Anda di halaman 1dari 18

oleh:

- Nadzira Salma F (10030219034)


- Sari Mulyati (10030219033)
- De’vivi Alvioni (10030219030)
- Nislenia Salisa R (10030219024)
- Nadya Oktaviani (10030219001)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal.
Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penyusun dapat menyelesaikan makalah
agama islam yang insyaallah tepat pada waktunya.

Terimakasih penyusun ucapkan kepada Bapak Ahmad Mujahid R, Drs.,M.Ag


selaku guru mata pelajaran agama islam, yang telah memberikan arahan terkait
tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, penyusun tidak akan
dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan
pembaca.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Kegiatan Yang Dilakukan Sebelum Shalat.................................................... 3
2.2 Pengertian Shalat ........................................................................................... 4
2.3 Dalil-dalil Yang Membahas Tentang Shalat.................................................. 5
2.4 Syarat-Syarat Shalat....................................................................................... 6
2.7 Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat ............................................................... 9
2.8 Hukum Shalat ................................................................................................ 9
2.9 Perbedaan Laki-Laki Dengan Perempuan ................................................... 11
2.10 Macam-Macam Shalat ................................................................................. 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah kita ketahui Bersama bahwa Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat
manusia terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan
ketenangan dan kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah
sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an,
jihad dan lainnya.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh
berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun.
Shalat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas
lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang
mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah maupun
senang, lapang ataupun sempit.Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat sunat.

Untuk membatasi masalah bahasan, maka penulis hanya membahas tentang shalat
wajib yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kegiatan apa yang dilakukan sebelum melaksanakan shalat?
2. Apa pengertian dari shalat?
3. Bagaimanakah sejarah shalat?
4. Apa saja dalil yang membahas tentang shalat?
5. Apa syarat-syarat shalat?
6. Bagaimana cara mengerjakan shalat?
7. Apa rukun shalat?

1
8. Apa saja yg membatalkan shalat?
9. Apa hukum shalat?
10. Apa perbedaan laki-laki dan perempuan dalam shalat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kegiatan sebelum shalat
2. Untuk menegtaahui apa arti dari shalat
3. Untuk menegtahui dalil-dalil yang membahasa tentang shalat
4. Untuk mengetahui syarat-syarat shalat
5. Untuk mengetahui cara shalat
6. Untuk mengetahui rukun shalat
7. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat
8. Untuk mengetahui hukum shalat
9. Untuk mengetahui perbedaan laki-laki dan perempuan dalam shalat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan Yang Dilakukan Sebelum Shalat


1. Adzan
Adzan adalah panggilan bagi umat Islam untuk memberitahu masuknya shalat
Fardu. Dikumandangkan oleh seorang muazin setiap shalat lima waktu, biasanya
setelah adzan selalu di iringi dengan iqomah sebagai seruan bahwa shalat akan
dilaksanakan.

Jawaban ketika adzan berkumandang :

- ketika muadzin mengucapkan allahuakbar allahuakbar, maka jawab juga sama


seperti lafalnya
- ketika muadzin mengucapkan asyhaduanlaailaahaillallah , maka jawab juga
seperti lafalnya
- ketika muadzin mengucapkan hayya ‘alassholaah dan hayya ‘alalfalaah, maka
jawabannya adalah laa haul aa walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adzim
- ketika muadzin mengucapkan laailahaillallah, maka jawabnya juga sama
Adapun doa setelah adzan, yaitu :

َ‫ان ْال َو ِس ْيلَة‬


ِ َ‫ت ُم َح َّمد‬ ِ ‫ آ‬،‫صالَ ِة ْالقَآ ِئ َم ِة‬َّ ‫ َوال‬،‫لل ُه َّم َربَّ ه ِذ ِه الدَّع َْو ِة التَّآ َّم ِة‬
ْ ‫ان الَّذ‬
‫ِى‬ َّ َ‫ف َوالد ََّر َجةَ ْال َعا ِل َية‬
ِ َ‫الرفِ ْي َعةَ َوا ْب َعثْهُ َمقَا ًما َم ْح ُم ْود‬ َ ‫ش َر‬ ِ َ‫َو ْالف‬
َّ ‫ض ْيلَةَ َوال‬
َ‫ف ْال ِم ْي َعاد‬
ُ ‫َو َع ْدتَهُ اِنَّ َك الَت ُ ْخ ِل‬
“Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib)
yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan al-fadhilah (keutamaan)
kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati
kedudukan terpuji yang Engkau janjikan.”

3
2. Wudhu

Wudhu adalah salah satu cara untuk menyucikan anggota tubuh dengan air. Seorang
muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan shalat. Berwudhu bisa pula
menggunakan debu yang disebut dengan tayammum.
Adapun doa niat sebelum wudhu, yaitu :

‫ضا ِهللِ ت َ َعالَى‬ ِ َ‫ض ْو َء ِل َر ْفعِ ْال َحد‬


ْ َ‫ث اْال‬
ً ‫صغ َِر فَ ْر‬ ُ ‫ن ََو ْيتُ ْال ُو‬
“Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu (wajib) karena Allah
ta’ala.”

Doa sesudah wudhu :

.ُ‫س ْولُه‬ ‫ا ََ ْش َهدُا َ ْن َالا ِٰلهَ ا َِّال ه‬


ُ ‫ َوا َ ْش َهدُ ا َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬.ُ‫ّٰللاُ َو ْحدَهُ َالش َِري َْك لَه‬
َ ‫ َو ْج َع ْل ِن ْى ِم ْن ِعبَاد‬، َ‫ط ِ ّه ِريْن‬
‫ِك‬ َ َ ‫ َو ْج َع ْل ِن ْي ِمنَ ْال ُمت‬، َ‫اج َع ْل ِن ْى ِمنَاالت َّ َّوا ِبيْن‬
ْ ‫اَلله ُه ّم‬
َ‫صا ِل ِحيْن‬
َّ ‫ال‬
“Saya bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah yang esa, tiada sekutu bagi-Nya . Dan
saya bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya
Allah jadikanlah saya orang yang ahli taubat , dan jadikanlah saya orang yang
suci, dan jadikanlah saya dari golongan hamba-hamba Mu yang shaleh.”

2.2 Pengertian Shalat


Sholat secara bahasa bermakna do'a sedangkan secara istilah,sholat adalah sebuah
ibadah yang hukumnya wajib,terdiri dari ucapan dan gerakan yang awalnya di awali
dengan takbiratul ihram kemudian di akhiri dengan salam.

Menurut hasbi ash shiddieqy, sholat yaitu berharap kepada allah swt.dengan
sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya,dengan sepenuh hati dan jiwa raga dengan
segala kekhusyu'an di hadapan allah serta ikhlas yang di dasari hati yang selalu
berzikir,berdo'a dan memujinya.

4
2.3 Sejarah Shalat
Sholat Subuh adalah sholat pertama kali yang dilakukan oleh Nabi Adam As, dua
raka'at Subuh dijalankan oleh Nabi Adam As di bumi setelah diturunkan dari surga.
Waktu itu pertama kalinya Nabi Adam As melihat kegelapan, begitu gelapnya
sehingga ia merasakan ketakutan yang amat sangat. Namun kemudian kegelapan
itu secara lamban mulai sirna mengusir rasa takut, dan perlahan terbitlah terang.
Itulah pergantian waktu malam menuju pagi. Oleh karenanya, dua raka'at Subuh
dilaksanakan sebagai rasa syukur atas sirnanya kegelapan pengharapan atas
datangnya kecerahan.
Nabi Ibrahim As adalah orang pertama yang melaksanakan sholat Dhuhur, Empat
raka’at dhuhur dilaksanakan, ketika Allah Swt menggantikan Nabi Ismail As yang
rencananya disembelih sebagai Qurban dengan seekor domba. Ini terjadi tatkala
siang, tatkala matahari bergeser sedikit dari titik tengahnya. Empat raka’at itu
menunjukkan beberapa perasaan Nabi Ibrahim, satu raka’at adalah penanda
kesyukuran atas digantikannya Nabi Ismail As. Satu raka’at karena kegembiraan,
satu raka’at untuk mencari keridloan Allah Swt dan satu raka’at lagi sebagai rasa
syukur atas domba pemberian Allah Swt.
Kemudian riwayat sholat Ashar berhubungan erat dengan Nabi Yunus As. ketika
diselamatkan oleh Allah Swt dari perut ikan Hut. Hut adalah nama ikan yang
menelan Nabi Yunus mengarungi lautan. Dikisahkan, bahwa bentuk ikan hut
hampir menyerupai burung, namun tanpa sayap. Ketika di dalam perut hut itu Nabi
Yunus As merasakan empat macam kegelapan, gelap karena kekhawatiran hasya,
gelap di dalam air, gelap malam dan gelap di dalam perut ikan. Demikianlah Nabi
Yunus As keluar ketika matahari mulai condong ke barat dan sholat lah beliau
empat raka’at sebagai penanda terbebas dari empat macam kegelapan itu.
Sedangkan tiga raka’at sholat Maghrib mempunyai sejarahnya sendiri yang tidak
bisa dilepaskan dari kisah Nabi Isa As ketika berhasil keluar dari kaumnya di
penghujung senja. Tiga raka’at sangat bermakna bagi Nabi Isa As. Satu rakaat
menandai perjuangan beliau menegakkan tauhid dan menafikan semua bentuk
sesembahan kecuali Allah. Satu raka’at untuk menafikan hinaan dan tuduhan
kaumnya atas ibundanya yang melahirkannya tanpa ayah. Dan ini sekaligus
menunjukkan betapa ketuhanan itu hanya milik Allah semata yang Maha Kuasa,
inilah makna satu rakaat yang terakhir.
Dihilangkannya empat kesedihan yang menimpa Nabi Musa As oleh Allah Swt
ketika meninggalkan kota Madyan menjadi sejarah ditetapkannya sholat Isya
empat rakaat. Tercatat empat kesedihan itu berhubungan dengan istrinya,
saudaranya yang bernama Nabi Harun As, anak-anaknya, dan kesedihan karena
kekuasaan Fir’aun. Dan ketika semua kesedihan itu diangkat oleh Allah Swt di
waktu malam, Nabi Musa As pun melaksanakan sholat empat rakaat sebagai rasa
syukur atas segalanya.

2.4 Dalil-dalil Yang Membahas Tentang Shalat

5
َّ ‫قُ ْم يَا بِ َال ُل فَأ َ ِر ْحنَا بِال‬
‫ص َال ِة‬
“Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan mendirikan shalat.” (HR.
Abu Dawud no. 4985, shahih)

‫َاء َو ْال ُم ْن َك ِر‬


ِ ‫ع ِن ْالفَ ْحش‬
َ ‫ص َالة َ ت َ ْن َهى‬
َّ ‫إِ َّن ال‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-
‘Ankabuut [29]: 45)

‫صلَّى‬
َ ،‫سلَّ َم إِذَا َحزَ بَهُ أ َ ْم ٌر‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُّ ِ‫َكانَ النَّب‬
َ ‫ي‬
“Dulu jika ada perkara yang menyusahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau mendirikan shalat.” (HR. Abu Dawud no. 1420, hadits hasan)

2.4 Syarat-Syarat Shalat


Syarat-syarat sholat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Syarat wajib shalat :


- Beragama islam
- Berakal sehat
- Dewasa atau sudah baligh
- Mengetahui hukum sholat serta tata cara sholat dengan baik
- Bersih dari hadas dan najis
- Sadar

2. Syarat sah shalat :


- Sudah masuk waktu sholat
- Harus menghadap arah kiblat
- Suci dari hadas, baik kecil maupun besar
- Menutup aurat
- Mengetahui tata cara melaksanakan ibadah sholat
2.5 Cara Mengerjakan Shalat

6
1. Shalat berjama’ah
Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama sama dan salah satu diantara mereka diikuti oleh orang lain. Orang yang
diikuti dinamakan imam. Orang yang mengikuti dinamakan makmum.

2. Tata Cara Shalat Berjamaah

Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat berjamaah itu dapat dilaksanakan minimal
oleh dua orang. Artinya, satu orang menjadi imam dan seorang lagi menjadi
makmum. Pada prakteknya, shalat berjamaah yang minimal dilaksanakan oleh dua
orang berbeda dengan shalat berjamaah yang dilaksanakan oleh tiga orang atau
lebih. Pada shalat berjamaah, ketika orang yang melaksanakan shalat hanya dua
orang, maka shalat imam dan makmum harus berada dalam satu garis/baris.
Diumpamakan ada sebuah garis, maka posisi telapak kaki orang yang imam agak
kedepan dan posisi kaki orang makmum agak sedikit kebelakang. Artinya, pada
garis yang sama telapak kaki imam menyentuh garis, dan telapak kaki makmum
juga menyentuh garis yang sama.

Sedangkan shalat berjamaah yang jumlahnya tiga orang atau lebih, yaitu satu orang
menjadi imam dan dua orang lainnya atau lebih menjadi makmum, dalam
prakteknya berbeda dengan shalat berjamaah yang dilaksanakan oleh dua orang.
Shalat berjamaah yang jumlahnya tiga orang atau lebih, maka dilaksanakan dengan
mengambil posisi depan belakang. Maksudnya, satu orang yang menjadi imam
berada digaris (shaf) depan, sedang dua orang atau lebih yang menjadi makmum
berada digaris (shaf) belakannya, dengan posisi saling berdekatan. Apabila tidak
demikian, maka fadhilah (keutamaan/pahala) berjamaah juga akan hilang.

Kondisi yang hampir sama dengan shalat berjamaah dua orang, juga akan dialami
shalat berjamaah dengan tiga orang atau lebih. Kondisi dimaksud adalah bahwa
pada shalat berjamaah yang dilaksanakan lebih dari tiga orang akan menyebabkan
fadhilah berjamaah hilang sebagaimana shalat berjamaah dua orang, apabila ada
orang yang keempat atau selanjutnya berjamaah tetapi tidak berada pada garis
(shaf) yang sama, padahal pada saat itu garis (shaf) yang ada masih kosong. Artinya,
orang yang datang kemudian dan dia menjadi makmum masbuq (makmum yang
tertinggal) tidak berada satu garis dengan makmum lainnya, padahal masih ada

7
tempat yang kosong. Maka shalat bagi makmum yang masbuq itu fadhilah
berjamaahnya juga hilang, karena dia mendirikan shafnya sendiri.

Shalat berjamaah penting bagi kita untuk memahami praktek dalam membuat shaf
shalat, ada beberapa cara dalam mengatur barisan shalat, sebagai berikut:

1. Tempat berdirinya makmum tidak lebih depan daripada imam. Bagi orang yang
shalat sambil berdiri diukur tumitnya, bagi orang yang duduk diukur
pinggulnya. Bila berjemaah di Masjidil Haram, hendaklah saf mereka
melengkung sekeliling Kakbah, di lain pihak imam berhadapan dengan
makmum.
2. Jika makmum hanya seorang, makmum berdiri di sebelah kanan imam agak ke
belakang sedikit. Apabila datang orang lain hendaklah berdiri di sebelah kiri
imam. Sesudah takbir, imam hendaklah maju, atau kedua orang makmum tadi
mundur.
3. Jika makmum terdiri atas beberapa saf dan jemaah terdiri dari laki-laki dewasa,
anak-anak, dan perempuan, maka saf diatur dengan benar. Di belakang
imamadalah saf laki-laki dewasa, saf anak-anak, kemudian saf perempuan.
4. Saf disusun secara lurus dan rapat sehingga tidak ada celah di antara
makmum.Jika makmum hanya satu orang, maka makmum berdiri di sebelah
kanan imam. Hal ini berlaku pada jemaah khusus laki-laki, atau khusus
perempuan. Namun, jika yang menjadi makmum perempuan dan yang menjadi
imam laki-laki, maka perempuan tadi berdiri di belakang imam.
5. Jika makmum terdiri dari seorang laki laki dan seorang perempuan, maka
makmum laki laki berdiri di samping kanan imam, sedang makmum
perempuan berdiri di belakang keduanya.
6. Jika makmum terdiri dari dua orang laki laki atau lebih dalam jamaah khusus
laki laki, atau dua orang perempuan atau lebih dalam jamaah khusus
perempuan, maka makmum berdiri di belakang imam.
7. Jika makmum terdiri dari sejumlah laki laki dan sejumlah perempuan, maka
makmum laki laki berada dibelakang imam sedangkan makmum perempuan
berada dibelakang makmum laki laki.
8. Dianjurkan agar makmum yang berdiri dibelakang imam adalah orang yang
berilmu dan memiliki keutamaan.

8
2.6 Rukun Shalat
1. Berdiri (bagi yang mampu)
2. Takbiratul ihram
3. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat
4. Rukuk dan tuma’ninah
5. Iktidal setelah rukuk dan tuma'ninah
6. Sujud dua kali dengan tuma'ninah
7. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah
8. Duduk dan membaca tasyahud akhir
9. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir
10. Membaca salam yang pertama.
11. Tertib (melakukan rukun secara berurutan).

2.7 Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat


1. Beribicara dengan sengaja
2. Melakukan aktifitas/gerakan atau perbuatan yang banyak dan dilakukan
berturut-turut.
3. Berhadas
4. Terkena najis.
5. Terbuka aurat dengan sengaja
6. Berubah niatnya
7. Membelakangi kiblat
8. Makan
9. Minum
2.8 Hukum Shalat

Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir,
dan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan
bersama dengan orang-orang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.

Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :

1. Fardu, Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya.


Shalat fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :

9
a. Fardu ain adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung
berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun
dilaksanakan oleh orang lain, seperti salat lima waktu, dan salat Jumat
(fardhu 'ain untuk pria).
b. Fardu kifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak
langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah
ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang
yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi
berdosa bila tidak dikerjakan, seperti salat jenazah.
2. Shalat sunah (shalat nafilah) adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau
disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi
dua, yaitu:
3. Nafil muakkad adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang
kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan
salat sunah thawaf.
4. Nafil ghairu muakkad adalah shalat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan
yang kuat, seperti shalat sunah Rawatib dan shalat sunah yang sifatnya
insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya
dikerjakan
ketika terjadi gerhana).

10
2.9 Perbedaan Laki-Laki Dengan Perempuan

Gerakan Laki-laki Perempuan


Ketika Ruku disunnahkan mengangkat disunnahkan menghimpit dan
dan Sujud dan merenggangkan siku merapatkan siku tangan dengan
tangannya sehingga jauh lambungnya, menghimpitkan
dari lambungnya, serta serta merapatkan perut dengan
mengangkat perut dan pahanya, dan menghimpitkan
merenggangkannya serta merapatkan antara dua
sehingga jauh dari kedua lutut dan dua kakinya.
pahanya.
Membaca disunnahkan mengeraskan diperintahkan untuk
Keras Bacaan suara sehingga dapat mengecilkan suaranya
didengar oleh orang yang sehingga tidak terdengar orang
berada di dekatnya pada lain yang ada di dekatnya
waktu dan tempat yang apabila saat ia shalat terdapat
disunnahkan untuk pria yang bukan mahramnya.
mengeraskannya. Baik dia Adapun apabila dia shalat
menunaikan shalat sendirian sendiri atau bersamanya hanya
maupun ketika menjadi pada perempuan atau terdapat
imam. laki-laki yang menjadi
mahramnya, disunnahkan
mengeraskan suara di tempat
dan waktu yang sunnah.
Cara Makmum pria menegur makmum wanita menegur
Mengingatkan imam dengan membaca imam dengan cara menepuk
Kesalahan tasbih, tangan.
Imam

11
2.10 Macam-Macam Shalat
1. Wajib
Shalat fardhu (shalat 5 waktu)

2. Sunnah
- Shalat tahajjud
- Shalat Jum’at
- Shalat Rawatib
- Shalat idul fitri
- Shalat idul adha
- Shalat tahiyatul masjid
- Shalat dhuhaa

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Shalat merupakan penyerahan diri secara talalitas untuk menghadap Tuhan, dengan
perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syarat.
Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa kecuali.

Shalat merupakan syarat menjadi taqwa. Taqwa merupakan hal yang penting dalam
Islam karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang
betul – betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan
sebaliknya. Salah satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah
diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al
Baqarah.

Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah


perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin
efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat.

Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan
khusu tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat
zina. Maksiat, merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi
sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu
kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an
surat Al-Ankabut: 45.

Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur Dengan mendirikan shalat, maka
banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan
dengan khusus.

Shalat Akan membangun etos kerja Sebagaimana keterangan – keterangan di atas


bahwa pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau
buruk, baik dalam perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja

13
Apabila mendirikan shalat dengan khusus maka hal ini akan mempengaruhi
terhadap etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam
melaksanakan tugas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tim Sarkub. (2014, 08 30). sejarah-shalat-5-waktu. Dipetik 12 28, 2019, dari


www.sarkub.com/sejarah-shalat-5-waktu/: https://www.sarkub.com/sejarah-
shalat-5-waktu/

15

Anda mungkin juga menyukai