katup ekspansi, dan evaporator (biasanya terletak di bagian belakang
dashboard). Evaporator merupakan alat yang berfungsi menyerap panas udara di
sekitarnya. Terbuat dari bahan alumunium yang berongga dan bersirip., sehingga
mampu menghasilkan udara dingin, yaitu di bawah 5o C. Di dalam evaporator berisi
gas refrigeran dengan temperatur yang cukup rendah, hasil penurunan tekanan yang
dilepaskan oleh katup ekspansi.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 20

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Selain evaporator, komponen lain yang bekerja mengatur sirkulasi udara


dalam
  kabin adalah blower. Udara dalam kabin dihisap oleh blower sebelum
melewati evaporator sehingga temperatur udara yang dihasilkan dalam kabin mobil
 
menjadi lebih dingin sesuai dengan pengaturannya (low-medium-high). Seperti telah
  disebutkan sebelumnya, sirkulasi udara dalam kabin memungkinkan adanya debu
  dan kotoran. Bagian inilah (evaporator) perlu dibersihkan secara berkala. Namun,
untuk
 
mobil di atas tahun 2007 sudah menggunakan filter untuk menyaring kotoran
dan debu, sehingga udara yang keluar dari evaporator selalu dalam keadaan bersih.
 
2.7.1.2 Sirkulasi Di Luar Kabin.
 

Sirkulasi udara di luar kabin melibatkan beberapa komponen, diantaranya


kondensor, kompresor, kipas, dan filter dryer. Selain sebagai tempat sirkulasi udara
di luar kabin, kondensor juga berfungsi melepaskan panas refrigeran. Panas pada
kondensor terjadi akibat tekanan refrigeran oleh kompresor. Alat untuk
mensirkulasikan udara pada kondensor adalah kipas (extra fan). Biasanya kondensor
terletak dibagian depan radiator (pendingin mesin).

Gambar 2.4 Komponen Sirkulasi Udara Di Luar Kabin

(Sumber : Merawat dan Memperbaiki AC Mobil.Juni Handoko.2008)

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 21

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.7.1.3 Sirkulasi Refrigeran

  Refrigeran merupakan bahan pendingin yang bersirkulasi melewati


kondensor,
  filter dryer, katup ekspansi, evaporator dan kompresor. Sirkulasi

  refrigeran yang melewati bagian–bagian AC terjadi akibat adanya tekanan


kompresor. Refrigeran tidak akan berkurang jika tidak terjadi kebocoran, seperti
 
pada pipa-pipa, seal, atau komponen-komponen lain yang dilewatinya. Saat melewati
 
komponen-komponen AC tersebut, refrigeran akan mengalami perubahan fasa,
temperatur,
  dan tekanannya. Sirkulasi refrigeran biasa disebut sirkulasi kompresi
uap. Berdasarkan skema kerja refrigerant, maka proses kerja sirkulasi refrigeran
 
dapat dibagi menjadi 4 tahapan.

2.7.1.3.1 Proses Kompresi

Refrigeran masuk ke dalam kompresor, sebelum masuk ke dalam kompresor,


refrigeran masih berfasa gas, bertemperatur rendah dan bertekanan rendah. Di
kompresor, refrigeran yang berfasa gas dikompresi sehingga tekanannya menjadi
tinggi dan temperaturnya pun tinggi.

Gambar 2.5 Proses Kompresi

(Sumber : Merawat dan Memperbaiki AC Mobil.Juni Handoko.2008)

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 22

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.7.1.3.2 Proses Kondensasi

  Proses kondensasi dimulai ketika refrigeran meninggalkan kompresor.


Refrigeran
  berwujud gas, bertekanan dan bertempatur tinggi dialirkan menuju

  kondensor. Di dalam kondensor, refrigeran berubah wujud dari gas menjadi cair.
Panas yang dihasilkan oleh refrigeran dipindahkan ke udara di luar pipa kondensor.
 
Agar proses kondensasi lebih efektif, digunakan kipas (extra fan), sehingga udara
luar  dapat dihembuskan tepat di permukaan pipa kondensor. Dengan demikian,
panas
  pada refrigeran dapat dengan mudah dipindahkan ke udara luar. Setelah
melewati proses kondensasi, refrigeran berubah fasa menjadi cair dengan
 
temeperatur lebih rendah, tetapi tekanannya masih tinggi. Setelah itu, refrigeran
masuk ke filter dryer, sehingga kotoran dapat disaring sebelum masuk ke alat
ekspansi. Proses selanjutnya adalah refrigeran mengalir menuju katup ekspansi.

2.7.1.3.3 Proses Penurunan Tekanan

Proses penurunan tekanan refrigeran dimulai ketika refrigeran meninggalkan


kondensor dan filter dryer. Di dalam katup ekspansi, terjadi proses penurunan
tekanan, sehingga refrigeran yang keluar memiliki tekanan rendah. Selain itu, katup
ekspansi juga berfungsi mengontrol aliran refrigeran di kedua sisi, yaitu sisi tekanan
tinggi dan sisi tekanan rendah.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 23

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

 
Gambar 2.6 Sisi Tekanan Tinggi dan Sisi Tekanan Rendah Sistem

(Sumber : http://autorotary.indonetwork.co.id)

2.7.1.3.4 Proses Evaporasi

Proses evaporasi terjadi ketika refrigeran yang masuk ke dalam evaporator.


Di awal proses ini, refrigeran masih dalam keadaan uap jenuh bertemperatur dan
bertekanan rendah. Kondisi refrigeran ini dimanfaatkan untuk mendinginkan udara
luar yang melewati permukaan evaporator. Agar lebih efektif, digunakan blower,
sehingga sirkulasi udara panas pada kabin dapat melewati evaporator.

2.8 Komponen Utama

Komponen utama pada sistem AC mobil, sama seperti pada komponen sistem
refrigerasi uap. Yaitu terdapat kompresor, kondensor, evaporator dan alat ekspansi.

2.8.1 Kompresor

Kompresor merupakan komponen yang bekerja memompa refrigeran agar


dapat bersirkulasi ke seluruh unit AC mobil, sehingga terdapat perbedaan tekanan,
baik sebelum maupun sesudah masuk ke dalam kompresor. Prinsip kerja kompresor
mirip dengan ‘jantung’ pada tubuh manusia dan refrigerant sebagai ‘darahnya’. Pada

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 24

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  bagian masuk kompresor disebut sebagai daerah tekanan rendah dan bagian keluar
kompresor
  disebut sebagai daerah tekanan tinggi.

  Tenaga penggerak kompresor untuk mensirkulasikan refrigeran berasal dari

  tenaga mesin. Dengan perantaraan belt, pully dan magnetic clutch, kompresor dapat
berputar seirama dengan putaran mesin. Dengan adanya pembagian tenaga mesin
 
untuk menggerakan kompresor, maka beban mesin akan bertambah, sehingga secara
 
otomatis konsumsi bahan bakar pun akan meningkat. Begitu pentingnya fungsi
kompresor
  dalam sistem AC mobil, sehingga perlu diperhatikan kondisi maupun
perawatannya. Jangan sampai karena kurangnya perawatan menyebabkan AC mobil
 
tidak bekerja.

Biasanya kompresor yang digunakan pada AC mobil ini, kompresor tipe


swash plate. Pada kompresor jenis ini, gerakkan piston diatur oleh swash plate pada
jarak tertentu dengan 6 atau 10 jumlah silinder. Ketika salah satu sisi pada piston
melakukan langkah tekan, maka sisi yang lainnya melakukan langkah hisap.

2.8.2 Kondensor

Kondensor adalah alat penukar panas, lebih tepatnya pembuang panas dari
refrigeran setelah dikompresi oleh kompresor. Sebelum masuk kondensor,
temperatur refrigeran masih tinggi, tetapi di dalam kondensor temperatur refrigeran
didinginkan oleh udara dengan bantuan kipas (extra fan). Setelah keluar dari
kondensor, temperatur refrigeran menjadi lebih dingin. Fungsi kondensor sama
dengan fungsi radiator yang mendinginkan air pada mesin mobil.

Refrigeran merupakan zat yang mudah berubah wujud. Melalui kondensor,


refrigeran yang berbentuk gas, bertekanan dan bertemperatur tinggi diubah
bentuknya menjadi cair dengan tekanan yang stabil dan memiliki temperatur yang
lebih rendah. Kondensor berbentuk pipa panjang yang berlekuk-lekuk sebagai
tempat mengalirnya refrigeran. Lancar atau tidaknya aliran udara pendingin yang

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 25

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  melalui motor kipas, akan berpengaruh terhadap kinerja unit AC mobil secara
keseluruhan.
  Tersumbatnya kondensor karena kotoran misalnya, akan berpengaruh
terhadap refrigeran, sehingga AC mobil akan terasa kurang dingin. Oleh sebab itu,
 
membersihkan sirip-sirip kondensor sangatlah penting dan harus dilakukan secara
  rutin. Selain itu, kerusakan kondensor juga bisa terjadi karena adanya kebocoran,
  kotoran, debu dan lumpur.

Gambar 2.7 Kondensor AC Mobil

(Sumber : http://indonetwork.co.id)

2.8.3 Katup Ekspansi

Komponen ini berfungsi menurunkan tekanan dan temperatur refrigeran,


sehingga menimbulkan efek dingin pada evaporator sebelum dihembuskan ke ruang
kabin. Proses membuka dan menutupnya katup ekspansi berdasarkan temperatur
yang terbaca oleh sensing bulb. Ketika suhu dalam kabin tinggi (panas), maka katup
ekspansi akan terbuka lebar, sehingga aliran refrigeran lebih banyak digunakan untuk
mendinginkan suhu kabin yang tinggi. Sebaliknya saat suhu dalam kabin rendah
(dingin), katup ekspansi akan terbuka sedikit, sehingga aliran refrigeran lebih sedikit.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 26

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Katup ekspansi yang digunakan untuk menurunkan tekanan dan suhu


refrigeran
  ternyata lebih sering digunakan dibandingkan dengan pipa kapiler. Hal ini
disebabkan kondisi operasi kendaraan yang berubah-ubah, salah satunya adalah
 
variasi putaran mesin. Penyebabnya adalah kompresor yang digerakan langsung oleh
  mesin melalui kopling magnetic (magnetic clutch). Dengan adanya perubahan
  putaran mesin, putaran kompresor pun akan berubah. Jika menggunakan pipa
kapiler,
 
perubahan laju aliran refrigeran akibat perubahan putaran kompresor
tersebut tidak dapat dikontrol. Namun, jika menggunakan katup ekspansi yang
 
dilengkapi dengan sensing bulb (thermostat) laju aliran refrigeran dapat dikontrol,
  sehingga aliran refrigeran selalu dalam keadaan optimal.

Selain menurunkan suhu dan tekanan refrigeran, katup ekspansi juga


berfungsi mengatur banyaknya refrigeran yang mengalir ke dalam sistem AC mobil.
Banyaknya alairan refrigeran disesuaikan dengan beban panas pada evaporator.
Pengaturan aliran ini dilakukan dengan cara mengatur bukaan celah katup ekspansi,
sesuai dengan temperatur refrigeran yang keluar dari evaporator.

Gambar 2.8 Alat Ekspansi

(Sumber : http://www.superiorapplianceparts.com)

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 27

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.8.4 Evaporator

  Komponen AC mobil ini berfungsi mengubah cairan refrigeran menjadi gas


dingin.
  Pada evaporator terjadi proses evaporasi, yaitu penguapan refrigeran yang

  berfasa cair menjadi berfasa uap. Evaporator merupakan sebuah alat penukar panas,
yaitu mengubah refrigeran yang semula berfasa cair berubah wujud menjadi gas.
 
Panas udara disekitar kabin diserap oleh evaporator saat melewati sirip-sirip pipa
nya,  sehingga saat keluar, udara berubah menjadi dingin. Proses sirkulasi udara
dingin
  tersebut dibantu oleh blower indoor.

  Bentuk evaporator mirip dengan kondensor, tetapi mempunyai prinsip kerja


yang berbeda. Keduanya merupakan komponen yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap efesiensi kerja sistem pendingin secera keseluruhan. Kotoran
yang menumpuk dapat menyebabkan evaporator mengalami pengeroposan (korosi),
sehingga pipa-pipa evaporator perlu dibersihkan karena akan mempengaruhi laju
perpindahan panas. Jika sirip-sirip evaporator tersumbat, penyerapan panas tidak
akan berjalan dengan baik, sehingga AC akan terasa kurang dingin.

Gambar 2.9 Evaporator AC Mobil

(Sumber : http://www.flickr.com)

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 28

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.9 Komponen Pendukung

  Receiver (Filter Dryer)


2.9.1
 
Komponen receiver atau filter dryer digunakan pada AC mobil yang
  menggunakan alat ekspansi dalam sistem penurunan tekanan refrigeran. Bagian ini
  diletakkan di antara kondensor sebelum katup ekspansi. Di dalan receiver terdapat
filter dan pengering (dryer) yang berfungsi menyerap kotoran dan air yang terbawa
 
ketika bersirkulasi bersama refrigeran. Filter terpasang pada saluran keluar receiver
 
bagian dalam. Filter ini terbuat dari tembaga kasa dan berfungsi menyaring kotoran
  yang tidak masuk ke alat ekspansi.

Receiver merupakan tempat penyimpanan refrigeran sementara setelah


dicairkan oleh kondensor sebelum katup ekspansi. Fungsi lainnya adalah sebagai
penyaring kotoran dalam sistem sirkulasi AC. Kerusakan receiver sering kali
disebabkan adanya timbunan kotoran yang terbawa oleh kondensor dan
menyebabkan penyumbatan. Jika receiver (filter dryer) rusak, suhu AC menjadi
tidak stabil dan seringkali berubah-ubah. Receiver (filter dryer) juga berfungsi
memisahkan kadar air dan kotoran yang terbawa saat bersirkulasi bersama refrigeran.

Bagian atas receiver (filter dryer) terdapat sight glass, berfungsi mengetahui
kondisi refrigeran dalam sistem AC.

Gambar 2.10 Receiver (Filter Dryer)

(Sumber : Merawat dan Memperbaiki AC Mobil.Juni Handoko.2008)

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 29

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.9.2 Shaft Seal

  Refrigeran dan minyak pelumas dalam kompresor sangat rentan terhadap


kebocoran,
  baik saat kompresor sedang berjalan maupun berhenti. Komponen untuk

  mencegah kebocoran minyak pelumas dan refrigeran adalah shaft seal (penyekat
refrigeran) pada poros. Komponen ini terdiri atas dua bagian, yaitu shaft seal dan
 
plate seal. Shaft seal terdiri atas dua jenis, yaitu mechanical seal dan lip seal.
 
Biasanya, kebocoran refrigeran terjadi melalui komponen ini, sehingga pemeriksaan
rutin  sangat diperlukan. Akibat kebocoran pada komponen ini, refrigeran perlu
ditambah setiap satu atau dua tahun sekali. Shaft seal terdiri dari gelang penahan, 0-
 
Ring, ring karbon, dan plate seal. Plat seal yang tertahan rapat oleh gelang penahan
dengan ring karbon akan tertekan oleh pegas, sehingga mampu mencegah kebocoran
refrigeran dan minyak pelumas.

Gambar 2.11 Shaft Seal

(Sumber : Merawat dan Memperbaiki AC Mobil.Juni Handoko.2008)

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 30

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  2.9.3 Iddle Up

  Alat ini berfungsi menaikkan putaran mesin apabila AC mobil dihidupkan


saat putaran mesin masih idling (stasioner), sehingga mesin mobil terhindar dari

 
beban yang berlebihan (overload).

Gambar 2.12 Iddle Up

(Sumber : Merawat dan Memperbaiki AC Mobil.Juni Handoko.2008)

2.9.4 Pulley dan Belt

Pulley berfungsi sebagai rumah belt. Pulley dan belt merupakan komponen
penerus tenaga, yaitu meneruskan tenaga putar dari mesin menuju ke kompresor AC
mobil. Terdapat beberapa jenis belt yang dipakai pada AC mobil, diantaranya adalah
v-belt dan ribbed belt. Perbedaan keduanya terletak pada bentuk dan kemampuan
meneruskan tenaga ke pulley kompresor. Jenis ribbed belt memiliki kemampuan
yang lebih baik dalam meneruskan tenaga dan tidak mudah slip.

2.10 Manajemen Spare Parts

Suku cadang atau material merupakan bagian pokok yang perlu


diperhitungkan dalam pengaruhnya terhadap biaya total perawatan. Keadaan ini
tidak sama pada tiap-tiap industri, tergantung dari sistem pengelolaanya, umur
peralatan dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan suku cadang. Biaya material

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 31

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  dan suku cadang untuk perawatan biasanya berkisar anatara 40 sampai 50 persen dari
total  investasi, termasuk adanya kerugian-kerugian karena kerusakan. Dengan
demikian, rata-rata perusahaan mengeluarkan sekira 15 sampai 25 persen dari total
 
biaya perawatan untuk suku cadang dan material. Oleh karena itu, pemakaian
  material atau suku cadang direalisasikan sehemat mungkin dan perlu pengontrolan
  dalam pengelolaannya.

  Pada dasarnya pengontrolan material atau suku cadang dapat ditentukan


sesuai
  dengan kebutuhan usaha dan kondisi pengoperasiannya. Namum demikian,
perubahan dapat saja terjadi dan memerlukan pengaturan setiap waktu. Jadi, setiap
 
bagian perawatan perlu mengorganisasikan sistem penyimpanan suku cadang dan
mengembangkan suatu program pengontrolan yang dibutuhkan secara khusus.

Dalam kaitan ini, penting adanya perhatian manajemen untuk pengontrolan


material suku cadang yang dibutuhkan pada pekerjaan perawatan. Usaha-usaha yang
perlu ditangani dalam mengelola dan mengontrol suku cadang mencakup sistem
order, rencana teknik untuk mengganti atau memperbaiki, penanggulangan masalah
produk yang berubah karena pengaruh material atau suku cadang, persediaan suku
cadang sesuai dengan kebutuhan fasilitas yang akan mengggunakannya.

Fungsi kontrol suku cadang:

a. Mengelola penyimpanan barang secara efektif. Termasuk tata letak, sarana


untuk penyimpanan, pemanfaatan ruang gudang, prosedur penerimaan dan
pengeluaran barang, suku cadang dan lain-lain.
b. Tanggung jawab teknis untuk keberadaan suku cadang. Termasuk metoda
penyimpanan, prosedur perawatan untuk mencegah kerusakan, pencegahan
kehilangan.
c. Sistem pengontrolan stok (persediaan suku cadang). Catatan investarisasi,
prosedur pemesanan, pengadaan barang.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 32

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  d. Perawatan untuk bahan-bahan khusus, dalam pengiriman barang, dalam

  proses pemakaian, kesiapan suku cadang dalam jumlah dan dalam spesifikasi
yang sesuai menurut kebutuhannya.
 
e. Melindungi suku cadang dari kerugian atau kehilangan karena penyimpanan
  yang kurang terkontrol, dan mencegah adanya pemindahan barang tanpa
  diketahui.

 
2.10.1 Ongkos Persediaan Suku Cadang Model Economic Order Quantity
 
Terdapat 3 kategori ongkos penggantian, yaitu:
 
 Ongkos tetap, meliputi ongkos-ongkos pengadaan awal, ongkos instalasi,
penelitian dan pengembangan, ongkos kerusakan awal dan lainnya yang
merupakan ongkos yang dikatagorikan tidak terjadi pengulangan.
 Ongkos operasi, meliputi ongkos perawatan, perbaikan dan ongkos operasi.
Ongkos ini umumnya dihitung untuk setiap satuan umur penggunaan alat.
 Ongkos penghapusan, suatu harga dari peralatan yang diganti tetapi masih
memberikan keuntungan.

Ukuran pemesanan minimum: qo



qo =

dimana:
qo = Pesanan minimum, produk
Cr = Ongkos pesanan
P = Kebutuhan suku cadang, produk/tahun
Ch = Ongkos suku cadang per produk

Ongkos Persediaan minimum, CIo


CIo = √

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 33

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  Menentukan suku cadang berdasarkan pembuatan komponen.

  . .
Nmaks = .
 
Nmin =
 

  Dimana:

n =  jumlah mesin sejenis


 
t = waktu pembuatan komponen
 
a = jumlah komponen yang sama dalam satu mesin

s = umur pakai komponen

k = koefisien

2.10.2 Penentuan Ongkos-ongkos Perawatan

1. Ongkos Pemeriksaan (Ci)


Ongkos pemeriksaan melibatkan ongkos dari pekerjaan perawatan yang
melakukan tugas pada perawatan mesin. Besarnya ongkos pemeriksaan
tergantung dari upah yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang
melakukan pemriksaan, dengan kata lain besarnya variatif.
2. Ongkos akibat kerusakan (Cr)
Ongkos akibat kerusakan adalah ongkos yang timbul akibat perbaikan dan
ongkos menganggur yang dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan dalam
memperoleh keuntungan bagi perusahaan.

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 34

 
 

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

  3. Ongkos Total (TC(ti))

  Model aktivitas perawatan pemeriksaan yang menghasilkan total ongkos


kegiatan pemeriksaan per siklus secara matematis dapat dinyatakan sebagai
 
berikut :
  . ( ) [ ( )]
TC(ti) = [ ( )]
 

Tugas Akhir | Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 35

Anda mungkin juga menyukai