Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK KELUARGA “HIPERTENSI”


DI PUSKESMAS RATU AGUNG KEL.BENTIRING PERMAI
KEC.BANGKAHULU PROVINSI BENGKULU

OLEH :
BOBI SUSANTO, S.Kep
NPM : 1526050030

PERSEPTOR CO. PERSEPTOR

1. (Ns.Ida Rahmawati, S.Kep) (Iid yulfitri,S.kep)


2. (Ns. Fatimah Nuraini S, S.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya
tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi
dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh, umur, tingkat stres
yang dialami. (Jan tambayong, 2000)
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih
dari 120mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. ( Arif
mutaqin, 2009)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak
berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali, tekanan
darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring. (marry
baradero,dkk. 2005)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.( Brunner & Suddarth, 2002)
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti
hipertensi (Arif Mansjoer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh joint national committee on
detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC) sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi sampai hipertensi maligna. (Marilynn E.Doenges, 2000)
2. Klasifikasi
Kelompok usia Normal (mmHg) Hipertensi (mmHg)
Bayi 80/40 90/60
Anak (7-11 th) 100/60 120/80
Remaja (12-17 th) 115/70 130/80

Dewasa
 20-45 th  120-125/75-80  135/90
 45-65th  135-140/85  140/90-160/95
 >65 th  150/85  160/95

(Jan tambayong, 2000)


Ada dua macam hipertensi yaitu
a. Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi meliputi umur (lebih lanjut), jenis kelamin (pria), riwayat
keluarga mengalami hipertensi, obesitas yang dikaitkan dengan
peningkatan volume intravaskuler, arterosklerosis(penyempitan arteri-
arteri dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah), merokok
(nikotin dapat membuat pembuluh darah meningkat), kadar garam
tinggi (natrium membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume
darah meningkat), konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma
katekolamin dan stres emosi yang merangsang sistem saraf simpatis)
b. Hipertensi sekunder
Terjadi akibat dari penyakit atau gangguan tertentu seperti
Penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal), penyakit
renovaskular, sindrom chusing, aldosteronisme primer. (marry
baradero,dkk. 2005)
3. Etiologi
a. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas
menaikkan insidens penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
b. Kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun
pada usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai
meningkat, sehingga pada usia diatas 65 th, insidens pada wanita lebih
tinggi.
c. Pola hidup
Kehidupan atau pekerjaan yang penug stress, obesitas, merokok, dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
d. penyakit atau gangguan tertentu seperti Penyakit parenkim ginjal
(glomerulonefritis, gagal ginjal), penyakit renovaskular, sindrom
chusing, aldosteronisme primer. (Jan tambayong, 2000)
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, (2002).
5. Manifestasi klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan
pada kasus berat edema pupil. (Brunner & Suddarth, (2002)
Gejala klasik yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing dan tinitus yang
diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah, Hipertensi yang
mendadak terjadi pada usia lanjut, memberi sugesti kemungkinan adanya
hipertensi sekunder khususnya hipertensi renovaskuler.(Jan tambayong,
2000)
6. WOC
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi. (marilynn E. Doenges, 2000)
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan medis pada pasien hipertensi adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg
b. Modifikasi gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukan pendekatan nonfarmakologi yang
dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut
1) Teknik-teknik mengurangi stres
2) Penurunan berat badan
3) Pembatasan alkhohol, natrium, dan tembakau
4) Olahraga/latihan
5) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi antihipertensi
c. Terapi farmakologi
Obat-obat antihipertensi dapat di pakai sebagai obat tunggal atau
dicampur dengan obat lain, obat-obat ini diklasifikasikan kedalam 5
kategori yaitu
1) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering di resepkan
untuk mengobati hipertensi ringan
2) Menekan simpatetik (simpatolitik)
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat
vasomotor otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin
atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidine.
3) Vasodilatator arteriol yang bekerja langsung
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping
dari vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan
menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk
golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil,
diazosid dan sodium nitroprusid.
4) Antagonis angiotensin (ACE inhibitor)
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal,
yang bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi
penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan
batuk yang menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan.
5) Penghambat saluran kalsium
Antagonis kalsium bekerja dngan cara mengurangi jumlah
kalsium yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan
jantung serta mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya
tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek
samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan
pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim,
verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin. ( Arif mutaqin,
2009)
9. Komplikasi
a. Serangan jantung atau stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan
arteri (aterosklerosis), yang dapat menyebabkan serangan jantung
(penyakit jantung), stroke atau komplikasi lain. Serangan jantung dan
stroke merupakan komplikasi hipertensi yang sangat umum
ditemukan.
b. Aneurisma atau Aneurysm.
Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah
melemah, membentuk suatu aneurisma. Jika aneurisma pecah, dapat
mengancam jiwa. Komplikasi darah tinggi/hipertensi akibat aneurisma
memerlukan perhatian gawat darurat yang khusus.
c. Gagal jantung.
Untuk memompa darah terhadap tekanan tinggi dalam pembuluh, otot
jantung perlu berkontraksi lebih sehingga otot akan menjadi kental.
Otot kental memiliki kesulitan memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, hal ini dapat menyebabkan komplikasi
hipertensi yang berupa gagal jantung.
d. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal
tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya
fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal. Ada dua jenis
kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan
nefrosklerosis maligna. (Jan tambayong, 2000)

B. ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian tengkuk
dan mata berkunang-kunang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian
tengkuk, mata berkunang-kunang, susah tidur serta pemeriksaan
fisik di peroleh tekanan darah lebih dari normal.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji lamanya menderita hipertensi dan penyakit penyerta yang
dapat menyebabkan hipertensi
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji Riwayat garis keluarga tentang hipertensi dan penggunaan
obat yang memicu hipertensi.
d. Aktivitas sehari-hari
1. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
2. integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik dan Faktor faktor stress multiple (hubungan,
keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
3. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
a. Mual, muntah.
b. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
4. Nyeri atau ketidak nyamanan :
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
e. Pengkajian Persistem :
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner
atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau
obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri(akut) : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral pada region sub oksipital
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic pola
hidup monoton.
e. Ketidakefektifan koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional
f. Kurang pengetahuan(kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya
ingat.
3. Intervensi

Diagnosa Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1. Nyeri Setelah di lakukan  Skala nyeri Mandiri :
berhubungan intervensi normal - Mempertahankan tirah - Meminimalkan
dengan keperawatan 1x24  Klien tampak baring selama fase stimulasi/meningkatkan relaksasi
peningkatan jam diharapkan tenang akut.
tekanan vascular nyeri berkurang  TTV normal - Berikan tindakan - Tindakan yang menurunkan tekanan
Cerebral dan terkontrol. - TD : 120-140/80-90 nonfarmakologi untuk vaskuler serebral dan yang
- S : 36,5 -37,5C menghilangkan sakit memperlambat/memblok respons
- RR : 16-24 x/menit kepala, mis : kompres simpatis efektif dalam
- N : 60-100x/menit dingin pada dahi, pijat menghilangkan sakit kepala dan
punggung dan leher, komplikasinya.
tenang, redupkan
lampu kamar.
- Minimalkan aktivitas - Aktivitas yang meningkatkan
vasokonstriksi yang vasokonstriksi menyebabkan sakit
dapat meningkatkan kepala karena adanya peningkatan
sakit kepala, mis : tekanan vaskular serebral
mengejan saat bab,
batuk panjang,
membungkuk.
- Bantu pasien dalam - Pusing dan penglihatan kabur sering
ambulasi sesuai berhubungan dengan sakit kepala.
kebutuhan.

Kolaborasi:
- Berikan obat sesuai
indikasi
Analgesik - Menurukan/mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf
simpatis.
Antiansietas,mis - Dapat mengurangi tegangan dan
lorazepam, diazepam ketidaknyamanan yang diperberat
oleh stres.
2. Penurunan Setelah di lakukan - Irama dan Mandiri :
curah jantung intervensi frekuensi jantung - Pantau tekanan darah, - Perbandingan dari tekanan
berhubungan keperawatan 1x24 stabil ukur pada kedua memberikan gambaran yang lebih
dengan jam diharapakan - Berpartisipasi tangan untuk evaluasi lengkat tentang penyakit vaskuler.
peningkatan penurunan curah dalam aktivitas awal.
afterload jantung teratasi yang menurunkan - Catat keberadaan, - Denyutan karotis,jugularis, radialis,
tekanan darah kualitas denyutan dan femoralis mungkin
 TTV normal sentral dan perifer. teramati/terpalpasi. Denyut pada
- TD : 120-140/80-90 tungkai mungkin menurun,
- S : 36,5 -37,5C mencerminkan efek dari
- RR : 16-24 x/menit vasokontriksi dan kongesti vena.
- N : 60-100x/menit
- - Amati warna kulit, - Adanya pucat, dingin kulit lembab
kelembaban,suhu, dan masa pengisian kapiler lambat
masa pengisian mungkin berkaitan dengan
kapiler. vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah
jantung.
- Berikan lingkungan - Membantu untuk menurunkan
tenang, nyaman, rangsang simpatis, meningkatkan
kurangi relaksasi.
aktivitas/keributan
lingkungan.
- Anjurkan teknik - Dapat menurukan rangsangan yang
relaksasi menimbulkan stres, membuat efek
tenang, sehingga dapat menurukan
tekanan darah
Kolaborasi
- Pantau renspons - Respons terhadap terapi obat
terhadap obat untuk tergantung pada individu dan efek
mengontrol tekanan sinergis obat.
darah
3. Intoleransi Setelah di lakukan - Kelemahan teratasi Mandiri :
aktivitas intervensi - Suplai dan - Kaji respons pasien - Menyebutkan parameter membantu
berhubungan keperawatan 1x24 kebutuhan oksigen terhadap aktivitas, dalam mengkaji respons fisiologis
dengan jam diharapakan adekuat perhatikan frekuensi terhadap stres aktivitas
kelemahan intoleransi - Gambaran ekg nadi lebih dari 20 kali
umum aktivitas teratasi normal permenit di atas
- Hb normal frekuensi istirahat, kaji
 TTV normal dispnea, nyeri dada,
- TD : 120-140/80-90 keletihan dan
- S : 36,5 -37,5C kelemahan yang
- RR : 16-24 x/menit berlebihan.
- N : 60-100x/menit - Instruksikan pasien - Teknik menghemat energi
tentang teknik mengurangi penggunaan energi.
penghematan energi, Juga membantu keseimbangan
mis menggunakan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
kursi saat mandi,
duduk saat menyisir
rambut atau menyikat
gigi, melakukan
aktivitas dengan
perlahan.
- Berikan dorongan - Kemajuan aktivitas bertahap
untuk melakukan mencegah peningkatan kerja jantung
aktivitas/perawatan tiba-tiba. Memberikan bantuan
diri bertahap jika dapat hanya sebatas kebutuhan mendorong
ditoleransi. Berikan kemandirian dalam melakukan
bantuan sesuai aktivitas.
kebutuhan.
- Berbagai tingkat bantuan mungkin
perlu direnacanakan yang di
dasarkan atas kebutuhan yang
bersifat individual.
4. Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Klien dapat 1. Kaji tingkat energi yang 1. Energi yang besar dapat
b.d Kerusakan
tindakan mempertahankan dimiliki klien memberikan keseimbangan pada
keseimbangan
keperawatan keseimbangan tubuh saat istirahat
selama 1x24 jam tubuhnya 2. Berikan terapi ringan 2. Salah satu terapi ringan adalah
masalah risiko 2. Klien dapat untuk mempertahankan menggerakan bola mata, jika
jatuh dapat teratasi. mengantisipasi kesimbangan sudah terbiasa dilakukan, pusing
resiko terjadinya 3. Ajarkan penggunaan akan berkurang.
jatuh alat-alat alternatif dan 3. Mengantisipasi dan
atau alat-alat bantu untuk meminimalkan resiko jatuh
aktivitas klien.
Kolaborasi
1. Nyeri yang berkurang dapat
1. Berikan pengobatan
meminimalisasi terjadinya jatuh.
nyeri (pusing) sebelum
aktivitas
5.Kurang Setelah dilakukan  Melakukan a. Kaji tingkat a. megetahui seberapa jauh
pengetahuan intervensi prosedur yang pengetahuan klien dan pengalaman dan pengetahuan
mengenai keperawatan diperlukan dan keluarga tentang klien dan keluarga tentang
kondisi dan selama 3 x 24 jam menjelaskan penyakitnya. penyakitnya.
kebutuhan diharapkan pasien alasan dari suatu b. Berikan penjelasan pada b. Dengan mengetahui penyakit dan
pengobatan mengutarakan tindakan. klien tentang kondisinya sekarang, klien dan
berhubungan pemahaman  Memulai penyakitnya dan keluarganya akan merasa tenang
dengan tentang kondisi, perubahan gaya kondisinya sekarang dan mengurangi rasa cemas.
keterbatasan efek prosedur dan hidup yang c. Diskusikan penyebab c. untuk mengurangi kecemasan
kognitif, proses pengobatan. diperlukan dan individual dari sakit klien serta menambah
tidak ikut serta dalam kepala bila diketahui. pengetahuan klien tetang
mengenal regimen d. Minta klien dan penyakitnya.
informasi perawatan. keluarga mengulangi d. mengetahui seberapa jauh
dan kurang kembali tentang materi pemahaman klien dan keluarga
mengingat yang telah diberikan. serta menilai keberhasilan dari
ditandai oleh e. Diskusikan mengenai tindakan yang dilakukan.
memintanya pentingnya posisi atau e. agar klien mampu melakukan dan
informasi, letak tubuh yang normal merubah posisi/letak tubuh yang
ketidak- f. Anjurkan pasien untuk kurang baik.
adekuatanny selalu memperhatikan f. dengan memperhatikan faktor
a mengikuti sakit kepala yang yang berhubungan klien dapat
instruksi. dialaminya dan faktor- mengurangi sakit kepala sendiri
faktor yang dengan tindakan sederhana, seperti
berhubungan. berbaring, beristirahat pada saat
serangan.
DAFTAR PUSTAKA
Franklin, A. 2015. Laporan Keperawatan Gerontik Profesi Ners Angkatan V
STIKES TMS. Bengkulu
Baradero, Marry. 2005. Seri asuhan keperawatan klien gangguan
kardiovaskuler. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Muttaqin,arif .2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. Jakarta : Salemba medika.
Doenges. E. Marilynn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai