Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian Sejarah

Sejarah secara etimologi (arti bahasa) Indonesia berasal dari bahasa Melayu,yang mengambil dari
bahasa Arab yaitu kata “al-syajarah” yang berarti pohon. Kemudian berkembang lagi, yang berarti
silsilah, asal-usul atau riwayat.

Adapun secara terminologi ada beberapa definisi sejarah yang dikemukakan para ahli, yaitu:

1. Al-Maqiri membatasinya dengan

“Sejarah ialah memberikan informasi tentang sesuatu yang pernah terjadi di dunia”.

2. W. Bauer mendefinisikan

“Sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang berikhtisar melukiskan penglihatan yang simpatik
menjelaskan fenomena kehidupan yang terjadi”.

3. E. Bernheim (1908) mendefinisikan

“Sejarah ialah ilmu yang menyelidiki dan menceritakan sejarah fakta-fakta dalam waktu temporer
dan di dalam hubungan dengan perkembangan umat manusia dalam aktifitas mereka (baik individu
maupun kolektif) sebagai makhluk sosial di dalam hubungan sebab akibat.

Dari pendapat-pendapat para ahli di atas maka dapat di simpulkan bahwa Sejarah ialah peristiwa
masa lalu yang tidak hanya sekedar memberiukan informasi yang terjadi, tetapi juaga memberikan
interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat pada hukum sebab akibat. Sejarah harus
dapat dibuktikan kebenarannya dan harus logis, karena cerita yang tidak masuk akal tidak bisa di
buktikan maka itu bukan termasuk Sejarah.

Catatan sejarah ialah semua perilaku dan tindak-tanduksuatu masyarakat yang memberikan dampak
bagi terjadinya perubahan sosial/budaya ke arah kamajuan. Perilaku tindak-tanduk masyarakat itu
dihembuskan pada suatu waktu tempat tertentu. Setiap peristiwa merupakan akibat dari peristiwa
yang sebelumnya sekaligus merupakan sebab dari peristiwa lain yang sesudahnya. Rangkaian
peristiwa sejarah berlangsung terus menerus sampai masa kini dari kehidupan manusia.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa mempelajari sejarah,berarti mempelajari peristiwa-
peristiwa yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat yang hidup dalam
suatu tempat tertentu sejak masa lalu hingga sekarang sampai dengan keadaan masa yang akan
datang.

Ibnu Khaldun menjelaskan berbagai kelemahan dalam penulisan sejarah yang telah ada, yaitu:

1. Sikap memihak kepada pendapat madzhab tertentu.

2. Terlalu percaya pada pihak penukil berita sejarah.

3. Gagal menangkap maksud-maksud apa yang dilihat atau didengar serta menurukan laporan atas
dasar persangkaan dan perkiraan.

4. Persangkaan benar yang tidak berdasar terhadap sumber berita.

5. Kebodohan dalam mencocokkan keadaan dengan kejadian yang sebenarnya.

6. Kesukaan kebanyakan manusia untuk mendekatkan diri kepada kepada para pembesar dan
orang-orang yang berpengaruh.
7. Ketidaktahuan tentang mode-mode kebudayaan (al-umran).

Dari tujuh kelemahan tersebut, enam itu berkaitan dengan karakteristik sejarawan. Sedangkan yang
ke tujuh itu dipandang sebagai yang terpenting dan mendahului sebab yang lain.

B. Pengertian Peradapan dan Kebudayaan

Kata peradapan secara etimologi adalahterjemahan dari kata Arab al-hadharah. Istilah Arab ini juga
sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia “kebudayaan”. Pada istilah ini kebudayaan dalam
bahasa Arab al-tsaqafah. “Kebudayaan” al-tsaqafah (Arab) dan culture (inggris) dengan
“Peradapan” al-hadharah (Arab) dan civilization (inggris) sebagai istilah baku kebudayaan.

Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan
Peradapan ialah manifestasi-manifestasi kemajuan teknis dan teknologis.

Kata “Kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah” jamak dari “budhi” yang berarti
“AKAL”.

Di antara definisi kebudayaan ialah:

1. Sidi Gazalba, mengatakan

“Kebudayaan ialah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam suatu ruang dan waktu”.

2. E.B. Taylor, berpendapat

“Kebudayaan ialah suatu kesatua jalinan yang meliputi pengetahuan, kesenian, sosial, hukum, adat
dan tiap kesanggupan yang diperoleh seseoramg sebagai angggota masyarakat”.

Pada umumnya para ahli membagi agama menjadi 2, yaitu: agama Samawi (wahyu) dan agama Ardli
(budaya). Agama Samawi adalah agama ciptaan ALLAH yang kemudian melalui utusannya
disampaikan kepada umat manusia (agama islam). Sedangkan agama Ardli adalah agama yang
diciptakan oleh manusia (adat/ritual).

Dengan merujuk pada definisi agama, Sidi Gazalba berpendapat bahwa agama islam adalah
“kepercayaan kepada ALLAH dan melakukan ibadah kepada-Nya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,
yang membentuk takwa.

Cara hidup takwa berarti menempuh jalan Syari’at, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-
Nya. Syari’at mengikatkan muslim kepada prinsip tertentu, sebagaimana yang digariskan dalam Al-
Qur’an dan Hadits.

Beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Peradapan dan Kebudayaan Islam, yaitu:

1. Peradapan dan Kebudayaan Islam berdiri atas dasar Keesaan mutlak dalam aqidah. Maka ia
adalah peradapan pertama yang menyerahkan satu Tuhan yang tidak mempunyai sekutu dalam
hukum dan kekuasaan-Nya.

2. Keistimewaan yang kedua dari peradapan dan kebudayaan islam ialah memiliki kecenderungan
dan tujuan manusiawi cakrawala dan risalah yang universal.

3. Keistimewaan peradapan dan kebudayaan islam yang ketiga adalah ia memberikan prinsip
moral di tempat pertama dalam seluruh sistem dan berbagai bidang kagiatan.
D. Tujuan Mempelajari Sejarah Peradapan dan Kebudayaan Islam

Di antara tujuan mempelajari serajah peradapan dan kebudayaan islam, antara lain:

1. Untuk menyelidiki dan mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh Umat Islam
terdahulu dalam lapangan peradapan.

2. Untuk mengetahui perkembangan peradapan dan kebudayaan islam di berbagai negara,


terutama negara-negara islam.

3. Untuk menggali dan meninjau kembali faktor apa yang menyebabkan kemajuan islam dalam
lapangan peradapan dan faktor apa pula yangbmenyebabkan kemundurannya, yang kemudian
menjadi cermin bagi masa-masa sesudahnya.

4. Untuk mengetahui dan memperbandingkan antara peradapan yang dijiwai oleh islam dengan
peradapan yang lepas dari jiwa islam, dan dari sini akan diketahui mana peradapan islam dan mana
pula peradapan non islam yang dicetuskan oleh hasil karya umat islam.

5. Dengan mempelajari sejarah peradapan dan kebudayaan islam kita akan mengetahui
sumbangan islam dan umat islam dalam lapangan peradapan umat manusia di permukaan bumi ini.

E. Periodisasi Sejarah Peradapan dan Kebudayaan Islam

Pendapat para ahli tentang periodiasi sejarah peradapan dan kebudayaan islam, antara
lain:

1. Hasyim menyatakan bahwa para ahli sejarah kebudayaan 9 periode sesuia dengan perubahan
politik, ekonomi, dan sosial dalam masyarakat islam. Diantara nya, yaitu:

a. Masa permulaan islam: dimulai sejak lahirnya islam pada tanggal 17 Ramadhan, 12 tahun
sebelum hijriyah-41 hijriyah/6 agustus 610-661 M.

b. Masa Daulah Amawiyah: mulai tahun 41-32 hijriyah (651-750 M).

c. Masa Daulah Abbasiyah i: mulai tahun132-232 Hijriyah (750-847 M).

d. Masa Daulah Abbasiyah II: mulai tahun 232-334 Hijriyah (847-946 M).

e. Masa Daulah Abbasiyah III: mulai tahun 334-467 Hijriyah (946-1075 M).

f. Masa Daulah Abbasiyah IV: mulai tahun 467-656 Hijriyah (1075-1261 M).

g. Masa Daulah Mungoliyah: mulai tahun 656-925 Hijriyah (1261-1520 M).

h. Masa Daulah Usmaniyah: mulai tahun 925-1213 Hijriyah (1520-1801 M).

i. Masa Kebangkitan Baru: mulai tahun 1213 Hijriyah (1801 M-awal abad 20).

2. Nourouzzaman Shiddiqie membagi perjalanan sejarah Islam ke dalam 3 bagian besar beserta
ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Periode Klasik, yang dimulai sejak Rasulullah saw menyampaikan seruannya sampai masa
runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 656H-1258M. Ciri-cirinya ialah tanpa menutup mata
terhadap adanya dinasti-dinasti kecil. Dinasti Umayyah Barat yang berkedudukan di Andalusia
dan interegnum (masa peralihan dari pemerintah). Dinasti Fatimah di Mesir, terdapat satu
kekuasaan politik yang masih kuat dan disegani. Dalam Periode Klasik inilah umat islam mencapai
prestasi-prestasi puncak dibidang peradapan.

2. Periode Pertengahan, dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai abad ke 11H – 17M.
Ciri-cirimya ialah kekuasaan politik terpecah dan saling memusuhi Usmaniyah, Mamluk Mesir,
Umaiyah Barat (Andalusia), Mamluk India dan berdirinya kerajaan-kerajaan muslim yang berdaulat
sendiri-sendiri.

3. Periode Modern, yaitu sejak abad ke 12H-18M sampai sekarang. Dalam periode ini umat Islam
sudah tidak memiliki kekusaan politik yang disegani. Dinasti Turki Osmani yang pernah menggedor
pintu kota Wina sudah mendapat julukan The Sick Man of Europe. Bukan saja Turki sudah tidak
mampu memperluas wilayah kekuasaan poloitiknya, bahkan wilayah yang telah dikuasainya dibagi-
bagi antara Inggris, Prancis, dan Rusia. Wilayah Turki Osmani ibarat sepotong kue yang menjadi
rebutan antara kekuasaan-kekuasan besar Barat. Bekas jajahan setiap negara inilah yang kemudian
melahirkan negara-negara baru setelah Perang Dunia ke 2.

3. Harun Nasution membagi sejarah peradapan Islam ke dalam 3 peiode besar, yaitu:

1. Peridode Klasik (650-1280M) merupakan zaman kemajuan dan dibagi kedalam dua
fase. Pertama, fase ekspansi,integrasi dan puncak kemajuan (650-1000M) dan meluas
melalui: Afrika Utara-ke Spanyol Barat dan melalui Persia sampai ke India di Timur. Di masa inilah
yang berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun bidang non-
agama.

Kedua,fase disintegrasi (1000-1250M). Di masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai
pecah, kekuasaan Khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan di hancurkan oleh
Hulagu Khan di tahun 1258M. Khalifah, sebagai lambang kesatuan politik umat Islam, hilang.

2. Periode Pertengahan (1250-1800M) juga dibagi kedalam dua fase. Pertama, fase kemunduran
(1250-1500M). Di zaman ini disentralisasi dan disentegrasi bertambah meningkat. Dunia Islam
terbagi dua, bagian Arab terdiri atas Arabia,Irak, Suria,Plaestina,Mesir,Afrika Utara,dengan Mesir
sebagai pusat dan bagian Persia yang terdiri atas Balkan, Asia Kecil, Persia dan Asia Tengah dengan
Irak sebagai piusat. Kedua, fase Tiga Kerajaan Besar (1500-1800M) yang di mulai dengan zaman
kemajuan (1500-1700M) dan zaman kemunduran (1700-1800M). Tiga Kerajaan Besar yang di
maksud ialah Kerjaan Usmani (Otoman Empire) di Turki, Kejaan Safawi di Persia dan Kerajaan
Mughal di India. Di masa kemajuan Kerajaan Besar ini mempunyai kejayaan masing-masing
terutama dalam bentuk literatur dan arsitek masjid-masjid. Di zaman kemunduran, Kerajaan Usmani
terpukul di Eropa, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan suku bangsa Afghan, sedang daerah
kekuasaan Kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan Raja India.

3. Periode Modern (1800M-sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir
ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa
di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Para
Raja dan pemuda-pemuda Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan
umat Islam kembali. Pada masa ini, mulai muncul ide-ide pembaruan dalam Islam.
KESIMPULAN

A. Sejarah ialah peristiwa masa lalu yang tidak hanya sekedar memberiukan informasi yang terjadi,
tetapi juaga memberikan interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat pada hukum sebab
akibat. Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya dan harus logis, karena cerita yang tidak masuk
akal tidak bisa di buktikan maka itu bukan termasuk Sejarah.

Ibnu Khaldun menjelaskan berbagai kelemahan dalam penulisan sejarah yang telah ada, yaitu:

1. Sikap memihak kepada pendapat madzhab tertentu.

2. Terlalu percaya pada pihak penukil berita sejarah.

3. Gagal menangkap maksud-maksud apa yang dilihat atau didengar serta menurukan laporan
atas dasar persangkaan dan perkiraan.

4. Persangkaan benar yang tidak berdasar terhadap sumber berita.

5. Kebodohan dalam mencocokkan keadaan dengan kejadian yang sebenarnya.

6. Kesukaan kebanyakan manusia untuk mendekatkan diri kepada kepada para pembesar dan
orang-orang yang berpengaruh.

7. Ketidaktahuan tentang mode-mode kebudayaan (al-umran).

B. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia dalam kehidupan bersama dalam suatu ruang
dan waktu,yang kemudian diwariskan kepada generasi mudanya untuk dikembangkanlebih lanjut
dari generasi ke generasi.

b. Ruang lingkup kebudayaan meliputi segala aspek kehidupan (rohaniah) dan penghidupan
(jasmaniah) manusia, yaitu mencakup:

1. Sistem religi dan upacara keagamaan.

2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.

3. Sistem pengetahuan.

4. Bahasa.

5. Kesenian.

6. Sistem mata pencaharian hidup dan

7. Sistem teknologi dan peralatan.

c. Pada garis besarnya kebudayaan dapat di bedakan atas kebudayaan immateri dan kebudayaan
materi. Kebudayaan itu mempunyai paling sedikit 3 wujud, ialah:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan
sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat dan

3. Wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.


C. Beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Peradapan dan Kebudayaan Islam, yaitu:

1. Peradapan dan Kebudayaan Islam berdiri atas dasar Keesaan mutlak dalam aqidah. Maka ia
adalah peradapan pertama yang menyerahkan satu Tuhan yang tidak mempunyai sekutu dalam
hukum dan kekuasaan-Nya.

2. Keistimewaan yang kedua dari peradapan dan kebudayaan islam ialah memiliki kecenderungan
dan tujuan manusiawi cakrawala dan risalah yang universal.

3. Keistimewaan peradapan dan kebudayaan islam yang ketiga adalah ia memberikan prinsip
moral di tempat pertama dalam seluruh sistem dan berbagai bidang kagiatan.

D. Di antara tujuan mempelajari serajah peradapan dan kebudayaan islam, antara lain:

1. Untuk menyelidiki dan mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh Umat Islam
terdahulu dalam lapangan peradapan.

2. Untuk mengetahui perkembangan peradapan dan kebudayaan islam di ber bagai negara,
terutama negara-negara islam.

3. Untuk menggali dan meninjau kembali faktor apa yang menyebabkan kemajuan islam dalam
lapangan peradapan dan faktor apa pula yangbmenyebabkan kemundurannya, yang kemudian
menjadi cermin bagi masa-masa sesudahnya.

4. Untuk mengetahui dan memperbandingkan antara peradapan yang dijiwai oleh islam dengan
peradapan yang lepas dari jiwa islam, dan dari sini akan diketahui mana peradapan islam dan mana
pula peradapan non islam yang dicetuskan oleh hasil karya umat islam.

5. Dengan mempelajari sejarah peradapan dan kebudayaan islam kita akan mengetahui
sumbangan islam dan umat islam dalam lapangan peradapan umat manusia di permukaan bumi ini.

E. Pembagian periode sejarah Islam kedalam tiga periode :

1. Periode Klasik (650-1280M) merupakan zaman kemajuan dan dibagi kedalam dua fase :

Ø Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000M).

Ø Fase disintegrasi (1000-1250M).

2. Periode Pertengahan (1250-1800M) juga dibagi dalam dua fase yaitu:

Ø Fase kemunduran (1250-1500M).

Ø Fase tiga kerajaan besar (1500-1800M).

3. Periode Modern (1800-sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat islam. Pada masa ini
mulai muncul ide-ide pembaruan dalam islam.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Fadil SJ., M.Ag. 2008, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. UIN-Malang Press.
Malang

PERIODESASI SEJARAH PERADABAN ISLAM

Periodesasi merupakan pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa atau kejadian
yang terjadi pada saat itu juga. Lebih lengkapnya lagi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
manusia yaitu pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian pada suatu peristiwa yaitu
berdasarkan jenis maupun waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang
terjadi itu di susun secara kronologis atau berdasarkan waktu kejadian peristiwa, baik berdasarkan
bentuk maupun jenis peristiwa.

Periodesasi ini digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan serta


penjelasan sejarah kehidupan tentang manusia. Periodesasi yang dibuat oleh banyak orang atau
banyak peneliti berakibat pada adanya perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodesasi ini
besifat subjektif dimana yang di pengaruhi subjek prmasalaham serta pribadi penelitiannya.

Periodesasi Sejarah Peradaban Islam, di bagi menjadi 3 periode yaitu:1. Periode Klasik, 2. Periode
pertengahan, 3. Dan Priode modern.

 Periode Klasik (600-1258 Masehi)

 Periode Pertengahan (Sampai akhir abad 17 Masehi)

 Periode Modern (Abad 18 Masehi sampai dengan sekarang masih berjalan)

 Dari ketiga periode ini, setiap periode mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tersendiri, yaitu

 Periode Klasik

 Periode klasik ini yang berlangsung 600-1258 Masehi

 3 fase

 1. Penciptaan komunitas islam di Arabia

 2. Penaklukan Timur Tengah oleh Muslimim dan Muslimat

 3. Nilai Islam merubah mayoritas Timur Tengah

 Ciri-ciri: Perpaduan peradaban islam dengan Timur Tengah, pola ekonomi dengan
monoteistik.

 Periode Pertengahan

 Berlangsung dari Abad 13-19 Masehi.

 Ciri-ciri: Era penyebaran global masyarakat Islam. Islam menjadi agama masyarakat Asia
Tengah dan Balkan.
 Interkasi nilia-nilai agama islam dengan nilai-nilai masyarakat yang ada di sekitarnya,
maupun masyarakat setempat.

 Periode Modern

 Berlangsung dari abad 18 Masehi sampai dengan sekarang.

 Ciri-ciri: Modernisasi dan transformasi masyarakt. Muslim kehancuran impremium islam,


kemunduran ekonomi, konflik internal keagamaan, kebangkitan peradaban dan ekonomi
Eropa serta dominasi culturnya. Dan lain sebagainya.

 Rangkuman: Secara umum, sejarah islam dapat dibagi ke dalam tiga periode yaitu, periode
besar: Periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern. Periode klasik di bagi
menjadi 2 fase yaitu fase ekspansi, dan fase disitegrasi. Periode Pertengahan di bagi menjadi
2 bagian fase kemunduran dan fase Tiga Kerajaan Islam di antaranya yaitu Kerajaan Usmani
di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India, dan yang terakhir yaitu
periode modern, ada dua fase kebangkitan awal dan kebangkitan ke dua yang berlangsung
dari abad 18 masehi sampai dengan sekarang.

 Oleh : Ainun Khusnawati (16130018), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

 (Sumber: H. Muhammad In'am Esha, M.Ag. 2011, Percikan Filsafat Sejrah dan Peradaban
Islam. Malang: UIN MALIKI PRESS)

A. Pengertian
1. Sejarah
Pengertian Sejarah secara Etimologis adalah berasal dari kata Arab “Syajarah” yang
berarti pohon kehidupan. Dalam bahasa asing lainnya, peristilahan sejarah
disebut histore (Perancis), geschicte (Jerman), histoire (Belanda) dan history (Inggris).
Menurut IbnU Khaldun, sejarah ialah menunjuk kepada peristiwa-peristiwa istimewa
atau penting pada waktu atau ras tertentu. Sedangkan menurut Al-Maqrizi, sejarah ialah
memberikan informasi tentang sesuatu yang pernah terjadi di dunia.

Meskipun terdapat perbedaan dalam penekanan teorinya, namun mereka sepakat,


bahwa sejarah adalah masa lalu yang tidak hanya sekedar memberi informasi tentang terjadinya
peristiwa, tetapi juga member interpretasi yang terjadi dengan melihat kepada hukum kausalita.

2. Peradaban
Kata peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Ada juga yang
mengatakan peradaban berbeda dengan kebudayaan. Didalam bahasa Inggris terdapat
perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut. Istilah Civilization untuk peradaban
dan Culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam bahasa Arab dibedakan
antara Tsaqafah (kebudayaan), Hadharah (kemajuan) dan Tamaddun (peradaban).
Peradaban adalah semua bidang kehiidupan untuk keguanaan praktis. Sebaliknya
kebudayaan adalah semua yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih tinggi dan murni yang
berada di atas tujuan praktis dalam hubungan masyarakat, misalnya musik, seni, agama, ilmu,
filsafat dan lain-lain.

3. Islam
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada umat manusia
melalui Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasul, Nabi Muhammad membawa Islam pada
hakikatnya terdapat ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai
berbagai segi kehidupan manusia.

4. Sejarah Peradaban Islam


Sejarah peradaban Islam diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan
dalam Islam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai berbagai macam
pengertian lain, diantaranya:
a. Sejarah Peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan
dalam satu periode kekuasaan Islam, mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai
perkembangan kekuasaan Islam sekarang.

b. Sejarah Peradaban Islam merupakan hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan
kesustraan, ilmu pengetahuan, dan kesenian.

c. Sejarah Peradaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan
melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah,
penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
B. Metode Sejarah Peradaban Islam
Menurut Etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani,
yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan).Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah
yang ditempuh dalam suatu disiplin untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu atau
cara penyampaian sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.

Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kristis rekaman dan
peninggalan masa lalu. Rekonstruksi yang imaginative dari masa lampau berdasarkan data
yang diperoleh dengan menenpuh proses itu disebut Historiografi (penulisan sejarah).
1. Metode penggalian sejarah
Dalam penggalian sejarah terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Untuk
menggali data yang valid berkaitan dengan sejarah, diperlukan metode panggalian sejrah yang
akurat. Penggalian sejarah pada umumnya menggunaka metode lisan, observasi dan
documenter.
a. Metode lisan (interview)
Dengan metode ini, pelacakan suatu objek sejarah dilakukan dengan interview. Metode
interview atau wawancara disebut juga metode kuisioner lisan karena terjadi suatu dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

b. Metode observasi
Dalam metode observasi,objek sejarah diamati secara langsung. Sebelum penelitian
dimulai atau pertama kali terjun ke lapangan, metode observasi sangat penting untuk digunakan
dalam sebuah penelitian. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data,yakni
penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat
indera terhadap kejadian yang dapat langsung ditangkap. Jadi, metode observasi adalah metode
penelitian dengan pengamatan yang dicatat secara sistematis fenomena-fenomena yang
diselidiki.

c. Metode dokumenter.
Metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau
dokumen tertulis. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk mengetahui data yang dapat dilihhat secara langsung. Sebagai laporan tertulis dari suatu
peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan sengaja
menyimpan keterangan-keterangan tertentu atau catatan-catatan. Metode ini sangat efektif dan
efesien dalam penggunaan waktu dan tenaga karena cukup dengan melihat catatan yang telah
ada.

2. Metode penulisan sejarah


Adapun dalam penulisan sejarah, demikian pila dalam sejarah peradaban Islam, metode
yang digunakan adalah metode deskriptif, komparatif dan analisis sintesin.
a. Metode deskriptif
Dengan metode ini ditunjukkan untuk menggambarkan adanya peradaban Islam tersebut,
maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang
berhubungan dengan peradaban diuraikan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk
memahani yang terkandung dalam sejarah tersebut.
b. Metode Komparatif
Metode ini merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah perkembangan
peradaban Islam dengan peradaban Islam lainnya. Melalui metode ini dimaksudkan bahwa
ajaran-ajaran Islam tersebut dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan berkembang
dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan
dalam suatu permasalahan tertentu. Dengan demikian, dapat diketahui pula adanya garis
tertentu yang menghubungkan peradaban Islam dengan peradaban yang dibandingkan.
c. Metode Analisis sintesis
Metode ini dilakukan dengan melihat sosok peradaban Islam secara lebih kritis, ada analisis
dan bahasan yang luasserta kesimpulan yang spesifik. Dengan demikian, akan tampak adanya
kelebihan dan kekhasan peradaban Islam. Hal tersebut akan lebih jelas dengan adanya
pendekatan sintesis yang dimaksudkan untuk memperloeh kesimpulan yang diambil untuk
memperoleh suatu keutuhan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan serta manfaat
penulisan sejarah peradaban Islam.
C. Manfaat mempelajari Sejarah Peradaban Islam
1. Kegunaan Edukatif.
Banyak manusia yang belajar dari sejarah, belajar dari pengalaman yang pernah
dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya
sendiri,melainkan juga dari generasi sebelumnya. Manusia melalui belajar dari sejarah dapat
mengembangkan potensinya. Kesalahan pada masa lampau baik kesalahan sendiri maupun
kesalahan orang lain coba dihindari.

2. Kegunaan Inspratif
Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya.
Belajar dari kebangkitan Nasional yang dipelopori oleh berdirinya organisasi perjuangan yang
modern di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan
kebangkitan Nasional yang ke-2. Pada kebangkitan Nasional yang pertama, bangsa Indonesia
berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dirasakan hasilnya.

3. Kegunaan Rekreatif
Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat member suatu hiburan yang segar, melalui
penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapt terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan
komunikatif dari beberappa sejarawan terasa mampu menghipnotis pembaca. Pembaca akan
terasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya tarik
penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media
hiburan dan rekreatif. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan
untuk rekreatif.
enurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk ke
Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon telah berdagang dan
masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan
orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke Kanton.[1] Mengenai
tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat
beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkan teori masuknya Islam dalam tiga
teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari
wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M.
Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui
peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara
sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata
Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.[2] Melalui Kesultanan Tidore yang
juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah
mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Kalau ahli sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak
benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah
naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di
pantai Barat Sumatra (Barus).[3] Pernyataan yang hampir senada dikemukakan Arnold, bahwa
mungkin Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun kepulauan
Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina telah
disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di pantai barat Sumatera.[4]

Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan (644-656
M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu
ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima,
putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.[5] Namun menurut Hamka sendiri, itu terjadi tahun 42
Hijriah atau 672 Masehi.[6]

Pada tahun 718 M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul
Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz sekaligus
berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di istana 1000 putri,
dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap terima kasih akan
kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut.[7] Dalam hal ini, Hamka mengutip
pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan The Forgotten Kingdom Schniger bahwa memang
yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang Muara Takus, yang dekat dengan daerah yang banyak
gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi dalam rangka bekas candi di sana, dibuat patung gajah yang
agaknya bernilai di aana. Tahun surat itu disebutkan Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75
Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama
Hijriah.[8]

Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq fi Silsilah
Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari
daerah Makran, Balochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M
diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.[9]

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut pendapat sebagian besar
orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang
kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syi'ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan
tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Syafi'i.

Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh
Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.[10]

Untuk menjelaskan bagaimana metode penyebaran Islam di Indonesia, Arnold mengutip catatan
yang dikutip dari C. Semper bahwa para pedagang Muslim menggunakan bahasa dan adat istiadat
orang tempatan. Setelah mengadakan pernikahan dengan orang setempat, pembebasan budak,
maka ia mengadakan perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan persahabatan dengan
golongan aristokrat yang juga telah mendukung kebebasannya.[4] Para pedagang ini, tidaklah datang
sebagai penyerang, tidak pula memakai pedang, ataupun memakai kelas atas guna menekan kawula-
kawula rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan, dan harta perdagangan yang mereka
punya lebih mereka utamakan untuk modal dakwah.[4]

Masa kolonial[sunting | sunting sumber]


Anak-anak mengaji Al Quran di Jawa pada masa kolonial Hindia Belanda

Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk
berdagang, tetapi pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke
Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya
kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi
atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek
kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika
penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri
(peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan
ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang pada abad ke-13
menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-
hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama
menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda.

Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din
Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak
berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil
Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan
berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911),
dan Sumatra Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran
pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-
Munir.[11].

Demografi[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di
pulau Sumatra, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim
banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara dan enklave
tertentu di Indonesia Timur seperti Kabupaten Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain.

Pengadaan transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-besaran dilakukan oleh
pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah menyebabkan
bertambahnya jumlah penduduk Muslim disana.

Arsitektur[sunting | sunting sumber]

Artikel utama: Arsitektur Islam di Indonesia

Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi salah
satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah
satu forum tanya jawab di situs Era Muslim[12], disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras
lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam
di Indonesia.

Masjid[sunting | sunting sumber]

Masjid Raya Medan al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur Islam yang ada di
Indonesia

Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut
data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga
tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004,
jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang
sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-
800 ribu buah.[13] Adapun menurut penuturan Komjen Pol Syafruddin Wakil Ketum Dewan Masjid
Indonesia menyebut sesuai data tahun 2017, bahwa Indonesia memiliki sekitar 800 ribu masjid.
Dalam pada itu, pengelolaan masjid di Indonesia berbeda dengan masjid di negara lain. Pemerintah
tak secara langsung membangun dan mengelola masjid, tetapi lewat swadaya masyarakat, begitu
juga dalam hal pengelolaannya.[14]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas
dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia.[15] Di Indonesia,
Kementerian Agama merupakan pemangku tanggung jawab pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan menyiapkan rencana strategis yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Agama
Nomor 39 tahun 2015. Hal-hal yang ada di sana kemudian dituangkan dalam rumusan tugas dan
fungsi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag sesuai Peraturan Menteri
Agama Nomor 42 tahun 2016. Lingkup layanan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
meliputi jalur pendidikan formal, yang mencakup pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan
muadalah, dan ma'had 'ali. Pendidikan diniyah non formal mencakup madrasah diniyah takmiliyah,
pendidikan al-Quran, dan program pendidikan kesetaraan serta pondok pesantren sebagai
penyelenggara maupun satuan pendidikan.[16] Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga
dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah
Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan
perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir
disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas
Islam lainnya seperti Universitas Islam Negeri (UIN) dengan nama yang berbeda-beda berdasarkan
nama tokoh penyiaran islam masa lampau semisal di Makassar dengan nama Universitas Islam
Negeri Sultan Alauddin disingkat (UINAM).
Berdasar pada data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam pada awal 2018, dari 326.327 lembaga
pendidikan Islam yang dinaungi, 76,1% atau 248.290 lembaga merupakan pendidikan diniyah dan
pondok pesantren. Terbagi lagi menjadi 28.194 pondok pesantren, 84.966 madrasah diniyah
takmiliyah, serta pendidikan al-Quran sebanyak 135.130. Selebihnya 23,9% lembaga pendidikan
Islam lainnya terbagi jadi raudhatul athfal (27.999), madrasah ibtidaiyah (24.560), madrasah
tsanawiyah (16.934), madrasah aliyah (7.843) dan perguruan tinggi agama (756). Itu belumlah
mencakup sejumlah lembaga pendidikan yang berupa program pendidikan kesetaraan pada pondok
pesantren (1.508), pendidikan diniyah formal (59), pendidikan muadalah (80), dan ma'had 'aliy
(29).[16]

Kemudian berbicara mengenai statistik lainnya, dari total 2.378.566 tenaga pendidik, 63% atau
1.4999.859 mengajar di pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Para pengajar ini bertanggung
jawab pada 18.196.034 siswa atau 64,2% dari semua peserta didik pendidikan Islam (28.324.088
orang).[16]

Politik[sunting | sunting sumber]

Artikel utama: Politik Islam di Indonesia

Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh dan
peranan umat Islam. Kebangunan akan kesedaran berpolitik ini diawali kalangan kaum haji yang
membawa kabar-kabar akan serangan Prancis terhadap Maroko, umat Islam Libya diserang, dan
gerakan nasionalis Mesir melawan imperialis Inggris. Ini juga membentuk perasaan setia kawan
sesama kaum Muslimin, dan membangkitkan ketidaksukan terhadap kolonialisme dan imperialisme
Eropa.[17] Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam, tetapi ada beberapa
daerah yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.

Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Pada Pemilu
1999, 17 partai Islam—yaitu 12 partai Islam dan 5 partai lain berazaskan Islam dan Pancasila—ikut
berlaga dalam pemilihan tersebut. Kesiapan mereka dalam hal administrasi—terkecuali PPP yang
memang sudah tua—mengagumkan mengingat mereka dapat mengikuti segala syarat pemilu yang
cukup ketat, serupa bahwa setiap partai harus punya cabang sekurangnya di 14 provinsi. Namun
demikian, seluruh partai Islam itu kalah jauh dari PDI yang meraup sekitar 34% suara.[18] Dalam
Pemilu tersebut, PPP meraih 11.329.905 suara (10,7 persen) dan bercokol pada peringkat
ketiga,[19] karena itu Partai Persatuan Pembangunan meraih 5 besar. Partai Bulan Bintang mampu
membentuk fraksi sendiri walau cuma 13 anggota, dan Partai Keadilan hanya memperoleh 7 kursi
DPR saja.[18] Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan
Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik, pada
pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan
Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai
Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.

1. Catatan kaki^ Arnold 1985, hlm. 317.

2. ^ Saifullah 2010, hlm. 15.

3. ^ Amrullah 2017, hlm. 3-4.

4. ^ a b c Arnold 1985, hlm. 318 – 319.

5. ^ H Zainal Abidin Ahmad. Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang;
Bulan Bintang, 1979.
6. ^ Amrullah 2017, hlm. 3.

7. ^ Amrullah 2017, hlm. 136.

8. ^ Amrullah 2017, hlm. 137.

9. ^ Saifullah 2010, hlm. 11.

10. ^ Saifullah 2010, hlm. 10.

11. ^ Ricklefs 1991, hlm. 353-356.

12. ^ Pengaruh Arsistektur Peradaban Islam di Indonesia, situs Era Muslim

13. ^ Gerakan Memakmurkam Masjid, Institut Manajemen Masjid

14. ^ Tejomukti 2018, hlm. 12.

15. ^ Nurun Maksuni, Pesantren dalam wajah Islam Indonesia, nusyria.net:2007

16. ^ a b c Tempo 7 Mei 2018, Cetak Biru

17. ^ Anwar 2011, hlm. 19.

18. ^ a b Usman 2001, hlm. 67.

19. ^ Abdulsalam, Husein (25 Juni 2018). "Pemilu 1999: Parpol Islam dan Nasionalis Berlaga
tanpa Komunis". Tirto.id. Diakses tanggal 28 Juli 2018.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

 Amrullah, Abdul Malik Karim (2017). Dari Perbendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam
di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press. ISBN 978-602-250-419-1.

 Anwar, Rosihan (2011) [1971]. Jatuh Bangun Pergerakan Islam di Indonesia. Jakarta: Fadli
Zon Library. ISBN 978-602-99458-2-9.

 Arnold, Thomas W. (1985) [1979]. Sejarah Da'wah Islam. Jakarta: Widjaya.

 "Cetak Biru Generasi Emas Pendidikan Islam Khas Indonesia". Tempo. 7 Mei 2018. hlm. 58–
59. ISSN 0126-4273.

 Ricklefs, Merle Calvin (1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan.

 Saifullah (2010). Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. ISBN 978-602-8764-68-1.

 Tejomukti, Ratna Ajeng (5 Juli 2018). Handasah, Wachidah, ed. "DMI Apresiasi Bantuan
Saudi". Republika.

 Usman, Syafaruddin (2001). Keterlibatan Umat Islam dalam Sejarah Politik RI. Pontianak:
Yayasan Insyaf.

Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang sangat mundur.
Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan yang lain merupakan pengikut
agama Kristen dan Yahudi. Mekah ketika itu merupakan tempat suci bagi bangsa Arab. karena di
tempat tersebut terdapat berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Sumur Zamzam dan
yang paling penting adalah Ka'bah.

Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah pada Tahun Gajah yaitu pada tanggal 12 Rabi'ul Awal atau
pada tanggal 21 April (570 atau 571 Masehi). Nabi Muhammad merupakan seorang anak yatim
sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan
ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia ketika ia berusia 7 tahun. Kemudian ia diasuh oleh
kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia diasuh juga oleh pamannya yaitu Abu
Talib. Nabi Muhammad kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah ketika ia berusia 25 tahun. Ia
pernah menjadi penggembala kambing.

Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim.pada usia 35 tahun, kota mekkah dilanda banjir, Ia
tidak menyukai suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan masyarakat yang memiliki masalah sosial
yang tinggi. Selain menyembah berhala, masyarakat Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi-bayi
perempuan. Nabi Muhammad banyak menghabiskan waktunya dengan menyendiri di gua Hira
untuk mencari ketenangan dan memikirkan masalah penduduk Mekah. Ketika Nabi Muhammad
berusia 40 tahun, ia didatangi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu ia mengajarkan ajaran Islam secara
diam-diam kepada orang-orang terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-
orang pertama yang memeluk agama Islam)" dan selanjutnya secara terbuka kepada seluruh
penduduk Mekah, setelah turun wahyu al-quran surat al hijr ayat 94.

Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini
dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah Kalender Islam atau kalender Hijriyah.

Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad dengan hasil yang baik
walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih
kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad wafat, seluruh Jazirah Arab
di bawah penguasaan Islam.

Perkembangan Islam[sunting | sunting sumber]

Secara umum Sejarah Islam setelah meninggalnya Nabi Muhammad telah berkembang secara luas di
seluruh dunia. Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Kesultanan Utsmaniyah boleh dikatakan
penyambung kekuatan Islam setelah pemerintahan Khulafaur Rasyidin

Anda mungkin juga menyukai