Tugas Besar Pelabuhan
Tugas Besar Pelabuhan
SULAWESI SELATAN
OLEH :
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pelabuhan Makassar terletak di kawasan timur Indonesia, meski secara geografis masih berada di bagian tengah kepulauan
Indonesia (Pulau Sulawesi). Pelabuhan Makassar berlokasi di tepi perairan Selat Makassar yang merupakan perairan dalam dan
telah ditetapkan sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia. Letaknya yang strategis kawasan ini dan didukung oleh sumber daya alam
serta sumbe daya manusia yang terampil memungkinkan kawasan ini tumbuh berkembang setara dengan propinsi-propinsi lain di
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi propinsi Sulawesi Selatan cukup stabil dengan rata-rata di atas 7 % dan diikuti pula dengan
pertumbuhan angkutan barang dan penumpang pelabuhan Makassar dalam lima (5) tahun terakhir yang secara signifikan tumbuh
di atas 10 %. Hal ini enunjukkan tingkat perkembangan wilayah yang sangat kondusif. Namun di sisi lain nilai PDRB pe kapita
penduduk masih rendah bila dibandingkan propinsi lain, hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk masih bergantung
pada kegiatan utama pertanian yang mengambil porsi 30%. Rencana Induk Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi
Indonesia 2025 elah menetapkan kerangka kebijakan koridor ekonomi wilayah yang mengarahkan Sulawesi sebagai pusat
produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan nikel nasional dan perlunya dukungan
infrastruktur transportasi, termasuk pelabuhan dan jalan raya serta kereta api. Pada saat ini Pelabuhan Makassar telah memiliki
Rencana Induk Pelabuhan yakni berdasarkan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM 2 Tahun 2004 tentang Rencana Induk Pelabuhan Makassar tanggal 23 Januari 2004 dimana
tertuang perihal tahapan pengembangan yakni Tahap I 2007 – 2015 dan Tahap II 2015 – 2025 dengan kebutuhan area lahan
daratan seluas 301,29 Ha (lahan daratan eksisting 199,29 Ha dan lahan daratan pengembangan seluas 182 Ha) dan areal perairan
seluas 42,718 Ha (perairan untuk kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan seluas 2,978 Ha dan areal untuk keselamatan pelayaran
seluas 39,740 Ha) untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan pada Pelabuhan Makassar yang meliputi pelayanan jasa
kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya serta pengembangannya. Realisasi arus
barang dan kunjungan kapal Pelabuhan Makassar yang ada (khususnya peti kemas) saat ini ternyata sudah cukup jauh melampaui
prediksi menurut Rencana Induk Pelabuhan yang ada (2004). Realisasi arus barang petikemas sudah mencapai 529 ribu TEU’s
pada tahun 2012, sedangkan menurut prediksi rencana induk pelabuhan 2004 jumlah petikemas baru mencapai 383.373 TEU’s
pada tahun 2012, dan 507.000 TEU’s diproyeksikan baru akan terjadi setelah tahun 2015.
Rencana Induk Pelabuhan seyogyanya disusun lebih fokus kepada kebutuhan pengembangan terkait dengan kegiatan
kepelabuhanan, dan tidak tumpang tindih dengan program pengembangan dari pemerintah daerah,seperti adanya
pengembangan area bisnis berupa reklamasi yang sebaiknya tidak dimasukkan dalam program rencana induk pelabuhan. Pada
saat ini sudah ada program pengembangan di sekitar wilayah pelabuhan yang telah dilaksanakan maupun dalam perencanaan
oleh Pemerintah Daerah yang sangat mempengaruhi kegiatan pelabuhan ke depa (seperpengembangan reklamasi di sekitar
Tanjung Bunga, dan rencana pada wilayah lainnya). Dengan demikian perlu dilakukan review atas rencana induk pelabuhan yang
sudah ada (2004) agar dapat melakukan penataan rencana tahapan dan luasan area pengembangan yang lebih sesuai
I.2 Tujuan
Maksud dan tujuan penegukuran perencanaan pelabuhan di Kota Sampit, Kalimantan Tengah antara
lain:
BAB II
2.1 Metodologi
pengembangan pelabuhan Makassar dengan meliputi pelabuhan-pelabuhan lain di sekitarnya sebagai bagian dari greater port of
Makassar
Kapasitas
No Lapangan Luas Tahun Kondisi (%)
(ton/m²)
1 Ex Gudang 100 1.254 752 - 60
2. 101 1.213 728 1990 50
3. 102 1.930 1.158 1991 60
4. 103 3.374 2.024 1984 60
5. 104 1.017 610 1992 60
6. 105 1.216 730 1992 60
7. 106 925 555 1992 60
8. Ex Container Yard 21.937 13.162 1985 & 1992 60
9. Ex Empty Container 3.347 2.008 1991 80
10. Ex Kaporlap 8.001 4.801 1995 80
11. Ex Pusri 8.417 5.050 - -
12. Ex Gudang Imco 2.800 1.680 - -
Kapasitas
No Gudang Luas Tahun Kondisi (%)
(ton/m²)
1 101 3.800 2.280 1990 75
2. 102 3.800 2.280 1989 75
3. 103 4.000 2.400 1985 70
4. 104 3.800 2.280 1991 75
5. 105 3.800 2.280 1992 75
6. CFS 4.000 2.400 1994 90
7. Gudang Api 600 360 1980 60
3.Fungsi Perdagangannya
Data arus bongkar/muat barang di Pelabuhan Makassar) pada tahun 2002 ‐ 2012, menunjukkan pertumbuhan positif signifikan
yang terjadi setiap tahunnya khususnya petikemas yang mencapai 7.173.266 ton (455.964TEU’s) pada tahun 2011. Sementara Barang
dalam bentuk kemasan lainnya berkembang fluktuatif.
Tabel 2.11 Lalu Lintas Arus Barang Pelabuhan Makassar Tahun 2002 – 2012
2012
No. Jenis Kemasan Satuan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
sd trw II
1 General Cargo T/M3 483.988 564.392 145.439 101.498 88.538 82.935 71.099 65.044 126.637 1.216.634 816099
2 Bag Cargo T/M3 1.372.686 1.291.336 1.345.953 1.372.531 1.443.437 1.341.066 1.287.304 1.216.288 1.176.024 1.430.265 509366
3 Curah Cair T/M3 1.653.481 1.480.997 1.678.645 2.057.641 1.857.291 1.599.840 1.843.281 2.438.152 2.954.828 1.592.477 35324
4 Curah Kering T/M3 782.650 1.235.326 1.789.252 1.973.294 2.178.446 2.023.925 1.496.816 1.603.265 1.615.256 2.006.372 1438892
5 Petikemas T/M3 2.369.213 2.940.535 3.036.786 3.112.201 3.303.012 3.929.704 4.112.148 5.946.732 6.958.037 7.173.266 4026028
6 Lain-lain T/M3 760.754 765.888 968.800 1.065.637 866.347 887.047 1.336.716 1.014.919 1.544.183 729.451 42271
TOTAL T/M3 7.422.772 8.278.474 8.964.875 9.682.802 9.737.071 9.864.517 10.147.364 12.284.400 14.374.965 14.148.465 6.867.980
Pertumbuhan % 11,50% 8,30% 8,00% 0,60% 1,30% 2,90% 21,10% 17,00% -1,60%
4.Segi Penggunaanya
Tabel 2.18 Kondisi Pelayanan Barang di Terminal Peti Kemas Makassar 2007-2011
Gambar 2.: Grafik Jumlah Penggunaan Petikemas Ekspor Untuk Komoditi Pertanian dan Non Pertanian.
Sedangkan untuk tingkat penggunaan petikemas dalam impor komoditi pertanian dan non pertanian, untuk
jelasnya dapat ditunjukkan dalam Gambar berikut:
2
1200
1135
1000 861
800 727 858 860 Petikemas Impor Pertanian (Box)
583
600
557 543 Petikemas Impor Non Pertanian
400 474
(Box)
200
104
0
2006 2007 2008 2009 2010
Untuk mengetahui bagaimana Ekspor Impor Komodi yang menggunakan petikemas dan non petikemas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. : Jumlah Komoditi yang dikirim dengan menggunakan petikemas dan non petikemas di Pelabuhan Makassar,
Tahun 2009.
Sarana Transportasi Tingkat Penggunaan (%)
Kapal
Jenis Komoditi Kapal Jumlah Kapal
Petikemas
cargo (Ton) Petikemas Kargo
(Ton)
Cokelat 44,715.00 106.338.50 151,073,50 29.6% 70.4%
Kopi 1,655.00 2.703.75 4,358,75 38.0% 62.0%
Mente 2,321.00 - 2,321.00 100.0% -
Ikan 9,992.00 - 9,992.00 100.0% -
Kayu 50,839.00 - 50,839.00 100.0% -
Rumput Laut 26,639.00 - 26,639.00 100.0% -
Sumber: Pelabuhan Makassar, Data Hasil Olahan 2011.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa, untuk komoditi ekspor dan impor khususnya komoditi
hasil pertanian dalam pengirimannya menggunakan dua jenis kapal yaitu, kapal container dan kapal cargo.
C. Jenis Komoditi Hasil Pertanian Ekspor dan Impor dengan Menggunakan Petikemas
Untuk mengetahui jenis komoditi yang diekspor melalui terminal petikemas Makassar, lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram berikut:
3
340000
320000
300000
280000 158384
153 Lain-Lain (Ton)
260000 Rumput Laut (Ton)
36115 49111 Kayu (Ton)
240000
64319 7899
220000 52437 Ikan (Ton)
123919964 26639 Mente (Ton)
200000 23
156907 121432802 Kopi (Ton)
50839
180000 41744
28552 44715
8 314 91008 9
29
39
22
1 78903
160000 152741894
164 32 5893
2007 2008 2009 2010
140000
2006
20000
19000 3948
18000
17000 7533
6105
16000 Lain-Lain (Ton)
15000 Kayu (Ton)
755
14000 3748
6931
13000 545 Tepung Terigu (Ton)
12000 10194 9486 Buku (Ton)
403
11000 6606
4117 1056
10000
9000 1221
2006 2007 2009 2010
2008
Gambar 5: Diagram Komoditi Impor yang Melalui Petikemas Makassar Tahun 2006 hingga 2010
D. Analisis Trend Penggunaan Petikemas dalam Perkembangan Ekspor Impor Komoditi Hasil pertanian
Setelah mengetahui perkembangan penggunaan petikemas ekspor impor khususnya untuk komoditi hasil
pertanian selama lima tahun terakhir ini, selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai trend penggunaan petikemas
untuk lima tahun kedepan, dengan persamaan Y = a + b.XAdapun perkembangan penggunaan petikemas ekspor dan
volume ekspor komoditi hasil pertanian selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 7. : Perkembangan penggunaan petikemas ekspor dan volume ekspor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan
Soekarno Hatta Makassar tahun 2006-2010
Petikemas Ekspor
Tahun Volume Ekspor (ton)
(box)
Berikut adalah gambar yang menunjukkan garis trend penggunaan petikemas ekspor untuk komoditi hasil
pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
35000
30000 29387.4
25948.5
25000 22509.6
18479 7 Tahun
19070.
20000 10174
Jumlah Petikemas (Box)
15000 7482
5000 5219
2416
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
700000
600000 642298.5
574842
500000
356147 507385.5
400000 439929 Tahun
300000 372472.5
211468
200000 Volume Ekspor
144060 (Ton)
100000 95891
42949
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Petikemas Volume
Impor impor
Tahun
(Box) (Ton)
1200
1105.9
1000 968.9
858 831.9 1037.4
800 900.4
860
727
600 Tahun
583
400 Jumlah Petikemas
(Box)
200
104
0
Gambar 8. Garis Trend penggunaan petikemas impor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar tahun 2006 sampai tahun 2015.
Sedangkan garis yang menunjukkan trend volume impor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
dapat dilihat pada gambar berikut:
30000
27925.4
25726
25000 20247
23526.6
19127.8
17774 Tahun
15000
11451
10000 Volume Impor
10899 (Ton)
5000
2277
0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Dengan demikian terlihat bahwa volume impor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
pada lima tahun terakhir ini mengalami penurunan pada tahun 2008, dan kembali meningkat pada tahun 2009 yang
tentunya akan meningkatkan penggunaan petikemas ekspor dalam pengirimannya, dan ternd volume ekspor untuk
komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar pada lima tahun kedepan cenderung mengalami
peningkatan yang secara otomatis juga meningkatkan penggunaan jasa petikemas dalam pengirimannya
E. Pembiayaan dalam sistem penanganan petikemas
Pembiayaan penanganannya sesuai dengan sistem alur dan pergerakan petikemas, yaitu memindahkan
petikemas dari satu tempat ke tempat lainnya, ada 2 jenis pembiayaan status pergerakan petikemas di pelabuhan
Makassar yaitu:
A. Pembiayaan penanganan petikemas full container load (FCL).
Pelayan petikemas berdasarkan status FCL meliputi stevedoring, haulage/trucking dan lift on/off atau
sebaliknya termasuk jasa dermaga. Adapun besarnya tarif penanganan petikemas Full Container Load(FCL) dapat
dilihat pada Tabel berikut:
9
Tabel 9: Biaya penanganan petikemas Ekspor-Impor FCL di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
Tarif Penanganan petikemas (Per Box)(US$)
Menggunakan crane Menggunakan crane
Uraian
dermaga kapal
20” 40” 20” 40”
Stevedoring 70.00 105.00 63.00 95.00
Haulage (Shifting petikemas) 30.00 45.00 23.00 35.00
Petikemas OH/OW/OL 267.00 400.00 186.90 280.00
Membuka dan Menutup palka 48.00 48.00 48.00 48.00
Lift On/Off - - - -
Penumpukan - - - -
Jumlah Total 415.00 598.00 320.90 458.00
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil Olah Data. 2011
2
1 2 3 4 5 6 7
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya penanganan petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar
tahun 2010, khususnya untuk petikemas ekspor dan impor berdasarkan status pergerakan petikemasnya dengan
menggunakan crane dermaga yaitu untuk petikemas FCL dengan ukuran 20” sebesar US$ 7.182.405,- dan untuk
ukuran 40” sebesar US$ 2.336.984,- sedangkan petikemas LCL untuk ukuran 20” sebesar US$ 9.501.543,- dan ukuran
40” sebesar US$ 3.122.492,-
C. Pembiayaan Terhadap Petikemas Untuk Komoditi Hasil Pertanian.
2
Selain biaya penanganansecara umum, khusus untuk komoditi hasil pertanian yang sifatnya mudah rusak di
berikan penanganan khusus, adapun biaya khusus untuk penanganan komoditi pertanian dapat dilihat dalam tabel
berikut
:
Tabel 12.: Biaya penanganan khusus untuk komoditi hasil pertanian yang mudah rusak
Jenis Petikemas
No Jenis Biaya 20” 40”
Arus kunjungan kapal dan bongkar muat petikemas pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 di
Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel 14. : Jumlah kunjungan kapal dan arus bongkar muat petikemas ekspor dan impor
Jumlah kunjungan kapal dan bongkar
Pertumbuhan (%)
muat petikemas ekspor-impor
No. Tahun Call** bongkar Muat Jumlah Call
Bongkar Muat
*** ***
kapal (Box) (Box) (3+4) kapal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 17.: Kinerja bongkar muat petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta dalam box/jam kerja.
Rata-
2
1 2 3 4 5 6 7
Peranan petikemas adalah keunggulan penggunaan petikemas, indikator variabel ini adalah sebagai berikut:
Untuk melihat perlakuan pengemasan komoditi ekspor dan impor hasil pertanian dalam upaya
mempertahankan kualitasnya dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini:
Tabel 20.: Perlakuan Pengemasan komoditi hasil pertanian yang di kirim melalui petikemas di Pelabuhan Soekarno
Hatta.
No. Komoditi Jenis Petikemas Cara Pengemasan
1. Biji Cokelat Dry container ventilasi 20” dan Dikemas dalam karung goni.
40”
2. Mente Dry container 20” dan 40” Dikemas dalam plastik dan
karton
3. Kopi Dry container 20” dan 40” Dikemas dalam karung goni
4. Udang Reefer container 20” dan 40” Dikemas dalam plastik dan
karton
5. Daging Reefer container 20” dan 40” Dikemas dalam plastik dan
karton
6. Buah-buahan Reefer container 20” dan 40” Dikemas dalam keranjang
buah atau karton.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011.
35 unit 24 unit
Jumlah kapal
Untuk lebih jelasnya berikut akan ditunjukan tabel mengenai konstruksi petikemas sehingga mampu menjaga
keamanan komoditi hasil pertanian.
4
Tabel 22.: Matriks kontruksi petikemas
Petikemas Uraian
- Dinding terbuat dari baja yang berfungsi
sebagai pelindung dari cuaca
Kontruksi - Dilengkapi dengan ventilasi dan pendingin
yang disesuaikan dengan jenis komoditi
yang dikirim.
- Pintu-pintu petikemas dilengkapi dengan
sistem penutup dan penyegelan yang aman
agar muatan tidak dapat dicuri
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.
5. Letak Geografis
Posisi titik koordinat Pelabuhan Makassar berada di tengah bentangan Nusantara pada posisi 05⁰ 08’
08” BT dan 119⁰ 24’ 02” LS. Kondisi pantai di sekitar pelabuhan pada umumnya landai, dasar laut
terdiri dari lumpur dan pasir. Alur pelayaran sepanjang 25 mil (Bouy terluar) dengan lebar ± 1 mil,
kedalaman rata-rata -16 m. Pintu masuk (acces channel) lebar ± 200 m dengan panjang 2 mil,
kedalaman rata-rata -10 s/d -14 m. kelengkapan keselamatan bernavigasi dapat dilihat pada peta laut
Indonesia No.139 dan No.176 dan buku tabel lampu suar DSI (Daftar Suar Indonesia).