Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua masalah, pertama bahasa
sebagai instrumen komunikasi yang digunakan anak, dan kedua anak
sebagai pengguna dan pemakai bahasa. Dari segi bahasa kita dapat
amati bahwa sifat bahasa sangat dinamis dan cenderung mengalami
perubahan. Sedangkan dari segi pengguna bahasa, kita juga dapat amati
adanya dinamika bahasa yang terjadi pada anak secara terus menerus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui perubahan bahasa
anak yang mengalami masa transisi dari masa pra-pubertas ke masa
pasca-pubertas awal 2) Mengetahui perubahan bahasa pada masa pasca-
pubertas dalam pertalian antara bahasa dan pikiran; apakah bahasa yang
mempengaruhi pikiran, atau pikiran yang mempengaruhi perubahan
bahasa. 3) Mengetahu hubungan perubahan bahasa dengan kesantunan
bahasa pada masa pra-pasca pubertas.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilakukan melalui pengamatan terhadap fakta dan fenomena empiris yang
disaksikan peneliti apa adanya. Oleh karena itu semua fenomena yang
nampak, direkam dan dirinci dengan tidak mempertimbangkan benar atau
salahnya. Dengan demikian penelitian ini berusaha memberikan refleksi
terhadap data yang diperoleh dari objek penelitian secara langsung.
Hasil temuan penelitian ini adalah 1)Perubahan bahasa masa pra-
pubertas mengalami peralihan karena faktor usia dan relasi yang
dibangun penutur pada masa pasca pubertas. 2) Bahasa anak yang
mengalami masa transisi bersifat resiprokal dengan pikirannya.
Karenanya bahasa pada masa pasca pubertas dapat mempengaruhi
pikiran dan pikiran juga dapat mempengaruhi perubahan bahasa
seseorang.3) Kesantunan bahasa anak pada masa pasca pubertas tidak
dapat dilihat melalui norma kesantunan semata tapi juga harus melihat
faktor solidaritas bahasa teman-teman sebaya bagi penutur dan petutur
dalam prinsip kerjasama tuturan.
Abstract
The research was distributed by two issues, firstly the language as an
instrument of communication that is used, and the second two children as
users and users of language. In terms of the language we can observe that
the nature of the language is very dynamic and tend to experience change.
While the language of the user, we can also observe the presence of the
dynamics of language that occur in children continuously.
The purpose of this study is to: 1) Mengetahui change language of children
who experienced the transition from the pre-puberty to the time of initial
puberty post-baby 2) know the language changes in the post-war period
1
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
202 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
of puberty in the nexus between language and mind; does language affect
the mind, or mind affecting change language. 3) Knows the relationship
with politeness language change language on pre-post puberty.
It is a qualitative descriptive study. The researchof dilwithkukan through
observation of confinedap facts and empirical phenomena being witnessed
by researchers. Therefore all phenomena appear, recorded and specified
by not considering is right or wrong. Thus this study sought to provide a
reflection against data obtained from research object directly.
The results of these research findings is 1) changes the language of the
pre-puberty experience the transition because of the age factor and the
relationships that were built in the post-war period speakers of puberty.)
Bahasa children undergoing transition are reciprocally with his mind.
Hence the language in the post-war period of puberty can affect the mind
and the mind can also affect change language person. 3) Kesantunan
language of the child at the time of post puberty cannot be seen through
the sheer politeness norms but should also see the solidarity factor
language friends-peers for the speakers and the cooperation principle in
speech petutur.
2
Ahmad Akrom Malibary, At-Taghayyur al-Dalali: Anwâ’uhu, Simâtuhu, Asbâbuhu, Asykâluhu,
dalam Âfâq ‘Arabiyyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 91.
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 203
3 4
Richard M.Leaner dan Graham B. Spanier, Hamid Abdussalam Zahran, Ilmu Nafsin
Adolescent Development A Life-Span Numuwwuw, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1986),
Perspecive, (New York: McGraw-Hill h. 292
Company, 1980), h. 22.
204 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
5 7
Ronald Wardhaugh, An Introduction to Janet Holmes, An Introduction to
Sociolinguistics (Victoria: Blackwell Sociolinguistics (London and New York:
Publishing, 2006), h. 191. Longman. 1994), h. 210-229.
6
Ibid., h. 197.
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 205
pasca pubertas. Kata beik/abbaik yang situasi, berubah menjadi ya/ya apa/ha..
berakar kata labbaik merupakan apa? Ungkapan tersebut diucapkan
serapan dari bahasa Arab yang Nadya ketika menjawab sebuah
ditututrkan karena pengaruh eksternal panggilan yang dilakukan oleh orang
setelah terjadinya asimilasi budaya tua, adik, pembantu, atau teman
Arab saat melakukan kontak sebaya.
masyarakat di nusantara, termasuk Bila dalam kasus Nadya,
pada budaya melayu dan betawi. perubahan bahasa dalam kata
Dalam kasus Nadya kata ”Beik/Abbaik Beik/abbaik/labbaik menjadi ya/ya
(labbaik)” adalah ungkapan yang apa/ha.. apa? terjadi dalam unsur
digunakan anggota keluarga untuk semantik ketika terjadinya masa
menjawab panggilan dari anggota peralihan dari pra pubertas menuju
keluarga yang lain. Sekalipun pasca pubertas awal, maka penelitian
ungkapan ini tidak menjadi peraturan Zeller juga membuktikan perubahan
yang mesti ditaati, ungkapan ini secara bahasa yang terjada karena faktor
konvensional digunakan dalam tindak usia).8 Perbedaannya dengan
tutur keluarga. Kalimat ini penelitian ini adalah, Zeller
mengandung pengertian ”ya”. Misal menemukan perubahan bunyi bahasa
bila salah satu dari anggota keluarga saat mendengar banyak penutur
dipanggil: melapalkan kata-kata seperi haggle
Ibu : Nadya... dan bag dengan ritme Hegel dan beg,
Nadya : Beik nda dan bang seperti benk di sekitar
wilayah Milwaukee, Wisconsin.
Ayah : Bun... Penutur bahasa yang lebih muda---
Ibu : Beik yah laki-laki dan perempuan--- cenderung
menghilangkan bunyi vowel pada
Kalimat ini dipengaruhi oleh beberapa kata. Uniknya, dalam kasus
bahasa Arab, yang sebagian besar penelitian ini perubahan bunyi pada
digunakan dalam masyarakat kata abbaik/beik/labbaik mengalami
keturunan Betawi. Sebagai anak yang perubahan melalui proses peralihan
hidup dalam lingkungan keluarga besar kata serapan Arab yang perlahan
Betawi dan tinggal di lingkungan bergeser dan bahkan beralih pada
komunitas Betawi, ungkapan ini tuturan bahasa pertama tanpa
menjadi tidak asing bagi Nadya. membunyikan atau menghilangkan
Menginjak usia peralihan ke bunyi kata serapan Arab di atas.
masa remaja awal, ungkapan Dengan kata lain perubahan bunyi
Beik/abbaik/labbaik, dalam beberapa
8
Zeller, C, The Investigation of a Sound
Change in Change in Progress. Journal of
English Linguistics, 25 (2), h.142-55.
206 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
tidak saja terjadi pada peralihan bunyi semata karena fenomena dari
vowel semata, tapi juga kata. perbedaan usia.”
Namun, dalam kasus penelitian
yang berbeda Eckert menemukan 2. Cara Terjadinya Perubahan
bahwa penambahan usia berkorelasi Bahasa Pra-Pasca Pubertas
dengan meningkatnya konservatisme Menurut Holmes, perubahan
seseorang dalam berbicara. Hal itu juga bahasa terjadi melalui 3 (tiga) cara.
menjadi ambigu; apakah pola-pola Pertama penyebaran dari satu
bahasa dalam masyarakat berubah kelompok masyarakat ke kelompok
sepanjang waktu atau apakah penutur lain (from group to group). Semakin
menjadi lebih konservatif karena luas jaringan sosial penutur bahasa
bertambahnya usia-atau karena alasan maka perubahan bahasa juga semakin
keduanya. Tanpa bukti, tidak ada cara menyebar.10 Kedua, dari gaya bahasa
untuk membuktikan apakah usia benar- ke gaya bahasa lain (from style to
benar dapat dijadikan patokan bahwa style)..Ketiga, perubahan bahasa dapat
pola-pola dari variasi bahasa terjadi melalui ‘penyebaran’
9 11
mengalami perubahan. (diffusion). Bila mengacu pada teori
Dari hasil penelitian Zeller dan Holmes tentang lexical diffusion, teori
Eckert di atas, perbedaan usia ini menjelaskan bahwa perubahan
menentukan terjadinya perubahan bunyi tidak hanya dapat menyebar
bahasa. Namun demikian, menurut melalui proses peralihan satu
Wardhaugh hasil penelitian tersebut kelompok ke kelompok lain atau dari
tidak dapat digeneralisir, karena pada satu gaya bahasa ke gaya bahasa lain,
situasi tertentu usia dapat saja menjadi melainkan juga dapat melalui
faktor dominan, tetapi pada situasi penyebaran dari satu kata ke kata lain
yang lain ada faktor lain yang lebih (from word to word). Dalam konsep
dominan. Walau demikian, lain Wardhaugh menyebut proses
Wardhaugh melihat bahwa segala penyebaran ini dengan sebutan konsep
sesuatu yang kita lihat sebagai ‘gelombang’ (wave).12
perubahan bahasa karena antara orang Dalam kasus ini, perubahan
tua dan orang muda mengatakan bahasa pra pubertas-pasca pubertas
sesuatu dengan cara yang berbeda. awal terlihat pada perubahan gaya
”Orang yang lebih tua mengatakan bahasa dalam penggunaan pronomina
sesuatu dan orang yang lebih muda tuturan Nadya berikut ini:
juga mengatakan sesuatu, bukan
Perubahan Penggunaan Pronomina
9
Eckert, P., Adolescent Social Structure and 10
Janet Holmes, An Introduction to
the Spread of Linguistics Change, Journal Linguistics (London and New York:
Language in Society, 17, 1988, h. 153, dan Longman. 1994), h. 218-219.
dalam Ronald Wardhaugh, Op.Cit., h. 197. 11
Ibid., h. 222.
12
Ronald Wardhaugh, Op.Cit., h. 193
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 207
13
International Linguistics Community On
Line, The Sapir-Whorf Hypothesis, diakses 29
Maret 2013.
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 209
14 16
Penelope Brown and Stephen C. Levinson, Masnur Muslich, “Kesantunan Berbahasa:
Politeness: Some Universals in Language Sebuah Kajian Sosiolinguistik”, http://re-
Usage, (Cambridge: Cambridge University, searchengines.com/1006masnur2.html,
1978), h. 61. diunduh tanggal 29 Juli 2009.
15JohnR. Searle, Speech Acts: An Essay in the
Philosophy of Language,Cambridge: Cambridge
University, 1969, h. 24.
210 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
Kesantunan Berbahasa
Perubahan masa pra pubertas dan pasca pubertas awal
No Bahasa Awal Perubahan Bahasa Level
(pra pubertas) (pasca pubertas awal) Kesantun
an
1 Beik/Abbaik (labbaik) Ya.. /ya ...apa /ya..ha.... 1
2 Kakak sudah bilang, hati- Aku udah bilang, kamu hati-hati dong 1
hati dong dek
3 Kakak duluan ya dek Shemil, aku duluan 2
4 Dek makannya jangan Shemil! makannya jangan banyak-banyak, 2
banyak-banyak, kalo kamu udah overweight, jelek lo dek Shemil!
kegemukan nggak cantik
dek.
5 Teman kakak nggak mau Teman Nadya nggak mau menjadi pengurus 3
menjadi pengurus kelas kelas, ya biar ajalah setiap orang kan punya hak
asasi
6 Nda, kakak takut kalau ayah Nda, Nadya takut kalau ayah merokok terus, 3
merokok terus, nanti ayah paru-parunya rusak sehingga ayah sakit
sakit
terlalu halus, tapi juga tidak terlalu lebih kasar, mengedepankan kata
kasar. ”jelek” ketimbang ”tidak cantik”.
Kalimat ”Dek makannya jangan Sedangkan pada kalimat
banyak-banyak, kalo kegemukan ”Teman kakak nggak mau menjadi
nggak cantik dek” sering diucapkan pengurus kelas” adalah ungkapan
Nadya bila melihat adiknya makan bahasa yang rutin digunakan Nadya
dengan lahap dan menyatakan pada hari pertama setiap tahun ajaran
keinginan untuk menambah makanan. baru. Setiap pemilihan pengurus kelas
Setelah menginjak masa pubertas biasanya Nadya mendapat
awal, Nadya mengingatkan adiknya ”langganan’ dipilih dan ditunjuk
dengan perubahan bahasa sebagai menjadi salah satu pengurus;
berikut ”Shemil! makannya jangan sekretaris, wakil, atau ketua kelas.
banyak-banyak, kamu udah Saat pertama kali Nadya menjadi
overweight, jelek lo dek”. Perubahan murid baru di tingkat Tsanawiyah,
bahasa tersebut disamping terdengar tradisi pemilihan pengurus kelas
lebih lugas, juga menggunakan dilakukan, dan Nadya terpilih menjadi
peminjaman kata asing (borrowing), wakil ketua kelas. Salah seorang
yaitu overweight. Kontak Nadya yang temannya yang terpilih menjadi
lebih luas misal melalui pertemanan sekretaris kelas tidak siap dipilih dan
dan pengaruh media, menjadi faktor menyatakan mengundurkan diri.
yang dapat mempengaruhi tindak Situasi itu diceritakan Nadya pada
tuturnya, utamanya anak-anak yang kedua orangtuanya. Kalimat ”teman
mulai menginjak masa pubertas awal, kakak nggak mau menjadi pengurus
senang menyelipkan beberapa kata kelas”, berubah menjadi ”Teman
asing dalam ujarannya. Di samping Nadya nggak mau menjadi pengurus
terlihat lebih gaul, peminjaman kelas, ya biar ajalah setiap orang kan
bahasa memberi kesan prestigius bagi punya hak asasi”. Perubahan bahasa
penuturnya. Dilihat dari analisis Nadya terjadi pada pergantian
bahasa dan pikiran (language and pronomina ”kakak” menjadi ”Nadya”
thought), Nadya telah membangun dan tambahan argumen ”ya biar ajalah
sebuah konsep ”kecantikan”, yaitu setiap orang kan punya hak asasi”.
bertubuh langsing atau tidak Berdasarkan analisis bahasa dan
kegemukan. Konsep itu menjadi tolak pikiran, perubahan bahasa Nadya dari
ukurnya, sehingga ia memperingatkan pronomina ”kakak” ke ”Nadya”,
adiknya untuk tidak makan terlalu dapat menunjukkan penegasan pada
banyak agar memperoleh kecantikan identitas diri yang lebih independen,
berdasarkan cara pandangnya. Dari tidak mengacu pada statusnya sebagai
level kesantunan, perubahan bahasa kakak, melainkan sebagai entitas
Nadya berada pada level 1, berbicara dirinya sendiri. Begitu pula argumen
lebih spontan sehingga kedengaran tambahannya, ia menggunakan kata
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 213
”hak asasi” sebagai konsep untuk saja karena faktor lingkungan dan
menghargai pilihan dan keputusan pendidikan anak, penambahan usia
orang lain. Penambahan usia dan juga menjadi faktor yang
pengetahuan bisa jadi mempengaruhi mempengaruhi proses kematangan
wawasannya, sehingga apa yang ia berpikir seseorang. Informasi yang
ungkapkan mencerminkan pola diperoleh Nadya baik melalui bahan
pikirnya saat itu. Level kesantunan bacaan, media, iklan, atau sumber lain
kalimat ini dikategorikan pada level 3 tentang bahaya merokok,
karena dianggap lebih sopan dalam mempengaruhi pikiran dan
maknanya. Kata ”hak asasi” bahasanya. Di sini lah perubahan
menunjukkan negative politeness, bahasa terjadi. Dengan demikian,
formal, mengacu pada perbedaan, perubahan bahasa bisa karena
ketidaklangsungan sehingga tidak dipengaruhi oleh perkembangan
mengancam ”muka” orang lain. pikiran anak, atau bisa jadi
Perubahan bahasa lisan lainnya perkembangan pikirannya lah yang
yang dapat peneliti rekam adalah mempengaruhi bahasanya. Level
kalimat, ”Nda, kakak takut kalau ayah kesantunan kalimat ini berada pada
merokok terus, nanti ayah sakit”. level 3 karena dikategorikan lebih
Seperti kalimat sebelumnya, halus. Tambahan argumen ”Nadya
perubahan bahasa disertai dengan takut kalau ayah merokok terus, paru-
tambahan argumen menjadi ”Nda, parunya rusak sehingga ayah sakit”
Nadya takut kalau ayah merokok mengandung makna bahwa penutur
terus, paru-parunya rusak sehingga menyuruh orang lain (dalam hal ini
ayah sakit”. Hampir sama dengan ayahnya) untuk tidak merokok.
perubahan bahasa pada kalimat Strategi yang dipilih agar tidak
sebelumnya, perubahan bahasa yang menyinggung perasaan orang lain
terjadi pada kalimat ini juga terjadi adalah dengan ungkapan ”Nadya
pada pergantian pronomina ”kakak” takut” dengan gaya merajuk. Selain
menjadi ”Nadya”. Nadya tidak lagi itu kata ”ayah sakit” merupakan
menggunakan pronomina penyapa bentuk solidaritas yang diperlihatkan
”kakak, tapi langsung pada penutur. Dengan strategi yang
pronomina nama dirinya. Pergantian digunakannya ini, orang lain (ayah
pronomina ini juga menunjukkan Nadya) bisa jadi berhenti merokok
upaya untuk mempertegas identitas tanpa merasa ”mukanya” terancam.
dan konsep diri, sebagai salah satu Selain itu ada dua jenis
sikap dari anak-anak yang mengalami kesantunan yang menjadi perhatian
masa pubertas untuk mendapatkan saat kita berinteraksi dengan orang
pengakuan. Perubahan bahasa juga lain, yaitu positive politeness, yang
terjadi pada tambahan argumen. mengarah ke peningkatan solidaritas,
Argumen tersebut terbentuk bukan ditandai dengan penggunaan bahasa
214 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013