Anda di halaman 1dari 10

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan

sungai untuk area konservasi

Oleh :

Idung Risdiyanto
Institut Pertanian Bogor

Bogor, Oktober 2012

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 1


Apa Itu Sungai ?
oleh : Idung Risdiyanto

Secara umum sungai adalah suatu tempat aliran air. Dari difinisi tersebut, maka untuk
mempermudah pemahaman terdapat tiga kata kunci yaitu tempat, aliran dan air.
Ketiga kata tersebut harus dipenuhi pada saat kita akan mendifinisikan sungai. Selain
itu, karena didifinisikan sebagai suatu tempat, maka sungai dapat dianggap sebagai
suatu wadah dimana terdapat aliran air dan wadah tersebut bisa terdapat di permukaan
tanah maupun dalam tanah. Di dalam PP 38 tahun 2011 tentang sungai, difinisi
sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran
air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan
kiri oleh garis sempadan. Di dalam kajian Geografi Fisik, sungai (river) dan aliran air
(stream) didefinisikan sebagai sebuah saluran air yang memanjang di daratan sebagai
fungsi gravitasi dan ketinggian di seluruh permukaan bumi yang menuju ke sungai,
danau, laut atau samudra. Secara umum, antara stream dan river sering tidak
dibedakan karena belum ada batasan yang jelas baik mengenai ukuran/dimensi
(Glossary of Physical Geography Terms, 2012)

Berdasarkan pada difinisi umum tersebut diatas, maka pengertian-pengertian sungai


dapat diturunkan berdasarkan prespektif fisik dan sosial dan histori.

1. Pengertian sungai secara fisik


Secara fisik, jenis-jenis sungai dibagi menurut asal kejadiannya (genetik), sumber
airnya, debit dan volume airnya, struktur geologinya dan pola alirannya. Berikut ini
penjelasan masing-masing jenis sungai tersebut. Untuk contoh-contoh sungai yang
disajikan dalam tulisan ini adalah sungai-sungai besar yang ada di Indonesia dan
wilayah lain yang sesuai dengan difinisi sungainya.

1.1. Jenis sungai menurut asal kejadiannya (genetik)


Secara genetik, sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai
subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
a) Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng
awal.
b) Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikuti
strike batuan.
c) Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan
sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta
bermuara di sungai subsekuen.
d) Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah
kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
e) Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi
maupun struktur geologi.

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 2


1.2. Jenis sungai menurut sumber airnya
Menurut sumber airnya sungai dibedakan menjadi empat macam yaitu: sungai mata
air, sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
a) Sungai mata air, adalah sungai yang airnya berasal dari mata air. Sebagian
besar sungai-sungai yang ada di Indonesia adalah sungai dengan mata air
terutama di pulau Jawa, Sumatera bagian Barat dan beberapa di Kalimantan.
Secara umum sungai ini berasal dari lokasi-lokasi yang mepunyai bentuk
fisiografi perbukitan.
b) Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
c) Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh
sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)
boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India
(yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang
berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai
ini.
d) Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es
(gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah
sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).

1.3. Jenis sungai berdasarkan debit aliran


Menurut debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu
sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
a) Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan
Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b) Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak
terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di
Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta
serta sungai Brantas di Jawa Timur.
c) Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan
pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Kalada di pulau Sumba.
d) Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,
hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

1.4. Jenis sungai menurut struktur geologinya


Menurut struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden
dan sungai sungai superposed.
a) Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran
airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi
karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang
merintanginya.

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 3


b) Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya
dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.

1.5. Jenis sungai menurut pola alirannya


Menurut pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik,
trellis, rektanguler, pinate dan anular
a) Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu (i) Radial
sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola
aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut dan (ii) Radial
sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini
terdapat di daerah basin (cekungan).
b) Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon,
di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini
biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
c) Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
d) Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir
siku-siku 90°.
e) Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk
sudut lancip.
f) Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.

2. Pengertian sungai secara sosial dan histori


Pengertian sungai dari sudut pandang sosial dan histori dapat dilihat dari fungsi,
manfaat dan sejarah sungai. Keberadaan suatu aliran air tawar di suatu lokasi
seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan seperti pemenuhan
kebutuhan air bersih, MCK dan budidaya pertanian, perikanan dan peternakan.
Demikian aliran itu menjadi penting secara sosial, sehingga masyarakat setempat
kemudian memberikan nama pada aliran tersebut meskipun misalnya lebar sungai itu
kurang dari 1 meter. Selain fungsi sosial tersebut, jika aliran air yang ada mempunyai
nilai sejarah yang direpresentasikan dengan pemberian nama pada aliran tersebut
maka aliran itu juga disebut sebagai sungai. Sebagai contoh, terdapat suatu aliran
permukaan air tawar yang lebarnya tidak lebih dari 1 meter di Kalimantan Barat dan
aliran tersebut bahkan kering pada saat kemarau tetapi aliran tersebut telah
mempunyai nama yaitu “sungai Bahing” karena berasal dari Tawang1 Bahing.
Contoh yang lain adalah suatu alur yang lebarnya kurang lebih 1.5 meter didalam
perkebunan sawit di Kalimantan Tengah yang dimanfaatkan untuk lalu lintas
pedagang dari sungai besar ke barak yang ada dalam kebun, alur ini tidak ada
namanya, tetapi karena mempunyai fungsi sosial, maka alur ini dapat disebut sebagai
sungai.

1
Tawang sebutan di Sanggau-Kalimantan Barat pada jenis tutupan lahan berupa tanaman keras dan
buah-buahan yang membentuk suatu poket atau kantung hutan di suatu areal.

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 4


Identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai
untuk area HCV

Oleh : Idung Risdiyanto

Penetapan batas area HCV4 untuk tipologi sungai dan sempadannya menggunakan
dua pendekatan, yaitu (i) pendekatan fungsi dan (ii) pendekatan morphologi
penampang melintang sungai, hidraulika tinggi muka air dan ekologi.

Pendekatan fungsi sempadan sungai


Keberadaan HCV berupa sungai dan sempadannya harus dikelola dan dilindungi
untuk memastikan keberlanjutan fungsinya. Penetapan batas-batas perlindungan dan
pengelolaannya harus selalu dikaitkan dengan fungsinya. Fungsi sungai dan
sempadannya yang berkaitan dengan HCV di suatu area adalah sebagai berikut :
1) Pengendalian banjir, sempadan sungai yang bervegetasi rapat akan mengurangi
kecepatan aliran air sehingga debit puncak dan akumulasi aliran dapat diturunkan.
Selain itu, sempadan juga berfungsi sebagai filter dari hasil erosi berupa sedimen
yang dapat menyebabkan pendangkalan sungai, sehingga kapasitas badan sungai
dalam mengalirkan air dapat tetap terjaga.
2) Pengendalian morfoerosi tebing sungai (streambank erosion), sempadan sungai
yangbervegetasi akan dapat mengurangi energi kinetik air sehingga daya rusaknya
erosinya dapat diturunkan.
3) Melindungi kualitas air, sempadan sungai yang bervegetasi rapat akan berfungsi
sebagai sebagai filter sedimen hasil erosi lahan dan bahan kimia sehingga dapat
menghindari kontaminasi/pencemaran fisik dan kimia ke dalam aliran air.
4) Perlindungan terhadap habitat aquatik
5) Sebagai peneduh sungai sehingga dapat terjadi keseimbangan iklim mikro dengan
suhu dan kelembaban udara yang sesuai untu metabolisme makhluk hidup di
sekitarnya
6) Menjaga kelembaban tanah di sekitarnya, sehingga dapat mendukung
keberlanjutan budidaya pertanian.
7) Sebagai habitat dan koridor satwa liar teresterial

Batas lebar sempadan sungai berdasarkan fungsi tersebut diatas dapat dilakukan
dengan mengacu pada Gambar Lampiran 2-1 dibawah ini.

Pendekatan morphologi penampang melintang sungai dan hidraulika tinggi


muka air
Selain berdasarkan pada fungsinya, penetapan lebar sempadan sungai juga harus
memperhatikan karakter sungai yang terdiri atas ekologi, morphologi dan hidraulik.
Pendekatan dengan tiga faktor ini lebih mudah diamati di lapangan, yaitu dengan
mengetahui hubungan lebar sempadan sungai dengan morphologi melintang sungai,
ekologi tumbuhan di pinggir sungai dan hidraulik muka air sungai (Maryono, 2009).
Dengan mengetahui ketiga faktor tersebut maka sempadan sungai dapat dibagi

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 5


menjadi empat bagian yang terdiri atas bantaran banjir, bantaran longsor, bantaran
ekologi dan bantaran keamanan. Pendekatan ini merupakan pendekatan umum dan
lebih ditujukan pada perlindungan sungai serta tidak memperhatikan kondisi
penggunaan lahan di sepanjang aliran sungai.

Tipologi morphologi penampang melintang sungai dan hidraulik muka air sungai
dapat dibagi menjadi lima topologi, seperti yang ditunjukkan Gambar Lampiran 2.2
s.s 2.6, yaitu:
1. Sempadan sungai dengan tebing relatif vertikal pada kedua sisi
2. Sempadan sungai dengan tebing curam pada satu sisi dan terdapat bantaran banjir
di sisi yang lain
3. Sempadan sungai dengan tebing landai sampai curam di kedua sisi
4. Sempadan sungai dengan kemiringan < 33,70 pada kedua sisi
5. Sempadan sungai dengan bantaran banjir dan tebing longsor pada kedua sisinya

Atas dasar kedua pendekatan tersebut, maka area HCV indikatif di setiap sungai dapat
ditentukan. Tabel Lampiran 2.1 memberikan contoh format penetapan lebar
sempadan sungai sebagai area HCV berdasarkan berdasarkan pada pendekatan fungsi,
morphologi penampang melintang sungai dan hidraulika tinggi muka air.

Gambar Lampiran 2-1. Batas lebar sempadan sungai minimum dan maksimum
untuk menjamin keberlangsungai fungsi. (Diadopsi dari : USDA Natural Resources
Conservation Service. Where the Land and Water Meet: A Guide for Protection and Restoration of
Riparian Areas First Edition. USDA NRCS, September 2003)

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 6


Gambar Lampiran 2.2. Penentuan lebar sempadan sungai dengan tebing relatif
vertikal pada kedua sisi (dimodifikasi dari : Maryono, 2009)

Gambar Lampiran 2.3. Penentuan lebar sempadan sungai dengan tebing curam
pada satu sisi dan terdapat bantaran banjir di sisi yang lain (dimodifikasi dari :
Maryono, 2009)

Gambar Lampiran 2.4. Penentuan lebar sempadan sungai dengan tebing landai
sampai curam di kedua sisi (dimodifikasi dari : Maryono, 2009)

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 7


Gambar Lampiran 2.5. Penentuan lebar sempadan sungai dengan kemiringan <
33,70 pada kedua sisi. (dimodifikasi dari : Maryono, 2009)

Gambar Lampiran 2.6. Penentuan lebar sempadan sungai dengan bantaran banjir
dan tebing longsor pada kedua sisinya (dimodifikasi dari : Maryono, 2009)

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 8


Tabel Lampiran 2.1. Contoh tabel perhitungan lebar sempadan sungai
Lebar Sempadan sungai
(meter)
Pendekatan morphologi penampang melintang dan hidraulika tinggi muka air sungai
Bantaran Banjir
Bantaran Longsor
Bantaran Ekologi
Bantaran Keamanan
Total (batas terlebar)
Pendekatan fungsi
Morfoerosi tebing sungai/stabilitas tepi sungai
Stabilitas iklim mikro/peneduh sungai
Perlindungan kualitas air/sediment trap/filter bahan
pencemar dari lahan ***)
Pengendali banjir dan simpanan air
Wildlife habitat (aquatic)
kelembaban tanah di sekitarnya, sehingga dapat
mendukung keberlanjutan budidaya pertanian
Sebagai habitat dan koridor satwa liar teresterial
Total/overlap**)
Total Lebar HCV4 sempadan sungai **)

*) Lebar sempadan kiri/kanan sungai


**) Sempadan overlap, diambil berdasarkan kisaran nilai sesuai dengan kondisi di lapangan. Namun
didalam penetapan area HCV4 indikatif digunakan yang lapang lebar sebagai upaya prinsip kehati-
hatian.
***) hanya berlaku jika sungai terletak di dalam areal perkebunan/pertanian atau area non-point source

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 9


Pustaka

Glossary of Physical Geography Terms ( diakses dari


http://www.physicalgeography.net/physgeoglos/s.html, tanggal 4 Oktober
2012).

Maryono, Agus. 2009. Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi kasus sungai-sungai di
propinsi DIY). Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009
: 56 – 66
PP no 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

Strahler, AN., 1973. Introduction to Physical Geography, Jhon Wiley & Sons, Inc
(Third Edition). New York-USA

Suripin, 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. PenerbitAndi, Jogyakarta.

USDA Natural Resources Conservation Service. 2003. Where the Land and Water
Meet: A Guide for Protection and Restoration of Riparian Areas First Edition.
USDA NRCS, September 2003)

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai 10

Anda mungkin juga menyukai