Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sholawat dan Salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam. Berkat limpahan dan rahmat-
Nya saya telah mampu menyelesaikan tugas makalah tentang “ Akhlak ” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyaan II (AIKA II).

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Akhlak. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Saya buat di masa yang
akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Gorontalo, Juli 2019


Penyusun,

SUSINTA ISMAIL
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….………......
1.3 Tujuan .........................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak.......................................................................................


2.2 Landasan Hukum Tentang Akhlak.............................................................
2.3 Kegunaan Mempelajari Akhlak………………………………………......
2.4 Pembagian Akhlak………………………………………………………………
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi, perkataan


“Akhlak”berasal dari bahasa Arab Jama dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang
menurut logat diartikan ; budi pekerti, perangai,tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khalkun” yang berarti
kejadian, serta erat hubungan “Khaliq” yang berate pencipta dan “Makhluk” yang
berarti yang diciptakan. Perngertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila
membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi, pemahaman akhlak
adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang di amalkan
dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tuntuk kepada-Nya. Oleh karena
itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul
dari hasil perpaduan antar hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental
dalam islam. Namun sebaiknya tegaknya aktifitas keislman dalam hidup dan
kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki
akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup
dengan baik, yakni pembuatan itu selalu di ulang-ulang dengan kecenderungan hati.
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan anatara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup dalam keseharian. Semua yang
telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri
manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana
yang cantik dan mana yang jelek.

Kedudukan akhlak atau dalam kehidupan manusia menempati tempat yang


penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunya suatu
masayarakat tergantung pada bagaimana akhlaknya. Apabila baik akhlaknya, maka
sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak akhlaknya, maka rusaklah lahir batinnya.

Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya
mengatur hubungan antar manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap penciptanya.
Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Qur’an. Namun, tidak semua
orang mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan manusia dalam ilmu-ilmu yang ada dalm Al-Qur’an itu sendiri. Oleh
karen itu, permasalahan ini di angkat, yakni keterkaitan akhlak islam dengan ilmu
yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.

Zaman semakin modern dan semakin canggihnya ilmu pengetahuan,


manusiapun hidup beragam dengan kemudahan-kemudahan yang di sajikan oleh
moderanisasi dunia. Perpindahan di era globalisasi saat ini membuat kuadrat manusia
sebagai hamba Allah SwT. Yang semata-mata hany di wajibkan patuh dan hanya
menyembah satu kepadanya.

Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa. Sanggup
beribadah dan bertasbih selamanya. Namun manusia juga bukan syaitan yang
senantiasa salah sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang
diberikan dan dibekali oleh Allah akan dan nafsu ditambah dengan qalbu
kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia
mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikat.

Kalau kita tegak sejarah kebelakang sebelum islam itu datang kita dapat
temukan referensi-referensi sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai
peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nafsu belaka tanpa mementingkan
etika yang baik dan mulia. Ini semua adalah disebabkan oleh tidak adanya aturan
dalam hidup. Oleh sebab itu Allah SwT. Mengutus seorang Nabi yang merupakan
Nabi dan Rasul terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk menyempurnakan
akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri sebagaimana diterangkan
dalam hadits :

“Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan Akhlak”

Hadidits di atas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar Nabi kita


Muhammad SaW. Di utus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik
di dunia ini, karena dengan akhlak baikhlah maka, akan berbuah surge yang dinanti.

Maka dengan adanya pengutusan Nabi dan Rasul terakhir ini terbukti adanya
perubahan yang sangat signifkan yang merubah dari zaman kegelapan menjadi terang
benderang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertia tentang akhlak ?
2. Apa landasan hukum tentang akhlak ?
3. Apa kegunaa mempelajari akhlak ?
4. Apa saja pembagian dari akhlak ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang akhlak.
2. Untuk mengetahui landasan hukum tentang akhlak.
3. Untuk mengetahui kegunaan mempelajari akhlak.
4. Untuk mengetahui pembagian akhlak.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak


Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya“khuluqun”
yang berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah
adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah),
mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan
pekerjaannya.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku
atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang
buruk atau akhlak mazmumah.Sebaliknya,apabila perilaku tersebut baik disebut
akhlak mahmudah.
Akhlak dari segi istilah : menurut Imam Al-Ghazali. “Akhlak ialah suatu sifat
yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah, tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu”.
Akhlak menurut Ibnu Maskawih : “Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal pikiran
terlebih dahulu”.
Akhlak menurut Profesor Dr Ahmad Amin : “Akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan dan ia akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan. Dari defines
tersebut dapat kita pahami bahwa akhlak merupakan suatu perlakuan yang tetap
sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya penilaian di dalam
melakukan sesuatu tindakan.
Ada beberapa kriteria dari Akhlak yaitu ;
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang sehingga telah terjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan denga
sesungguhnya, bukan main-main, atau karena sandiwara.
Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak
merupakan pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan
sehingga tergambarkan dalam perilaku yang baik.
Akhlak merupakan perilaku yang tampak (terlihat) dengan jelas, baik dalam
kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah. Namun
demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran,
seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku
kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada alam.
Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami adalah akhlak yang
bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal
perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah
seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan
syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian
manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Rasulullah diutus
untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluq
(manusia) dengan khaliq (Allah Ta’ala) dan hubungan baik antara makhluq dengan
makhluq.
Kata “menyempurnakan ” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu
disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam, dari akhlak
sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah sebelum
bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna.
Perhatikan firman Allah Swt dalam Surah Al-Qalam [68]: 4:
Artinya : “ Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti
yang agung”
Dalam ayat diatas, Allah Swt. sudah menegaskan bahwa Nabi Muahammad
Saw. mempunyai akhlak yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok bagi siapa pun
yang bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya, tidak mungkin bisa
memperbaiki akhlak orang lain kecuali dirinya sendiri sudah baik akhlaknya.
Karena akhlak yang sempurna itu, Rasulullah Saw patut dijadikan uswah
alhasanah( teladan yang baik ). Firman Allah Swtdalam surah Al-Ahzab [33] : 21 :
Artinya : “ Sesungguhya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang baik untuk kamu
dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhirat dan mengingat
Allah sebanyak-banyaknya”.
Berdasarkan ayat di atas, orang yang benar-benar ingin bertemu dengan Allah
dan mendapatkan kemenangan di akhirat, maka Rasulullah Saw adalah contoh dan
teladan yang paling baik untuknya.
Akhlak memiliki sasaran yaitu : Pertama, akhlak dengan Allah. Kedua, akhlak
dengan sesama makhluk. Oleh karena itu, tidak benar kalau masalah akhlak hanya
dikaitkan dengan masalah hubungan antara manusia saja.
Atas dasar itu, maka benar akar akhlak adalah akidah dan pohonya adalah
syariah. Akhlak itu sudah menjadi buahnya. Buah itu akan rusak jika pohonnya rusak,
dan pohonnya akan rusak jika akarya rusak. Oleh karena itu akar, pohon, dan buah
harus dipelihara dengan baik.
Bagi Nabi Muhammad Saw, Al-Qur’an sebagai cerminan berakhlak. Orang
yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari, maka sudah termasuk meneladani akhlak Rasulullah. Oleh karena itu setiap
mukmin hendaknya selalu membaca Al-Qur’an kapan ada waktunya sebagai pedoman
dan menjadi tuntunan yang baik dalam berperilaku sehari-hari, insya Allah akan
terbina akhlak yang mulia bagi dirinya.
Adapun hal-hal yang perlu dibiasakan sebagai akhlak yang terpuji dalam
islam, antara lain :
1. Berani dalam kebaikan, berkata benar serta menciptakan manfaat, baik
bagi diri maupun orang lain.
2. Adil dalam memutuskan hukum tanpa membedakan kedudukan, status
sosial ekonomi, maupun kekerabatan.
3. Arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
4. Pemurah dan suka menafkahkan rezeki baik ketika lapang maupun sempit.
5. Ikhlas dalam beramal semata-mata demi meraih ridha Allah.
6. Cepat bertobat kepada Allah ketika berdosa.
7. Jujur dan amanah.
8. Tidak berkeluhkesah dalam menghadapi masalah hidup.
9. Penuh kasih sayang.
10. Lapang hati dan tidak balas dendam.
11. Malu melakukan perbuatan yang tidak baik.
12. Rela berkorban untuk kepentingan umat dan dalam membela agama Allah.

SABDA RASULULLAH TENTANG AKHLAK

Hadits-hadits Nabi saw. demikian beragam berbicara tentang akhlak.


Terkadang berisi perintah dan anjuran untuk berhias dengan akhlak yang terpuji
dalam bergaul dengan manusia. Ada kalanya beliau menyebut besarnya pahala akhlak
mulia dan beratnya pahala akhlak dalam timbangan. Pada kesempatan yang lain,
beliau memperingatkan manusia dari akhlak yang buruk dantercela. Abdullah bin
‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullahsawpernah bersabda :

ً‫إإ ﱠن إﻣﻣﻦْ ﻣأأﺧﯿإأﺮﺮﻣﻛﻢْ ﻣأأأﺣﺴَﻨأﺮﻣﻜﻢْ ﺮﺧﻠﺮﻘﻘﺎ‬

Artinya : “Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik
akhlaknya ”.

(HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)

Dalam hadits lain, Rasulullah berpesan kepada Abu Dzar al-Ghifari dan
Mu’adz bin Jabal untuk bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik dalam
sabda beliau :

ْ‫اﺗإﱠﻖ ﷲأ أﻣﺣﺮﯿﺚُ أﻣﺎً ﺮﻣﻛأﻨﺖَ أوَأأﻣﺗﺒإإﻊ اﻟﱠﺴَﯿﯿﺌأﺔأ ﻣاﻟأأﺤﺴَﻨأﺔأ ﻣﺗأﺮﻤأﺤﮭَﺎً أأوَﺧﺎً إإﻟﻖ اﻟﻨﱠأﺎًسَ إﺮﺑﺨُِ ﻠﺮﻠﻖ أأﺣﻠﺴَﻦ‬
Artinya :“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada. Iringilah
kesalahanmu dengan kebaikan, niscaya ia dapat menghapusnya. Dan pergaulilah
semua manusia dengan akhlak (budi pekerti) yang baik.” (HR. at-Tirmidzi no. 1987,
beliau mengatakan, “Hadits ini hasan.”

Rasululullah mengabarkan pula bahwa akhlak yang baik mampu mengejar


amalan ahli ibadah. Dalam sebuah hadits Aisyah Ummul Mukminin berkata, “Aku
mendengar Rasulullah bersabda :

“Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yang baik akan mencapai


derajat orang yang selalu shalat dan berpuasa.” (HR. Abu Dawud no. 4798,
disahihkan oleh al-Albani).

Ummu ad-Darda’ meriwayatkan dari suaminya, Abu ad-Darda’, Rasulullah


saw pernah bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam al-mizan
(timbangan) dari padaakhlak yang baik.” ( H.R. Abu Dawud disahihkan oleh al-
Albani )

Akhlak yang baik adalah sebab seseorang memperoleh derajat yang tinggi di
jannah Allah SwT. Sebaliknya, akhlak yang buruk adalah sebab seseorang terhalangi
dari kenikmatan jannah.

Dari Abu Umamah , dia berkata, Rasulullah SaW bersabda :

“Aku memberikan jaminan dengan sebuah rumah di tepi jannah bagi orang yang
meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak. Aku juga memberikan jaminan dengan
sebuah rumah di tengah jannah bagi yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam
senda gurau. Aku juga menjanjikan sebuah rumah di jannah tertinggi bagi yang
membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud)

Dari al-Haritsah bin Wahb, ia berkata, Rasulullah bersabda :

“Tidak akan masukjannah orang yang kasar dan kaku.” (HR. at-Tirmidzi)

2.2 Landasan Hukum Tentang Akhlak


1. Al-Qur’an
 Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-nisa: 36)
 Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali-Imron:
104)
2. Hadits
 Artinya: Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi tidak pernah berbuat keji
sendiri tidak pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya termasuk sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
akhlaknya” (HR. Bukhari)
 Artinya: “Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah saw ditanya tentang hal
yang paling banyak memasukan manusia ke dalam surga? Rasulullah saw
menjawab: Taqwa kepada Allah, akhlak yang baik. Kemudian Rasulullah
SAW ditanya kembali tentang hal yang paling banyak memasukan
manusia kedalam neraka? Rasulullah saw menjawab: mulut dan farji’
(kemaluan). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hiban dalam sahihnya dan Baihaqi
dalam Bab zuhud dan selainnya, dan Tirmidzi berkata: hadis ini hasan
sahih gharib)
 Artinya: “Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah Rasulullah
itu orang yang keji dan tidak pula orang yang berkata keji. Dan beliau
bersabda: Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah orang
yang paling di antara kalian akhlaknya.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmizdi)
2.3 Kegunaan Mempelajari Akhlak
Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Oleh karena itu, mempelajari
ilmu akhlak akan membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya, antara
lain:
1. Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk. Sesorang akan
selalu berusaha memlihara diri agar senantiasa berada si garis akhlak yang
mulia, dan menjauhi segala bentuk tindakan yang tercela yang dimurkai oleh
Allah.
2. Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk, melainkan juga
mempengaruhi dan mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus
dengan melakukan kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama
manusia.
3. Kebutuhan primer dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan kelaurga sejahtera.
Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan
bahagia, sekalipun bergelimang kekayaan. Keharmonisan keluarga terlahir
dari akhlak yang luhur.
4. Kerukunan antar tetangga
Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik,
dengan jalan mengindahkan kode etik bertetangga.
2.4 Pembagian Dari Akhlak
1. Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)
Bersifat sabar, kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu: Pertama,
sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban. Kedua, sabar menanggung
musibah atau cobaan. Ketiga, sabar menahan penganiayaan dari orang. Keempat,
sabar menanggung kemiskinan.
a. Bersifat benar (istiqamah)
b. Memelihara amanah
c. Bersifat kasih saying
d. Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
e. Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal
f. Bersifat malu
g. Memelihara kesucian diri (Al-‘Ifafah)
h. Bersifat berani
i. Bersifat adil
j. Menepati janji
2. Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)
a. Sifat dengki
b. Sifat iri hati
c. Sifat angkuh (sombong)
d. Sifat riya
e. Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu sendiri
f. Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya
g. Mengurangkan timbangan
h. Berzina
i. Membunuh

Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling mencintai dan saling
menyayangi. Sedangkan akhlak tercela menjadikan sling benci, hasud, dan
permusuhan. Laksana biji yang baik akan menghasilkan panen yang baik.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa
seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu
tindakan. Berdasarkan apa yang telah menjadi pihak bahasan pada materi di atas,
maka secara sederhana dapat ditari sebuah kesimpulan yaitu akhlak merupakan
cerminan dari agama islam itu sendiri, dimana bila akhlak seorang manusia
mencerminkan sebuah kebaikan, kesucian, kesopanan, dan lain sebagainya yang
bertujuan menggapai ridho Allah SwT. Yang menjadi ukuran baik dan buruk akhlak
adalah syarak, itulah yang baik dan apa yang mempengaruhi lingkungan serta
kebudayaan masyarakat. Apabila dalam dilingkungan masyarakat tersebut tidak
memiliki tembak yang kuat, niscaya keruntuhan Allah dan marallah yang akan terjadi.
Yaitu dimulai dengan hilangnya norma-norma dalam masyarakat tersebut.
3.2 Saran
Kerusakan akhlak pada manusia disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari, semakin kebarat-baratan yang selalu menuruti hawa nafsu yang
menggebu-gebu dalam menanggapi ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan
adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang
menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang menyesatkan
kehidupan manusia baik di dunia maupun akhirat. Untuk itu marilah kita secara sadar
dan bersama-sama menjalankan kaidah dan menguatkan nilai-nilai aqidah islam
dalam jiwa kita dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aidid, 2006, Akhlak, Yogyakarta. Penyiaran Islam.

Alim, Mohammad. “Pendidikan Agama Islam”. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


2006
Al-Qur’an dan terjemahannya, Waqaf dari Pelayanan Dua Tanah Suci Raja Fahd Bin
Abdul Aziz Al-Suud, 1424 H, Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at Al- Mush-haf
AsySyarifMadinah Munawwarah P.O Box 6262, Kerajaan Saudi Arabia.
Dorsono.T.Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo : PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2008.

Anda mungkin juga menyukai