Anda di halaman 1dari 16

Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 201

Analisis Sosiolinguistik Perubahan Bahasa Pada Masa


Pra-Pasca Pubertas
Karlina Helmanita 1

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua masalah, pertama bahasa
sebagai instrumen komunikasi yang digunakan anak, dan kedua anak
sebagai pengguna dan pemakai bahasa. Dari segi bahasa kita dapat
amati bahwa sifat bahasa sangat dinamis dan cenderung mengalami
perubahan. Sedangkan dari segi pengguna bahasa, kita juga dapat amati
adanya dinamika bahasa yang terjadi pada anak secara terus menerus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui perubahan bahasa
anak yang mengalami masa transisi dari masa pra-pubertas ke masa
pasca-pubertas awal 2) Mengetahui perubahan bahasa pada masa pasca-
pubertas dalam pertalian antara bahasa dan pikiran; apakah bahasa yang
mempengaruhi pikiran, atau pikiran yang mempengaruhi perubahan
bahasa. 3) Mengetahu hubungan perubahan bahasa dengan kesantunan
bahasa pada masa pra-pasca pubertas.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilakukan melalui pengamatan terhadap fakta dan fenomena empiris yang
disaksikan peneliti apa adanya. Oleh karena itu semua fenomena yang
nampak, direkam dan dirinci dengan tidak mempertimbangkan benar atau
salahnya. Dengan demikian penelitian ini berusaha memberikan refleksi
terhadap data yang diperoleh dari objek penelitian secara langsung.
Hasil temuan penelitian ini adalah 1)Perubahan bahasa masa pra-
pubertas mengalami peralihan karena faktor usia dan relasi yang
dibangun penutur pada masa pasca pubertas. 2) Bahasa anak yang
mengalami masa transisi bersifat resiprokal dengan pikirannya.
Karenanya bahasa pada masa pasca pubertas dapat mempengaruhi
pikiran dan pikiran juga dapat mempengaruhi perubahan bahasa
seseorang.3) Kesantunan bahasa anak pada masa pasca pubertas tidak
dapat dilihat melalui norma kesantunan semata tapi juga harus melihat
faktor solidaritas bahasa teman-teman sebaya bagi penutur dan petutur
dalam prinsip kerjasama tuturan.

Keywords: perubahan bahasa, pra-pubertas, pasca-pubertas, pikiran,


kesantunan

Abstract
The research was distributed by two issues, firstly the language as an
instrument of communication that is used, and the second two children as
users and users of language. In terms of the language we can observe that
the nature of the language is very dynamic and tend to experience change.
While the language of the user, we can also observe the presence of the
dynamics of language that occur in children continuously.
The purpose of this study is to: 1) Mengetahui change language of children
who experienced the transition from the pre-puberty to the time of initial
puberty post-baby 2) know the language changes in the post-war period

1
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
202 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

of puberty in the nexus between language and mind; does language affect
the mind, or mind affecting change language. 3) Knows the relationship
with politeness language change language on pre-post puberty.
It is a qualitative descriptive study. The researchof dilwithkukan through
observation of confinedap facts and empirical phenomena being witnessed
by researchers. Therefore all phenomena appear, recorded and specified
by not considering is right or wrong. Thus this study sought to provide a
reflection against data obtained from research object directly.
The results of these research findings is 1) changes the language of the
pre-puberty experience the transition because of the age factor and the
relationships that were built in the post-war period speakers of puberty.)
Bahasa children undergoing transition are reciprocally with his mind.
Hence the language in the post-war period of puberty can affect the mind
and the mind can also affect change language person. 3) Kesantunan
language of the child at the time of post puberty cannot be seen through
the sheer politeness norms but should also see the solidarity factor
language friends-peers for the speakers and the cooperation principle in
speech petutur.

A. Latar Belakang tersebut juga tidak bisa dihindarkan.


Bahasa selalu akan mengalami
Penelitian ini dilatarbelakangi
perubahan sesuai dengan
oleh dua masalah, pertama bahasa
perkembangan pemikiran dan
sebagai instrumen komunikasi yang
kebutuhan manusia sebagai pemakai
digunakan anak, dan kedua anak
bahasa.
sebagai pengguna dan pemakai
Perubahan bahasa pada anak
bahasa. Dari segi bahasa kita dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
amati bahwa sifat bahasa sangat
yaitu bertambahnya usia dan
dinamis dan cenderung mengalami
kematangan biologis, psikis, dan
perubahan. Sedangkan dari segi
psikologis anak, pergaulan atau
pengguna bahasa, kita juga dapat
teman-teman yang dimiliki, hobi yang
amati adanya dinamika bahasa yang
diminati, wawasan, ragam bacaan,
terjadi pada anak secara terus
dan pengetahuan yang ia peroleh.
menerus. 2 Oleh karena itu perubahan
Semua hasil proses perkembangan
bahasa bersifat resiprokal, terjadi
bahasa yang dialami anak, seperti
secara timbal balik antara bahasa dan
perubahan bunyi, kata, kalimat, dan
pemakainya. Bahasa juga merupakan
makna dapat disebut sebagai
produk budaya manusia yang
perubahan bahasa. Gejala perubahan
hidupnya selalu dinamis, kreatif, dan
itu terjadi sebagai akibat dari
cenderung tidak statis. Begitu pula
perkembangan bunyi yang ia dengar
dengan perubahan bahasa yang terjadi
atau pergeseran makna yang ia
pada masa anak-anak, sifat resiprokal

2
Ahmad Akrom Malibary, At-Taghayyur al-Dalali: Anwâ’uhu, Simâtuhu, Asbâbuhu, Asykâluhu,
dalam Âfâq ‘Arabiyyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 91.
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 203

peroleh dari perubahan pemakai bahasa yang dikemukakan anak; baik


bahasa yang ada di sekitarnya. lisan maupun tulisannya lebih ilmiah,
Perubahan bahasa pada anak, argumentatif, dan rasional
khususnya anak yang mengalami dibandingkan masa sebelumnya.
masa transisi (pubertas awal) Berangkat dari alasan di atas,
memiliki karakteristik yang berbeda penelitian tentang ”Analisis
pada kanak-kanak umumnya. Berbeda Sosiolinguistik Perubahan Bahasa
karena, pertama dari segi usia, anak Anak Usia Pra-Pasca Pubertas
tersebut menjalani sebuah fase dianggap perlu. Fokus penelitian
”jembatan penghubung” antara fase adalah untuk menggali lebih jauh
kanak-kanak dan orang dewasa, yakni pengaruh perubahan bahasa terhadap
jembatan penghubung antara masa perkembangan pikiran anak,
tenang, manja dan biasa tergantung khususnya anak yang mengalami
pada proteksi orang tua beralih ke masa peralihan pubertas awal, dan
masa yang penuh gejolak, tingkat kesantunannya pada
bertanggung jawab dan berpikir masyarakat atau sebaliknya.
matang secara mandiri.3 Kedua, masa Sedangkan rumusan masalah
ini pada sebagian masyarakat penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
dianggap sebagai masa sturm and perubahan bahasa anak yang
drung, angin topan, dan masa yang mengalami masa transisi dari masa
labil,4 sehingga perubahan yang pra-pubertas ke masa pasca-pubertas
terjadi pada anak usia ini, termasuk awal? 2) Bagaimana perubahan
perubahan bahasanya menjadi sesuatu bahasa pada masa pasca-pubertas
yang dipandang secara negatif. dalam pertalian antara bahasa dan
Walau demikian, perubahan pikiran; apakah bahasa yang
bahasa bisa berpengaruh negatif dan mempengaruhi pikiran, atau pikiran
positif. Negatif karena kadang anak yang mempengaruhi perubahan
yang terlihat sangat sopan di rumah bahasa? 3) Bagaimana hubungan
berubah menjadi seperti anak yang perubahan bahasa dengan kesantunan
arogan; mengeluarkan kata-kata yang bahasa pada masa pra-pasca pubertas.
kurang ’santun’ dan kasar. Padahal di
satu sisi arogansi itu dapat dimaknai
sebagai mulai munculnya keinginan B. METODOLOGI PENELITIAN
anak untuk mengidentifikasi diri agar Metode penelitian ini adalah
memperoleh pengakuan orang lain. penelitian deskriptif kualitatif.
Hal positif lainnya adalah kadang Penelitian ini dilakukan melalui

3 4
Richard M.Leaner dan Graham B. Spanier, Hamid Abdussalam Zahran, Ilmu Nafsin
Adolescent Development A Life-Span Numuwwuw, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1986),
Perspecive, (New York: McGraw-Hill h. 292
Company, 1980), h. 22.
204 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

pengamatan terhadap fakta dan berdasarkan pandangan tradisional,


fenomena empiris yang disaksikan dan kedua berdasarkan pandangan
peneliti apa adanya. Oleh karena itu modern. Dalam pandangan
semua fenomena yang nampak, Wardhaugh, kelompok pertama
direkam dan dirinci dengan tidak diwakili oleh Ferdinand De Saussure
mempertimbangkan benar atau dan Bloomfield yang berpendapat
salahnya. Dengan demikian penelitian bahwa perubahan bahasa terjadi karena
ini berusaha memberikan refleksi sebab perbedaan struktur melalui
terhadap data yang diperoleh dari proses waktu yang sangat lama. Oleh
objek penelitian secara langsung. karena itu jika terjadi perubahan
Sumber data penelitian ini bahasa, prosesnya terjadi karena faktor
adalah seorang anak berusia 11 tahun internal dan lebih disebabkan karena
9 bulan yaitu Nadya siswi kelas VII faktor-faktor yang bersifat struktural.5
Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Berbeda dengan pandangan
UIN Jakarta. Karena sampel tradisional, para linguis modern, yang
penelitian adalah anak sendiri, maka diwakili oleh Wardhaugh6 dan
perubahan bahasanya (terutama lisan) Holmes7---ahli sosiolinguistk---
langsung dapat diamati. Karenanya, berpendapat bahwa perubahan bahasa
teknik pengumpulan data diperoleh terjadi karena adanya faktor internal
dengan dua cara yaitu mengamati dan dan eksternal. Perubahan internal
menuliskan perubahan kata-kata atau terjadi dari dalam bahasa itu sendiri,
kalimat yang diucapkan anak tersebut. seperti berubahnya sistem fonologi,
Perubahan bahasa yang dicatat atau morfologi, sintaksis, atau tataran
direkam adalah kata-kata yang lazim lainnya. Sedangkan perubahan
dituturkan, tapi kemudian menjadi eksternal merupakan perubahan bahasa
tidak lazim diucapkan ketika anak akibat adanya pengaruh dari luar,
tersebut memasuki masa pubertas seperti peminjaman atau penyerapan
awal. unsur bahasa (kosa kata) lain. Selain
karena alasan peminjaman bahasa dan
imposition, perubahan eksternal terjadi
C. PEMBAHASAN karena adanya perbedaan kelas sosial,
ekonomi, batas wilayah, usia, dan
1. Perubahan Bahasa Pada Masa
jender.
Pra-Pasca Pubertas
Pandangan Wardhaugh dan
Dalam kajian sosiolinguistik,
Holmes di atas juga terjadi pada masa
perubahan bahasa dikemukakan
perubahan bahasa pra-pubertas menuju
dengan dua mainstream; Pertama,

5 7
Ronald Wardhaugh, An Introduction to Janet Holmes, An Introduction to
Sociolinguistics (Victoria: Blackwell Sociolinguistics (London and New York:
Publishing, 2006), h. 191. Longman. 1994), h. 210-229.
6
Ibid., h. 197.
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 205

pasca pubertas. Kata beik/abbaik yang situasi, berubah menjadi ya/ya apa/ha..
berakar kata labbaik merupakan apa? Ungkapan tersebut diucapkan
serapan dari bahasa Arab yang Nadya ketika menjawab sebuah
ditututrkan karena pengaruh eksternal panggilan yang dilakukan oleh orang
setelah terjadinya asimilasi budaya tua, adik, pembantu, atau teman
Arab saat melakukan kontak sebaya.
masyarakat di nusantara, termasuk Bila dalam kasus Nadya,
pada budaya melayu dan betawi. perubahan bahasa dalam kata
Dalam kasus Nadya kata ”Beik/Abbaik Beik/abbaik/labbaik menjadi ya/ya
(labbaik)” adalah ungkapan yang apa/ha.. apa? terjadi dalam unsur
digunakan anggota keluarga untuk semantik ketika terjadinya masa
menjawab panggilan dari anggota peralihan dari pra pubertas menuju
keluarga yang lain. Sekalipun pasca pubertas awal, maka penelitian
ungkapan ini tidak menjadi peraturan Zeller juga membuktikan perubahan
yang mesti ditaati, ungkapan ini secara bahasa yang terjada karena faktor
konvensional digunakan dalam tindak usia).8 Perbedaannya dengan
tutur keluarga. Kalimat ini penelitian ini adalah, Zeller
mengandung pengertian ”ya”. Misal menemukan perubahan bunyi bahasa
bila salah satu dari anggota keluarga saat mendengar banyak penutur
dipanggil: melapalkan kata-kata seperi haggle
Ibu : Nadya... dan bag dengan ritme Hegel dan beg,
Nadya : Beik nda dan bang seperti benk di sekitar
wilayah Milwaukee, Wisconsin.
Ayah : Bun... Penutur bahasa yang lebih muda---
Ibu : Beik yah laki-laki dan perempuan--- cenderung
menghilangkan bunyi vowel pada
Kalimat ini dipengaruhi oleh beberapa kata. Uniknya, dalam kasus
bahasa Arab, yang sebagian besar penelitian ini perubahan bunyi pada
digunakan dalam masyarakat kata abbaik/beik/labbaik mengalami
keturunan Betawi. Sebagai anak yang perubahan melalui proses peralihan
hidup dalam lingkungan keluarga besar kata serapan Arab yang perlahan
Betawi dan tinggal di lingkungan bergeser dan bahkan beralih pada
komunitas Betawi, ungkapan ini tuturan bahasa pertama tanpa
menjadi tidak asing bagi Nadya. membunyikan atau menghilangkan
Menginjak usia peralihan ke bunyi kata serapan Arab di atas.
masa remaja awal, ungkapan Dengan kata lain perubahan bunyi
Beik/abbaik/labbaik, dalam beberapa

8
Zeller, C, The Investigation of a Sound
Change in Change in Progress. Journal of
English Linguistics, 25 (2), h.142-55.
206 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

tidak saja terjadi pada peralihan bunyi semata karena fenomena dari
vowel semata, tapi juga kata. perbedaan usia.”
Namun, dalam kasus penelitian
yang berbeda Eckert menemukan 2. Cara Terjadinya Perubahan
bahwa penambahan usia berkorelasi Bahasa Pra-Pasca Pubertas
dengan meningkatnya konservatisme Menurut Holmes, perubahan
seseorang dalam berbicara. Hal itu juga bahasa terjadi melalui 3 (tiga) cara.
menjadi ambigu; apakah pola-pola Pertama penyebaran dari satu
bahasa dalam masyarakat berubah kelompok masyarakat ke kelompok
sepanjang waktu atau apakah penutur lain (from group to group). Semakin
menjadi lebih konservatif karena luas jaringan sosial penutur bahasa
bertambahnya usia-atau karena alasan maka perubahan bahasa juga semakin
keduanya. Tanpa bukti, tidak ada cara menyebar.10 Kedua, dari gaya bahasa
untuk membuktikan apakah usia benar- ke gaya bahasa lain (from style to
benar dapat dijadikan patokan bahwa style)..Ketiga, perubahan bahasa dapat
pola-pola dari variasi bahasa terjadi melalui ‘penyebaran’
9 11
mengalami perubahan. (diffusion). Bila mengacu pada teori
Dari hasil penelitian Zeller dan Holmes tentang lexical diffusion, teori
Eckert di atas, perbedaan usia ini menjelaskan bahwa perubahan
menentukan terjadinya perubahan bunyi tidak hanya dapat menyebar
bahasa. Namun demikian, menurut melalui proses peralihan satu
Wardhaugh hasil penelitian tersebut kelompok ke kelompok lain atau dari
tidak dapat digeneralisir, karena pada satu gaya bahasa ke gaya bahasa lain,
situasi tertentu usia dapat saja menjadi melainkan juga dapat melalui
faktor dominan, tetapi pada situasi penyebaran dari satu kata ke kata lain
yang lain ada faktor lain yang lebih (from word to word). Dalam konsep
dominan. Walau demikian, lain Wardhaugh menyebut proses
Wardhaugh melihat bahwa segala penyebaran ini dengan sebutan konsep
sesuatu yang kita lihat sebagai ‘gelombang’ (wave).12
perubahan bahasa karena antara orang Dalam kasus ini, perubahan
tua dan orang muda mengatakan bahasa pra pubertas-pasca pubertas
sesuatu dengan cara yang berbeda. awal terlihat pada perubahan gaya
”Orang yang lebih tua mengatakan bahasa dalam penggunaan pronomina
sesuatu dan orang yang lebih muda tuturan Nadya berikut ini:
juga mengatakan sesuatu, bukan
Perubahan Penggunaan Pronomina

9
Eckert, P., Adolescent Social Structure and 10
Janet Holmes, An Introduction to
the Spread of Linguistics Change, Journal Linguistics (London and New York:
Language in Society, 17, 1988, h. 153, dan Longman. 1994), h. 218-219.
dalam Ronald Wardhaugh, Op.Cit., h. 197. 11
Ibid., h. 222.
12
Ronald Wardhaugh, Op.Cit., h. 193
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 207

Bahasa Awal Perubahan Bahasa


(pra pubertas) (pasca pubertas awal)
Kakak sudah bilang, hati-hati dong dek Aku udah bilang, kamu hati-hati dong
Kakak duluan ya dek Shemil, aku duluan

Dari tabel di atas, terlihat Dalam kasus penelitian ini,


perubahan bahasa dalam perubahan gaya bahasa dalam
menggunakan pronomina dari masa penggunaan pronomina masa pra-
pra pubertas dan pasca pubertas awal. pasca pubertas juga mengalami proses
Pada masa pra pubertas, Nadya penyebaran melalui sistem
menggunakan pronomina sapaan diri gelombang Wardhaugh di atas. Hal ini
yaitu kata “kakak” untuk sebutan dapat terjadi karena faktor-faktor
orang pertama. Sementara pada pasca sosial seperti usia, status, jenis
pubertas awal, Nadya menggunakan kelamin, dan wilayah tempat tinggal
pronomina “aku” sebagai orang penutur. Faktor ini memberi
pertama secara langsung. kontribusi bagi terjadinya perubahan
Adanya perubahan bahasa bahasa dengan cepat.
dalam menggunakan pronomina Denga demikian perubahan
dalam konteks Holmes, dapat juga bahasa dapat terjadi melalui salah satu
terjadi pada konteks tuturan Nadya. atau lebih dari tiga cara Holmes di
Gaya bahasa yang dituturkan oleh atas. Proses perubahan bahasa dapat
Nadya kepada kepada yang lain dapat terjadi setiap saat. Jika kita percaya
juga mempengaruhi terjadinya bahwa perubahan bahasa dapat
perubahan bahasa. Termasuk ketika berubah setiap saat, maka perubahan
gaya bahasa masa pubertas awal bahasa yang sedang berlangsung (in
mengalami peralihan penggunaan progress) seharusnya juga dapat
pronomina diamati, baik pada bahasa tuturan
Orang seringkali dan suka maupun bahasa tulisan.
meniru gaya bahasa orang lain. Bila
pada masa pra pubertas, interaksi 3. Bahasa dan Pikiran Pra-Pasca
sosial seseorang masih terbatas pada Pubertas
lingkungan keluarga, maka dengan Sejak muncul hipotesis Sapir-
bertambahnya usia interaksi sosial Whorf tentang linguistic
seseorang menjadi lebih luas dalam determination (bahasa menentukan
menemukan, mendengarkan, dan pikiran) kontroversi mengenai hakikat
menirukan gaya bahasa orang lain. bahasa dan pikiran kian semakin
Peniruan gaya bahasa ini biasa marak. Perdebatan para ahli seputar
dilakukan karena beberapa alasan, tentang apakah bahasa mempengaruhi
diantaranya untuk ingin mendapat pikiran, apakah pikiran yang
pengakuan atau prestise yang sama mempengaruhi bahasa, atau bahasa
dari orang yang ditiru. dan pikiran saling mempengaruhi satu
208 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

sama lain. Perdebatan tersebut bukan hanya sebagai alat untuk


mengundang dua kelompok besar menyuarakan ide tetapi juga
yaitu yang setuju pada hipotesis merupakan pembentuk ide,
Sapir-Whorf dan kelompok yang pemprogram kegiatan mental dan
kontra dengan hipotesis tersebut.13 penentu struktur mental penuturnya,
Hipotesis Whorf menunjukkan seperti tuturan anak masa pra-
bahwa bahasa dan pikiran itu sangat pubertas dan pasca pubertas dalam
bertalian dan berhubungan. Bahasa bagan berikut ini:

Bahasa dan Pikiran


Bahasa Awal Perubahan Bahasa
(pra pubertas) (pasca pubertas awal)
Dek makannya jangan banyak-banyak, kalo Shemil! makannya jangan banyak-banyak,
kegemukan nggak cantik dek kamu udah overweight, jelek lo dek Shemil!
Nda, kakak takut kalau ayah merokok terus, nanti Nda, Nadya takut kalau ayah merokok terus,
ayah sakit paru-parunya rusak sehingga ayah sakit

Bentuk tingkah laku verbal di karena telah terbangun dalam kognisi


atas, telah menunjukkan adanya sosial penutur tentang makna
pertalian antara bahasa dan pikiran kesehatan tersebut. Hubungan antara
pra pubertas dan pasca pubertas awal. pikiran dan bahasa semakin matang
Pada tuturan ketika menyatakan dan terlihat ketika meningkatnya usia
perintah pada ujaran pra pubertas penutur dari pra pubertas sampai
“Dek makannya jangan banyak- pasca pubertas. Konsep kecantikan
banyak, kalo kegemukan nggak dan kesehatan dalam tingkah laku
cantik dek”, menunjukkan pikiran verbal penutur semakin kritis dengan
mempengaruhi bahasa dan bahasa pernyataan argumentatif dan kritis.
mempengaruhi pikiran bahwa Perubahan bahasa terjadi dengan kian
kegemukan mengandung konsepsi bertambahnya usia dan semakin
negatif dalam konvensi bahasa berkembangnya penyebaran leksikal
tentang makna dari sebuah dari masa peralihan pra menuju pasca
kecantikan. Begitu pula pada pubertas, seperti pernyataan pada
pernyataan pada ujaran “Nda, kakak ucapan “Nda, kakak takut kalau ayah
takut kalau ayah merokok terus, nanti merokok terus, nanti ayah sakit”
ayah sakit." Konsep penutur menjadi tuturan “Nda, Nadya takut
mengenai kesehatan dan pertaliannya kalau ayah merokok terus, paru-
dengan rokok masih sederhana, parunya rusak sehingga ayah sakit”.
namun demikan bahasa verbal yang Di sini terlihat bahwa bahasa
dituturkan menggambarkan pikiran

13
International Linguistics Community On
Line, The Sapir-Whorf Hypothesis, diakses 29
Maret 2013.
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 209

senantiasa mempengaruhi pikiran langsung bahwa kesantunan


seseorang. berbahasa digunakan tidak hanya
Karenanya dalam konsep untuk menggambarkan dunia, tetapi
behaviorisme Skinner (1957) pikiran juga untuk melakukan tindakan yang
tidak saja merupakan bentuk dari dapat diindikasikan dari tampilan
tingkah laku non-verbal tapi juga ujaran itu sendiri.15
verbal. Bahasa penting bagi pikiran. Menurut Muslich, kesantunan
Kita berbahasa untuk (politeness), kesopansantunan itu
mengembangkan pikiran. Pikiran adalah tatacara, adat, atau kebiasaan
ibarat tingkah laku dari berbahasa itu yang berlaku dalam masyarakat.
sendiri. Orang dapat berpikir karena Kesantunan merupakan aturan
ada bahasa. Itu artinya bahasa perilaku yang ditetapkan dan
mempengaruhi pikiran. Begitu pula disepakati bersama oleh suatu
sistem bahasa dengan peraturan dan masyarakat tertentu sehingga
kosakatanya sangat penting bagi kesantunan sekaligus menjadi
pikiran. prasyarat yang disepakati oleh
perilaku sosial. Oleh karena itu,
3. Kesantunan Bahasa Pra- kesantunan ini biasa disebut
Pasca Pubertas "tatakrama", dan kesantunan
Teori kesantunan pertama kali berbahasa tercermin dalam tatacara
diperkenalkan oleh Erving Goffman komunikasi lewat tanda verbal atau
tahun 1967 melalui konsep “muka” tata cara berbahasa.16
(face). Konsep ini kemudian Berdasarkan pandangan linguis
dikembangkan oleh Brown and di atas, maka kesantunan menjadi
Levinson tahun 1978 yang bagian dari tindak tutur dalam
menjelaskan definisi ”muka” sebagai berbahasa. Ketika terjadinya
the public self-image that every perubahan bahasa pada masa pra
member wants to claim for himself pubertas sampai pasca pubertas awal,
(citra diri publik bahwa setiap orang maka kesantunan berbahasa menjadi
ingin dihargai dirinya). 14 Teori bagian dari perubahan bahasa itu
kesantunan ini juga berhubungan sendiri. Lihat tabel kesantunan berikut
dengan teori tindak tutur (speech act) ini:
yang diformulasi dari John Searle
yang menyatakan secara tidak

14 16
Penelope Brown and Stephen C. Levinson, Masnur Muslich, “Kesantunan Berbahasa:
Politeness: Some Universals in Language Sebuah Kajian Sosiolinguistik”, http://re-
Usage, (Cambridge: Cambridge University, searchengines.com/1006masnur2.html,
1978), h. 61. diunduh tanggal 29 Juli 2009.
15JohnR. Searle, Speech Acts: An Essay in the
Philosophy of Language,Cambridge: Cambridge
University, 1969, h. 24.
210 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Kesantunan Berbahasa
Perubahan masa pra pubertas dan pasca pubertas awal
No Bahasa Awal Perubahan Bahasa Level
(pra pubertas) (pasca pubertas awal) Kesantun
an
1 Beik/Abbaik (labbaik) Ya.. /ya ...apa /ya..ha.... 1
2 Kakak sudah bilang, hati- Aku udah bilang, kamu hati-hati dong 1
hati dong dek
3 Kakak duluan ya dek Shemil, aku duluan 2
4 Dek makannya jangan Shemil! makannya jangan banyak-banyak, 2
banyak-banyak, kalo kamu udah overweight, jelek lo dek Shemil!
kegemukan nggak cantik
dek.
5 Teman kakak nggak mau Teman Nadya nggak mau menjadi pengurus 3
menjadi pengurus kelas kelas, ya biar ajalah setiap orang kan punya hak
asasi
6 Nda, kakak takut kalau ayah Nda, Nadya takut kalau ayah merokok terus, 3
merokok terus, nanti ayah paru-parunya rusak sehingga ayah sakit
sakit

Level kesantunan dari perubahan dari level 3 (yang sopan)


perubahan ujaran ke level 1 (kasar).
”beik/abbaik/labbaik” ke Tata cara berbahasa harus
ya.../ya...apa/ha..apa” mengalami sesuai dengan unsur-unsur budaya
perubahan pilihan kata dan yang ada dalam masyarakat tempat
berubahnya intonasi ketika hidup dan dipergunakanya suatu
melakukan tuturan. Pengaruh bahasa dalam berkomunikasi. Apabila
tindakan tutur pada teman sebaya tatabahasa seseorang tidak sesuai
pada usia pubertas juga terjadi pada dengan norma-norma budaya, maka
perubahan berbahasa. Dari bahasa akan mendapatkan nilai negatif,
serapan beik/abbaik/labbaik yang misalnya dijuluki sebagai orang yang
semula menjadi konvensi bahasa sombong, tak acuh, bahkan tidak
khusus (keluarga) berubah menjadi pandai bergaul.
bahasa ujaran umum (masyarakat dan Pada ujaran “Kakak sudah
teman sebaya). Perhatian Nadya yang bilang, hati-hati dong dek”,
lebih besar kepada teman-teman merupakan ujaran yang disampaikan
sebaya mempengaruhi cara ia Nadya kepada adiknya agar berhati-
bertindak tutur. Ujaran hati. Dari tuturan tersebut Nadya
beik/abbaik/labbaik tidak lagi menggunakan pronomina ”kakak”
diucapkan secara konsisten, atau untuk dirinya dan ”adek/dek” untuk
dengan kata lain mengalami adiknya. Nadya memperlihatkan
perubahan. Termasuk intonasi ujaran relasi yang tegas antara dirinya dan
yang berubah dari suara rendah ke adiknya. Namun setelah menginjak
suara agak meninggi. Level masa pubertas awal, pronomina
kesantunan ujaran ini mengalami ”kakak” dan ”adek” tidak lagi ajeg
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 211

digunakan. Dalam beberapa kali solidaritas dan hubungan yang setara,


ujaran kalimat ”Kakak sudah bilang, karena melihat konteks persejawatan
hati-hati dong dek” mengalami dengan adiknya. Hal ini dapat saja
perubahan menjadi “Aku udah bilang, terjadi mengingat usia Nadya tidak
kamu hati-hati dong”. Perubahan terpaut jauh dengan adiknya, sehingga
ujaran tersebut diantaranya: Pertama dalam situasi tertentu dapat saja ia
Pronomina ”kakak” berubah menjadi merasa bahwa relasinya dengan
” aku” dan pronomina ”adek” berubah adiknya sebagai seorang teman
menjadi ”kamu”. Ini membuat makna sebaya.
peringatan Nadya terdengar lebih kuat Begitu juga kalimat ”kakak
”aku udah bilang, kamu hati-hati duluan ya dek” dan ”Shemil aku
dong”. Dalam ujaran ini Nadya tidak duluan” juga terjadi perubahan, baik
lagi memperlihatkan garis pemisah dari susunan struktur kalimat maupun
antara adik dan kakak. Ia pronomina. Pada kalimat pertama
menggunakan pronomina ”aku” dan ”kakak duluan ya dek” penutur lebih
”kamu” untuk memperlihatkan relasi mengacu pada keinginan untuk
yang setara dengan adiknya. Kedua, mendapatkan persetujuan dari petutur
kata tambahan ”dong” juga (adik), sehingga penutur baru dapat
mengalami perubahan, semula melaksanakan tindakannya setelah
terletak sebelum kata dek, berubah mendapat persetujuan petutur.
menjadi di akhir kalimat. Ujaran ini Kalimat kedua justru bermakna lain,
juga menunjukkan pada makna yang penutur tidak lagi meminta
lebih kuat untuk mengingatkan persetujuan petutur, melainkan telah
kehati-hatian pada adiknya. Dari mengambil keputusan. Jadi ketika Ia
ujaran ini juga tersurat bahwa mengucapkan ”Shemil, aku duluan”,
tindakan yang dilakukan Shemil penutur dapat melaksanakan
diindikasikan oleh Nadya sebagai tindakannya setelah ujarannya selesai.
bagian tanggungjawabnya, bukan Berdasarkan analisis bahasa dan
orang lain. Makna ujaran ini tampak pikiran, ujaran Nadya tersebut dapat
berbeda dengan ujaran pertama yang dimaknai dengan telah munculnya
lebih mengesankan adanya keinginan keberanian mengambil keputusan.
kakak untuk mengayomi adiknya. Keberanian mengambil keputusan
Dalam level kesantunan ujaran ini biasanya mengindikasikan adanya
berada pada level 1, karena terdengar kemandirian dan tanggungjawab,
kasar dan tidak ada upaya untuk yang menjadi sifat kedewasaan
membangun hubungan emosional seseorang. Walau secara pikiran
Nadya kepada adiknya. Namun pada Nadya juga mengalami perubahan
sisi lain, peralihan pronomina yang positif, namun pada level kesantunan
berubah dari “kakak” ke pronomina berbahasa, perubahan bahasa Nadya
“aku” dapat saja memberi makna berada pada level 2 karena tidak
212 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

terlalu halus, tapi juga tidak terlalu lebih kasar, mengedepankan kata
kasar. ”jelek” ketimbang ”tidak cantik”.
Kalimat ”Dek makannya jangan Sedangkan pada kalimat
banyak-banyak, kalo kegemukan ”Teman kakak nggak mau menjadi
nggak cantik dek” sering diucapkan pengurus kelas” adalah ungkapan
Nadya bila melihat adiknya makan bahasa yang rutin digunakan Nadya
dengan lahap dan menyatakan pada hari pertama setiap tahun ajaran
keinginan untuk menambah makanan. baru. Setiap pemilihan pengurus kelas
Setelah menginjak masa pubertas biasanya Nadya mendapat
awal, Nadya mengingatkan adiknya ”langganan’ dipilih dan ditunjuk
dengan perubahan bahasa sebagai menjadi salah satu pengurus;
berikut ”Shemil! makannya jangan sekretaris, wakil, atau ketua kelas.
banyak-banyak, kamu udah Saat pertama kali Nadya menjadi
overweight, jelek lo dek”. Perubahan murid baru di tingkat Tsanawiyah,
bahasa tersebut disamping terdengar tradisi pemilihan pengurus kelas
lebih lugas, juga menggunakan dilakukan, dan Nadya terpilih menjadi
peminjaman kata asing (borrowing), wakil ketua kelas. Salah seorang
yaitu overweight. Kontak Nadya yang temannya yang terpilih menjadi
lebih luas misal melalui pertemanan sekretaris kelas tidak siap dipilih dan
dan pengaruh media, menjadi faktor menyatakan mengundurkan diri.
yang dapat mempengaruhi tindak Situasi itu diceritakan Nadya pada
tuturnya, utamanya anak-anak yang kedua orangtuanya. Kalimat ”teman
mulai menginjak masa pubertas awal, kakak nggak mau menjadi pengurus
senang menyelipkan beberapa kata kelas”, berubah menjadi ”Teman
asing dalam ujarannya. Di samping Nadya nggak mau menjadi pengurus
terlihat lebih gaul, peminjaman kelas, ya biar ajalah setiap orang kan
bahasa memberi kesan prestigius bagi punya hak asasi”. Perubahan bahasa
penuturnya. Dilihat dari analisis Nadya terjadi pada pergantian
bahasa dan pikiran (language and pronomina ”kakak” menjadi ”Nadya”
thought), Nadya telah membangun dan tambahan argumen ”ya biar ajalah
sebuah konsep ”kecantikan”, yaitu setiap orang kan punya hak asasi”.
bertubuh langsing atau tidak Berdasarkan analisis bahasa dan
kegemukan. Konsep itu menjadi tolak pikiran, perubahan bahasa Nadya dari
ukurnya, sehingga ia memperingatkan pronomina ”kakak” ke ”Nadya”,
adiknya untuk tidak makan terlalu dapat menunjukkan penegasan pada
banyak agar memperoleh kecantikan identitas diri yang lebih independen,
berdasarkan cara pandangnya. Dari tidak mengacu pada statusnya sebagai
level kesantunan, perubahan bahasa kakak, melainkan sebagai entitas
Nadya berada pada level 1, berbicara dirinya sendiri. Begitu pula argumen
lebih spontan sehingga kedengaran tambahannya, ia menggunakan kata
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 213

”hak asasi” sebagai konsep untuk saja karena faktor lingkungan dan
menghargai pilihan dan keputusan pendidikan anak, penambahan usia
orang lain. Penambahan usia dan juga menjadi faktor yang
pengetahuan bisa jadi mempengaruhi mempengaruhi proses kematangan
wawasannya, sehingga apa yang ia berpikir seseorang. Informasi yang
ungkapkan mencerminkan pola diperoleh Nadya baik melalui bahan
pikirnya saat itu. Level kesantunan bacaan, media, iklan, atau sumber lain
kalimat ini dikategorikan pada level 3 tentang bahaya merokok,
karena dianggap lebih sopan dalam mempengaruhi pikiran dan
maknanya. Kata ”hak asasi” bahasanya. Di sini lah perubahan
menunjukkan negative politeness, bahasa terjadi. Dengan demikian,
formal, mengacu pada perbedaan, perubahan bahasa bisa karena
ketidaklangsungan sehingga tidak dipengaruhi oleh perkembangan
mengancam ”muka” orang lain. pikiran anak, atau bisa jadi
Perubahan bahasa lisan lainnya perkembangan pikirannya lah yang
yang dapat peneliti rekam adalah mempengaruhi bahasanya. Level
kalimat, ”Nda, kakak takut kalau ayah kesantunan kalimat ini berada pada
merokok terus, nanti ayah sakit”. level 3 karena dikategorikan lebih
Seperti kalimat sebelumnya, halus. Tambahan argumen ”Nadya
perubahan bahasa disertai dengan takut kalau ayah merokok terus, paru-
tambahan argumen menjadi ”Nda, parunya rusak sehingga ayah sakit”
Nadya takut kalau ayah merokok mengandung makna bahwa penutur
terus, paru-parunya rusak sehingga menyuruh orang lain (dalam hal ini
ayah sakit”. Hampir sama dengan ayahnya) untuk tidak merokok.
perubahan bahasa pada kalimat Strategi yang dipilih agar tidak
sebelumnya, perubahan bahasa yang menyinggung perasaan orang lain
terjadi pada kalimat ini juga terjadi adalah dengan ungkapan ”Nadya
pada pergantian pronomina ”kakak” takut” dengan gaya merajuk. Selain
menjadi ”Nadya”. Nadya tidak lagi itu kata ”ayah sakit” merupakan
menggunakan pronomina penyapa bentuk solidaritas yang diperlihatkan
”kakak, tapi langsung pada penutur. Dengan strategi yang
pronomina nama dirinya. Pergantian digunakannya ini, orang lain (ayah
pronomina ini juga menunjukkan Nadya) bisa jadi berhenti merokok
upaya untuk mempertegas identitas tanpa merasa ”mukanya” terancam.
dan konsep diri, sebagai salah satu Selain itu ada dua jenis
sikap dari anak-anak yang mengalami kesantunan yang menjadi perhatian
masa pubertas untuk mendapatkan saat kita berinteraksi dengan orang
pengakuan. Perubahan bahasa juga lain, yaitu positive politeness, yang
terjadi pada tambahan argumen. mengarah ke peningkatan solidaritas,
Argumen tersebut terbentuk bukan ditandai dengan penggunaan bahasa
214 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

yang informal, menawarkan yang asimetris ini menghadirkan


pertemanan, dan penggunaan pujian. sebuah lambang kekuatan hubungan
Negative politeness mengarah kepada persaudaraan dan persahabatan.
pembedaan, penggunaan bahasa yang Bentuk simetris penggunan
formal, dan ketidaklangsungan. Vous menjadi penggunaan yang
Beberapa bahasa dibangun ke sopan. Penggunaan yang sopan ini
dalam sistem kesantunan yang pelik. kemudian menyebar di kalangan
Bahasa Jawa misalnya menurut masyarakat, tetapi tidak semua
Geerts (1960), hampir tidak mungkin lapisan, jadi hanya dalam kelas-kelas
untuk mengatakan apapun tanpa tertentu saja, tetapi tidak pernah
mengindikasikan hubungan sosial samapi pada kelas yang lebih rendah,
antara pembicara dan pendengar kecuali antara suami dan isteri, orang
dalam hal status dan kekeluargaan. tua dan anak, dan para pecinta. Bentuk
Sebelum orang Jawa berbicara dengan simetris penggunaan Tu selalu
yang lainnya dia harus memutuskan berusaha untuk menunjukkan sebuah
ragam ujaran yang berterima : ragam hubungan kedekatan (keintiman).
tinggi, menengah, atau rendah. Oleh karena itu penggunaanya
Dalam beberapa bahasa, merujuk pada situasi-situasi di mana
pronomina tertentu mengindikasikan dua pihak setuju bahwa mereka
makna dalam kesantunan. Misal memiliki ketertarikan-ketertarikan
bahasa Prancis, membedakan yang umum seperti solidaritas.
pronomina Tu dan Vous. Bentuk Tu Dalam bahasa Indonesia,
kadang-kadang digambarkan sebagai penggunaan pronomina Tu dan Vous,
sebuah bentuk yang ’familiar’ dan belum sangat tegas perbedaannya.
bentuk Vous sebagai sebuah bentuk Namun berdasarkan konteks
yang ’sopan. komunikasi tertentu, penggunaan
Konsekuensi dari penggunaan pronomina tertentu dapat
dua pronomina itu adalah pada abad- menunjukkan sebuah pemaknaan
abad pertengahan saat orang-orang yang dapat mengarah pada
kelas atas mulai saling menggunakan kesantunan pada satu sisi, atau
pronomina Vous untuk menunjukkan solidaritas pada sisi lain.
saling menghormati dan rasa
kesantunan. Walau demikian E. SIMPULAN
pronomina Tu masih dipertahankan, a. Perubahan bahasa masa pra-pubertas
dan orang-orang kelas bawah saling
mengalami peralihan karena faktor
menggunakan bentuk hubungan Tu,
usia dan relasi yang dibangun penutur
dan orang-orang kelas atas menunjuk pada masa pasca pubertas. Perubahan
orang-orang di kelas lebih rendah bahasa terjadi karena faktor eksternal
dengan Tu tetapi menerima Vous.
dalam keajekan menggunakan bahasa
Oleh karena itu penggunaan tanda
serapan (dalam kasus penelitian ini
Karlina Helmanita : Analisis Sosiolinguistik … 215

adalah serapan bahasa Arab) bergeser Muslich, Masnur. “Kesantunan


bahkan hilang . Semakin Berbahasa: Sebuah Kajian
bertambahnya usia dan hubungan Sosiolinguistik”, http://re-
sosial keajekan bahasa seseorang searchengines.com/1006masnur
menjadi longgar. 2.html, diunduh tanggal 29 Juli
b. Bahasa anak yang mengalami masa 2009.
transisi bersifat resiprokal dengan Leaner, Richard M. dan Graham B.
pikirannya. Karenanya bahasa pada Spanier. 1980. Adolescent
masa pasca pubertas dapat Development A Life-Span
mempengaruhi pikiran dan pikiran Perspecive. New York:
juga dapat mempengaruhi perubahan McGraw-Hill Company.
bahasa seseorang. Searle, John R. 1969. Speech Acts:
c. Kesantunan bahasa anak pada masa An Essay in the Philosophy of
pasca pubertas tidak dapat dilihat Language,Cambridge:
melalui norma kesantunan semata Cambridge University.
tapi juga harus melihat faktor Vilkki, Liisa. 2013. “Politeness, Face
solidaritas bahasa teman-teman and Facework: Current Issues”,
sebaya bagi penutur dan petutur dalam A Man of Measure
dalam prinsip kerjasama tuturan. Festchrift in Honour of Fred
Karlsoon, akses tanggal 29
DAFTAR PUSTAKA Maret 2013.
Wardhaugh, Ronald. 2006. An
Brown, Penelope and Stephen C.
Introduction to Sociolinguistics.
Levinson. Politeness: Some
Victoria: Blackwell Publishing.
Universals in Language Usage.
Zahran, Hamid Abdussalam. 1986.
Cambridge: Cambridge
Ilmu Nafsin Numuwwuw. Kairo:
University, 1978, h.61.
Dar al-Ma’arif.
Holmes, Janet. 1994. An Introduction
to Sociolinguistics. London and
New York: Longman.
Malibary, Ahmad Akrom. 2007. At-
Taghayyur al-Dalali:
Anwâ’uhu, Simâtuhu,
Asbâbuhu, Asykâluhu, dalam
Âfâq ‘Arabiyyah: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab.
Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai