Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern. Perkembangan pesat dalam bidang teknologi informasi dan

komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Hampir disetiap

hari kehidupan manusia melibatkan kegiatan yang bersifat matematis, contohnya:

menghitung dan mengukur. Demikian pentingnya peranan matematika dalam

kehidupan manusia, sehingga matematika diajarkan di sekolah mulai dari tingkat

dasar sampai perguruan tinggi.

Materi trigonometri mulai dipelajari di SMA pada kelas X dan diantaranya

mencakup sub materi aturan sinus dan cosinus. Materi trigonometri ini

merupakan materi yang memuat rumusan tertentu dalam proses pengerjaannya.

Dalam menyelesaikan perhitungan trigonometri, diperlukan kemampuan siswa

dalam memahami soal, kemampuan dalam mendeskripsikan unsur-unsur yang

diketahui dan kemampuan mensubstitusikan unsur-unsur tersebut kedalam rumus

yang ditanyakan. Dalam melihat karakteristik dari materi tersebut diperlukan

suatu model pembelajaran yang mampu memfasilitasi kemampuan siswa

sekaligus agar mampu mengatasi kesulitan siswa dalam mencapai kemampuan

tersebut baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan observasi selama pembelajaran di dalam kelas, pada awal

pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru

1
menjelaskan materi, memberikan contoh soal dan menanyakan kepada siswa

tentang pemahaman materi dari contoh soal yang telah diberikan, namun siswa

memilih untuk diam saja. Kegiatan selanjutnya guru memberikan tugas untuk

dikerjakan secara individu dan meminta siswa yang sudah selesai untuk

mengerjakannya di papan tulis, namun tidak ada siswa yang berani maju kedepan

kelas sehingga guru menunjuk salah satu siswa untuk mengerjakan soal di papan

tulis. Diketahui dari jawaban siswa tersebut terlihat bahwa siswa belum

memahami materi yang telah dipelajari, kemudian guru meminta siswa yang lain

untuk mengerjakannya dan jawaban siswa yang kedua menjawab benar dengan

sedikit bantuan dari guru. Kemudian guru menanyakan kembali tentang

penyelesaian soal yang dikerjakan temannya di depan kelas dan tidak ada yang

bertanya. Siswa diminta mengumpulkan tugas dan guru mengakhiri pembelajaran

dengan menyampaikan materi selanjutnya, memotivasi siswa untuk terus belajar

dan menyampaikan salam penutup.

Dari observasi di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa cenderung

diam, pasif, dan jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran siswa pada

umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru. Meskipun siswa dapat

menjawab tugas yang diberikan guru secara individu, tetapi jika tidak ditunjuk

oleh guru untuk maju, siswa lebih memilih diam, enggan untuk mengemukakan

pendapatnya atau pertanyaan dan hanya menerima informasi dari guru saja. Hal

ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika di

kelas X SMAN 1 Kahayan Tengah pada hari Senin, 24 September 2018,

seringkali siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran matematika

2
khususnya pada materi trigonometri, dalam hal menentukan rumus yang

digunakan dan merancang rumus untuk menjawab unsur yang ditanyakan.

Kesulitan tersebut dapat terlihat dari kesalahan siswa ketika menyelesaikan soal

atau suatu masalah. Adapun siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar pada

materi trigonometri dari dua tahun terakhir yaitu pada tahun ajaran 2016/2017

dari keseluruhan siswa kelas X menunjukkan bahwa 38% siswa dengan nilai

tuntas dan 62% siswa yang tidak tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 68 dan ketuntasan hasil belajar yang

diharapkan sekolah adalah 80%, pada tahun ajaran 2017/2018 dari keseluruhan

siswa kelas X menunjukkan bahwa 45% siswa dengan nilai tuntas dan 55% siswa

yang tidak tuntas dengan KKM yang ditetapkan sekolah 68 dan ketuntasana hasil

belajar yang diharapakan sekolah adalah 80%. Dapat disimpulkan bahwa

ketuntasan hasil belajar siswa pada materi trigonometri yang ditunjukkan dari data

dua tahun terakhir yaitu kurang dari 50% siswa yang mencapai KKM yang

ditetapkan sekolah yaitu 68. Kondisi tersebut seolah-olah membenarkan anggapan

siswa bahwa pelajaran matematika khususnya materi trigonometri adalah

pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan proses belajar mengajar

yang hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif

dalam proses belajar mengajar tersebut. Guru juga menyatakan bahwa guru tidak

pernah menerapkan model pembelajaran pada materi trigonometri dan

pembelajaran yang dipakai masih menggunakan pembelajaran langsung.

Sehubungan dengan permasalahan di atas salah satu model pembelajaran

yang dapat dijadikan alternatif lain untuk mengatasinya adalah model

3
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi

pengajaran dalam kelompok yang melibatkan siswa bekerja secara berkaloborasi

untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan dari Pembelajaran Kooperatif adalah

untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

berbeda latar belakangnya.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model belajar yang

menghendaki siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan

bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar. Adapun tujuan menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah untuk membantu mengatasi

kesulitan yang dialami oleh siswa khususnya sulit untuk mengingat dan

menggunakan rumus sesuai dengan unsur-unsur yang ditanyakan pada soal karena

ketika siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran yakni menemukan

rumus, menggunakan rumus itu sendiri terhadap berbagai soal yang bervariasi

maka siswa akan lebih mengingat apa yang telah dipelajari. Selain itu dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan terlihat bagaimana respon siswa

setelah siswa dapat belajar bersama. Kerjasama siswa dalam pembelajaran yang

selama ini sangat minim akan dapat teratasi karena ketika siswa membentuk satu

kelompok yang heterogen maka akan ada penerimaan terhadap sesama teman

yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, dan kemampuan intelektual. Sehingga,

dalam kelompok tersebut siswa akan saling mendorong semangat teman-teman

sekelompoknya untuk berhasil.

4
Pada proses pembelajaran kooperatif STAD ini juga diharapkan siswa

mengalami perubahan tidak hanya pada bidang pengetahuan dan pemahaman

tetapi juga mengalami perubahan pada sikap. Perubahan sikap tersebut dapat

dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran. Respon positif siswa sangat

berperan penting terhadap hasil belajar yang akan dicapai siswa karena dari

respon positif siswa tersebut akan muncul minat dan motivasi siswa itu sendiri

untuk semakin giat dalam belajar. Dengan motivasi yang berasal dari respon

positif tersebut, siswa juga menjadi aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) Pada Materi Trigonometri di Kelas X SMA

Negeri 1 Kahayan Tengah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Masih kurangnya ketuntasan hasil belajar siswa pada materi trigonometri

yang ditunjukkan dari data dua tahun terakhir yaitu kurang dari 50% siswa

yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan

sekolah yaitu 68.

2. Proses belajar mengajar masih berpusat pada guru sehingga siswa tidak ikut

terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar tersebut.

5
3. Aktivitas belajar siswa yang rendah, siswa cenderung diam, pasif, dan jika

mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran siswa pada umumnya malu

dan takut untuk bertanya kepada guru.

4. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika kurang baik, siswa

beranggapan bahwa pelajaran matematika khususnya materi trigonometri

adalah pelajaran yang sulit untuk dipelajari.

5. Siswa masih mengalami kesuitan dalam memahami pelajaran matematika

khususnya pada materi trigonometri, dalam hal menentukan rumus yang

digunakan dan merancang rumus untuk menjawab unsur yang ditanyakan.

C. Pembatasan Masalah

Agar terdapat kejelasan mengenai masalah yang diteliti, maka perlu

menetapkan pembatasan masalah sebgai berikut:

1. Materi yang dibahas hanya pada materi trigonometri dengan sub materi

aturan sinus dan cosinus.

2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X IPA SMAN 1 Kahayan Tengah

semester genap tahun ajaran 2018/2019.

3. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif dan psikomotor

4. Aktivitas yang diamati adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa selama

penerapan model pembelajaran koopertif tipe STAD.

6
D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas guru dan siswa setelah proses penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi trigonometri kelas X di

SMAN 1 Kahayan Tengah tahun ajaran 2018/2019?

2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi trigonometri kelas X di SMAN 1 Kahayan

Tengah tahun ajaran 2018/2019?

3. Bagaimana respon siswa setelah proses penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi trigonometri kelas X di SMAN 1 Kahayan

Tengah tahun ajaran 2018/2019?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa selama proses penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi trigonometri kelas X di

SMAN 1 Kahayan Tengah tahun ajaran 2018/2019.

2. Mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi trigonometri kelas X di SMAN 1 Kahayan

Tengah tahun ajaran 2018/2019.

3. Mendeskripsikan respon siswa setelah proses penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi trigonometri kelas X di SMAN 1 Kahayan

Tengah tahun ajaran 2018/2019.

7
F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi sekolah tempat penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk pengembangan program pengajaran matematika di sekolah.

2. Bagi guru mata pelajaran matematika sebagai bahan pertimbangan dalam

memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

dan hasil belajar siswa serta kreativitas guru dalam pengembangan sarana

pembelajaran.

3. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar

siswa, menghargai kerjasama sesama teman dan mampu bersaing secara sehat

untuk meningkatkan hasil belajar atau prestasi.

4. Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan dalam bidang penelitian khususnya

matematika.

Anda mungkin juga menyukai