Bab 2
Bab 2
PEMBAHASAN
2
3
3. Ketidakpastian politik,
4. Krisis ekonomi,
5. Masalah konflik di wilayah perbatasan,
6. Konflik etnis dan konflik komunal dengan berbagai dimensi internasionalnya,
7. Persoalan disintegrasi bangsa,
8. Peningkatan jumlah pelaku terorisme,
9. Kemampuan melakukan tindakan ancaman terhadap human security, dsb.
ولوعلم اإلمام قوما يخيفون الطريق (أوواحدا) ولم يأخذوا ماال (نصابا) وال (قتلوا) نفسا عزرهم
[159 ] نفس المصدر ص.) بحبس وغيره...(وجوبا مالم يرالمصلحة في تركه
“Jika imam mengetahui sekelompok orang (atau satu orang)
menakut-nakuti jalan, tanpa mengetahui harta (sampai satu nishab) dan
tidak (membunuh) jiwa, maka ia pasti menerapkan takzir atas mereka
(sebagai suatu kewajiban, jika ia tidak melihat alasan yang dibenarkan
dalam membiarkannya...) dengan memenjarakan mereka atau dengan
cara lain.”
c. Hukum terorisme
Dalam tafsir ayat di atas di sebutkan bahwa variasi hukuman itu
berdasarkan atas kualitas kejahatan mereka. Hukum mati bagi mereka
yang membunuh saja dengan tidak merampas, pemalangan atau
penyaliban untuk mereka yang membunuh dan merampas, pemotongan
tangan dan kaki untuk mereka yang hanya merampas, sedangkan
pembuangan untuk mereka yang hanya mengganggu ketentraman umum.
Dalam tafsir al-Jalain, misalnya, dinyatakan:
فالقتل لمن قتل فقط والصلب لممن قتل وأخذ المال والقطع لمن أخذالمال ولم يقتل والنفي لمن
قاله ابن عباس وعليه الشفعي وأصح قوليه أن الصلب ثالثا بعد القتل وقيل قبله قليال.أخاف فقط
ويلحق باالنفي ماأشبهه في التنكيل من الحبس وغيره
“Hukum bunuh merupakan hukuman bagi orang yang hanya
membunuh, penyaliban untuk orang yang membunuh dan mengambil
harta, potong tangan untuk yang mengambil harta tapi tidak membunuh
dan dan pembuangan untuk orang yang hanya menakut-nakuti. Demikian
pendapat yang dikemukakan Ibn Abbas dan diikuti asy-Syafi’i. Di antara
dua pendapat asy-Syafi’i adalah bahwa penyaliban tiga kali disebutkan
setelah hukum bunuh, dikatakan oleh sebagian ulama: sedikit sebelum
hukuman mati. Hukuman-hukuman yang menyerupainya seperti
pengurungan dikategorikan dalam pembuangan.”
Bahkan ketika Nabi masih hidup sudah ada perbedaan pendapat (mazhab
atau aliran), dalam memahi sumber ajaran islam, dan nabi sendiri
mengakui keberadaannya.
b. Konsep Pluralisme
Tantangan keagamaan yang mendasar yang kita hadapi sekarang ini
bisa kita ungkap dengan satu kata, yaitu pluralisme. Pluralisme merupakan
tantangan, akan tetapi bila tantangan tersebut tidak diperhatikan dengan
sungguh-sungguh maka agama-agama akan kehilangan persepsi yang
benar tentang dunia dan masyarakat di mana mereka hidup.
Pluralisme telah menjadi ciri esensial dari dunia dan masyarakat
sekarang. Dunia telah menjadi satu dan menjadi sebuah kampung kecil di
mana umat manusia hidup bersama di dalamnya. Kelompok-kelompok
masyarakat hidup saling berhubungan, saling tergantung satu terhadap
yang lain. Jaringan komunikasi telah menembus tembok-tembok yang
tadinya mengisolasi kelompok-kelompok agama di masyarakat.
Pluralisme bukan sekadar multiplikasi kepelbagian, bukan hanya
ekstensif, akan tetapi kualitatif. Pluralisme masa sekarang, jenis bentuk
dan isinya berbeda dengan pluralisme yang kita alami di masa lampau.
Pluralisme masa lampau menuntut suatu respon kerukunan, koeksistensi,
dan keserasian hidup dari kelompok-kelompok agama di masyarakat.
Corak kepelbagian itu bersifat pasif, kalau kita mendatanginya kita baru
mengalaminya, akan tetapi pluralisme sekarang ini bersifat sangat aktif,
kalau kita tidak memperdulikannya maka kita akan digilasnya.[4]
Pluralisme di masa sekarang terjadi karena tiap-tiap kelompok itu
sudah mengalami proses emansipasi sedemikian rupa, sehingga setiap
bagian itu sudah melakukan emansipasi bersama, dan tampil bersama
secara setara. Tidak ada orang yang bisa mengatakan bahwa sesuatu pihak
tidak punya hak untuk tampil. Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa
pluralisme jenis yang sekarag ini tampil bersama dengan kesadaran
emansipatoris dari setiap kelompok yang ada di masyarakat. Kenyataan
semarcam ini melahirkan urgensi baru untuk memahami serta
menanggapinya secara baru.
Menurut The Oxford English Dictionary, Pluralisme berarti “sebuah
watak untuk menjadi plural”, dan dalam ilmu politik didefinisikan
15