Anda di halaman 1dari 10

UJME 7 (1) 2018: 910-919

Unnes Journal of Mathematics Education


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/
ISSN: 2252-6927 (print); 2460-5840 (online)

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau Dari Rasa


Ingin Tahu Siswa Kelas VII Dalam Creative Based Learning
Berbantuan Smart Card
Farah Zulfa Si’adillaa,*, Rochmada, Arief Agoestantoa
a
Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, 50229, Indonesia

* E-mail address: farahzulfa056@students.unnes.ac.id

ARTICLE INFO Abstract

Article history: Penelitian ini menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari rasa
Received 1 June 2018 ingin tahu siswa kelas VII dalam Creative Based Learning berbantuan Smart Card.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menguji keefektifan model pembelajaran Creative
Received 2018
Based Learning berbantuan Smart Card terhadap kemampuan berpikir kritis
Accepted 1 January 2018
matematis siswa kelas VII serta (2) mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
matematis ditinjau dari rasa ingin tahu siswa kelas VII pada Creative Based Learning
Keywords: berbantuan Smart Card. Penelitian ini merupakan penelitian metode campuran (mixed
Kemampuan Berpikir Kritis methods) dengan sequential explanatory strategy. Populasi penelitian ini adalah siswa
Matematis; Rasa Ingin Tahu; kelas VII SMP Negeri 2 Demak tahun pelajaran 2017/2018. Dengan teknik simple
Creative Based Learning; random sampling terpilih sampel siswa kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan VII
Smart Card.
D sebagai kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan
model pembelajaran Creative Based Learning berbantuan Smart Card. Metode
penelitian ini adalah mixed methods atau metode kombinasi. Dalam penelitian
kuantitatif peneliti menggunakan true experimental design dengan bentuk Pretest-
Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP N 2 Demak. Sampel dipilih dengan teknik random sampling. Subjek
penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling sehingga terpilih 9 subjek
penelitian dengan masing-masing 3 subjek dari kategori tinggi, sedang, rendah. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, angket, dan wawancara. Hasil tes
dianalisis dengan uji rata-rata satu pihak, uji proporsi satu pihak, uji gain
ternormalisasi, uji perbedaan dua rata-rata, uji perbedaan dua proporsi, dan analisis
kualitatif yang mengacu pada subindikator dari indikator kemampuan berpikir kritis
menurut Jacob & Sam (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
Creative Based Learning berbantuan Smart Card efektif terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelas VII serta deskripsi kemampuan berpikir kritis
matematis ditinjau dari rasa ingin tahu siswa pada model pembelajaran Creative Based
Learning berbantuan Smart Card yaitu siswa pada kategori rasa ingin tahu tinggi
mampu memenuhi subindikator pada semua tahap berpikir kritis matematis; siswa
pada kategori rasa ingin tahu sedang hanya mampu memenuhi subindikator pada tahap
klarifikasi, sedangkan subindikator pada tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap
strategi kurang terpenuhi; siswa pada kategori rasa ingin tahu rendah hanya mampu
memenuhi subindikator pada tahap klarifikasi, sedangkan subindikator pada tahap
asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap strategi belum terpenuhi.
© 2017 Published by Mathematics Department, Universitas Negeri Semarang

Dasar, Sekolah Lanjutan hingga Perguruan Tinggi.


1. Pendahuluan Sebagaimana tercantum dalam kurikulum
matematika di sekolah, bahwa tujuan diberikannya
Matematika merupakan salah satu mata matematika antara lain agar siswa mampu
pelajaran pokok di sekolah, yaitu dari Sekolah

To cite this article:


Si’adilla, F.Z., Rochmad, & Agoestanto, A. (2018). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau Dari Rasa Ingin
Tahu Siswa Kelas VII Dalam Creative Based Learning Berbantuan Smart Card. Unnes Journal of Mathematics
Education, 7(1), 910-919. doi: 10.15294/ujme.v7i1.xxxxx
F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 911

menghadapi perubahan keadaan di dunia yang Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti
selalu berkembang ini melalui latihan bertindak atas lakukan di kelas VII SMP Negeri 2 Demak,
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, kemampuan berpikir kritis matematis siswanya
cermat, jujur, dan efektif. belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes
Berpikir kritis sebagai salah satu bentuk salah satu siswa kelas VII SMP Negeri 2 Demak
kemampuan berpikir, harus dimiliki oleh setiap pada Gambar 1 sebagai berikut.
orang termasuk siswa (Setyaningsih, Agoestanto, &
Kurniasih, 2014: 181). Hal itu menunjukan bahwa
salah satu kemampuan berpikir yang menjadi fokus
pembelajaran matematika adalah berpikir kritis.
Sumarni, Sugiarto, & Sunarmi (2016) berpendapat
bahwa mengajarkan dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai
sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan
disekolah agar peserta didik mampu dan terbiasa
menghadapi berbagai permasalahan disekitarnya.
Dengan demikian berpikir kritis matematis adalah
proses berpikir kritis yang melibatkan pengetahuan
matematika, penalaran matematika dan pembuktian
matematika.
Untuk berpikir kritis, menggunakan tahap
berpikir kritis yang dikemukakan oleh Jacob & Sam
(2008): klarifikasi, asesmen, penyimpulan, dan
strategi. Indikator yang digunakan pada penelitian
ini yaitu menganalisis dan mendiskusikan ruang Gambar 1. Soal Tes dan Jawaban Siswa pada Soal
lingkup masalah pada tahap klarifikasi, Nomor 1 dan 2 pada Tes Observasi
mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
pada tahap asesmen, merangkai hubungan diantara
bagian-bagian yang berbeda dari permasalahan Berdasarkan pada Gambar 1, siswa belum
pada tahap penyimpulan, dan menilai langkah- mampu menuliskan informasi yang terdapat pada
langkah penyelesaian yang telah dilakukan pada permasalahan dan belum mampu merumuskan
tahap strategi. Dari setiap indikator terdapat pertanyaan permasalahan. Siswa hanya menulis apa
subindikator yang digunakan pada penelitian ini yang diketahui dari soal tetapi tidak lengkap karena
yaitu (1) menuliskan informasi yang terdapat pada masih ada bagian yang seharusnya siswa tuliskan
permasalahan dan merumuskan pertanyaan pada diketahui dan siswa juga belum menuliskan
permasalahan, (2) menggunakan fakta untuk apa yang akan dicari pada masalah tersebut.
diterapkan di konsep atau rumus secara tepat, (3) Sehingga siswa belum memenuhi subindikator
menarik simpulan awal dalam setiap langkah menuliskan informasi yang terdapat pada
penyelesaian dengan benar, (4) menuliskan langkah permasalahan dan merumuskan pertanyaan
pengerjaan berdasarkan fakta secara runtut dan permasalahan. Selain itu, siswa juga belum optimal
berkesinambungan dan menemukan penyelesaian untuk menyelesaikan masalah pada soal nomor 2,
akhir secara tepat. karena siswa belum sepenuhnya menuliskan konsep
Marin & Halpern sebagaimana dikutip oleh Isti, atau rumus yang akan digunakan untuk mencari
Agoestanto, & Kurniasih (2017) pengembangan penyelesaian dan menuliskan langkah pengerjaan
kemampuan berpikir kritis sering terdaftar sebagai yang runtut dan berkesinambungan, sehingga siswa
alasan yang paling penting untuk pendidikan formal belum memenuhi subindikator menggunakan fakta
karena kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk diterapkan di konsep atau rumus secara tepat.
bagi keberhasilan dalam dunia kontemporer. Kemudian siswa belum memenuhi subindikator
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa menarik simpulan awal dalam setiap langkah
kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan penyelesaian dengan benar, karena siswa belum
yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa untuk mampu menggeneralisasi simpulan awal sesuai
memecahkan masalah matematika tak terkecuali fakta. Serta siswa belum memenuhi subindikator
siswa sekolah Menengah Pertama (SMP). Akan menuliskan langkah pengerjaan berdasarkan fakta
tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan justru secara runtut dan berkesinambungan dan belum
sebaliknya. Peningkatan kemampuan berpikir kritis mampu menemukan penyelesaian akhir secara tepat
siswa SMP masih belum sesuai dengan yang dimana siswa belum menggeneralisasi simpulan
diharapkan. sesuai fakta. Dari hasil tersebut terbukti bahwa
siswa belum memenuhi keempat subindikator

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 912

kemampuan berpikir kritis matematis, sehingga dari Akinoglu & Tandogan (2007) yang menjelaskan
satu contoh tersebut dapat dikatakan bahwa bahwa implementasi model PBL dapat
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
VII belum optimal. tinggi siswa diantaranya yakni kemampuan berpikir
Selain berpikir kritis, hal yang dapat kritis dan kemampuan berpikir secara ilmiah.
meningkatkan kemampuan berpikir kritis Dengan demikian, model PBL dianggap memiliki
matematis siswa adalah rasa ingin tahu mereka peranan penting dalam mengembangkan
terhadap soal yang diberikan guru. Menurut kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Permendikbud (2013: 55) salah satu tujuan Sintaks model Creative Based Learning ini
pembelajaran matematika adalah memiliki rasa yaitu (1) orientasi siswa kepada masalah, (2)
ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada mengorganisasi siswa untuk belajar, (3)
matematika, yang terbentuk melalui pengalaman membimbing penyelidikan individual maupun
belajar. Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2011: kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan
24) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam proses pemecahan masalah (Trianto, 2007).
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, Untuk mendukung penerapan pembelajaran
dan didengar. model Creative Based Learning, maka diperlukan
Berdasarkan hal di atas, kemampuan berpikir media pembelajaran. Menurut Widyaningrum,
kritis matematis dan rasa ingin tahu siswa Pujiastuti, & Wijayanti (2016) media pembelajaran
merupakan tujuan pembelajaran matematika yang mempunyai arti penting dalam pembelajaran karena
sangat penting. Dengan kemampuan berpikir kritis dapat membantu siswa menggali pengetahuan,
matematis, siswa dapat menyelesaikan masalah- menambah motivasi belajar dan menjadikan
masalah yang berkaitan dengan matematika yang pembelajaran lebih menarik. Salah satu media yang
dalam prosesnya siswa akan membangun dapat digunakan dalam penyampaian masalah
pengetahuannya sendiri. Sementara itu, dengan kepada siswa dalam penelitian ini adalah dengan
adanya rasa ingin tahu akan membuat siswa terus menggunakan media pembelajaran berupa smart
berupaya untuk terus mempelajari dengan lebih card. Media smart card merupakan media
mendalam dan meluas sesuatu yang dipelajari, pembelajaran yang didalamnya berisi soal-soal
dilihat, didengar, dirasakan dan dialaminya. untuk membantu guru mengajar. Adanya berbagai
Berdasarkan hal di atas, guru sebagai macam variasi soal di smart card diharapkan siswa
pembimbing siswa perlu memilih model dapat tertarik dan aktif untuk menemukan solusi
pembelajaran yang tepat. Salah satu model yang pemecahannya sehingga dapat membantu
dapat digunakan adalah model Creative Based mengasah kemampuan berpikir kritis dan rasa ingin
Learning. Creative Based Learning adalah suatu tahu siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
model pembelajaran yang serupa dengan model oleh Rahmawati (2013) menunjukkan bahwa kartu
pembelajaran Problem Based Learning yang masalah dapat menarik perhatian siswa dan hasil
diawali dengan pemberian masalah kepada siswa, belajar siswa dengan kartu masalah lebih tinggi,
selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut sehingga peneliti tertarik menggunakan smart card.
untuk menemukan pengetahuan baru kemudian Untuk memperkuat bahwa model pembelajaran
siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses belajar Creative Based Learning Berbantuan Smart Card
mengajar. Permasalahan yang disajikan dapat adalah model yang tepat untuk mengembangkan
melatih siswa untuk bepikir kritis melalui proses kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari
pemecahan masalah. Hal tersebut selaras dengan rasa ingin tahu siswa, maka perlu untuk menguji
pendapat Hosnan (2014: 299) yang menyebutkan efektivitas dari Creative Based Learning
bahwa tujuan utama PBL adalah mengembangkan Berbantuan Smart Card untuk mengetahui apakah
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan tujuan dari model pembelajaran Creative Based
pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan Learning Berbantuan Smart Card dapat tercapai.
kemampuan siswa untuk secara aktif membangun Menurut Akhmad & Masriyah (2014: 98)
pengetahuan sendiri. Menurut Fathiya, Agoestanto, efektivitas pembelajaran ialah suatu ukuran untuk
& Kurniasih (2014: 76) model pembelajaran ini menentukan seberapa jauh tujuan pembelajaran
memberikan ruang kepada peserta didik untuk bisa telah tercapai. Sedangkan menurut Rochmad (2012:
menemukan dan membangun konsep sendiri dan 71) komponen-komponen untuk mengukur
dapat mengembangkan kemampuan berpikir keefektifan dapat berbeda antara penelitian yang
peserta didik. PBL memberikan tantangan kepada satu dengan lainnya bergantung pada pendefinisian
siswa, bekerja bersama dalam suatu kelompok (penegasan istilah) yang disebut efektif dalam
untuk menyelesaikan permasalahan (Khoiri, penelitian tersebut. Dalam penelitian ini
Rochmad, & Cahyono, 2013: 115). Hal ini dapat pembelajaran Creative Based Learning Berbantuan
dikuatkan pula dengan hasil penelitian oleh

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 913

Smart Card dikatakan efektif jika: (1) kemampuan respon siswa terhadap pembelajaran Creative
berpikir kritis matematis siswa mencapai kriteria Based Learning berbantuan smart card, (3) angket
ketuntasan aktual sebesar 69, (2) ada peningkatan rasa ingin tahu siswa digunakan untuk
kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara mengelompokkan rasa ingin tahu siswa yaitu
sebelum dan sesudah memperoleh model kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok
pembelajaran Creative Based Learning Berbantuan rendah, dan (4) wawancara digunakan untuk
Smart Card, (3) pembelajaran menggunakan model memperoleh data secara langsung mengenai
Creative Based Learning Berbantuan Smart Card kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam
lebih baik daripada pembelajaran menggunakan menyelesaikan masalah pada post-test.
model konvensional, dan (4) respon siswa terhadap Analisis atau pengolahan data yang dilakukan
pembelajaran Creative Based Learning Berbantuan meliputi analisis perangkat tes dan analisis data
Smart Card baik. Jika model Pembelajaran penelitian. Soal kemampuan berpikir kritis
Creative Based Learning Berbantuan Smart Card matematis yang digunakan untuk pre-test dan post-
efektif, maka diharapkan deskripsi dari kemampuan test adalah soal yang telah diuji coba. Data hasil uji
berpikir kritis matematis dintinjau dari rasa ingin coba kemudian dianalisis. Analisis butir soal pre-
tahu siswa dapat lebih baik. test meliputi validitas butir soal, reliabilitas tes,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui taraf kesukaran soal, daya pembeda soal. Setelah
bahwa (1) model pembelajaran Creative Based dianalisis, dari 10 butir soal yang diuji cobakan
Learning berbantuan Smart Card efektif terhadap terdapat 5 soal yang layak digunakan untuk pre-test
kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dan (2) dan post-test, hasil analisis ini kemudian divalidasi
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis oleh ahli yaitu dosen jurusan matematika. Angket
matematis ditinjau dari rasa ingin tahu siswa. rasa ingin tahu yang digunakan untuk mengetahui
rasa ingin tahu kelas eksperimen adalah angket rasa
2. Metode ingin tahu yang telah diuji coba. Data hasil ujicoba
dianalisis menggunakan uji validitas dan
Penelitian ini merupakan penelitian metode reliabilitas. Setelah dianalisis, dari 20 butir angket
campuran (mixed methods) dengan sequential rasa ingin tahu yang diuji cobakan ternyata 18 butir
explanatory strategy. Menurut Cresswell (2014) angket tersebut valid dan reliabel. Hasil analisis
ciri-ciri sequential explanatory strategy adalah kemudian divalidasi oleh ahli yaitu dosen
pengumpulan dan analisis data kuantitatif dalam matematika.
tahap awal penelitian, kemudian diikuti oleh Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti
pengumpulan dan analisis data kualitatif yang melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
dibangun melalui hasil analisis kuantitatif. Desain Data yang digunakan adalah data hasil Penilaian
yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yaitu Tengah Semester Gasal. Setelah siswa melakukan
true experimental design dengan bentuk Pretest- pre-test dan post-test, data hasil pre-test dan post-
Posttest Control Group Design. test diuji menggunakan uji normalitas, uji
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas homogenitas, uji rata-rata satu pihak, uji proporsi
VII SMP Negeri 2 Demak tahun pelajaran satu pihak, uji gain ternormalisasi, uji perbedaan
2017/2018. Dari populasi tersebut diambil sampel dua rata-rata, uji perbedaan dua proporsi. Hasil
dengan teknik random sampling yaitu kelas VII C pengisian angket rasa ingin tahu yang dilakukan
sebagai kelas eksperimen yang memperoleh oleh siswa kemudian dianalisis untuk
pembelajaran model Creative Based Learning mengklasifikasikan rasa ingin tahu siswa dalam
berbantuan smart card dan kelas VII D sebagai kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dari jumlah
kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran skor yang diperoleh dalam pengisian angket rasa
konvensional yang biasa dilakukan di dalam kelas ingin tahu selanjutnya dilakukan pengelompokkan
yaitu model Discovery Learning. Untuk siswa ke dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah
menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis menurut Arikunto (2009). Sedangkan analisis data
ditinjau dari rasa ingin tahu siswa diambil subjek kualitatif dilakukan dengan cara mereduksi data,
penelitian dengan teknik purposive sampling dari menyajikan data, menarik kesimpulan dan
kelas eksperimen sebanyak 9 siswa masing-masing verifikasi data. Dalam mereduksi data, data
3 siswa dari kelompok rasa ingin tahu siswa yaitu dirangkum dan difokuskan pada hal-hal yang
kelompok tinggi, sedang, dan rendah. penting berdasarkan kemampuan berpikir kritis
Teknik pengumpulan data yang digunakan matematis siswa yang memiliki rasa ingin tahu
dalam penelitian ini yaitu: (1) tes tertulis berupa tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya, data yang
pre-test dan post-test kemampuan berpikir kritis disajikan yaitu analisis kemampuan berpikir kritis
matematis digunakan untuk memperoleh data hasil matematis siswa berdasarkan subindikator berpikir
kemampuan berpikir kritis matematis siswa, (2) kritis berupa uraian dan disajikan dalam bentuk
angket respon siswa digunakan untuk mengetahui tabel. Kesimpulan dan verifikasi data diambil dari

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 914

hasil reduksi dan penyajian data kemampuan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
berpikir kritis matematis ditinjau dari rasa ingin pembelajaran Creative Based Learning berbantuan
tahu siswa. smart card lebih dari KKM. KKM yang telah
Selain menggunakan analisis kuantitatif dan ditetapkan berdasarkan hasil observasi kemampuan
kualitatif, untuk menguji keefektifan pembelajaran berpikir kritis matematis siswa yaitu sebesar 69.
Creative Based Learning berbantuan smart card Sedangkan berdasarkan uji proporsi pihak kanan
dilakukan analisis angket respon siswa terhadap
diperoleh 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,041 dan 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,64
pembelajaran Creative Based Learning berbantuan
smart card. Analisis angket respon siswa bertujuan sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Artinya,
untuk mengetahui pada kategori apa respon siswa proporsi siswa yang mencapai KKM lebih dari
kelas eksperimen terhadap pembelajaran Creative 75%. Berdasarkan hasil uji rata-rata pihak kanan
Based Learning berbantuan smart card. Skala yang dan uji proporsi pihak kanan, dapat disimpulkan
digunakan pada angket respon siswa yaitu skala bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa
Likert dengan skor 1, 2, 3, 4, atau 5 untuk setiap pada pembelajaran Creative Based Learning
butir pernyataan. berbantuan smart card mencapai ketuntasan aktual
sebesar 69.
3. Hasil & Pembahasan Hasil tersebut diperoleh karena pembelajaran
melalui model Creative Based Learning
Analisis Angket Respon Siswa Berbantuan Smart Card memberi kesempatan
Berdasarkan perhitungan hasil angket respon kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan
siswa terhadap pembelajaran Creative Based yang telah dimiliki dan menghubungkannya dengan
Learning berbantuan smart card diperoleh masalah-masalah konstekstual melalui proses
persentase sebesar 82,857%, yang artinya respon berpikirnya sehingga siswa dapat mengembangkan
siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran kemampuan berpikir kritisnya dalam
Creative Based Learning berbantuan smart card menyelesaikan masalah-masalah kontekstual. Hasil
baik. penelitian oleh Akinoglu & Tandogan (2007: 73)
menunjukkan bahwa PBL dapat mengembangkan
Analisis Data Kuantitatif kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, misalnya
Berdasarkan uji normalitas dengan SPSS kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan berpikir ilmiah. Dengan demikian, model Creative
taraf nyata 5%, data PTS semester gasal kelas Based Learning memiliki peranan penting dalam
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. mengembangkan kemampuan berpikir kritis
Berdasarkan uji homogenitas dengan SPSS matematis siswa.
menggunakan uji Lavene’s Test dengan taraf nyata Uji hipotesis II dalam penelitian ini adalah uji
5% varians kelas eksperimen sama dengan varians peningkatan hasil belajar. Uji peningkatan hasil
kelas kontrol. belajar menggunakan tiga jenis pengujian yaitu: (1)
Berdasarkan uji normalitas dengan SPSS uji gain ternormalisasi hasil pre-test dan post-test
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
taraf nyata 5%, hasil nilai post-test kemampuan eksperimen yang memperoleh < 𝑔 > = 0,715.
berpikir kritis matematis kelas eksperimen dan nilai Artinya, peningkatan kemampuan berpikir kritis
post-test kelas kontrol berdistribusi normal. matematis siswa antara sebelum dan sesudah
Berdasarkan uji homogenitas dengan SPSS memperoleh pembelajaran Creative Based
menggunakan uji Lavene’s Test dengan taraf nyata Learning Berbantuan Smart Card berada pada
5% varians nilai post-test kelas eksperimen sama kategori tinggi; (2) uji perbedaan dua rata-rata
dengan varians post-test kelas kontrol. berpasangan antara hasil pre-test dan post-test
Uji hipotesis I dalam penelitian ini adalah uji kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
ketuntasan aktual sebesar 69. Pengujian hipotesis ekperimen yang memperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 19,490
ketuntasan belajar menggunakan hasil post-test dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,7 sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas diterima. Artinya, terjadi peningkatan kemampuan
eksperimen. Uji ketuntasan aktual sebesar 69 berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen
dilakukan dengan dua pengujian yaitu uji rata-rata secara signifikan; (3) uji perbedaan dua rata-rata
pihak kanan dan uji proporsi pihak kanan. selisih hasil gain pre-test dan post-test kemampuan
Berdasarkan uji rata-rata pihak kanan diperoleh berpikir kritis matematis siswa antara kelas
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,7 sehingga 𝐻0 ditolak eksperimen dan kelas kontrol yang memperoleh
dan 𝐻1 diterima. Artinya, rata-rata hasil post-test

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 915

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,645 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,67 sehingga 𝐻0 menemukan penyelesaian yang tepat dari suatu
ditolak dan 𝐻1 diterima. Artinya, peningkatan permasalahan.
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas
eksperimen lebih baik daripada peningkatan pada dapat disimpulkan bahwa (1) kemampuan berpikir
kelas kontrol. Berdasarkan hasil ketiga pengujian kritis matematis siswa pada pembelajaran Creative
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan Based Learning berbantuan smart card mencapai
yang tinggi dan signifikan pada kemampuan ketuntasan belajar, (2) peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa antara sebelum dan berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran
sesudah memperoleh pembelajaran Creative Based Creative Based Learning berbantuan smart card
Learning berbantuan smart card, serta tinggi dan signifikan serta lebih baik daripada
peningkatannya lebih baik daripada peningkatan peningkatan pada pembelajaran konvensional, (3)
pada pembelajaran konvensional. Hal ini senada kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
dengan penelitian oleh Dasna & Sutrisno (2007) pembelajaran Creative Based Learning berbantuan
yang menunjukkan bahwa pembelajaran model smart card lebih baik daripada kemampuan berpikir
PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran
kritis peserta didik. konvensional, serta (4) respon siswa terhadap
Uji hipotesis III dalam penelitian ini adalah pembelajaran Creative Based Learning berbantuan
pengujian hipotesis kemampuan kelas eksperimen smart card baik. Dengan demikian pembelajaran
lebih baik daripada kemampuan kelas kontrol. Creative Based Learning berbantuan smart card
Pengujian hipotesis ini menggunakan dua efektif dalam mendukung kemampuan berpikir
pengujian yaitu uji perbedaan dua rata-rata dan uji kritis matematis siswa.
perbedaan dua proporsi. Berdasarkan uji perbedaan
dua rata-rata hasil post-test kemampuan berpikir Analisis Data Kualitatif
kritis matematis siswa antara kelas eksperimen dan Analisis kualitatif membahas deskripsi
kelas kontrol diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,414 dan kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,67 sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. rasa ingin tahu siswa dilakukan pada sembilan
Artinya, hasil post-test kemampuan berpikir kritis subjek penelitian. Pemilihan subjek penelitian
matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dipilih dari siswa kelompok eksperimen
daripada hasil post-test kemampuan berpikir kritis berdasarkan skor angket rasa ingin tahu yang telah
matematis siswa kelas kontrol. Sedangkan diperoleh. Kesembilan subjek tersebut adalah T1,
berdasarkan uji perbedaan dua proporsi hasil T2, T3 untuk rasa ingin tahu kategori tinggi, S1, S2,
post-test kemampuan berpikir kritis matematis S3 untuk rasa ingin tahu kategori sedang, dan R1,
siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol R2, R3 untuk rasa ingin tahu kategori rendah.
diperoleh 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 3,336 dan 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,64 Pengelompokkan siswa ke dalam kategori tinggi,
sedang, dan rendah menurut Arikunto (2009) yaitu
sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Artinya,
siswa pada kategori rasa ingin tahu tinggi yaitu
proporsi siswa kelas eksperimen yang hasil post-
kelompok siswa yang mendapat skor angket lebih
test kemampuan berpikir kritis matematisnya
dari skor rata-rata ditambah simpangan baku, siswa
mencapai KKM lebih baik daripada proporsi siswa
pada kategori rasa ingin tahu sedang yaitu
kelas kontrol yang hasil post-test kemampuan
kelompok siswa yang mendapat skor angket lebih
berpikir kritis matematisnya mencapai KKM.
dari atau sama dengan skor rata-rata dikurangi
Berdasarkan hasil dua pengujian tersebut, dapat
simpangan baku dan kurang dari atau sama dengan
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
skor rata-rata ditambah simpangan baku, siswa
matematis siswa pada pembelajaran Creative Based
pada kategori rasa ingin tahu rendah yaitu
Learning berbantuan smart card lebih baik daripada
kelompok siswa yang mendapat skor angket kurang
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
dari skor rata-rata dikurangi simpangan baku.
pembelajaran konvensional.
Selanjutnya berdasarkan data hasil tes
Hasil tersebut diperoleh karena media smart
kemampuan berpikir kritis matematis perindikator
card memiliki peranan penting dalam membantu
dan hasil wawancara dengan kesembilan subjek
siswa untuk memahami permasalahan yang
penelitian maka dapat dilaksanakan teknik
disajikan pada saat proses pembelajaran. Hasil
triangulasi. Teknik triangulasi tersebut merupakan
penelitian Elia & George (2004: 332) tersebut
upaya peneliti menggunakan teknik pengumpulan
menyatakan bahwa penggunaan media berupa
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
gambar-gambar dapat mempermudah siswa untuk
dari sumber yang sama.

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 916

Menurut Renner (2006), rasa ingin tahu adalah mengajukan pertanyaan kepada guru. Jadi dapat
keinginan akan informasi dan pengetahuan baru. dikatakan siswa pada kategori rasa ingin tahu tinggi
Rasa ingin tahu juga merupakan motivasi seorang memenuhi semua tahap berpikir kritis.
anak dalam memulai kegiatan berpikir kritis dan
kreatif. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa rasa Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
ingin tahu dapat mempengaruhi kemampuan Ditinjau Dari Rasa Ingin Tahu Kategori Sedang
berpikir kritis matematis siswa. Pada tahap klarifikasi, siswa kategori rasa ingin
tahu sedang mampu menuliskan informasi yang
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa terdapat pada permasalahan dan mampu
Ditinjau Dari Rasa Ingin Tahu Kategori Tinggi merumuskan pertanyaan permasalahan meskipun
Pada tahap klarifikasi, siswa kategori rasa ingin masih ada kekurangan dalam mengerjakan soal
tahu tinggi mampu menuliskan informasi yang nomor 5 oleh subjek S2 dan soal nomor 2 oleh
terdapat pada permasalahan dan merumuskan subjek S3. Kemudian pada tahap asesmen, ada soal
pertanyaan permasalahan. Kemudian pada tahap dimana siswa kurang mampu memenuhi
asesmen, siswa mampu menggunakan fakta untuk subindikator pada tahap asesmen ini dikarenakan
diterapkan di konsep atau rumus secara tepat hanya fokus dengan rumus yang akan dicari saja.
meskipun masih ada kekurangan pada subjek T2 Sehingga hanya menggunakan sebagian dari
pada soal nomor 2 yang kurang mampu untuk informasi yang telah ditentukan di soal. Sehingga
menggunakan semua informasi yang tersedia untuk pada tahap asesmen siswa kategori rasa ingin tahu
menyelesaikan soal. Pada tahap penyimpulan, sedang kurang mampu untuk menggunakan fakta
siswa kategori rasa ingin tahu tinggi sudah mampu untuk diterapkan di konsep atau rumus secara tepat.
menarik simpulan awal dalam setiap langkah Pada tahap penyimpulan, ada 2 soal dimana subjek
penyelesaian dengan benar meskipun subjek T2 S2 dan S3 tergesa-gesa dalam menentukan langkah-
pada soal nomor 2 kurang mampu untuk langkah yang akan digunakan, sehingga
menentukan langkah-langkah dalam pengerjaan. menyebabkan ada yang salah dalam algoritma
Kemudian pada tahap strategi, siswa kategori rasa penyelesaiannya. Namun, pada saat menentukan
ingin tahu tinggi mampu menuliskan langkah rumus yang digunakan, siswa dengan rasa ingin
pengerjaan berdasarkan fakta secara runtut dan tahu sedang sudah dapat menentukannya dengan
berkesinambungan dan menemukan penyelesaian benar. Sehingga siswa dengan rasa ingin tahu
akhir dengan tepat. sedang kurang mampu untuk menarik simpulan
Pada saat pembelajaran dikelas, siswa pada awal dalam setiap langkah penyelesaian dengan
kategori rasa ingin tahu tinggi mampu bekerja benar. Kemudian pada tahap strategi, siswa dengan
sendiri selama pembelajaran dan tidak banyak rasa ingin tahu sedang hanya kurang teliti dalam
membutuhkan bimbingan guru. Siswa mampu menghitung. Sehingga siswa dengan rasa ingin tahu
menganalisa suatu masalah dan mengembangkan sedang kurang mampu untuk menuliskan langkah
strategi untuk menyelesaikannya. Mereka mencoba pengerjaan berdasarkan fakta secara runtut dan
apakah strategi yang mereka miliki dapat digunakan berkesinambungan dan kurang mampu untuk
atau tidak, dan saat strategi itu tidak berhasil mereka menemukan penyelesaian akhir dengan tepat.
akan mencobanya kembali sampai berhasil. Jika Pada saat pembelajaran di kelas, siswa pada
ada materi yang kurang dipahami siswa yang kategori rasa ingin tahu sedang malu untuk bertanya
memiliki rasa ingin tahu tinggi tidak malu untuk dan hanya memendam rasa ingin tahunya,
bertanya kepada guru. Mereka selalu mencari akibatnya siswa akan mencari informasi sendiri.
sesuatu yang baru untuk menambah pengetahuan Padahal salah satu indikator rasa ingin tahu adalah
dan meningkatkan kemampuan mereka. bertanya. Siswa terkadang merasa putus asa saat
Hal ini sesuai dengan penelitian Ardiyanto jawaban dari sebuah masalah tidak langsung
(2013) bahwa rasa ingin tahu akan membuat siswa mereka ketahui, kemudian secepat mungkin
menjadi pemikir yang aktif, pengamat yang aktif, menulis jawaban apa saja untuk menyelesaikannya
yang kemudian akan memotivasi siswa untuk sehingga menyebabkan kurang teliti dalam
mempelajari lebih mendalam sehingga akan melakukan penghitungan.
membawa kepuasan dalam dirinya dan meniadakan Dengan demikian, siswa pada kategori rasa
rasa bosan untuk terus belajar. Hal ini juga ingin tahu sedang hanya mampu memenuhi
diperkuat dengan yang dikemukakan oleh subindikator pada tahap klarifikasi, sedangkan
Salirawati (2012) bahwa ciri siswa yang memiliki subindikator pada tahap asesmen, tahap
rasa ingin tahu yang tinggi adalah sering penyimpulan, dan tahap strategi kurang terpenuhi.

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 917

Hal tersebut dikarenakan meskipun siswa pada lanjut, mengatur strategi, dan menarik kesimpulan.
kategori rasa ingin tahu sedang mampu memahami Hal ini sepaham dengan Mardhiyana & Jailani
materi yang diajarkan guru dengan baik namun (2015) Curiosity adalah keinginan untuk belajar
siswa pada kategori rasa ingin tahu sedang sesuatu untuk mendapatkan informasi baru atau
seringkali kurang teliti dalam melakukan pengetahuan. Belajar tidak hanya tahu, tapi
penghitungan sehingga penyelesaian yang menjelajahi pengetahuan untuk menemukan
diperoleh masih salah. pengetahuan baru dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut yang menyebabkan rasa ingin tahunya
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa rendah.
Ditinjau Dari Rasa Ingin Tahu Kategori Rendah Dengan demikian, siswa pada kategori rasa
Pada tahap klarifikasi, siswa kategori rasa ingin ingin tahu rendah hanya memenuhi subindikator
tahu rendah mampu menuliskan informasi yang pada tahap klarifikasi sedangkan subindikator pada
terdapat pada permasalahan dan mampu tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap
merumuskan pertanyaan permasalahan meskipun strategi belum terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan
masih ada kekurangan pada soal nomor 2 oleh siswa pada kategori rasa ingin tahu rendah masih
subjek R1 dan R3. Kemudian pada tahap asesmen, banyak membutuhkan bimbingan dari guru agar
ada beberapa soal dimana siswa belum mampu mampu mengikuti pembelajaran dengan baik.
menggunakan fakta untuk diterapkan di konsep atau Dengan kata lain, siswa pada kategori rasa ingin
rumus secara tepat. Sehingga siswa dengan kategori tahu rendah masih belum dapat belajar secara
rasa ingin tahu rendah belum memenuhi mandiri, masih banyak bergantung dan
subindikator pada tahap ini. Pada tahap membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat
penyimpulan, ada beberapa soal dimana siswa memahami materi yang diajarkan.
belum mampu menarik simpulan awal dalam setiap Hal ini sejalan dengan teori menurut
langkah penyelesaian dengan benar dikarenakan Kemendiknas (2010) menjelaskan bahwa rasa ingin
bingung untuk menentukan langkah-langkah yang tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu
akan digunakan untuk menyelesaikan soal. berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
Sehingga siswa dengan kategori rasa ingin tahu meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
rendah belum memenuhi subindikator pada tahap didengar. Hal itu terbukti pada subjek dengan
ini. Pada tahap strategi, siswa dengan kategori rasa kategori rasa ingin tahu tinggi yang dapat
ingin tahu rendah masih salah dalam menuliskan menyelesaikan permasalahan kemampuan berpikir
rumus yang harus digunakan dan belum bisa kritis matematis dengan baik karena aktif bertanya
menerapkannya. Siswa juga kurang teliti dalam kepada guru dan aktif berperan dalam kegiatan
menghitung dan masih belum menuliskan diskusi kelompok. Maka hasil dari penelitian ini
kesimpulan akhir dengan rinci. Sehingga siswa dapat dilihat bahwa sikap rasa ingin tahu terhadap
dengan kategori rasa ingin tahu rendah belum pembelajaran matematika dapat mempengaruhi
memenuhi subindikator pada tahap ini. hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Pada saat pembelajaran di kelas, siswa pada
kategori rasa ingin tahu rendah menerima materi 4. Simpulan dan Saran
yang disampaikan dari guru dengan suatu
kebenaran yang mutlak tanpa berpikir asal muasal Berdasarkan penelitian ini diperoleh simpulan
materi atau teorinya. Siswa tidak mau berusaha sebagai berikut: (1) Pembelajaran Creative Based
untuk mendalami dan mengembangkan materi Learning berbantuan Smart Card efektif terhadap
tersebut. Sehingga pada saat siswa kurang paham kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas
dengan materi yang telah diajarkan oleh guru siswa VII dengan indikator: kemampuan berpikir kritis
tidak akan bertanya pada guru atau pada temannya. matematis siswa pada pembelajaran Creative Based
Siswa juga tidak berupaya mencari dari sumber Learning berbantuan smart card mencapai
belajar tentang konsep atau masalah yang ketuntasan aktual sebesar 69; ada peningkatan yang
tinggi dan signifikan pada kemampuan berpikir
dipelajari. Siswa ini kurang memiliki rasa percaya
kritis matematis siswa antara sebelum dan sesudah
diri. Pada saat di kelas siswa ini cenderung diam
memperoleh pembelajaran Creative Based
dan pasif. Padahal konsep berpikir kritis adalah Learning berbantuan smart card, serta
mengidentifikasi pertanyaan, mempertimbangkan peningkatannya lebih baik daripada peningkatan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak serta pada pembelajaran konvensional; kemampuan
mempertimbangkan jawaban pertanyaan, berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran
menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih Creative Based Learning berbantuan smart card

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 918

lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu dan
matematis siswa pada pembelajaran yang ada di Prestasi Belajar Siswa. Dalam Prosiding
sekolah, dalam hal ini pembelajaran Discovery Universitas Yogyakarta, Yogyakarta, 9
Learning; respon siswa terhadap pembelajaran November 2013, ISBN : 978-979-16353-9-
Creative Based Learning berbantuan smart card 4.
baik; (2) deskripsi kemampuan berpikir kritis
matematis ditinjau dari rasa ingin tahu siswa pada Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
model pembelajaran Creative Based Learning Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
berbantuan Smart Card: siswa pada kategori rasa
ingin tahu tinggi mampu memenuhi semua tahap Creswell, J. W. 2014. Research Design :
berpikir kritis matematis yaitu tahap klarifikasi, Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
tahap asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap dan Campuran. Translated by Fawaid, A.,
strategi; siswa pada kategori rasa ingin tahu sedang & Pancasari, R. K. 2016. Yogyakarta:
hanya mampu memenuhi subindikator pada tahap Pustaka Belajar.
klarifikasi, sedangkan subindikator pada tahap
asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap strategi Dasna, I. W., & Sutrisno. 2007. Pembelajaran
kurang terpenuhi, karena subindikator pada tahap Berbasis Masalah. Tersedia di
asesmen, tahap penyimpulan, dan tahap strategi http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09
belum terlaksana secara lengkap; siswa pada /19/pembelajaranberbasis-masal ah/
kategori rasa ingin tahu rendah mampu memenuhi [diakses 27-05-2018].
subindikator pada tahap klarifikasi, sedangkan
subindikator pada tahap asesmen, tahap Elia, I., & George, P. 2004. The Function of
penyimpulan, dan tahap strategi belum terpenuhi. Pictures in Problem Solving. In
Saran yang dapat direkomendasikan peneliti Proceedings of the 28th Conference of
diantaranya sebagai berikut : (1) pembelajaran the International Group for the
Creative Based Learning Berbantuan Smart Card Psychology of Mathematics Education.
dapat dijadikan sebagai alternatif model University of Cyprus.
pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis yang Fathiya, R. N., Agoestanto, A., & Kurniasih, A. W.
diterapkan di dalam kelas; (2) penggunaan tes 2014. Identifikasi Tahap Berpikir Kreatif
kemampuan berpikir kritis matematis dalam Menggunakan PBL Dengan Tugas
pembelajaran matematika perlu dibudayakan, Pengajuan Masalah. Unnes Journal of
sehingga diharapkan mampu mendorong berpikir Mathematics Education, 3(1), 75-80.
kritis matematis siswa.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Daftar Pustaka Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Akhmad, G.P.A. & Masriyah. 2014. Efektifitas
Pembelajaran Matematika dengan Isti, N. A., Agoestanto, A., & Kurniasih, A. W.
Pendekatan Model Elicting Activities 2017. Analisis Tahap Berpikir Kritis Siswa
(MESa) pada Materi Persamaan dan Kelas VIII dalam Setting PBL dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di Scaffolding untuk Menyelesaikan Masalah
Kelas VII-A SMP Negeri 1 Lamongan. Matematika. Unnes Journal of
MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Mathematics Education, 6(1), 52-62.
Matematika, 3(2), 97-102.
Jacob, S. M., & Sam, H. K. 2008. Measuring
Akinoglu, O., & Tandogan, R. O. 2007. The Effect Critical Thinking in Problem Solving
of Problem-Based Active Learning in through Online Discussion Forums in First
Science Education on Students’s Academic Year University Mathematics. In
Achievement, Attitude and Concept Proceedings of the International
Learning. Eurasia Journal of Mathematics, MultiConference of Engineers and
Science & Technology Education, 3(1): 71- Computer Scientists (IMECS), Hong Kong,
81. 19-21 Maret 2008, ISSN: 978-988-98671-
8-8.
Ardiyanto, D. S. 2013. Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Kontekstual Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan
Berbantuan Hands On Problem Solving Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919


F.Z. Si’adilla, Rochmad, A. Agoestanto 919

Kemendiknas. 2011. Pendidikan Nilai-nilai Budaya Sumarni, Sugiarto, & Sunarmi. 2016. Implementasi
Dan Karakter Bangsa Dalam Pembelajaran Auditory Intellectualy
Pembelajaran Matematika di SMP. Repetition (AIR) Terhadap Kemampuan
Jogjakarta: Pusat Pengembangan Dan Berfikir Kritis Dan Disposisi Matematis
Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Peserta Didik Pada Materi Kubus Dan
Kependidikan. Balok. Unnes Journal of Mathematics
Education, 5(2), 109-117.
Khoiri, W., Rochmad, & Cahyono, A. N. 2013.
Problem Based Learning Berbantuan Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Multimedia Dalam Pembelajaran Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya:
Matematika Untuk Meningkatkan Prestasi Pustaka.
Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes
Journal of Mathematics Education, 2(1), Widyaningrum, P. S., Pujiastuti, E., & Wijayanti,
114-121. K. 2016. Keefektifan Pembelajaran Model
POGIL Berbantuan Kartu Masalah
Mardhiyana, D., & Jailani. 2015. Developing Terhadap Kemampuan Pemecahan
Instrument To Measure Religiosity And Masalah Dan Karakter Bangsa Siswa Kelas
Other Affective Domain In Teaching and VIII. Unnes Journal of Mathematics
Learning Mathematics. In Proceeding of Education, 5(3), 207-216.
International Conference On Research,
Implementation And Education Of
Mathematics And Sciences 2015,
Yogyakarta State University, Yogyakarta.
17-19 Mei 2015, ISBN: 978-979-96880-8-
8.

Permendikbud. 2013. Standar Isi Pendidikan Dasar


dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Rahmawati, N. T. 2013. Keefektifan Model


Pembelajaran Search, Solve, Create, And
Share (SSCS) Berbantuan Kartu Masalah
Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa Kelas VII.
Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas
Negeri Semarang.

Renner, B. 2006. Curiosity About People: The


Development of a Social Curiosity Measure
in Adults. Journal of Personality
Assesment, 83(3), 305-316.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan


Perangkat Pembelajaran Matematika.
Kreano, 3(1), 59-72.

Salirawati, D. 2012. Percaya Diri, Keingintahuan,


dan Berjiwa Wirausaha: Tiga Karakter
Penting Bagi Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan Karakter, II(2), 213-224.

Setyaningsih, T. D., Agoestanto, A., & Kurniasih,


A. W. 2014. Identifikasi Tahap Berpikir
Kritis Siswa Menggunakan PBL dalam
Tugas Pengajuan Masalah Matematika.
Kreano, 5(2), 180-187.

Unnes J. Math. Educ. 2018, Vol. 7, No. 1, 910-919

Anda mungkin juga menyukai