Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat
modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang
dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke
yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental
baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian
akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan
tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah
dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi
glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar
glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan
meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme
glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak (Rico dkk,2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke
di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi
yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%)
dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%.
Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%)
dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal,
prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan
daerah pedesaan (5,7%). Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di
Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang
terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua
(2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke
antara laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013).
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012), stroke dibedakan
menjadi stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Prevalensi stroke
hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi dari tahun
2011 (0,03%). Prevalensi tertinggi tahun 2012 adalah Kabupaten Kudus
sebesar 1,84%. Prevalensi stroke non hemoragik pada tahun 2012 sebesar
0,07% lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Pada tahun 2012, kasus
stroke di Kota Surakarta cukup tinggi. Kasus stroke hemoragik sebanyak
1.044 kasus dan 135 kasus untuk stroke non hemoragik.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui
2. Tujuan khusus
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Serangan otak merupakan istilah kontemporer untuk stroke atau cedera
serebrovaskuler yang mengacu kepada gangguan suplai darah otak secara
mendadak sebagai akibat dari oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat
pecahnya pembuluh darah otak (Chang, 2010).
Stroke merupakan gangguan mendadak pada sirkulasi serebral di satu
pembuluh darah atau lebih yang mensuplai otak.Stroke menginterupsi atau
mengurangi suplai oksigen dan umumnya menyebabkan kerusakan serius atau
nekrosis di jaringan otak (Williams, 2008).
Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan
sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh
misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan
arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen
ke otak menurun yang menyebabkan terjadinya infark.
Sedangkan menurut Padila, (2012) Stroke Non Haemoragik adalah cedera otak
yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan
trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di
tubuh.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila, (2012) adalah :
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih
dari 24 jam.
2. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3
minggu.
3. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal
dalam beberapa jam sampe beberapa hari
4. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal
dalam beberapa jam sampai bebrapa hari
5. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto dkk, (2007) Stroke iskemik (Stroke
Non Hemoragik) dapat dibagi menjadi :
1. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena trombosis
di arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri media.
Permulaan gejala sering terjadi pada waktu tidur,atau sedang istrirahat
kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun atau secara bertahap sampai
mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam, kadang-kadang dalam
beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak terganggu dan ada
kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau bulan.
2. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang
pada umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak
berkembang sangat cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan
juga disertai emboli pada organ dan ada kecenderungan untuk membaik dalam
beberapa hari, minggu atau bulan.
C. Etiologi
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran
darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan
kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
D. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.
E. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya dikelompokan atas 4
macam :
1. Dystensia ( gangguan fungsi motorik ) berupa :
a. Kelumpuhan ( hemiplegi atau paraplegi )
b. Paralisis ( kehilangan total dari gangguan kekuatan motoriknya )
c. Paresis ( kehilangan sebagian kekuatan otot motoriknya )
2. Disnestasia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa :
a. Hipoarasthesia dan Arasthesia.
b. Gangguan penciuman, penglihatan dan gangguan rasa pada lidah.
3. Dyspasia ( gangguan berbicara )
4. Dymentia ( gangguan mental ) dengan manifestasi :
a. Gangguan neurologis.
b. Gangguan psikologis.
c. Keadaan kebingungan.
d. Reaksi depresif.
F. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak.Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh
pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat
atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme
vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan
jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pad-a otak. Trombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi
(Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah.Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat .menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma
pecah atau ruptur (Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai;
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri
atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus, dan pons (Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-
6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung
(Muttaqin, 2008).
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
akan mengakihatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan
perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elernen-elemen vasoaktif darah yang
keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan
saraf di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Muttaqin, 2008).
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari
60 cc maka risiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
perdarahan lobar. Sedangkan jika terjadi perdarahan serebelar dengan volume
antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%, namun volume
darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal (Misbach, 1999 dalam
Muttaqin, 2008).
G. Pathway
H. Pemerikasaan Penunjang
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah
sebagai berikut:
1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran
lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3. CT scan.: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara
pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang
pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
4. MRI: MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.
5. USG Doppler: Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
6. EEG: Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
Pemeriksaan Laboratorium:
1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2. Pemeriksaan darah rutin.
3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
4. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

I. Penatalaksanaan
1. Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
2. Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
3. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
4. Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
5. EKG dan pemantauan jantung.
6. Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
7. Rehabilitasi neurologik.
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial klien ; Ny. k
Tempat & tanggal lahir ; Melawi, 15 Juli 1964
Jenis kelamin ; Perempuan
Status perkawinan ; Menikah
Agama ; Khatolik
Pendidikan ; SMA
Pekerjaan ; Petani
Alamat ; Dusun Upit RT/RW 01/0 Kec. Belimbing
Melawi
II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 Sejak kapan serangan itu datang
Pada tanggal 21 bulan 09 2019 tepat pukul 03.55 WIB klien mausk
ke RSUD Seodarso dengan keluhan nyeri kepala disertai mual dan
badan lemah. Keluarga klien mengatakan sebelum orang tua nya
dibawa kerumah sakit Seodarso, pernah dirawat dirumah Sakit Melawi
dengan keluhan kejang dan pingsan, serta kelumpuhan angota gerak
bagian atas dan bawah sebelah kiri. Keluarga mengatakan pada tanggal
14 bulan 09 2019 klien pernah jatuh dirumah dengan keadaan tengkurap
kemudian keluarga membawa orangtua nya kerumah sakit terdekat di
Melawi untuk segera mendaptkan penanganan. Karna dengan keadaan
pingsan kemudia sekitar 5 hari dirawat di RS Melawi. Pihak rumah
sakitpun merekomendasikan untuk dirujuk kerumah sakit Seodarso
Pontianak untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Berhubung
rumah sakit melawi belum memiliki alat medis yang lengkap.
Pada saat pengkajian tanggal 30 09 2910 keluahan yang dirasakan
klien yaitu nyeri pada bagian kepala dengan skala 5, seperti berdenyut,
nyeri muncul saat berkaktivitas mauppun istirahat dengan lamanya 15
menit, klien mengatakan badan nya terasa lemah, anggota gerak atas
begian kiri dan bawah tidak bisa digerakkan sehingga segala aktivitas
klien dibantu keluarga maupun perawat. Keluarga juga mengatakan
klien sulit tidur dimalam hari, gelisah.
 Lamanya
Klien mengatakan lamanya keluhan terutama nyeri dari mulai
kejadian sampai sekarang
 Gejala
Gejala yang dirasakn klien yaitu, nyeri kepala, badan lemah, anggota
gerak atas bagian kiri tidak bisa digerakan, pusing, gelisah dan sulit
untuk tidur, berbicara kurang jelas.
 Faktor predisposis
Tekanan darah 137/100 mmHg, Hr; 113 x/m sering mengeluh sakit
kepala, Klien pernah jatuh dirumh dengan keadaan tengkurap.
 Tindakan pengobatan
Keluarga membawa klien kerumah sakit Melawi, kemudian diruuk
kerumah sakit Seodarso
 Harapan klien terhadap pengobatan perawatan
Keluarga mengatakan berharap setelah dirawat di RS Soedarso,
kondisi semakin membaik dan bisa berjalan seperti biasa dan bisa
beraktivitas kembali. Klien telah menyerahkan segala penyakitnya
kepada tuhan yang maha esa, semoga segala oenyakitnya segera
diangkat dan berharap apapun hasilnya adalah yang terbaik buat klien.
III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
a. Penyakit
1. Kecelakan & hospitalisasi
Klien mengatakna tidak pernah mengalami kecelakaan serius,
apalagi hingga dirawat dirumah sakit
2. Operasi
Keluarga klien mengatakan tidak pernah dioperasi pada anggota
tubuh lainnya
3. Penyakit yang paling sering diderita
Klien mengatakan hanya penyakit hipertensi yang diderita sebelum
nya
b. Alergi
Tidak memiliki riwayat alergi
c. Imunisasi
BCG, DTT, Polio, HB dan Campak
d. Kebiasaan
Klien tidak memiliki kebiasaan merokok dan alkohol
e. Pola nutrisi
keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur, Bubur kasar, lauk,
buah, dan air putih sayur, air putih
Porsi 1 porsi habis ¼ porsi
Total konsumsi 2000 kkal//hari 1000 kkal/hari
Keluhan Tidak ada Nyeri, mual, pusing
f. Pola tidur
Ketrangan Sebelum sakit Saat sakit
Jumlah jam tidur - 1 jam
siang
Jumlah jam tidur 6-7 jam 2-3 jam
malam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Pernah tidak tidur
Perasan waktu bangun nyaman Tidak ngantuk,
tdiur meracau
g. Pola latihan & pola kerja
Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
Mobilitas rutin Berkebun Bet rest, dan
mobilisasi diatas
tempat tidur dibantu
Waktu senggang Nonton TV Tidak ada
Mandi Mandiri Dibantu sepenuhnya
Berpakaian Mandiri Dibantu sebagian
Berhias Mandiri Dibantu sebagian
Toileting Mandiri Dibantu sepenuhnya
Makan minum Mandiri Dibantu sepenuhnya
Tingkat Mandiri Dibantu sepenuhnya
ketergantungan
h. Pola elmininasi
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Pancaran Kuat Menggunakan kateter
Frekuensi 6-8 x/ hari 3-5 x/hari
Jumlah ± 250 cc sekali BAK ± 100 cc sekali BAK
Bau Amoniak Amoniak
Warna Kuning Kuning
Perasaan setelah Lega Tertahan
BAK
Total produksi urin ± 1500-2000 cc/hari ± 1000-1500 cc/hari

IV. RIWAYAT KELUARGA


1. Kesehatan anggota keluarga:
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti yang diderita klien saat ini, tetapi kelurga ada yang
menderita hipertensi saja.
Genogram:

Keterangan:

: Laki-laki : Klien

: Perempuan : Menikah

: Meninggal : Tinggal dalam satu rumah

V. RIWAYAT LINGKUNGAN
1. Kebersihan
Keluarga mengatakan di lingkungan sekitar rumah selalu bersih dan
nyaman udaranya.
2. Bahaya kesehatan
Keluarga klien mengatakan tidak ada yang berbahaya atau
membahayakan bagi kesehatan di sekitar lingkungan tempat tinggal.
3. Polutan
Keluarga klien mengatakan rumahnya jauh dari jalan raya dan jauh dari
asap pabrik sawit. Udara di sekitar rumahsegar, halaman rumah banyak
di tanami bunga dan sekeliling rumah masih banyak hutan yang
pohonnya rindang dan sejuk.

VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


1. Bahasa yang digunakan
Klien mengatakan selalu menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
daerah Melawi.
2. Organisasi masyarakat
Klien mengatakan ada mengikuti arisan dan beberapa kegiatan
kerohanian di gereja.
3. Sumber dukungan di masyarkat
Klien mengatakan masyarakat sekitar selalu memberi dukungan seperti
menjenguk ke rumah sakit, serta memberikan doa aga selalu dalam
lindungan Tuhan.
4. Suasana hati
Klien mengatakan ingin segera pulang, keluar dari rumah sakit dan
dapat berkumpul bersama keluarga. Klien merasa sedih dikarenakan
penyakit yang dideritanya. Klien berharap kesembuhan dan apapun
hasilnya yang terbaik untuk dirinya.
5. Tingakat perkembangan
Tingkat perkembangan pasien saat ini berada di dewasa tua.

VII. PEEMERIKSAAN FISIK


1. Kepala
Inspeksi: bentuk kepala simetris, sebaran rambut merata, dan tidak
terdapat lesi atau benjolan, tidak terdapat jejas, klien tampak meringis
kesakitan dibagian kepala.
Palpasi: tidak terdapat lesi dan nyeri otot.
2. Mata
Inspeksi: sklera putih, konjungtiva anemis, pupil berkontriksi terhadap
rangsangan cahaya, kedua pupil isokor, refleks mata baik, wajah dan
mata tampak sayu.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat polip, tidak terdapat
kotoran di meafus.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan.
4. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi: tidak terdapat lesi ataupun benjolan disekitar mulut, tidak
terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, kekuatan otot lidah, mulut dan
tenggorokan baik, otot styloparyngeus dapat terangkat.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan.
5. Telinga
Inspeksi: bentuk telinga simetris, tidak ada tanda-tanda peradangan, saat
diajak bicara klien dapat berespon dengan baik, tidak terdapat kotoran
di meafus.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
6. Leher
Inspeksi: bentuk leher simetris, tidak terdapta distensi vena jugularis,
tidak terdapat benjolan leher
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
7. Kelenjar limfe
Inspeksi: tidak terdapat bengkak di bagian aksila, tidak terdapat lesi atau
benjolan.
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
8. Paru-paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada edema pada paru, pergerakan
dada simetris, RR: 20 x/ menit.
Auskultasi: terdapat bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat suara
tambahan seperti wheezing atau ronkhi.
Perkusi: terdengar bunyi sonor didaerah lapang paru.
Palpasi: tidak terdapat krepitasi dan nyeri tekan, pergerakan simetris
saat tangan diletakkan pada dada.
9. Jantung
Inspeksi: bentuk dada simetris (didaerah lapang jantung).
Auskultasi: terdengar suara s1 lub dan s2 dub
Perkusi: terdengar suara redup di ics ke 3 sampai ics ke 5
Palpasi: HR: 113 x/menit, TD: 137/100 mmHg
10. Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen simetris, tidak terdapat bengkak, luka,
ataupun benjolan, terdapat strech, tidak terdapat hiperpigmentasi.
Auskultasi: terdengar bising usus 11x/menit
Perkusi: terdengar bunyi timpani di daerah lapang abdomen
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan.
11. Eliminasi bowel
Tidak teraba feses di kuadran kiri bawah abdomen
12. Eliminasi urin
Tidak terdapat distensi kandung kemih
VIII. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan medik
1. Torax
2. CT-Scan kepla

Terapi medikasi

1. Infus asering 10 tetes permenit


2. Ranitidine
3. Mechohelamin
4. Amipidin
5. Peracetam
IX. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1 Ds;
- Klien mengatakan nyeri pekala
ditandai dengan
P: saaat beraktivitas maupun
beristirahat
Q: seperti berdenyut-denyut
R: pada bagian kepala
S: 5
Nyeri Proses penyakit
T: 5 menit
Do;
- Klien tampak meringis kesakitan
- Tanda-tanda vital
TD: 137/100 mmHg
HR: 113 x/m
RR: 20 x/m
T: 35,6
2. Ds;
- Klien mengatakan anggota gerak atas
bagian kiri tidak dapat digerakkan
- Badan terasa lemah
- Klien mengatakan aktivitas dibantu Kerusakan
Hemiparesis
oleh keluarga maupun perawat mobilitas fisik
ruangan
Do;
- Ekstremitas atas tampak lemah tidak
dapat digerakkan
- Aktivitas klien tampak dibantu
keluarga maupun perawat ruangan
- Klien tampak kesulitas memiringkan
posisi badan

3. Ds;
- Klien mengatakan sulit tidur di
malam hari dan gelisah
- Keluarga klien mengatakan tidur
tidak teratur setelah masuk rumah
sakit sering gelisah, tidur tidak
nyenyak
- Tidur hanya 2-3 jam dalam sehari dan
terkadang sering terbangun tiba-tiba Gangguan pada
Hemaporesis
Do; tidur
- Wajah klien tampak sayu
- Klien tampak gelisah
- Tampak menguao saat dikaji
- TTV
TD: 137/100mmHg
HR: 113 x/m
RR: 20 x/m
T: 35,6
4. Ds;
- Klien mengatakan badan nya
Penurunan
lemah
Resiko jatuh kekuatan
- Angoota keluarga mengatakan
ekstremitas
Do;
- Konjungtiva tampak anemis
- Esktremitas atas tidak dapat
digerakkan
- Klien tampak lemah
X. NURSING CARE PLAN
No. Diagnosa Tujuan Rencana tindakan
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Lanjut pengkajian nyeri secara
ditandai dengan; 3x 24 jam iharapkan pain control; komprehensif meliputi PQRST
Ds; - Mampu mengontrol nyeri Rasional; membantu mengevauasi derajat
Klien mengatakan nyeri kepala diandai (menggunakan teknis ketidak nyamanan dan terjadinya
dengan nonfarmakologi) komplikasi
P; saat beraktivitas maupun istirahat - Laporkan bahwa nyeri berkurang - Gunakan teknik komunikasi teraupetik
Q; seperti berdenyut - Menyatkan rasa nyaman setelah nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
R; pada bagian kepala berkurang Rasional; menurunkan rasa takut yang
S; 5 dapat meningkatkan relaksasi atau
T; 15 menit kenyamanan
Do; - Kontrrol lingkungan yang dapat
- Klien mengatakan meringis kesakitan mempengaruhi nyeri
- Tanda-tanda vital Rasional; lingkungan bisa menjadi
TD; 137/100 mmHg pemicu meningkatkan derajat nyeri
HR; 133 x/ m
RR; 20 x/ m
T; 35 ⸰c

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d hemiparesis Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Damping klien saat mobilitas fisik dan
ditandai dengan; selama 3x 24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas ADLS
Ds; melakukan; Rasional; untuk delekatkan adanya
- Klien mengatakan anggota gerak atas - Klien dapat meningkatkan aktivitas gangguan sirkulasi dan kehilangan sensasi
bagian kiri tidka adapat digerakkan - Klien dapat mengerti tujuan dari - Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan
- Badan terasa lemah peningkatan mobilitas ADL secara mandiri sesuai kemampuan
- Klien mengatakan aktivitas dibantu - Klien dapat memverbalisasikan Rasional; unutk memlihara fleksibalitas
oleh keluarga maupun perawat perasaan dalam meningkatakan sendiri sesuai kemampuan
Do; kekuatan dan kemampuan berpindah - Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
- Ekstremitas atas tampak tidak dapat Rasional; tingkat kemampuan klien dalam
digerakkan melakukan aktivitas
- Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
dan perawat
- Klien tampak kesulitas membolak
balikan posisi
3. Gangguan pada pola tidur b.d kurangnya Stelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
privasi, ditandai dengan; jam diharapkan klien dapat melkaukan; - Ciptakan lingkungan yang dapat
Ds; - Jumlah jam tidur dalam batas meningkatkan kualitas tidur
- Klien mengatakan sulit tidur dimalam renstang nodmal - Berikan pengantar untuk tidur
hari dan suka gelisah - Perasaan segar setelah bangun dari - Kolaborasi pembarian obat tidur
- Keluarga klien mengatakan klien tidur tidur atau istirahat
tidka teratur, setelah masuk rumah sakit, - Mampu mengidentifikasi hal-hal
suka gelisah dan tidur tidka nyenyak yang eningkatkan kualitas tidur

Do;
- Wajah klien tampak sayu
- Klien tmpak gelisah
- Ttv
TD; 137/100 mmHg
HR; 113 x/ m
RR; 20 x/ m
T; 35,6 ⸰c
4. Resiko jatuh b.d penurunan kakuatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Identivikasi prilaku dan faktor yang
ekstremitas di tandai dengan; 3 x 24 jam diharapkan mempengaruhi resiko jatuh
Ds; - Klien tidak lemah lagi Rasional; meminimalisir potensi jaruh atau
- Klien mengatakan badannya lemah - Ekstremitas atas dapat cedera
- Anggota gerak atas bagian kiri tidak bisa digerakkan - Gunakan sisi tempat tiur
digerakkan Rasional; menjaga klien sat bergerak
Do; ditempat tidur
- Konjungtiva klien tampak anemis - Identifikasi lingkungan yang dapat
- Ekstremitas atas tidak dapat digerakkan meningkatkan potensi jatuh
- Klien tampak lemah Rasional; lantai licin, pencahayaan yang
kurang dapat menjadi sebab terjadinya
cedera
XI. NURSING IMPLEMENTASI
No Diganosa Tanggal dan DAR Evaluasi Paraf
keperawatan waktu
1. Nyeri Senin, 30-09-19 D S; klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
10.0 Ds; klien mengatakan nyeri kepala di tandai P; saat beraktivitas
dengan Q; seperti berdenyut
P; saat beraktivitas R; pada bagian kepala
Q; seperti berdenyut S; 5
R; pada bagian kepala T; 10 m
S; 5 O; - klien tampak rileks
T; 25 menit A; masalah teratasi sebagian
Do; klien tampak meringis kesakitan Q; lanjutkan intervensi
Ttv
Td; 137/100 mmHg
HR; 133x/ m
RR; 20 x/m
T; 35,6 ⸰c
A
- Melakukan pengkajian secara
komprehensif meliputi PQRST
- Menggunakan teknik komunikasi
teraupetik untuk mengetahui penyebab
nyeri
- Anjurkan tentang etknik nonfarmakologi
(teknik relaksasi dan kontraksi)
R
Ds; klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
Kerusakan Senin 30 ok 2019 D S; klien mengatakan dapat mengethaui
mobilitas 10.00 Ds; aktivitas yang ringan yang dapat dilakukan
fisik - Klien mengatakan anggota gerak atas secara mandiri seperti menggosok gigi
bagian kiri tidak dapat digerakkan O; klien tampak mampu mengidentifikasi
- Badan terasa lemah aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri
- Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh A; masalah teratasi sebagian
keluarga dan perawat P; lanjutkan intervensi
Do;
- Ekstremitas atas tampak lemah tidak dapat
digerakkan
- Aktivitas klien tampak dibantu keluarga
maupun perawat
- Klien tampak kesulitan miring kanan dna
kiri
- Ekstremitas

Kiri kanan

atas 5 2

bawah 5 3

A;
- Dampingi dan bantuklien saat monnilisasi
dan bantu penuh ADL
- Kaji kemampuan klien dalam aktivitas
R;
Ds; klien dapat mengetahui aktivitas yang
ringan yang dapat dilakukan secara motivasi
sperti; menggosok gigi
Do; klien tampak mampu mengidentifikasi
aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri
Gangguan Senin 30 okt 2019 D S; klien mengatakan pentingnya tidur cukup
pola tidur 10.00 Ds; O; klien mampu mengatasi pola tidur yang
- Klien mengatakan sulit tidur dimalam hari telah dijelaskan tentang pola tidur
serta merasakan gelisah A; masalah teratasi sebagian
- Keluarga klien mengatakan tidur tidak P; lanjutkan intervensi
nyenyak
Do;
- Wajah klien tampak sendu
- TTV
TD; 137/100 mmHg
HR; 103 x/ m
RR; 20 x/ m
T; 35,6 ⸰c
Resiko jatuh Senin 30 okt 2019 D S; klien mengatakanmerasa nyaman dan aman
10.00 Ds; O;
- Klien mengatakan badan nya lemah - Klien tampak rileks
- Klien mengatakan anggota gerak atas - Klien mampu mengetahui prilaku yang
bagian kiri tidak dapat digerakkan dapat menyebabkan jatuh
Do; - Klien tampak aman dengan sisi tempat
- Konjungtiva klien tampak anemis tidur yang terpasang
- Ekstremitas atas klien tidak adapat A; masalah teratasi sebagian
digerakkan P; lanjutkan intervensi
- Klien tampak lemah
A;
- Mengidentifikasi faktor dan perilaku yang
mempengaruhi resiko jatuh
- Menggunakan sisi rel tempat tidur
R;
Ds; klien mengatakan merasa aman dna
nyaman
Do
- Klien tampak rileks
- Klien mampu mengetahui prilaku yang
dapat menyebabkan jatuh
- Klien tampak aman dengan sisi rel
tempak tidur yang terpasang

BAB IV

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai