Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
No.absen : 04
Jl. Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104, Telp (0293) 4901639
Temanggung 56221
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802
Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian
diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan
pandangan bahwa garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser
matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk
melakukan penelitian yang sistematis mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali
tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi dan emisi suatu
cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan
melepas suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun
1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam
publikasi ini SSA direkomendasikan sebagai metode analisis yang dapat diaplikasikan
secara umum (Weltz, 1976).
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.Metode
serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada
temperatur.Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber
radiasi, sistem pengukur fotometerik. Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam
analisis. Ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan
unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur
lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat
digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam.
Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal
dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi
sampel yang telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui
monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber
radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus
(DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau
sampel.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut
akan menyerap energi dan mengakibatkan electron pada kulit terluar naik ke tingkat
energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi
tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari
sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan
energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang
dibutuhkan oleh atom tersebut.
Sampel analisis berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan
bantuan gas bakar yang digabungkan bersama oksidan ( bertujuan untuk menaikkan
temperatur ) sehingga dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk
dalam kabut dilewatkan pada sinar dan panjang gelombang yang khas.Sinar sebagian
diserap, yang disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan emisi.Penyerapan yang terjadi
berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala.Pada
kurva absorpsi, terukur besarnya sinar yang diserap, sdangkan kurva emisi, terukur
intensitas sinar yang dipancarkan.
Sampel yang akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi peristiwa
berikut secara berurutan dengan cepat :
A = εbc
Dimana:
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan
biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Absorptivitas Molar pada persamaan di atas
adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap
oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai
Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau
dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar.
Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari
sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi
pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat
dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat
tersebut.
Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai Absorptivitas Molar
dari satu molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai Absorbansi
yang dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan
tidak mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji. Itulah makanya
ketika larutan sampel yang Kamu miliki konsentrasinya tinggi, Kamu harus
mengencerkannya terlebih dahulu sebelum dikukur secara spektrofotometri. Secara umum,
uji kuantitatif suatu sampel harus memberikan serapan antara 0.2 – 0.8, atau toleransinya
0.1 – 0.9. Jika nilai serapan sampel kurang dari persyaratan tersebut, maka Kamu tidak
bisa menggunakan metode spektrofotometri untuk mengkuantifikasinya. Atau jika nilai
serapan sampel Kamu lebih dari persyaratan tersebut, maka Kamu harus mengencerkan
sampel yang Kamu miliki sehingga hasil pengencerannya memberikan serapan pada range
nilai serapan yang dipersyaratkan.
2.4.Jenis-Jenis SSA
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
1. Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada
suhu ± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi
dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar.
Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda.
Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda
tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan
sensitivitas yang berbeda pula.
Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang
akan dianalisa
Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
Gas cukup murni dan bersih (UHP)
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah
1) Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup
stabil. Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk
mencegah korosi.
2) Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan
unsur yang dianalisa.
3) Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
a. Mempunyai berat jenis > 0,7 g/Ml
b. Mempunyai titik didih > 100 ºC
c. Mempunyai titik nyala yang tinggi
d. Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
2. Atomisasi tanpa nyala
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi
dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang
biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.
2. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan
burner (sistem pembakar)
4. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
5. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
6. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS.Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada
setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti
lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu
katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
2) Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada AAS.Bagian yang hitam ini merupakan bagian
yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
7. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada
juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan
kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk
pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam
tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan
yang berada di dalam tabung.
8. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
9. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan di
gunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada ba gian yang kotak hitam merupakan tombol O N-
OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan
dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang
kanan merupakan tombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara
yang akan disemprot kan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan
sebagai tempat p enyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, a gar bersih.posisi ke
kanan, merupak an posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupa kan posisi tertutup.
Uap air yang di keluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan
lantai sekitar m enjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke
kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah
dan uap air akan terserap ke lap.
10. Burner
Burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides,
agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan
merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana
pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus
dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam
yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi
tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna
api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang
diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas.
Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling
panas.
11. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila
hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat
pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat
wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau
api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat
atau wadah buangan tidak tersenggol kaki.Bila buangan sudah penuh, isi di dalam
wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
o Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
o Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
o Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)
Sinar yang diserap disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan disebut emisi.
Adapun hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari hukum Lambert-
Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara AAS. Hubungan tersebut
dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
I = Io . a.b.c A = absorban
Log = a.b.c b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
Segi utama serapan atom tentu saja adalah kepekaan.Dalam satu segi, serapan atom
menyolok sekali bebasnya dari gangguan.Perangkat tingkat-tingkat energi elektronik untuk
sebuah atom adalah unit untuk unsur itu. Ini berarti bahwa tidak ada dua unsur yang
memperagakan garis-garis spektral yang eksak sama panjang gelombangnya. Sering kali
terdapat garis-garis untuk satu unsur yang sangat dekat pada beberapa garis unsur yang
lain, namun biasanya untuk menemukan suatu garis resonansi untuk suatu unsur tertentu,
jika tak terdapat gangguan spektral oleh unsur lain dalam sampel.
Segi utama serapan atom tentu saja adalah kepekaan.Dalam satu segi, serapan atom
menyolok sekali bebasnya dari gangguan.Perangkat tingkat-tingkat energi elektronik untuk
sebuah atom adalah unit untuk unsur itu. Ini berarti bahwa tidak ada dua unsur yang
memperagakan garis-garis spektral yang eksak sama panjang gelombangnya. Sering kali
terdapat garis-garis untuk satu unsur yang sangat dekat pada beberapa garis unsur yang
lain, namun biasanya untuk menemukan suatu garis resonansi untuk suatu unsur tertentu,
jika tak terdapat gangguan spektral oleh unsur lain dalam sampel.
Gangguan utama dalam serapan atom adalah efek matriks yang mempengaruhi
proses pengatoman. Baik jauhnya disosiasi menjadi atom-atom pada suatu temperatur
tertentu maupun laju proses bergantung sekali pada komposisi keseluruhan dari sampel.
Misalnya jika suatu larutan kalsium klorida dikabutkan dan dilarutkan partikel-partikel
halus CaCl2 padat akan berdisosiasi menghasilkan atom Ca dengan jauh lebih mudah
daripada paertikel kalsium fosfat, Ca3 (PO4)2.
1 0,250 0,0300
2 0,500 0,0633
3 1,000 0,1284
4 1,500 0,1910
No x y Y x2
3 1 0.1284 0.1284 1
( ∑ y) 0,4127
y‾= = = 0,10318
n 4
y = ax + b
dimana : a = slope
b = intersep
n ( ∑ xy)-( ∑ x) ( ∑ y)
a= Sedangkan harga b adalah :
n(∑ x2 )- ( ∑ x)²
b= y‾-ax‾
b=0,10318-(0,12879)(0,8125)
4 (0,45405)-(3,25)(0,4127)
a= b= -0,00147
4(3,5625)- (3,25)
b= -0,00147
a = 0,12879
a. Standar 1 c. Standar 3
y = ax + b y = ax + b
= 0.03 = 0.1284
d. Standar 4
b. Standar 2
y = ax + b
y = ax + b
= (0,12879)( 1.5) + (-0,00147)
= (0,12879)( 0.5) + (-0,00147)
= 0.191
= 0.0633
2) Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tembaga (Cu)
0.25
y = 0.1288x - 0.0015
0.2 R² = 0.9998
0.15
0.1
0.05
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
1 A 0,0021 0,028
2 B 0,0023 0,029
3 C 0,0009 0,018
4 D 0,0026 0,032
5 E 0,0010 0,019
H. Jaminan Mutu
Dalam hal persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/IV/2010 dimana ada dua parameter yaitu parameter wajib dan
parameter tambahan yang meliputi persyaratan kimia, mikrobiologi, fisik dan
radioaktivitas. Persyaratan kimia yaitu air minum tidak mengandung senyawa kimia
yang beracun dan setiap zat yang terlarut dalam air mempunyai batas tertentu yang
diperkenankan.Air mi num dapat membuat orang jadi sehat tetapi juga berpotensi
sebagai media penularan penyakit, penyebab keracunan, dsb.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bah-wa dari lima sampel air minum isi ulang
yang dianalisis, kandungan tembaga (Cu) berkisar antara 0,018 mg/L sampai 0,032
mg/L. Hasil yang diperoleh ini lebih rendah dari ambang batas yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu
kandungan maksimal tembaga (Cu) dalam air minum isi ulang yang diperbolehkan
adalah 2 mg/L. Hal ini mengindikasikan bahwa air minum isi ulang dari lima depot
tersebut memenuhi standar baku mutu untuk tembaga (Cu).
BAB III
PENUUTUP
3.1. Kesimpulan