1, (2012) 1-6 1
Abstrak— Kestabilan menjadi hal yang utama dalam operasi biasanya terjadi akibat adanya gangguan hubung singkat
sistem tenaga listrik. Banyak hal yang dapat mempengaruhi (short circuit) pada sistem tenaga listrik dan pelepasan atau
kestabilan sistem tenaga listrik, salah satunya adalah beban non- penambahan beban yang secara tiba-tiba. Akibatnya adanya
linear yang mempengaruhi kestabilan transient. Dimana disini perubahan kondisi kerja dari sistem, maka keadaan sistem
beban non-linear memberikan dampak fluktuasi terhadap
akan berubah dari keadaan lama ke keadaan baru. Periode
tegangan dan arus pada sistem tenaga listrik. Sehingga terjadi
ketimpangan antara daya input mekanis (prime mover) dengan singkat diantara kedua keadaan tersebut disebut periode
daya output elektris (beban), yang secara tidak langsung peralihan atau transient.
mempengaruhi putararan rotor generator, sehingga Disamping itu pula pengguanaan beban yang bersifat
menyebabkan percepatan (acceleration) dan perlambatan non-linear dari peralatan tenaga listrik juga memberikan
(deceleration). fenomena tertentu pada sistem tenaga listrik. Dimana secara
Pada tugas akhir ini, dianalisis pengaruh penggunaan beban garis besar, penggunaan beban non-linear lebih berkontribusi
non-linear terhadap sistem tenaga listrik 9 bus 3 mesin IEEE, terhadap fluktuasi yang terjadi pada sistem tenaga listrik.
sebelum dan sesudah terjadi gangguan (short circuit). Analisis Karena beban non-linier sendiri menarik arus dengan bentuk
yang dilakukan adalah dengan mencari perbedaan respon
nonsinusoidal, walaupun disuplai dari sumber tegangan
tegangan, arus, dan putaran rotor generator sebelum dan
sesudah gangguan. sinusoidal [5].
Oleh karena itu, pada tugas akhir ini penulis akan mencoba
Kata kunci— Stabilitas Transient, Sistem Tenaga Listrik, Beban menganalisis dampak dari penggunaan peralatan tenaga listrik
Non- Linear. yang bersifat non-linear terhadap sistem tenaga listrik dengan
menggunakan analisis stabilitas transient.
I. PENDAHULUAN II. STABILITAS SISTEM TENAGA DAN
Sistem tenaga listrik secara umum terdiri dari unit-unit karakteristik pada tegangan, arus, frekuensi, dan bentuk
pembangkit yang terhubung dengan saluran untuk melayani gelombang, artinya bentuk tidak berubah.
beban. Sistem tenaga listrik yang memiliki banyak mesin Untuk mengetahui karakteristik beban linear dapat diwakili
biasanya menyalurkan daya kebeban melalui saluran dengan beban R, L seperti pada Gambar 2.2.
interkoneksi. Tujuan utama dari sistem saluran interkoneksi
adalah untuk menjaga kontinuitas dan ketersediaan tenaga
listtrik terhadap kebutuhan beban yang terus meningkat.
Semakin berkembang sistem tenaga listrik dapat
mengakibatkan lemahnya performansi sistem ketika
mengalami gangguan. Salah satu efek gangguan adalah osilasi
elektromekanik yang jika tidak diredam dengan baik maka
sistem akan terganggu dan dapat keluar dari area
kestabilannya sehingga mengakibatkan pengaruh yang lebih
buruk seperti pemadaman total (black out).
Stabilitas sistem tenaga lisitrik merupakan karakteristik
sistem tenaga yang memungkinkan mesin bergerak serempak Gambar 2.2. Rangkaian Pengganti Beban Linear [5].
dalam sistem pada operasi normal dan dapat kembali dalam
keadaan seimbang setelah terjadi gangguan. Secara umum
permasalahan stabilitas sistem tenaga listrik terkait dengan
kestabilan sudut rotor (Rotor Angle Stability) dan kestabilan
tegangan (Voltage Stability). Klasifikasi ini berdasarkan
rentang waktu dan mekanisme terjadinya ketidakstabilan.
Kestabilan sudut rotor diklasifikasikan menjadi Small Signal
Stability dan Transient Stability. Small Signal Stability adalah
kestabilan sistem untuk gangguan-gangguan kecil dalam
Gambar 2.3. Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Beban Linear [5].
bentuk osilasi elektromekanik yang tak teredam, sedangkan
Transient Stability dikarenakan kurang sinkronnya torsi dan C. Karakteristik Beban Non-Linear [5]
diawali dengan gangguan-gangguan besar. Beban non-linier adalah beban yang bentuk gelombang
keluarannya tidak sebanding dengan tegangan dalam setiap
setengah siklus sehingga bentuk gelombang arus maupun
tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang
masukannya. Beban non-linier menarik arus dengan bentuk
nonsinusoidal, walaupun disuplai dari sumber tegangan
sinusoidal.
Untuk mengetahui karaktristik beban non-linier satu fasa
dapat diambil suatu pendekatan dengan menggunakan
rangkaian penyearah satu fasa gelombang penuh yang
dilengkapi dengan kapasitor perata tegangan DC seperti pada
Gambar 2.4. Adanya kapasitor C ini dimaksudkan untuk
mendapatkan tegangan DC yang relatif murni yang
dikehendaki untuk operasi komponen elektronik. Namun
akibatnya arus pada jala-jala sistem Is hanya akan mengalir
Gambar 2.1. Skema Stabilitas Sistem Tenaga Listrik [3]. pada saat terjadi pengisian muatan kapasitor C, yaitu didaerah
puncak gelombang tegangan jala-jala, sehingga bentuk
Masalah kestabilan biasanya diklasifikasikan menjadi tiga gelombang arus Is tidak proporsional lagi terhadap
tipe bergantung pada sifat alami dan magnitude gangguan, tegangannya (non-linier) dan mengalami distorsi (non-
yaitu : sinusoidal).
1. Stabilitas steady state
2. Stabilitas transient
3. Stabilitas dinamis
B. Karakteristik Beban Linear [5]
Beban linear merupakan beban listrik yang jika digunakan
tidak berpengaruh pada bentuk gelombang (sinus) sumbernya,
karena naik dan turunnya arus (gelombang) sesuai atau
proposional dengan bentuk gelombang tegangan. Bila
tegangan sumber sinusoidal maka, arus yang melewati beban
Gambar 2.4. Rangkaian Pengganti Beban Non-Linear [5].
harus sinusoidal juga. Beban linear tidak mempengaruhi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3
Gambar3.4. Respon Beban Non-Linear Setelah Short Circuit Antara Bus 8-9
(a) Tegangan, (b) Arus.
Gambar3.1. Respon Beban Linear, Non-Linear, dan Linear + Non-Linear
Sebelum Short Circuit antara bus 8 - 9 (a) Tegangan, (b) Arus.
Gambar 3.2. Respon Speed Rotor Generator 192 MVA Beban Linear, Non-
Linear, dan Linear + Non-Linear Sebelum Short Circuit. Gambar3.5. Respon Beban Linear + Non-Linear Setelah Short Circuit Antara
Bus 8-9 (a) Tegangan, (b) Arus.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4
Tabel 3.3.
Nilai Puncak Respon Tegangan dan Arus Beban Linear + Non-Linear Antara
Bus 8-9 Setelah Short Circuit
Waktu (s) Tegangan Bus (kV) Arus Bus (A)
0.000 000 0000
0.015 50 800
0.035 50 2300
0.055 20 2080
Gambar 3.6. Respon Speed Rotor Generator 192 MVA Beban Linear Setelah 0.085 300 1200
Short Circuit. 0.095 130 2300
0.105 95 2300
0.305 185 2348
0.505 185 2348
0.702 185 2348
0.900 185 2348
1.050 185 2348
2.050 185 2348
4.000 185 2348
Gambar 3.7. Respon Speed Rotor Generator 192 MVA Beban Non-Linear
Setelah Short Circuit. Tabel 3.4.
Respon Speed Rotor Generator 192 MVA
Beban Linear Setelah Short Circuit
Waktu (s) Speed Rotor (pu)
0 1.0000
0.03 0.9982
0.07 0.9994
0.1 0.9998
0.2 1.0003
Gambar 3.8. Respon Speed Rotor Generator 192 MVA Beban Linear + Non- 0.3 1.0000
Linear Setelah Short Circuit. 0.4 1.0000
0.5 1.0000
Tabel 3.1. 0.6 1.0000
Nilai Puncak Respon Tegangan dan Arus Beban Linear Antara Bus 8-9 0.7 1.0000
Setelah Short Circuit
Waktu (s) Tegangan Bus (kV) Arus Bus (A) Tabel 3.5.
0.000 000 0000 Respon Speed Rotor Generator 192 MVA
0.015 50 800 Beban Non-Linear Setelah Short Circuit
0.035 50 2300 Waktu (s) Speed Rotor (pu)
0.055 20 2080 0 1.0000
0.085 285 1200 0.1 0.9988
0.095 130 2300 0.2 0.9996
0.105 95 2300 0.3 1.0000
0.305 185 2348 0.4 1.0002
0.505 185 2348 0.5 1.0002
0.702 185 2348 0.6 1.0001
0.900 185 2348 0.7 1.0000
1.050 185 2348 0.8 1.0000
2.050 185 2348 0.9 1.0000
4.000 185 2348
Tabel 3.6.
Tabel 3.2. Respon Speed Rotor Generator 192 MVA
Nilai Puncak Respon Tegangan dan Arus Beban Non-Linear Antara Bus 8-9 Beban Linear + Non-Linear Setelah Short Circuit
Setelah Short Circuit Waktu (s) Speed Rotor (pu)
Waktu (s) Tegangan Bus (kV) Arus Bus (A) 0 1.0000
0.000 000 0000 0.03 0.9995
0.015 180 2350 0.07 0.9993
0.035 50 1000 0.1 0.9987
0.055 20 2080 0.2 0.9983
0.085 320 2500 0.3 0.9992
0.095 230 2200 0.4 0.9996
0.105 120 2200 0.5 0.9996
0.305 200 2348 0.6 1.0000
0.505 200 2348 0.7 0.9995
0.702 200 2348
0.900 200 2348
1.050 200 2348
2.050 200 2348
4.000 200 2348
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5
C. Perbandingan Tegangan Dan Arus Antara Bus 8-9 Beban 0,0014 pu (0,14 % dari respon speed steady-nya) pada saat t =
Linear, Non-linear, Dan Linear + Non-Linear Setelah Short 0,2 sekon, kemudian speed rotor generator mengalami
Circuit kenaikan secara bertahap hingga mencapai puncak respon
steady speed rotor generator sebesar 1 pu (1 pu = 3600 rpm)
pada saat t = 0,6 sekon.
√
Vpeak (line to ground)=
√
√
Vpeak (line to ground)= 230
√
Vpeak (line to ground)= 187,7943
P pf (t) = + × − (4.2)
⎛ ( ) ⎞
P pf = ( )+⎜ ( )
× ⎟ (4.3)
( )
Gambar 3.10. Perbandingan tegangan beban linear, non-linear dan ( )
linear+non-linear setelah short circuit antara bus8- 9. ⎝ ⎠
( )
D. Perbandingan Speed Rotor Generator Beban Linear, P pf = ( )+ ( )
× ( )
(4.4)
Non-Linear, Dan Linear+Non-Linear Setelah Short Circuit ( )
( )
P pf = ( )+ ( )
× ( ) ( )
(4.5)
( )
( ) ( )
P pf = ( )+ ( )
× ( ( ) ) ( )
(4.6)
( )× ( )
P pf = ( )+ ( ) ( )× ( ) (
(4.7)
× )
( × ) × × × × × ( × )
P pf = × ( × )
(4.8)
Gambar 3.11. Perbandingan speed rotor generator 192 MVA beban linear,
non-linear, dan linear+non-linear setelah short circuit.
Dimana disini = 0,017 , = 125 , =
IV. ANALISA HASIL PEMBEBANAN LINEAR DAN 40 , 1 = 0,136 .
NON-LINEAR PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Keterangan :
A. Respon Tegangan, Arus, dan Speed Rotor Generator P : Daya input (W)
Beban Linear serta Non-Linear Sebelum Short Circuit τpf : Post fault time constant (s)
Dari hasil simulasi pada kondisi sistem awal yaitu sebelum Tpf : Fault cleared time (s)
adanya short circuit, antara bus 8-9 didapatkan nilai tegangan, E1 : Capacitive energy dissipated (pu)
arus, serta speed rotor generator 192 MVA yang sama baik
menggunakan beban linear, non-linear, dan linear + non-
linear. Karena daya pembangkitan dari ketiga generator masih
bisa mengkover seluruh daya total dari beban (input = 567,5
MVA, output = 315 MVA). Dimana untuk beban linear, non-
linear, dan linear + non-linear, respon tegangan mengalami
penurunan hingga 1,5% dari tegangan nominal, dimana nilai
persentase tegangan ini masih memenuhi standar ANSI / IEEE
yaitu ± 5% dari tegangan nominalnya. Dan respon arus puncak
steady beban linear, non-linear, dan linear + non-linear
sebesar 2300 A. Sedangkan untuk speed rotor generator 192
MVA dengan penggunaan beban linear, non-linear, dan linear
+ non-linear mengalami penurunan speed terbesar sebanyak Gambar 4.1. Pemodelan Beban Non-Linear.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6