Anda di halaman 1dari 21

Geometri Analitik

Geometri analitik adalah suatu cabang ilmu matematika yang merupakan kombinasi antara
aljabar dan geometri. Dengan menghubungkan persamaan matematika secara aljabar dengan
tempat kedudukan secara geometri diperoleh suatu metode pemecahan masalah geometri yang
lebih sistematik dan lebih tegas. Masalah-masalah geometri akan diselesaikan secara aljabar (atau
secara analitik). Sebaliknya gambar geometri sering memberikan pemahaman yang lebih jelas
pada pengertian hasil secara aljabar. Dalam materi geometri analitik ini juga akan membahas
tentang irisan kerucut dengan suatu bidang datar.

Dalam geometri, dikenalbeberapa postulat geometri euclid berikut :

a. Titik
Titik merupakan objek yang secara hipotesis tidak berdimensi
b. Garis.
Garis adalah suatu wadah untuk titik yang terdefinisi sebagai kurva satu dimensi
c. Intermediasi.
d. Antara dua titik yang berbeda pada garis lurus, maka selalu ada titik laindimana pun
mereka berada. Ujung-ujung suatu garis berupa titik.
e. Segmen garis dan ”rays”.Jika sebuah garis terpotong oleh dua titik (misalAdanB), maka
disebutsegmen garis. Artinya sebuah segmen garis memiliki titik awal (A) dan titikakhir (B).
Segmen garis memiliki panjang tetap terbatas. Namun jika titikakhirBjatuh di tak hingga,
maka diperoleh segmen garis dengan panjangsemi-tak hingga yang disebut ”rays”.
f. Permukaan.Permukaan dibentuk dari dua dimensi, yang disebut suatu wadah garis. Per-
mukaan memiliki panjang dan luas, namun tidak memiliki ketebalan. Permu-kaan dikatakan
permukaan bidang jika dipilih dua titik sebarang (katakanlahAdanB) pada suatu permukaan
lalu kedua titik tersebut dihubungkan olehsegmen garis lurus (AB), maka setiap titik pada
segmen garis tersebut ter-kandung dalam permukaan. Permukaan bidang dianggap
sebagai permukaanbidang euclid, sebaliknya disebut permukaan lengkung.
g. Solid.Suatu konstruksi geometri yang memiliki tiga dimensi, yang diperoleh
denganmelakukan translasi atau rotasi dari permukaan disebut solid.

Jarak Titik ke Titik (Jarak Dua Titik)

Pada koordinat dalam ruang

Jarak dua titik dinyatakan sebagai panjang garis yang menghubungkan kedua titik tersebut. Untuk
mencari jarak antara dua titik yang diketahui keterangan panjang, cara yang umum digunakan
dapat menggunakan rumus pythagoras.
Terkadang, ada bentuk soal yang menanyakan jarak dua titik hanya diketahui koordinatnya. Jika
kedua letak koordinatnya dinyatakan sebagai (x, y, z) maka dapat dicari menggunakan Teorema
Pythagoras dua kali .

│AB│=√(𝑥1 − 𝑥2)2 + (𝑦1 − 𝑦2)2 + (𝑧1 − 𝑧2)2

CONTOH SOAL:

Tentukan jarak antara dua titik yang memiliki koordinat P(0, 7, 6) dan Q(5, 2, 1)!

│PQ│=√(0 − 5)2 + (7 − 2)2 + (6 − 1)2

=√(−5)2 + (5)2 + (5)2

=√25 + 25 + 25

=√75

=√25.3

=√25.√3

=5√3

Vektor di R3
Vektor yang berada pada ruang tiga dimensi (x, y, z).jarak antara dua titik vektor dalam dapat
diketahui dengan pengembangan rumus phytagoras. Jika titik dan
titik maka jarak AB adalah:

Atau jika , maka

Vektor dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu dalam kolom atau
dalam baris . Vektor juga dapat disajikan sebagai kombinasi
linier dari vektor basis dan dan berikut:

Operasi Vektor di R^3

Operasi vektor di secara umum, memiliki konsep yang sama dengan operasi vektor
di dalam penjumlahan, pengurangan, maupun perkalian.

Penjumlahan dan pengurangan vektor di R^3

Penjumlahan dan pengurangan vektor di sama dengan vektor di yaitu:

𝑎1 𝑏1 𝑎1 +𝑏1
𝑎̅ + 𝑏̅ = (𝑎2 ) + (𝑏2 ) = (𝑎2 +𝑏2 )
𝑎3 𝑏3 𝑎3 + 𝑏 3
Dan

𝑎1 𝑏1 𝑎1 −𝑏1
𝑎̅ − 𝑏̅ = (𝑎2 ) − (𝑏2 ) = (𝑎2 −𝑏2 )
𝑎3 𝑏3 𝑎3 − 𝑏 3

Perkalian vektor di R3 dengan skalar

Jika adalah vektor dan k adalah skalar. Maka perkalian vektor:

Hasil kali skalar dua vektor

Selain rumus di , ada rumus lain dalam hasil kali skalar dua vektor.
Jika dan maka adalah:

SIFAT PERKALIAN SILANG DUA VEKTOR

Perkalian vector itu ada dua macam, yaitu : perkalian antara vektor dengan skalar dan
perkalian antara vektor dengan vektor. Lalu perkalian antara vektor dengan vektor dibedakan
menjadi dua jenis yaitu perkalian titik (dot product) atau sering disebut dengan perkalian skalar dan
perkalian silang (cross product). Tapi disini kami akan menjelaskan perkalian silang dua vector.

Salah satu cara menghitung perkalian dua vector adalah dengan menggunakan cara hasil
kali silang dua vector ruang

Hasil kali silang dua vector ruang adalah sebuah hasil dari pengalian dari sebuah vector ke
vector lainnya.

Penjelasannya :
1. Diketahui vector j = -5x + 3y + 4z dan vector k = 10x + 7y - 8z maka hasil dari
perkalian vector j dan vector k adalah ?

Jawab :

Dik ; j = -5x + 3y + 4z

k = 10x + 7y – 8z

Dit : j x k ?

x y z

j x k : -5 3 4

10 7 -8

: 3 4 x + -5 4 y + -5 3 z

7 -8 10 -8 10 7

: (-24 + 28)x + (40 + 40)y + (-35 + 30)z

: 4x + 80y - 5z

Pada perkalian silang atau cross product antara vektor A & vektor B dimana juga dapat
dituliskan sebagai A x B dimana perkalian antara kedua vektor A dengan vektor B yang tegak lurus
dengan vektor A. Sehingga jika digambarkan akan seperti gambar dibawah ini :
Sehingga dapat kita dapat mendapatkan rumus :

AxB=C

A x B = A.B sin α

Ket :

α = sudut dibentuk oleh vector A dan B dengan besar 0o ≤ α ≤ 180o

C = sebuah vector yang merupakan hasil dari perkalian vector A & B

AxB = besar hasil perkalian dari vector A & B

Dan juga terdapat beberapa sifat sifat dalam perkalian silang (cross product), yaitu :

1. Pada perkalian silang tidak berlaku sifat komutatif sehingga :


AxB≠BxA
2. Pada perkalian silang berlaku sifat anti komutatif, yaitu :
AxB=-B xA
3. Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus (𝛼 = 90o) maka :
|A x B| = AB → sin 90o = 1
4. Jika kedua vektor A dan B searah (𝛼 = 0o) maka :
|A x B| = 0 → sin 0o = 0
5. Jika kedua vektor A dan B berlawanan arah (𝛼 = 180o) maka :
|A x B| = 0 → sin 180o = 0
Contoh soal :
1. Hitunglah hasil perkalian silang dua verktor A = i + j + k dan B = 3i + j + 2k. Kemudian

tentukan besar sudut yang dibentuk (diapit) kedua vektor tersebut.

Penyelesaian:

Hasil perkalian

A × B = (AyBz – AzBy)i + (AzBx – AxBz)j + (AxBy – AyBx)k

A × B = (1×2 – 1×1)i + (1×3 – 1×2)j + (1×1 – 1×3)k

A × B = (2 – 1)i + (3 – 2)j + (1 – 3)k

A × B = i + j – 2k

Sudut yang dibentuk

|A × B| = AB sin α

A = √(12 + 12 + 12) = √3

B = √(32 + 12 + 22) = √14


|A × B| = √{(12 + 12 + (-22)} = √6
maka
√6 = (√3)(√14) sin α

√6 = √42 sin α
sin α = √6/√42
sin α = 0,378
α ≈ 22,21o

LETAK GARIS LURUS TERHADAP BIDANG DATAR

Ada 3 kemungkinan yang terjadi ;

1 . Garis memotong bidang


2 . Garis sejajar bidang

3 . Garis terletak pada bidang

Akan ada Garis dan Bidang ,


𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦1 𝑧−𝑧1
garis l = 𝑎
= 𝑏
= 𝑐
Bidang α = Ax + By + Cz + D = 0

Persamaan garis dimisalkan , contoh :


𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦1 𝑧−𝑧1
t= 𝑎
= 𝑏
= 𝑐
, lalu mencari nilai xyz

x = 𝒙𝟏 + 𝒂𝒕 y = 𝒚𝟏 + bt z = 𝒛𝟏 + ct , kemudian disubtitusi kedalam persamaan bidang

α = A (𝒙𝟏 + 𝒂𝒕) + B(𝒚𝟏 + bt ) + C( 𝒛𝟏 + ct )+ D = 0

A 𝑥1 + Aat + B𝑦1 + Bbt + C𝑧1 + Cct + D = 0

(Aa + Bb + Cc )t + A 𝑥1 + B𝑦1 + C𝑧1 + 𝐷 = 0

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan

1) Jika A 𝑥1 + B𝑦1 + C𝑧1 + 𝐷 = 0 dan Aa + Bb + Cc ≠ 0 , Maka garis dan bidang


berpotongan dengan titik potong ( 𝒙𝟏 , 𝒚𝟏 , 𝒛𝟏 )
2) Jika A 𝑥1 + B𝑦1 + C𝑧1 + 𝐷 ≠ 0 dan Aa + Bb + Cc = 0 , Maka garis dan bidang Sejajar

Jika A 𝑥1 + B𝑦1 + C𝑧1 + 𝐷 = 0 dan Aa + Bb + Cc = 0 , Maka garis terletak pada bidang

JARAK ANATARA 2 GARIS BERSILANGAN

Beberapa waktu yang lalu kalian telah mempelajari materi tentang hubungan antara garis dengan
garis, yaitu mempunyai kedudukan : berimpit, sejajar, berpotongan dan bersilangan.

Kalian masih ingat, bahwa hanya dua garis sejajar atau dua garis bersilangan saja yang mempunyai
jarak? Dalam topik ini kalian akan mempelajari topik jarak antara dua garis yang bersilangan.
Apakah kalian masih ingat cara mencari jarak antara dua garis yang sejajar?

1. Dua garis dikatakan bersilangan jika dua garis itu tidak terletak sebidang atau melalui kedua garis
itu tidak dapat dibuat sebuah bidang datar.
2. Jarak antara garis g dan garis h yang saling bersilangan adalah panjang ruas garis yang
diperoleh dari titik T (yang terletak pada garis g) ditarik tegak lurus ke garis h sehingga
berpotongan di titik T' atau panjang ruas garis lurus dari titik T yang terletak di garis g ke titik
proyeksinya di T' pada garis h.
d adalah jarak antara garis g dan garis h

3. Untuk menghitung jarak antara garis dan garis yang bersilangan dapat dengan pertolongan
membuat bidang V yang melalui garis g dan sejajar garis h. Kemudian ambil salah satu titik pada
garis h misal titik T, maka jarak antara garis g dan garis h adalah sama dengan jarak titik T ke
bidang V.
4. Jika garis g dan garis h yang bersilangan saling tegak lurus, maka untuk menghitung jaraknya
dapat dengan pertolongan membuat bidang V yang melalui garis g dan tegak lurus garis h, dan
akan diperoleh titik potong antara bidang V dan garis h misal titik T. Jarak antara garis g dan garis
h yang bersilangan saling tegak lurus adalah sama dengan jarak titik T ke garis g.

Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh berikut.

Contoh
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 12 cm.

Hitung jarak antara :


a) garis diagonal HF dan rusuk BC
b) garis diagonal ruang EC dan diagonal sisi DB

Jawab :

a)

Untuk menghitung jarak dari garis diagonal HF ke rusuk BC, dibuat bidang yang melalui HF dan
sejajar BC, yaitu bidang EFGH.
Ambil salah satu titik pada rusuk BC, misal titik B.
Dengan demikian, jarak antara HF dan BC adalah jarak titik B ke bidang EFGH adalah :
Untuk menghitung jarak dari garis EC ke DB, dibuat bidang yang melalui DB yang tegak lurus EC,
yaitu bidang ∆DBG.
Misal titik potong bidang ∆DBG dengan garis EC adalah titik T dan proyeksi titik T pada garis DB
adalah titik S, maka jarak garis EC dan DB adalah TS.

Dalam bidang diagonal ACGE :

Dalam ∆STC (segitiga siku-siku di T) :

Jadi jarak garis diagonal ruang EC dan diagonal sisi DB adalah 2√6 cm.
Persamaaan Bola
 Bola dengan pusat M (0,0,0)
|r| = OP = √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2

Sehingga r = |r|

𝕡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑙𝑎 ∶ 𝑟 2 = 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2

 Bola dengan titik pusat M (a,b,c)

𝕡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑙𝑎 : 𝑟 2 = ( 𝑥 – 𝑎 ) 2 + ( 𝑦 – 𝑏 )2 + ( 𝑧 – 𝑐 )2

CONTOH SOAL :

1. Carilah persamaan bola yang berpusat di titik (1 , 3 ,2 ) dan melalui titik (2,5,0)

Jawab : titik (1,3,2) sebagai (a,b,c) dan (2,5,0) sebagai (x,y,z)

Mencari r dulu :
Rumus : 𝑟 2 = ( 𝑥 – 𝑎 ) 2 + ( 𝑦 – 𝑏 )2 + ( 𝑧 – 𝑐 )2
𝑟 2 = ( 2 – 1 ) 2 + ( 5 – 3)2 + ( 0 – 2)2
𝑟 2 = 1+4+4
r = √9
r=3
→ masukan r dan (a,b,c) kedalam persamaan

32 = ( 𝑥 – 1 ) 2 + ( 𝑦 – 3 )2 + ( 𝑧 – 2)2

9 =( 𝑥 2 – 2x + 1 ) + (𝑦 2 – 6y + 9 ) + (𝑧 2 – 4z + 4 )

𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 + 𝒛𝟐 – 2x – 6y – 4z + 14 = 0

2. Tentukan pusat dan jari-jari bola , jika diketahui persamaan berikut :

𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 – 10x – 8y – 12z + 68 = 0

Jawab : (-10 = A ) ( -8 = B ) ( -12 = C ) ( 68 = D)


𝟏 𝟏 𝟏
RUMUS : M (pusat) = (- A , - B , - C )
𝟐 𝟐 𝟐

1 1 1
M = (- 2 (-10), - 2 ( -8) , - 2 ( -12) )

M(5,4,6)

𝟏 𝟏 𝟏
r ( jari-jari bola ) = √ 𝐀𝟐 + 𝐁𝟐 + 𝐂 𝟐 − 𝐃
𝟒 𝟒 𝟒

1 1 1
r = √4 (−10)2 + 4 (−8)2 + 4 (−12)2 − 68

r = √25 + 16 = 36 − 68

r = √9

r=3

Bidang Singgung Pada Bola

Misalkan bola dengan persamaan (x-a)2 +(y- b)2 +(z- c)2 =r2

dan suatu titik T(x1,y1,z1) pada bola. Akan dicari persamaan bidang singgung pada

bola di titik T(x1,y1,z1). Bidang singgung di titik T dan jarijari bola melalui T saling

tegak lurus, ambil sebarang titik V(x, y, z) pada bidang singgung, maka

⃗⃗⃗⃗⃗ = 〈𝑥 − 𝑥1 , 𝑦 − 𝑦1 , 𝑧 − 𝑧1 〉 pada bidang singgung


𝑇𝑉

Pusat bola adalah P(a, b, c), maka

⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑇 = (𝑥1 − 𝑎, 𝑦1 − 𝑏, 𝑧1 − 𝑐)
Karena ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑇⏊𝑃𝑇 ⃗⃗⃗⃗⃗ 𝑚𝑎𝑘𝑎 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑇. ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑇𝑉 = 0

⃗⃗⃗⃗⃗ . (𝑃𝑇
𝑃𝑇 ⃗⃗⃗⃗⃗ − 𝑃𝑉
⃗⃗⃗⃗⃗ ) = 0

⃗⃗⃗⃗⃗ . 𝑃𝑇
𝑃𝑇 ⃗⃗⃗⃗⃗ − 𝑃𝑇
⃗⃗⃗⃗⃗ . 𝑃𝑉
⃗⃗⃗⃗⃗ = 0

r2-<x1-a, y1-b,z1-c>.<x-a,y-b,z-c>=0

(x1-a) +(x- a) +(y1- b) (y-b) +(z1- c) (z- c) =r2

Ini adalah persamaan bidang singgung bola dengan persamaan (x- a)2 +(y – b)2 +

(z-c)2 =r2 ; di titik (x1,,y1,z1) pada bola.

BAB IV
LUASAN PUTARAN
Misalkan sumbu x diambil sebagai sumbu putar dan kurva yang diputar terletak pada
bidang YOZ Persamaan kurva yang diputar adalah
𝑥−0

𝑓 (𝑦, 𝑧) = 0

Selanjutnya diambil T(X0, yo zo ) sebarang titik pada kurva. Maka dipenuhi :


X0 = 0 dan f(y0, z0) = 0.
Ambil T(X0, yo zo ) sebarang titik pada kurva.
𝑥−0
Maka dipenuhi
𝑓 (𝑦, 𝑧) = 0

Lingkaran yang dilalui T adalah perpotongan bidang yang melalui T dan tegak lurus sumbu
putar, yaitu sumbu dengan bola yang pusatnya pada sumbu X, misalkan titik 0 dan jari-
jarinya 0T.
Jadi persamaan lingkaran yang dilalui T adalah
X = X0
X2 + Y2 + z2 = x02 + Y02 + Z02
Selanjutnya dengan mengeleminasi x0, y0, dan z0 sehingga diperoleh persamaan luasan
putarannya.
Berikut ini akan dicari bermacam-macam persamaan luasan putaran.

3.1 Suatu Elips Pada Bidang XOY Diputar Mengelilingi Sumbu X


Persamaan elips pada bidang XOY berbentuk
𝑧=0
𝑥 2 𝑦2
+ =1
𝑎2 𝑏2

Misalkan T(x0, y0, z0) sebarang titik pada elips. Maka harus dipenuhi

Z0 = 0

𝑥 2 𝑦2
+
𝑎2 𝑏2
=1

Persamaan bidang yang melalui T dan tegak lurus sumbu x adalah x = x0.

Persamaan bola yang melalui titik T dan titik pusatnya di 0 adalah

X2+y2+z2 = x02+y02+z02

Jadi persamaan lingkaran yang dilalui T adalah

X = X0

X2+y2+z2 = x02+y02+z02

Dengan mengeleminasi x0, y0 dan z0 diperoleh persamaan

𝑥 2 𝑦 2 +𝑧 2
+ 2 =1
𝑎2 𝑏

Persamaan ini merupakan persamaan ellipsoida putaran dengan sumbu putar sumbu x.

GAMBAR LINGKARAN

Jika sumbu putarnya sumbu y maka persamaan ellipsoida diperoleh sebagai berikut.
Persamaan ellips yang diputar adalah

𝑧=0
𝑥 2 𝑦2
+
𝑎2 𝑏2
=1

Misalkan T(x0, y0, z0) sebarang titik pada elips.


`

Anda mungkin juga menyukai