Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN SAMPEL FOSIL UAS 40

UAS PRAKTIKUM PLAEONTOLOGI

Oleh :
Yusron Ma’ruf
12016017
Teknik Geologi

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian


Institut Teknologi Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini merupakan identifikasi fosil milik Laboratorium Paleontologi ITB dengan
kode UAS 40. Mengetahui sebuah fosil berdasarkan identifikasi taksonomi dan
karakteristik dari fosil yang ada menjadi hal yang penting agar kita juga mengetahui
lingkungan pengendapannya, kesamaan lapisan struktur batuan di suatu daerah,
penentuan umur relatif dari lapisan tempat ditemukannya fosil dan masih banyak lagi
manfaatnya. Beberapa metode yang telah penulis lakukan dalam penelitian pada fosil
UAS 46 ini seperti identifikasi morfologi dari bagian fosil yang dapat teramati, studi
literatur, hingga berkonsultasi langsung dengan para ahli-ahli Paleontologi khususnya
dalam filum Mollusca sehingga setelah dilakukan metode ini dapat ditentukan taksonomi,
umur, serta cara serta lingkungan hidup dari fosil ini.
1.1Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menentukan taksonomi, umur, cara dan lingkungan hidup,
morfologi, serta jenis fosilisasi dari potongan organisme dengan kode sampel UAS 40. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan beberapa metode yang telah dilakukan sesuai dengan
data yang dimiliki. Hal tambahan yang dimiliki atau didapatkan pada saat pengidentifikasian fosil
tersebut akan ditambahkan selanjutnya pada keterangan tambahan fosil.

1.2 Metode Pengamatan


Metode yang digunakan untuk menentukan identifikasi fosil UAS 26 ini adalah
dengan cara metode analisis pustaka, yaitu dengan studi literatur dari berbagai referensi
yang didapatkan dari buku serta situs-situs internet yang berkaitan mengenai studi
makalah ini ataupun beberapa pustaka yang mendukung dalam memberikan tambahan
dalam penginterpretasian fosil yang akan di analisis serta pengamatan secara langsung
fosil yang diteliti dengan data yang dapat langsung diinterpretasikan sesuai dengan
morfologi yang terlihat pada fosil tersebut. Dengan data-data yang ada, maka penulis
dapat menarik kesimpulan dari hasil analisis-analisis yang telah dipaparkan tersebut.

BAB II
Landasan Teori

Berdasarkan pengamatan identifikasi fosil UAS 46 secara bentuk, morfologi


cangkang, ornamen dan intstrumentasi serta aspek-aspek lainnya, maka dapat
disimpulkan secara makroskopis bahwa sampel fosil dengan kode UAS 46 digolongkan
ke dalam filum Echinodermata dan kelas Blastoidea. Untuk itu, perlu dilakukan studi
yang lebih mendalam mengenai ciri-ciri umum yang dimiliki oleh filum Echinodermata
dan kelas Blastoidea
2.1 Ciri Umum Echinodermata
Echinodermata secara bahasa berarti hewan yang berduri. Hal ini sesuai dengan
karakteristik tubuh anggotanya yang memang memiliki kulit yang berduri. Echinodermata
merupakan anggota dari subfilum invertebrate (hewan tak bertulang belakang) yang
memiliki kaki berbentuk tabung dan hidup di dasar perairan. Akan tetapi, pada beberapa
anggota, mereka dapat hidup pula di air payau. Echinodermata merupakan hewan tak
bertulang belakang, anggota dari invertebrate. Meski demikian, dalam filum invertebrate
(baca pula sistem pernapasan hewan vertebrata dan sistem pernapasan hewan
invertebrate), Echinodermata termask termask yang tingkatannya tinggi. Echinodermata
berkembang biak secara seksual, yaitu hewan jantan dan betina yang melepaskan sel
gametnya ke air laut, dan proses fertilisasi yang berlangsung secara eksternal (di dalam
air laut).
Echinodermata memiliki karakteristik sebagai berikut:
A. Triploblastik selomata
B. Pada saat larva, tubuhnya simetri bilateral. Sedangkan pada saat dewasa, tubuhnya
simetri radial.
C. struktur rangka tubuh tersusun atas zat kitin.
D. Mempunyai struktur kaki ambulakral pada sistem pergerakannya.
E. Sistem pencernaan sudah hampir sempurna, kecuali pada kelompok asteroidea.
F. Sistem ekskresi tidak ada, hanya berlangsung secara difusi.
G. Reproduksi secara seksual.
2.2 Ciri Umum Blastoidea
Blastoidea adalah kelas echinodermata yang telah punah. Sering disebut tunas laut (sea buds),
fosil blastoids terlihat seperti kacang hickory kecil. Mereka pertama kali muncul bersamaan dengan
banyak kelas echinodermata lainnya dalam periode Ordovisium dan mencapai keragaman terbesar
mereka dalam subperiode Mississippian dari periode Karbon. Namun, blastoidea mungkin berasal dari
periode Kambrium. Blastoidea bertahan sampai kepunahan mereka di akhir periode Permian, sekitar
250 juta tahun lalu.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Deskripsi Fosil
Fosil dengan kode UAS 46 berwarna putih kecoklatan jenis fosilisasinya adalah
permineralisasi karena sebagian mineral asilnya telah terganti oleh mineral karbonat
morfologi yg teramati adalah amburakal dan daitoid plate

Amburakal Deitoid Plate

3.2 Taksonomi
Taksonomi dan morfologi Fosil UAS 26 merupakan sebuah fosil Cephalopoda dengan ukuran
16 cm x 11,5 cm x 3,5 cm. Pada bagian fosil terdapat sutura berupa ammonitic yang berada di
beberapa bagian dari fosil . Fosil tersebut diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri morfologi sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Fosil ini dimasukkan dalam filum Echinodermata Karena hewan tersebut memiliki duri
Kelas :Blastoidea
Fosil ini dimasukkan dalam Blastoidea karena simetri penta radial dan memilik amburakal
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
4.1 Pembahasan
Pembentukan fosil blastoidea diawali ketika blastoidea mati selama sedimentasi juga
terjadi pergantian dan pengisian mineral. Mineral pengisi biasanya mineral kalsit atau silica.
Proses pembentukan fosil Blastoidea dapat dijadikan fosil indeks dari umur suatu batuan,
keadaan lingkungan dan aspek geologi lainnya berdasarkan ciri blastoidea tersebut.
4.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan deskripsi makroskopis dari fosil UAS 46,
disimpulkan bahwa fosil UAS 46 merupakan fosil cephalopoda dengan taksonomi sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Echinoidea
Kelas : Blastoidea
DAFTAR PUSTAKA

Benton, Michael J dan Harper, David A.T., 2009. Introduction to Paleobiology and the Fossil
Record. Willey-Blackwell. Hal.344-353
Clarkson,E.N.K. 1998.Invertebrate Paleontology and Evolution fourth edition. Blackwell
Science. UK. Hal. 229-254
Syarifin. 2011. Paleontologi Invertebrata. Bandung : Teknik Geologi Universitas Padjajaran
https://www.palaeontologyonline.com diakses pada 29 November 2017 pukul 15.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai