Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN LATIHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP


FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN TB PARU
DI RUANGAN KEMUNING RSUD M.YUNUS
KOTA BENGKULU TAHUN 2019

DISUSUN OLEH:
AHMAD ROFIQ
NIM. P0 5120217002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
HALAMAN JUDUL
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN LATIHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP


FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN TB PARU
DI RUANG KEMUNING RSUD Dr M.YUNUS
KOTA BENGKULU TAHUN 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi


Diploma III Keperawatan Bengkulu Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu

AHMAD ROFIQ
NIM. P05120217002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2019

1
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN LATIHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP


FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN TB PARU
DI RUANG KEMUNING RSUD Dr M.YUNUS
KOTA BENGKULU TAHUN 2019

Disiapkan dan dipesentasikan oleh :

AHMAD ROFIQ
NIM. P05120217002

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk
Dipresentasikan Dihadapan Tim Penguji Program Studi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal : 30 November 2019

Oleh
Dosen Pembimbing

Pembimbing

Ns.Husni, S.Kep, M.Kep


NIP.197412061997032001

2
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL

Studi kasus atas : Keperawatan Medikal Bedah


Nama : Ahmad Rofiq
Nim : P05120217002
Judul :Penerapan latihan batuk efektif terhadap frekuensi
pernapasan pada pasien TB Paru di Ruangan Kemuning
RSUD M.Yunus Kota Bengkulu tahun 2019

Saya menyetujui judul tersebut diatas


Bengkulu, November 2019

Pembimbing

Ns.Husni, S.Kep, M.Kep


NIP.197412061997032001

3
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ahmad Rofiq
Tempat, Tanggal lahir : Lubuk Tapi, 04 Agustus 199
NIM : P05120217002
Judul Proposal Penelitian : Penerapan latihan batuk efektif terhadap
frekuensi pernapasan pada pasien TB Paru
di Ruangan Kemuning RSUD M.Yunus Kota
Bengkulu tahun 2019

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal karya tulis ilmiah ini


adalah betul-betul hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya
orang lain. Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti
dalam proposal ini ada unsur penjiplakan maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bengkulu, November 2019


Yang Menyatakan

Ahmad Rofiq

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Latihan Batuk Efektif Terhadap
Frekuensi Pernapasan Pada Pasien Tuberkulosis Paru ” di RSUD Dr M.Yunus
Kota Bengkulu.
Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan
bimbingan dan bantuan baik materi maupun nasehat dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya lah Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan
2. Bapak Darwis S.Kp., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Bapak Dahrizal S.Kp., MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
4. Ibu Ns. Mardiani, S.Kep., MM selaku ketua program studi DIII keperawatan
Bengkulu
5. Ibu Ns Husni S.Kep.,M.Pd selaku pembimbing dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan masukan sehingga Laporan Karya Tulis Ilmiah ini bisa
terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
7. Orang tua saya, orang yang paling berjasa, orang yang paling berpengaruh
dalam hidup penulis Bapak Wahirin dan Mahini Aiti serta keluarga tercinta
yang telah banyak memberikan dukungan moril dan spiritual yang sangat
berarti bagi penulis.

5
8. Saudara- saudara saya Wa Okta, KK Yeyen, Abang Joki, Cek Adif dan Adek
ali yang sudah memberikan saya motivasi dan semangat untuk menyelsaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan bersemangat.
9. Saudara dan adek-adek KP terbaik Dung Dora, Bella, Eva, Afifa, Tiara Ariska
dan Tiara Anugra yang telah menjadi motivasi dan yang telah memberi
dukungan moril dan spiritual
10. Sahabat-sahabat dan kakak senior saya Resky, Sist selly, KK Ikbal, Ayuk lola,
Tsania, Debi, Intan, Rosi, keluarga MNC yang telah memberikan bantuan
moril dan spritual
11. Kawan-kawan maam Husni squad 2020 Nurmala, Vemi, Ivana cece, Ghina
dan Darika yang telah memberikan banyak dukungan dan doa bagi penulis
12. Kawan-kawan Aliansi Bersaudara
13. Kawan-kawan seperjuangan ENC XII
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi
penulisan maupun penyusunan dan metodelogi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat
berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah yang telah penulis susun
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan
positif terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan
Bengkulu lainnya.

Bengkulu, Okteber 2019

Penulis

6
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Halaman Pengesahan.............................................................................................vii

Halaman Persetujuan..............................................................................................vii

Kata Pengantar.......................................................................................................vii

Daftar Isi................................................................................................................vii

Daftar Tabel............................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................vii

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................vii

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................vii

1.3 Tujuan Studi Kasus..................................................................................vii

1.4 Manfaat Studi Kasus...............................................................................vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................viii

2.1 Tinjauan Pustaka.............................................................................................viii

2.1.1 Asuhan Keperawatan Pasien Tuberculosis...............................................viii

2.1.1.1 Pengkajian.............................................................................................viii

2.1.1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................viii

2.1.1.3 Perencanaan..........................................................................................viii

2.1.1.4 Implementasi.........................................................................................viii

2.1.1.5 Evaluasi.................................................................................................viii

2.1.2. Konsep Dasar Batuk Efektif...................................................................viii

2.1.2.1 Definisi..................................................................................................viii

2.1.2.2 Jenis Jenis Batuk...................................................................................viii

7
2.1.2.3 Manfaat Batuk.......................................................................................viii

2.1.2.4 Hal- Hal Yang Perlu Diperhatikan........................................................viii

2.1.2.5 Latihan Batuk Efektif............................................................................viii

2.1.2.6 Pengkajian.............................................................................................viii

2.1.2.7 Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................viii

2.1.2.8 Implementasi Tindakan Keperawatan...................................................viii

2.1.2.9 Evaluasi Formatif..................................................................................viii

BAB III METODOLOGI PENULISAN..............................................................viii

3.1.1 Rancangan Studi Kasus............................................................................viii

3.1.2 Subyek Studi Kasus.................................................................................viii

3.1.3 Fokus Studi..............................................................................................viii

3.1.4 Definisi Operasional...................................................................................ix

3.1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian.....................................................................ix

3.1.6 Prosedur Penelitian.....................................................................................ix

3.1.7 Metode Dan Instrument Pengumpulan Data..............................................ix

3.1.8 Penyajian Data...........................................................................................ix

3.1.9 Analisa Data...............................................................................................ix

Daftar Pustaka.........................................................................................................ix

8
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan 14
Tabel 2.2 Standar Operasional Prosedur 22

9
10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tuberkulosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi.
Menurut hasil penelitian, penyakit Tuberculosis sudah ada sejak zaman Mesir
kuno hal ini dibuktikan dengan penemuan pada mumi, dan penyakit ini sudah
ada di kitab pengobatan china “pen tsao” sekitar 5000 tahun yang lalu, dan
terakhir pada tahun 1882 ilmuan Robert Koch berhasil menemukan kuman
Tuberculosis yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman ini berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama mycobacterium tuberkolosis.
( Firdaus J. Kunoli, SKM, M.Kes. Dalam pengantar epidemologi penyakit
menular cetakan pertama 2013.)
Tuberkulosis adalah masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV.
TBC terus ditangani dengan serius, selama 20 tahun terakhir World Healt
Organitation ( WHO) dengan Negara-negara yang tergabung didalamnya
terus mengupayakan untuk mengurangi Tuberkulosis paru. Salah satunya
Indonesia yang membuat gerakan TOSS ( Temukan dan Obati Sampai
Sembuh) TBC dimana gerakan ini merupakan kegiatan kampanye penemuan,
pengobatan dan pemantauan kasus Tuberkulosis secara aktif dan masif yang
melibatkan seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat (Kemenkes
RI, 2019).
Pada tahun 2017, data dunia menunjukan penderita Tuberkulosis Paru
sebanyak 10 juta orang dan 1,6 juta meninggal karena penyakit Tuberkulosis
(termasuk 0,3 juta di antara orang dengan HIV), dan sekitar 1 juta anak
menjadi sakit dengan Tuberkulosis serta 230.000 anak meninggal karena
Tuberkulosis (termasuk anak dengan HIV terkait Tuberkulosis). Diperkirakan
sekitar 54 juta diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan Tuberkulosis
antara tahun 2000 sampai tahun 2017 (WHO 2018).
Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis Tuberkulosis Paru
oleh tenaga kesehatan tahun 2018 adalah 0,4%, tidak berbeda dengan 2013.
2

Lima provinsi dengan Tuberkulosis paru tertinggi adalah Banten (0,8%),


Papua (0,8%), Jawa Barat (0,6%), Aceh dan Sumatra Selatan (0.5%)
(RISKEDAS 2018).
Hasil cakupan kasus Tuberkulosis per 100.000 penduduk menurut
provinsi tahun 2018 dari data Kemenkes RI 2019 menyebutkan, Penduduk
Bengkulu berada pada peringkat ke 19 dengan angka kejadian 167 kasus,ini
membuat Provinsi Bengkulu berada satu strip dibawah Provinsi Riau dengan
angka kasus 163 dan satu strip diatas Provinsi Kalimatan Timur dengan angka
kejadian 175 kasus . Provinsi dengan kasus Tuberkulosis tertinggi yaitu
Provinsi DKI Jakarta dengan 346 kasus, Papua 325 kasus dan Sulawesi Utara
dengan 273 kasus. Sedangkan Kasus terendah yaitu Bali dengan 96 kasus, DI
Yogyakarta dengan 99 kasus dan Jambi 120 kasus. Bila dibandingkan antara
tahun 2017 dengan 2018, semua kasus Tuberkulosis yang terjadi diprovinsi-
provinsi rata-rata mengalami kenaikan, dimana terdapat 27 provinsi (79,4 %)
yang mengalami kenaikan dan yang mengalami penurunan 7 provinsi
(20,5%) yaitu Provinsi DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.
(Kemenkes RI , 2019)
Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan kasus Tuberkulosis tiap
tahunnya, berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun
2016 tercatat sebanyak 1.634 kasus Tuberkulosis Paru, sedangkan pada tahun
2017 tercatat sebanyak 2.465 kasus Tuberkulosis Paru dan tercatat dari
Januari sampai Desember pada tahun 2018 sebanyak 3.283 kasus
Tuberkulosis Paru (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2019).
Penularan penyakit Tuberculosis melalui udara (droplet nuclei) oleh
pasien penderita Tuberculosis Paru yang batuk atau melalui ludah pasien yang
mengandung kuman yang kemudian terhirup oleh orang lain saat bernapas
(Sasano Mardiano, 2013). Sedangakan menurut (muttaqin arif 2014) penyakit
Tuberkulosis ditularkan dengan cara langsung ketika soerang klien
Tuberkulosis batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah
droplet nuclei yang jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainya. Akibat terkena
3

sinar matahari atau suhu udara yang panas droplet akan menguap, dibantu
dengan pergerakan angin droplet akan terbang yang apabilah terhirup oleh
orang sehat, maka orang ini berpotensi terinfeksi bakteri Tuberculosis.
Pada penderita Tuberkulosis paru dalam hal ini yang menjadi gejala
Tuberkulosis paru ialah penderita akan mengalami tanda dan gejalah seperti
berkurangnya berat badan, demam, keringat malam, mudah lelah, kehilangan
napsu makan, batuk, sputum berdarah, nyeri dada dan sesak napas (Asni
Hasaini, 2018). Selain itu gejala dini dan sering dikeluhkan oleh penderita
Tuberkulosis paru ialah batuk yang terus-menerus dengan disertai
penumpukan secret disaluran pernapasan bawah (Rahmad karyanto dan Nurul
Laili, 2018).
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sipat batuk dimulai
dari batuk kering, kemudian setelah timbul peradangan, batuk akan menjadi
produktip (menghasilkan sputum). Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar (sputum/secret), tetapi terkadang tidak mudah
mengeluarkan sputum/sekret sehingga dapat menyebabkan bersihan jalan
napas tidak efektif (Asni Hasaini, 2018). Akibat adanya penumpukan
sputum/secret yang tidak bisa dikeluarkan adalah pernapasan cuping hidung,
dsypneu, dan kesulitan bernapas. Kesulitan bernapas akan menghambat
pemenuhan suplai oksigen dalam tubuh yang akan membuat kematian sel,
hipoksia, dan penuranan kesadaran sehingga dapat mengakibatkan kematian
bila tidak ditangani (Sari, 2016).
Besarnya akibat yang timbul dari tertimbunya secret di saluran
pernapasan bawah, membuat secret harus dikeluarkan, upaya untuk
mengeluarkan secret yang tertimbun tersebut adalah dengan melakukan batuk
efektif (Rahmad karyanto dan Nurul Laili, 2018). Menurut Muttaqin (2014)
Batuk efektif adalah aktivitas perawat unktuk membersihkan sekresi pada
jalan nafas, yang bertujuan untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan
mencegah risiko tinggi retensi sekresi.
Menurut (Kapuk, 2012) batuk efektif merupakan latihan mengeluarkan
sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara
4

dibatukkan. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,


dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal. Latihan batuk efektif adalah salah satu
upaya atau intervensi yang dilakuka perawat untuk membersikan sekresi jalan
napas ( Sasano Mardiano. 2013) Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk
membersikan sekresi pada jalan napas, yang berfungsi untuk meningkatkan
mobilisasi sekseri dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Rahmad
karyanto dan Nurul Laili, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Suardi Zurimi (2019) pada dua orang
klien yang mengalami Tuberkulosis paru, frekuensi napas klien 24x/menit
dan 28x/menit, setelah dilakukan batuk efektif, frekuensi pernapasan klien
menjadi 22x/menit dan 21x/menit. sedangkan penelitian yang dialukan Sasana
Mardiano (2013) di RS Pelabuhan Palembang dari 32 responden pasien
Tuberkulosis paru, rata-rata frekuensi pernapasan sebelum melakukan batuk
efektif adalah 23,37 x/menit, sedangkan rata- rata frekuensi pernapasan
setelah melakukan batuk efektif adalah 19,81 x/ menit. Ini menunjukan
adanya perbedaan signifikan antara frekuensi pernapasan sebelum dan
sesudah melakukan batuk efektif.
Data yang didapatkan dari Rekam Medik di RSUD Dr. M. Yunus Kota
Bengkulu untuk jumlah pasien Tuberkulosis paru tahun 2016 tercatat 261
pasien dan 27 orang diantaranya meninggal. Sedangkan tahun 2017 terdapat
303 pasien dengan Tuberkulosis dan 30 orang diantaranya meninggal. Tahun
2018 terdapat 230 pasien dengan Tuberculosis dan 16 orang meninggal.
(RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, 2019).
Data ruang Kemuning RSUD Dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 30
September 2019, angka kejadian penyakit Tuberkulosis saat ini tercatat 124,
data yang diambil dari bulan Oktober 2018 sampai dengan Agustus 2019.
Hasil survei didapatkan penempatan ruangan untuk penderita Tuberkulosis
tidak memiliki batas sesuai dengan klasifikasi berat ringannya Tuberkulosis,
semua pasien dengan penyakit Tuberkulosis digabungkan dalam satu ruangan
saja.
5

Berdasarkan uraian latar belakang, hasil beberapa penelitian dan data-


data penderita penyakit Tuberkulosis Paru yang terjadi di Provinsi Bengkulu
dan di Ruangan Kemuning di RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu diatas,
membuat penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “ Penarapan
Latihan Batuk Efektif Terhadap Frekuensi Pernapasan Pada Pasien Dengan
TB Paru di RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana penerapan latihan batuk efektif terhadap frekuensi pernapasan
pada pasien TB paru ?

1.3 Tujuan Studi Kasus


Menggambarkan penerapan latihan batuk efektif terhadap frekuensi
pernapasan pada pasien TB paru di RSUD. Dr. M. Yunus kota Bengkulu

1.4 Manfaat Studi Kasus


1.4.1 Bagi Masyarakat.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengoptimalkan
frekuensi pernapasan pasien Tuberkulosis Paru melalui latihan batuk
efektif.
1.4.2 Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam mengoptimalkan frekuensi pernapasan pasien Tuberkulosis paru
melalui latihan batuk efektif.
1.4.3 Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur latihan
batuk efektif pada asuhan keperawatan pasien Tuberkulosis paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Asuhan keperawatan Pasien Tuberkulosis
2.1.1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap penting
dari proses pemberian asuhan keperawatan yang sesuai bagi
kebetuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian yang akurat,
lengkap sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting
untuk melakukan langkah selanjutnya dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai respon individu.
Pengkajian keperawatan pada sistem pernapasan adalah
salah satu komponen proses keperawatan sebagai suatu usahah
yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan
sistem pernapasan klien. Kegiatan tersebut meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sitematis , menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Menurut cara pengumpulan data pada pengkajian keperawatan
ada dua tipe data pada pengkajian keperawatan yaitu data
subjektif ( data yang didapatkan dari klien ) dan data objektif
(data yang didapat dari hasil observasi dan pengkuran (Muttaqin
arif, 2014).
a. Identitas
Identitas klien meliputi: nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no. register/MR, serta
penanggung jawab. (Fina Scolastica, 2019).

b. Riwayat Kesehatan , (Mutaqqin, 2014).


1) Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan batuk terus-menerus
berdahak atau tidak, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri
7

dada, demam, keringat malam serta penurunan berat


badan.
2) Klien datang dengan keluhan batuk terus-menerus
berdahak atau tidak, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri
dada, demam, keringat malam serta penurunan berat
badan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Jika klien datang dengan keluhan utama batuk, maka
perawat perlu menanyakan sudah berapa lama keluhan
batuk muncul, keluhan batuk timbul paling awal dan
merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan,
mula-mula tidak berdahak, kemudian berdahak, bahkan
dahak dapat bercampur dengan darah bila telah terjadi
kerusakan jaringan, untuk itu perlu juga ditanyakan
apakah batuk disertai dahak atau tidak, adakah batuk
berdarah. Apakah ada keluhan lain seperti demam, sesak
napas, BB menurun akibat berkurangnya nafsu makan.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah menderita Tuberkulosis
paru, klien pernah batuk yang lama dan tidak sembuh-
sembuh, apakah klien pernah kontak dengan penderita
Tuberkulosis, adakah riwayat vaksinasi BCG, tanyakan
mengenai obat yang biasa diminum klien seperti OAT
atau obat lain, tanyakan mengenai penurunan BB klien
selama enam bulan terakhir, serta tanyakan ada atau
tidaknya alergi obat pada klien.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga


Secara patologis Tuberkulosis paru tidak diturunkan,
tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini
pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai
faktor predisposisi penularan didalam rumah.
c. Riwayat Psikososial dan Spiritual
8

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi


yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi
yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku
klien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal
klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini
penting untuk menentukan tingkat perlunya psiko-sosio-
spritual yang seksama. Perawat juga perlu menanyakan
kondisi pemukiman klien bertempat tinggal. Hal ini penting
mengingat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang
tinggal dipemukiman padat dan kumuh karena populasi
bakteri TB paru lebih mudah hidup di tempat kumuh dengan
ventilasi dan pencahayaan sinar matahari yang kurang.
Tanyakan juga mengenai sistem kepercayaan pasien terhadap
agama yang dianut.
d. Pengkajian pola fungsional (Doenges, 2000)
1) Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan.
Napas pendek karena kerja.
Kesulitan tidur pada malam atau demam malam
hari, mengigil dan/atau berkeringat.
Mimpi buruk.
Tanda : Takikardi, takipneu/dyspnea pada kerja.
Kelelahan otot, nyeri, dan sesak.
2) Integritas ego

Gejala : Adanya/faktor stress lama.


Masalah keuangan, rumah.
Perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan.
Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini).
Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan.
Tidak dapat mencerna.
Penurunan berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik.
9

Kehilangan otot/ hilang lemak subkutan.


4) Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.


Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah.
5) Pernapasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif.
Napas pendek.
Tanda :Riwayat tuberculosis/ terpajan pada individu
terinfeksi.
Peningkatan frekuensi pernapasan.
Pengembangan pernapasan tidak simetris (efusi
pleura).
Perkusi pekak dan penurunan premitus. Bunyi
napas menurun/tidak ada secara bilateral atau
unilateral.
Bunyi napas ronchi.
Karakteristik sputum: hijau/purulen, mukoid
kuning, atau bercak darah.
Deviasi trakea (penyebaran bronkogenik).
Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata,
peubahan mental (tahap lanjut).
6) Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS,


kanker.
Tes HIV positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit kepala akut.
7) Interaksi sosial

Gejala: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit


menular.
Perubahan pola biasa dalam tanggung
jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
8) Penyuluhan/pembelajaran
10

Gejala : Riwayat keluarga Tuberkulosis.


Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk.
Gagal untuk membaik/kambuhnya Tuberkulosis.
Tidak berpartisipasi dalam terapi.
e. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan diagnostic meliputi :

1) Pemeriksaan Rontgen Toraks

Foto thoraks PA dengan atau tanpa literal merupakan


pemeriksaan radiologi standar. Karakteristik radiologi yang
menunjang diagnostik antara lain, bayangan lesi radiologi
yang terletak di lapangan atas paru dan Bayangan yang
berawan (patchy) atau berbecak (noduler), Kelainan yang
bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru,
bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa
minggu, dan Bayangan bilier.
2) Pemeriksaan CT Scan

CT scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus


Tuberkulosis inaktif yang di tunjukkan dengan adanya
gambaran garis-garis fibrotic ireguler, pita
parenkimal.Bermanfaat untuk mendeteksi adanya
pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan dari pada
pemeriksaan rontgen torak biasa.

3) Radiologis Tuberkulosis Paru Milier

Tuberkulosis milier akut diikuti oleh invasi pembuluh


darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan
penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal
sebelumnya penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rotgen
toraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.
Pasien Tuberkulosis milier, tidak ada lesi yang terlihat pada
11

hasil rotgen toraks, tetapi ada beberapa kasus dimana


bentuk milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan
penyakitnya.

f. Pemeriksaan Laboratorium.

1) Darah

Pada saat tuberculosis paru mulai (aktif) akan didapatkan


jumlah leukosit yang sedikit meninggi. Jumlah limfosit
menggambarkan status imunitas penderita masih di bawah
normal.Laju endap darah mulai meningkat.Bila penyakit
mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah
limfosit masih tetap tinggi.Laju endap darah menurun
kearah normal lagi.

2) Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan


ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberculosis sudah
dipastikan.Kriteria sputum BTA positif adalah bila
sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada
satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman
dalam 1 ml sputum. Pemeriksaan sputum dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air
sebanyak +2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-
kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
sediaan.

3) Tes Tuberculin
12

Biasanya dipakai cara Mantoux yakni dengan


menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein
derivate) ke kulit lengan bawah, jika seseorang memiliki
infeksi tuberkulosis laten, kulit akan sensitive terhadap
tuberculin PPD dan akan muncul indurasi berupa pelebaran
lingkaran dan berwarna kemerahan serta terasa gatal.

2.1.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah terminologi yang digunakan
oleh perawat profesional untuk menjelaskan masalah kesehatan,
tingkat kesehatan, respon pasien terhadap penyakit, atau kondisi
pasien (aktual atau potensial) sebagai akibat dari penyakit yang
diderita (Debora, 2011). Menurut Smelzer & Bare 2002,
diagnosa keperawatan pada TB paru yang telah disesuaikan
dengan tata bahasa SDKI (PPNI, 2016), adalah:
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan tanda dan
gejala data mayor, data objektif yaitu batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebih suara napas wheezing
dan /atau ronchi, dan gejala data minor , data subjektif yaitu
dispnea dan sulit berbicara, data objektif yaitu gelisah,
sianosis, bunyi nafas menurun dan pola nafas berubah.
13

2.1.1.3 Perencanaan
Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan dan kekuatannya, langkah berikutnya adalah perencanaan asuhan
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien serta mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2005).
Dalam teori ini, perencanaan keperawatan ditulis dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan SIKI dan
SLIKI (2018)

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan


TUJUAN
NO DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL

1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas
efektif berhubungan keperawatan .... x 24 jam Observasi
dengan peningkatan diharapkan : 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Dengan memonitor pola napas kita dapat
produksi sputum ditandai SLKI : Bersihan jalan napas kedalaman, usaha napas) mengetahui frekuensi, kedalaman pernapasan
dengan batuk tidak  Ditingkatkan ke level ... dan kita dpat mengetahui sejauh mana
efektif, perubahan pasien.
tidak mampu batuk,  Dipertahankan ke level .... 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Penurunan bunyi napas menunjukan
sputum berlebih, (mis. gurgling, mengi, wheezing, atelectasis, ronkhi menunjukan akumulasi
suara napas ronchi , Keterangan Level : ronkhi kering) secret dan ketidakefektifan pengeluaran
ditandai dengan : 1. Menurun sekresi yang selanjutnya dapat mnimbulkan
2. Cukup menurun pengunaan oto bantu napas dan peningkat
Data Objektif : 3. Sedang kerja pernapasan .
1. Batuk tidak efektif 4. Cukup meningkat 3. Monitor sputum (jumlah, warna, 3. karakteristik sputum dapat menunjukan berat
2. Tidak mampu batuk 5. meningkat aroma) ringanya obstruksi, sputum berdarah
3. Sputum berlebih Dibuktikan dengan menunjukan adanya kerusakan (kavitasi)
4. Suara napas wheezing Indikator : paru atau luka bronkial.
dan /atau ronchi 1. Batuk efektif
Terapeutik
14

Data Subjektif : SLKI : Bersihan jalan napas 4. Pertahankan kepatenan jalan napas 4. Mempertahankan jalan napas yang paten
1. Dispnea  Ditingkatkan ke level ... dengan head-tilt dan chin-lif (jaw- dapat membuat pernapasan pasien menjadi
2. Sulit berbicara thrust jika curiga trauma servikal). baik dan berguna untuk mempertahan agar
 Dipertahankan ke level .... tidak terjadi sumbatan jalan napas .
5. Posisikan semi-fowler atau fowler 5. Posisi semi-fowler/fowler dapat
Keterangan Level : memaksimalkan ekspansi paru dan
1. Meningkat menurukan upaya napas, serta dapat membuat
2. Cukup meningkat ventilasi maksimal, membuka area atelectasis
3. Sedang dan meningkatkan gerakan secret ke jalan
4. Cukup menurun napas besar untuk dikeluarkan.
5. Menurun 6. Berikan minum hangat 6. Minuman hangat diberikan dapat membantu
Dibuktikan dengan pengenceran secret.
Indikator : 7. berikan oksigen, jika perlu 7. Pemberian oksigen mengurangi bebab otot-
1. Produksi sputum otot perrnapasan.
2. Mengi Edukasi
3. Wheezing 8. Anjurkan asupan cairan 2000
4. Dispnea ml/hari, jika tidak kontraindikasi 8. Hidrasi yang adekuat membantu
5. Ortopnea mengencerkan secret dan mengefektifkan
6. Sulit bicara 9. Ajarkan teknik batuk efektif pembersihan jalan napas
7. Sianosis 9. Batuk efektif dapat memberiskan jalan napas
8. Gelisah yang berfungsi untuk meningkatkan
mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi
SLKI : Bersihan jalan napas retensi sekresi.
 Ditingkatkan ke level ... Kolaborasi
10. Kolaborasi, ekspektoran, mukolitik
 Dipertahankan ke level .... bronkodilator, jika perlu 10. Agen ekspektoran, mukolitik, dan
bronkodilator dapat membantu pengeluaran
Keterangan Level : secret dengan cara menurunkan kekntalan,
1. Meburuk dan meningkatkan diameter lumen
2. Cukup memburuk Latihan Batuk Efektif percabanga trakeobronkhial.
3. Sedang Observasi
4. Cukup membaik
5. Membaik 11. Identifikasi kemampuan batuk
Dibuktikan dengan 11. Batuk diperlukan untuk mengeluarkan secret
15

Indikator : 12. Monitor adanya retensi sputum yang tertimbun di dalam paru-paru.
1. Frekuensi napas 12. memantau agar tidak terjadi kesulita
2. Pola napas bernapas, gangguan pertukaran gas, sianosis,
1. kelelahan, apatis, merasa lemah,serta dan
13. Monitor tanda dan gejala infenksi obstruksi jalan napas.
saluran napas 13. Memantau gejala infeksi saluran napas
dehingga bila ada gejala infeksi dappat segera
14. monitor input dan output cairan ditangani.
14. Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
Terapeutik secret dan mempermudah pengeluaran secret.
15. Atur posisi semi-fowler atau
fowler 15. Posisi semi-fowler/fowler dapat
memaksimalkan ekspansi paru dan
menurukan upaya napas, serta dapat membuat
ventilasi maksimal, membuka area atelectasis
dan meningkatkan gerakan secret ke jalan
16. pasang perlak dan bengkok naps besar untuk dikeluarkan.
dipangkuan pasien 16. pemasangan perlak dan bengkok agar secret
dan cairan yang dikeluarkan pasien saat batuk
17. buang secret pada tempat sputum tidak berceceran.
17. secret dibuang pada tempat sputum untuk
dilakukan pemeriksaan sptum agar diketahui
Edukasi perkembangan penyakit.
18. jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif 18. Tujuan batuk efektif dimana klien dapat
meningkatka mobilisasi sekresi dan mencegah
19. Anjurkan tarik napas dalam resiko tinggi retensi sekresi.
melalui hidung selama 4detik, 19. Membantu klien melakukan inspirasi secara
ditahan selama 2 detik, kemudian maksimal, dan membantu klien
keluarkan melalui mulut dengan mengumpulkan kekuatan sehingga batuk
bibir mencucu (dibulatkan) selama dapat efektif mengeluarkan secret dari jalan
8 detik napas.
20. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali 20. Membantu klien melakukan inspirasi secara
16

maksimal, membantu klien mengumpulkan


kekuatan sehingga batuk dapat efektif
21. Anjurkan batuk dengan kuat mengeluarkan secret dari jalan napas.
langsung setelah tarik dapas dalam 21. usaha untuk menggerakan dan memobilisasi
yang ke-3 secret pada jalan napas sehingga secret lebih
Kolaborasi mudah dikeluarkan.
22. kolabosari pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu 22. Agen ekspektoran, mukolitik, dan
bronkodilator dapat membantu pengeluaran
secret dengan cara menurunkan kekntalan,
dan meningkatkan diameter lumen
percabanga trakeobronkhial.
17

2.1.1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,
2005 ).

2.1.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rancana keperawatan dan pelaksanaannya
sudah dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam
perencanaan keperawatan (Potter & Perry, 2005 ). Evaluasi
keperawatan terdiri dari :
1) S : ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara
subjectif oleh keluarga maupun pasien setelah di beri tindakan
keperawatan.
2) O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif
3) A : analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara
objektif dan subjektif.
4) P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.

2.1.2 Konsep Dasar Batuk Efektif


18

2.1.2.1 Definisi
Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk
membersihkan sekresi pada jalan nafas, yang bertujuan untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi
retensi sekresi (Mutatqin, 2014).
Menurut teori Kapuk (2012) menyatakan bahwa standar
oprasional prosedur (SOP) tujuannya yaitu membebaskan jalan
nafas dari akumulasi sekret, mengeluarkan sputum untuk
pemeriksaan diagnostik laboratorium dan mengurangi sesak
nafas akibat akumulasi sekret. (Mardiyono sasono, 2016).
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
Pada tahun 2011, Nugroho mengemukakan batuk efektif
merupakan salah satu upaya untuk mengeluarkan dahak
dan menjaga paru-paru agar tetep bersih, disamping dengan
pemberian tindakan nebulizer. Sedangkan menurut
(Kapuk,2012) Batuk efektif merupakan latihan mengeluarkan
sekret yang terakumulasi dan menggangu saluran di saluran
nafas dengan cara di batukkan. Pada indikasi tertentu, biasanya
nafas dalam dan batuk efektif dilakukan secara bersamaan
dalam satu periode.

2.1.2.2 Jenis-jenis batuk


Jenis-jenis batuk berdasarkan waktunya:
1) Akut
Akut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh.
Jangka waktunya kurang dari tiga minggu dan terjadi karena
iritasi, bakteri, virus, penyempitan saluran nafas atas.

2) Subakut
19

Subakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis.


Dikategorikan subakut bila batuk sudah 3-8 minggu. Terjadi
karena gangguan pada epitel.
3) Kronis
Kronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan
penyempitan saluran nafas atas dan terjadi lebih dari delapan
minggu. Batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala
adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit
berat yang ditandai dengan batuk kronis misalnya asma,
TBC, gangguan refleks lambung, penyakit paru obstruksi
kronis, sampai kanker paru-paru. Untuk itu, batuk kronis
harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan
penyebabnya dan diatasi sesuai dengan penyebabnya itu.
(Nadesui,Hendrawan.2008)
Jenis-jenis batuk berdasarkan sebabnya :
1) Batuk berdahak
Yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada
tenggorokan. Batuk berdahak lebih sering terjadi pada
saluran napas yang peka terhadap paparan debu, lembab
berlebih, alergi dan sebagainya. Batuk berdahak merupakan
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat-zat asing dari
saluran nafas, temasuk dahak. Batuk ini terjadi dalam waktu
yang relatif singkat.
2) Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa
gatal, sehingga merangsang timbulnya batuk. Batuk ini
mengganggu kenyamanan, bila batuknya terlalu keras akan
dapat memecahkan pembuluh darah pada mata.

3) Batuk yang khas


20

Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa


menyebabkan pita suara radang dan suara parau. Batuk
penyakit Tuberkulosis, berlangsung berbulan-bulan, kecil-
kecil, timbul sekali- sekali, kadang seperti hanya berdehem.
Pada penderita Tuberkulosis batuk bisa disertai bercak darah
segar.

2.1.2.3 Manfaat batuk


menurut muttaqin (2014) batuk efektif bermanfaat untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi
retensi. sedangakan menurut Asni Hasnaini (2018) dalam jurnal
dinamika kesehatan, batuk efektif bermanfaat untuk membantu
klien mengeluarkan dahak, karena teknik batuk efektif ini dapat
menghemat energi klien, sehingga klien tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.

2.1.2.4 Hal-hal yang perluh diperhatikan


1) Evaluasi perubahan dari ekspansi dada sebelum dan
sesudah melakukan nafas dalam dan batuk efektif.
2) Pada klien yang mempunyai resiko bronkospasme,
lakukan inhalasi bronkodilator 30 menit sebelum
dilakukannya latihan nafas dalam dan batuk efektif.

2.1.2.5 Latihan batuk efektif


Tertimbunya secret disaluran pernapasan bawah dapat
membuat batuk semakin keras karena secret menyumbat
saluran napas sehingga diperlukan upaya untuk mengeluarkan
secret yang tertimbun tersebut dengan melakukan latihan batuk
efektif ( Rahmat dan Nurlaili, 2018). Latihan batuk efektif
merupakan salah satu upaya atau intervensi yang dilakukan
21

oleh perawat untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan


mencegah risiko tinggi retensi sekresi ( Sasano Mardiano,
2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suardi Zurimi
(2019) pada dua orang klien yang mengalami Tuberkulosis
paru, frekuensi napas klien 24x/menit dan 28x/menit, setelah
dilakukan batuk efektif, frekuensi pernapasan klien menjadi
22x/menit dan 21x/menit. sedangkan penelitian yang dialukan
Sasana Mardiano (2013) di RS Pelabuhan Palembang dari 32
responden pasien Tuberkulosis paru, didapatkan rata-rata
frekuensi pernapasan sebelum melakukan batuk efektif adalah
23,37 x/menit, dengan nilai minimum 8x/menit dan nilai
maksimum 31x/menit responden sebelum melakukan latihan
batuk efektif sebagian besar frekuensi pernapasanya cepat,
sedangkan rata- rata frekuensi pernapasan setelah melakukan
batuk efektif adalah 19,81 x/ menit, dengan nilai minimum
10x/menit dan nilai maksimum 25x/menit responden setelah
melakuakn latihan batuk efektif sebagian besar frekuensi
pernapasannya normal, Ini menunjukan adanya perbedaan
signifikan antara frekuensi pernapasan sebelum dan sesudah
melakukan batuk efektif ( Sasano Mardiano, 2013).

2.1.2.6 Pengkajian
Identifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan
bahwa klien membutuhkan terapi latihan batuk efektif, seperti
adanya secret, ketidakmampuan batuk efektif, kelemahan yang
diakibatkan masalah otot pernafasan, suara nafas yang
abnormal, ketidakmampuan melakukan nafas dalam.
a. Identifikasi alasan mengapa klien tidak mampu
melakukan batuk efektif.
22

b. Kaji kemampuan dan pengetahuan klien tentang latihan


batuk efektif

2.1.2.7 Rencana tindakan keperawatan


Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut,
intervensi yang dapat dilakukanadalah mengajarkan latihan
batuk efektif sesuai (SOP), Menurut Mardiano Sasano dalam
jurnalnya SOP batuk efektif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Standar Opersional Prosedur Latihan batuk efektif

STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP)


LATIHAN BATUK EFEKTIF

PENGERTIAN Latihan mengeluarkan secret yang


terakumulasi dan mengganggu di saluran
napas dengan cara dibatukkan.
TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas dari
akumulasi sekret.
2. Mengeluarkan sputum untuk
pemeriksaan diagnostic
3. Mengurangi sesak napas akibat
akumulasi secret.
KEBIJAKAN 1. Klien dengan gangguan saluran
napas akibat akumulasi secret.
2. Pemeriksaan diagnostic sputum di
laboraturium.
PERALATAN 1. Kertas/tissue
2. Bengkok
3. Perlas/alas
4. Sputum pot berisi disinfektan
5. Masker
6. Handscoon/sarung tangan jika perlu
7. Air minum hangat
PROSEDUR PELAKSANAAN A. Tahap Prainteraksi
1. Mengecek Program Terapi
2. Mencuci tangan
3. Memakai masker
4. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa
nama pasien
2. Menjelasakn tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan
3. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan pasien
23

C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Mengajurkan pasien minum air
hangat terlebih dahulu 30 menit
sebelum tindakan
4. Mengajurkan pasien duduk di
kursi atau di tempat tidur dengan
posisi tegak atau semifowler,
bantal dapat diletakan
diabdomen bila diperkukan
5. Meminta pasien meletakan
satu tangan di dada dan satu
tangan di abdomen
6. Melatih pasien menarik napas
dalam lalu menahanya hingga 3
detik, selanjutnya
menhembuskan napas secara
perlahan melalui mulut
7. Memeinta pasein untuk
mengulangi kegiatas daitas
sebanyak 3 kali
8. Meminta pasien melakukan
inspirasi dalam sebnyak 2 kali,
lalu pada inspirasi yang ke 3
pasien menahan napas kemudian
membatukkanya dengan kuat
9. Keluarkan sputum dan buang
pada tempat yang tersedia
10. Menutup pot penampung sputum
11. Bersikan mulut dengan tissue
12. Merapikan pasein
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evalusai tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Mencuci tangan
4. Dokumentasi kegiatan
Sumber: ( Sasano Mardiano, 2013).
2.1.2.8 Implementasi tindakan keperawatan
Mengajarkan latihan batuk efektif

2.1.2.9 Evaluasi formatif


Evaluasi perubahan pada dada ( pengembangan paru, tidak
adanya bunyi ronkhi) dan evaluasi kemampuan klien melakukan
napas dalam dan batuk efektif
24
BAB 3
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Metodologi Penulisan
3.1.1 Rancangan Studi Kasus
Jenis studi kasus ini deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus untuk
mendapatkan gambaran penerapan latihan batuk efektif terhadap
frekuensi pernapasan pada pasien Tuberkulosis Paru di ruang Kemuning
RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.

3.1.2 Subyek Studi Kasus


Subyek studi kasus dalam mendapatkan gambaran penerapan latihan
batuk efektif terhadap frekuensi pernapasan ini adalah klien dengan
Tuberkulosis Paru di ruang Kemuning RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu
yang berjumlah 1 orang.
Dengan
kriteria inklusi :
1. Pasien bersedia menjadi subjek penelitian
2. Pasein dengan diagnosis Tuberkulosis paru tanapa disertai
hemaptoe
3. Pasien dengan kesadaran kompos mentis
4. Pasien tidak mengalami ganggan pada thorax dan punggung atau
tulang belakang
Kriteria ekslusi
1. Pasien tidak selesai menjadi responden selama proses penelitian
2. Pasien pulang atau meninggal sebelum 3 hari perawatan

3.1.3 Fokus studi


Dalam studi kasus ini difokuskan :
1. Pasien Tuberkulosis paru
2. Terapi batuk efektif

3.1.4 Definisi Operasional


1. Pasien dalam kasus ini adalah pasien dewasa yang didefinisikan
sebagai orang yang menerima pelayanan kesehatan atas penyakit
Tuberkulosis Paru yang dialami .
2. Tuberkulosis Paru didefinisikan sebagai suatu diagnosis penyakit
yang ditetapkan oleh dokter RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu
26

berdasarkan manifestasi, hasil pemeriksaan fisik dan hasil


pemeriksaan laboratorium.
3. Latihan batuk efektif merupakan latihan yang dijalan pasien dengan
tujuan untuk memebersikan laring, trakea, dan bronkiolus dari
secret atau benda asing dijalan napas. Latihan batuk efektif ini
dilakukan minima 3 hari dengan frekuensi pagi dan sore hari.
4. Kemampuan batuk adalah kemampuan pasien untuk melakukan
tehnik batuk sesuai dengan standar prosedur latihan batuk efektif
yang telah ditetapkan.
1. Mampu melakukan batuk efektif : Jika pasien dapat melakukan
item nomor 4 dan nomor 6
2. Tidak mampu melakukan batuk efektif : Jika pasien tidak dapat
melakukan item nomor 4 dan nomor 6

3.1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di ruang Kemuning RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu. Ruang Kemuning ini menerima pasien dengan gangguan
penyakit dalam, kondisi pasien dengan tingkat kesadaran penuh. Studi
kasus dilakukan pada bulan Desember sampai Februari tahun 2020.

3.1.6 Prosedur Penelitian


Penelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau proposal
dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teori asuhan
keperawatan yang berjudul Penerapan Latihan Batuk Efektif Terhadap
Frekuensi Pernapasan Pada Pasien dengan Tuberkulosis Paru di ruang
Kemuning RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2019. Setelah di
setujui oleh penguji proposal maka penelitian di lanjutkkan dengan
kegiatan pengumpulan data. Data penelitian berupa hasil pengukuran,
observasi, dan wawancara terhadap pasien yang dijadikan subyek
penelitian.

3.1.7 Metode dan Instrumen Pengumpulan data


1. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi
tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang – dahulu – keluarga, riwayat psikologi, pola-pola
27

fungsi kesehatan. (Sumber data berasal dari klien, keluarga dan


perawat lainnya).
b. Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,
pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala leher,
pemeriksaan dada, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan
inguinal, genetalia, anus, pemeriksaan ekstermitas,
pemeriksaan neurologis (dengan pendekatan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi) pada sistem tubuh klien. Data fokus
yang harus didapatkan adalah sistem neurologis dan
ekstermitas.
c. Studi dokumentasi dan instrumen di lakukan dengan melihat
dari data Medical Record (MR), melihat pada statis pasien,
melihat hasil laboratorium, melihat catatan harian perawat
ruangan dan melihat hasil pmeriksaan diagnostic.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format
pengkajian Asuhan Keperawatan Medikal Bedah sesuai ketentuan
yang ada di Prodi DIII Keperawatan Bengkulu.

3.1.8 Penyajian Data


Data yang disajikan pada penelitian ini adalah data yang disajikan
secara tekstural atau narasi, disertai dengan ungkapan verbal dan
respon dari subjek studi kasus yang merupakan data pendukung
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta :
Depertemen Kesehatan RI

Dorina E, Magdalena R, Kistiani E. 2018. Penerapan batuk efektif pada pasien tb


paru yang mengalami ketidakefektipan jalan napas. Jurnal Jakhkj, 40-45

Fina, Scholastica. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Paisen dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Hasnaini, Asni. 2018. Pengaruh teknik relaksasi naps dalam dan batuk efektif
terhadap bersiha jalan napas pada klien dengan tb paru. Dinamika
Kesehatan, 240-251

Karyanto R, Laili N. 2018. Pelaksanaan batuk efektif pada pasien tuberkulosis


paru. Jurnal Ilmu Kesehatan, 44-48

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Tbc Ada Disekitar Kita : Kenali Gejalanya,
Temukan Dan Obati Sampai Sembuh

Kunoli Firdaus. 2013. Pengantar Efidemologi Penyakit Menular : Untuk


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta : CV. Trans Info Media –
Cetakan Pertama

Mardiano Sasano. 2013. Pengaruh latihan batuk efekttif terhadap frekuensi


pernapasan pasien tb paru. Jurnal Harapan Bangsa, 224-229

Mutaqqin, Arif. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 1. Jakarta : EGC

Profil kesehatan Provinsi Bengkulu. 2018. Dinas Kesahatan Provinsi Bengkulu


RSMY Bengkulu. 2018. Data Register Kemuning RSUD M.yunus Bengkulu.
RSMY Bengkulu. 2018. Medical Record Dr. M.Yunus Bengkulu
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
29

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat P

PNI

Wahid Abd, Suprapto Imam. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan


Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : CV. Trans Info
Medika

World Health Organization (WHO). 2018. Monitoring Health For The SDGs
.

Anda mungkin juga menyukai