Anda di halaman 1dari 2

BAB II PEMBAHASAN A. SISTEM MUSCULOSKELETAL 1.

Dinding perut dan


Peritoneum a. Setelah persalinan, dinding perut longgar karena direnggang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu b. Hari pertama abdomen mononjol masih seperti
masih seperti mengandung 2 minggu menjadi rilex, 6 minggu kembali seperti sebelum hamil.
c. Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan
kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan. d. Bila kekuatan otot
dinding perut tidak dicapai kembali, tidak ada kekuatan otot yang menyokong kehamilan
berikutnya, sulitnya penurunan bagian terendah janin saat mengandung dan partus. e.
Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini, secara alami dengan
menurunnya progesteron. 2. Diastasis Recti Abdominis Pada sebagian perempuan, kehamilan
dapat menyebabkan pemisahan perut (diastasis recti), suatu kondisi dimana kedua sisi kanan
dan kiri dari M. rektus abdominis “The Six-Pack” otot-otot menyebar terpisah di garis tengah
tubuh, linea alba. Pemisahan terjadi karena tanggapan terhadap kekuatan rahim menekan
dinding perut ketika hamil dan hormon melunakkan jaringan ikat. Diastasis recti mengurangi
integritas dan kekuatan fungsional dinding perut serta dapat memperburuk nyeri punggung
bawah dan ketidakstabilan pelvis. 3. Kulit Abdomen Kulit abdomen yang melebar selama
masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan yang di namakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding
abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu. 4. Striae Striae pada
dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang
samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus
abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak
kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal 5. Perubahan
Ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia
kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak
kendor. 6. Simfisis Pubis Meskipun relatif jarang, tetapi simfisis pubis yang terpisah ini
merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab
ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri tekan signifikan pada
pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan
simfisis dapat di palpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara
pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada
beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda. B. SISTEM
ENDOKRIN 1. Hormon Plasenta Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon
yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
Penurunan hormon Human Plasenta Lactogen(HPL), estrogen dan progesteron serta plasental
enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah
menurun secara bermakna pada masa nifas. Ibu diabetik biasanya membutuhkan insulin
dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa hari. Karena perubahan hormon normal
ini membuat masa nifas menjadi suatu periode transisi untuk metebolisme karbohidrat,
interpretasi tes toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini. Hormon plasenta menurun dengan
cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin(HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onzet pemenuhan
mamae pada hari ke-3 postpartum. 2. Hormon Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar
bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih
menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu
uterus kembali ke bentuk normal dan merangsang produksi ASI. 3. Hormon Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang
untuk mengeluarkan prolaktin. Prolaktin darah meningkat dengan cepat, hormon ini berperan
dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam
ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam waktu 2 minggu atau 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang
kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi dan menstruasi. 4.
Hipotalamik Pituitary Ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat
anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita
laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu
dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan
untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi. 5. Hormon Estrogen dan
Progesteron Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum.
Progesteron turun pada hari ketiga postpartum. C. TANDA-TANDA VITAL Tanda-tanda
vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut: 1. Suhu Suhu tubuh wanita
inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan
normal, namun tidak akan melebihi 80C. 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan
akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada akan menjadi bengkak, berwarna
merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. Kita anggap nifas terganggu
kalau ada demam lebih dari 380C pada dua hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama post
partum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari. 2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan
hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda. Sebagai
wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal
ini terjadi segera setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran
anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak per
menit. Sudah banyak alasan-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan penyebab, tetapi
belum satupun yang sudah terbukti. bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau
indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan. 3. Pernapasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu
dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan
khusus pada saluran pernafasan. Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali seperti keadaan semula. Bila ada respirasi cepat postpartum(>30x/menit)mungkin
karena adanya syok. 4. Tekanan Darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum.

Anda mungkin juga menyukai