Anda di halaman 1dari 5

Propofol

Propofol adalah sebuah obat anestesi berefek cepat dengan fungsi sedasi, hipnosis dan
analgesia. Umumnya ditemukan pada lingkungan bedah dan intensive care unit (ICU), mencakup bedah
invasif (seperti kraniotomi) maupun bedah invasif minimal (seperti bedah plastik).

Farmakologi

Berbeda dari obat anestesi lain, struktur propofol sangat unik dengan sifatnya yang tidak dapat
larut dalam cairan tubuh. Formula yang digunakan adalah dalam bentuk emulsi berisi minyak kedelai,
gliserol dan lesitin telur, maka warnanya putih identik seperti susu. pH propofol bergantung pada
sediaannya: EDTA (basa, pH 7-8.8) dan sulfite (asam, pH 4,5-6,4). 1,2

Seperti obat yang dapat menyebabkan ketergantungan, pemakaian propofol secara kronis dapat
menyebabkan peningkatan aktivitas dopaminergis pada jalur mesolimbik di Area Tegmentalis Ventralis
(ATV) menuju Nucleus Accumbens (NAc). Di tingkat molekular, propofol mengaktivasi reseptor gamma-
aminobutyric acid type A (GABAA) dengan meningkatkan aliran klorida pada post-sinaptik membran
neuron, juga menginhibisi transmisi eksitatori dengan modulasi N- methyl-aspartic acid (NMDA), yang
menghasilkan peningkatan aktivitas neuron DA di ATV. Pada dosis paling rendah (9mg/kg) konsentrasi
dopamine (DA) menurun, dibandingkan dengan dosis subanestesi (60mg/kg dan 100mg/kg) yang
menghasilkan peningkatan konsentrasi DA secara exponensial, dan mengaktivasi reward circuit, yang
mengindikasikan potensi penyalahgunaan propofol (Gambar 1,2). 2,3

Gambar 1. Perubahan aktivitas reseptor Gamma-aminobutyric acid (GABA) yang dipengaruhi oleh propofol,
benzodiazepine dan sodium thiopental yang menyebabkan influx klorida. Reseptor inhibitori lain seperti N-methyl-
D-aspartate (NMDA) juga dipengaruhi oleh konsentrasi propofol di dalam sistem saraf pusat. 2,3
Gambar 2. Penggunaan propofol mengakibatkan perubahan homeostasis di jalur mesolimbik (A)Sirkuit
penghargaan (reward circuit) memiliki keadaan homeostasis ketika diaktivasi oleh stimulan alami seperti makanan,
air dan senggama yang direspons dengan penghantaran neurotransmiter sepanjang badan sel dopamine di area
Ventralis Tegmentalis (VTA) dan berakhir di Nucleus Accumbens (NAc). (B) Pemberian akut propofol (konsentrasi
0,1-1,0 nM) dapat meningkatkan aktivitas transmisi glutamatergik neuron dopamine VTA via reseptor D1 dopamin,
meningkatkan level dopamine di NAc. Efeknya diasosiasikan dengan motivasi, penguatan (reinforcement) dan
penghargaan (reward). (C) Peningkatan regulasi pada resptor D1 dopamin memberi sinyal di sepanjang kaskade,
diantaranya phosphorylated-ERK (p-ERK) dan onkogen homolog B delta varian (∆FosB). Mekanisme ini terjadi
ketika adanya penggunaan propofol berulang, menghasilkan fenomena yang dapat ditemukan pada dependensi
alkohol. Perubahan ini dapat dihasilkan oleh plastisitas neuron dan sinaps pada VTA-NAc. 2,3

Setelah injeksi propofol dosis standar 2,5mg/kg intravena, puncak efek terapiutik dicapai pada
detik ke-100 (sekitar 1-2 menit). Onset efeknya yang cepat diikuti oleh metabolisme paruh waktu
propofol 8 menit yang tergolong cepat juga, redistribusinya antara 30 dan 70 menit. Eliminasi propofol
dapat dicapai dalam 23 jam (Tabel 1). 2,3,4
Tabel 1. Pemberian propofol infus sebagai bolus maupun berlanjut (continuous)
diproses melalui model linear tiga-kompartemen. 2,3

Kompartemen Kecepatan equilibrium Keterangan


Plasma Cepat
Dari plasma ke organ Cepat (distribusi paruh Karena solubilitas tinggi terhadap lipid:
perfusi tinggi (mis. waktu 1-8 menit) propofol dapat melewati sawar otak dengan
paru, hepar, ginjal, mudah, memberikan onset cepat (within
otak) one arm-brain circulation time). Pasien
biasanya diminta untuk menghitung mundur
dari 10 ketika disuntikan propofol, dan
jarang sekali dapat mencapai hitungan ke-4
atau 3.
Dari sistem saraf Lambat (distribusi paruh Redistribusi yang terjadi setelah komponen
pusat ke jaringan waktu (30-70 menit) derivative propofol keluar dari organ perfusi
dengan perfusi rendah terjadi dengan cepat (paruh waktu 2-
rendah (mis. otot 4 menit) yang ditambah dengan metabolism
skeletal dan jaringan yang cepat, memberikan efek durasi pendek
adipos) hanya 3-5 menit. Maka periode pemulihan
pendek, hanya sedikit efek hangover.

Kegunaan

Obat ini merupakan pilihan utama guna menginduksi anestesi secara cepat via intravena. Pemeliharaan
dosis anestesi dapat dicapai dengan infus yang terpasang dengan pompa (infuse pump) yang biasa
dipakai di ruang ICU maupun ruang bedah. Sifat propofol yang membuatnya menjadi pilihan salah
satunya adalah antiemetik, yang memberikan kenyamanan kepada pasien pasca anestesi.

Positive mood dan anti-anxietas dihasilkan oleh propofol karena adanya stimulasi pada sirkuit
penghargaan (reward circuit) di jalur mesokortikolimbik, lain halnya dengan efek euphoria yang
disebabkan oleh opioid karena target protein yang berbeda. Atas dasar alasan ini, pasien dapat meminta
untuk menggunakan anestesi propofol untuk prosedur invasif minimal, dimana pasien merasa segar dan
bugar pasca tindakan medis. 1,2,3

Efek samping

Karena sifatnya yang memberikan efek sedasi dengan kedalaman yang berbeda pada setiap individu,
selalu ada resiko gagal napas akibat depresi otot pernapasan dan penumpulan reflex protektif terhadap
jalan napas. Setelah injeksi 2,5 mg per kilogram, tonus simpatetis menurun dan vasodilatasi mengurangi
tekanan sistolik dan diastolik secara signifikan (sekitar 25-40%) yang diikuti dengan takikardia;
perubahan hemodinamik ini lebih besar efeknya dengan adanya dehidrasi. Metabolisme serebral
menurun 40% dengan penggunaan dosis terapiutik guna menurunkan tekanan intrakranial. Bila tidak
terkontrol berisiko gangguan hemodinamik yang dapat menyebabkan gagal kardiovaskular dan perfusi
otak. 4,5,6
Intoksikasi

Metabolisme konjugasi di hepar dan pembersihannya di ginjal yang cepat serta residu yang minimal
memberikan pasien stadium-akhir sebuah agen sedasi pilihan yang aman, yaitu propofol. Akan tetapi
literatur membuktikan adanya satu manifestasi intoksikasi propofol yaitu sindroma infus propofol (PRIS)
yang risikonya meningkat ketika pemberian melebihi 4mg/kg/jam dalam 48 jam, dengan deplesi
karbohidrat, penyakit parah, dan penggunaan glukokortikoid serta katekolamin. Gangguan oksidasi beta
pada asama lemak di mitokondria menimbulkan gejala seperti asidosis metabolik, rabdomiolisis,
hiperkalemi, kerusakan ginjal akut (AKI), dan peningkatan enzim liver serta disfungsi jantung. 6,7

Resiko kematian yang disebabkan karena pemberian propofol oleh diri sendiri masih diperdebatkan dan
beberapa penulis melaporkan resiko yang rendah atau absen dikarenakan oleh ketersediaan komersial
propofol dalam konsentrasi rendah per ampul (20 ml berisi 200 mg propofol), yang setara dengan dosis
standar 2–2.5 mg/kg individu dengan berat badan 80kg untuk induksi anestesi umum. 2,7

Efek buruk yang merugikan pengguna propofol maupun orang lain mencakup adanya disinhibisi seksual
dan halusinasi visual, dan berakhir pada kematian yang tidak direncana (bukan bunuh diri atau
pembunuhan). Dimana propofol dalam serum pada kasus-kasus terdata, terdeteksi di bawah level atau
masih dalam dosis terapiutik (1,3-6,8mcg/mL). Maka dosis letal pada propofol tidak signifikan
dibandingkan dengan efek buruk yang fatal, yaitu gagal napas dan kardiovaskuler. 2,7

Pada autopsi dan penemuan histologi kasus-kasus yang mematikan, overdosis propofol biasanya
menunjukan edema pulmonal dan serebral, pendarahan petechiae pada paru-paru dan pleura,
pankreatitis hemoragik, dan steatosis hepatik. Pankreatitis dan hipertrigliseridemia diasosiasikan dengan
sifat propofol yang tinggi solubilitasnya terhadap lipid. Adapun pendeteksian penggunaan kronis
terbukti dari analisis segmental helai rambut. 2,6,7

Medikolegal

Penyalahgunaan propofol kebanyakan ditemukan pada individu yang memiliki akses kepada obat
tersebut yaitu tenaga medis, khususnya spesialis dan perawat anestesiologi. Walaupun tidak tertutup
kemungkinan akses obat yang kini semakin mudah didapat. Penemuan di Amerika Serikat tahun 2006
membuktikan 10 kasus penyalahgunaan propofol dari 10.000 anestesiologis pada 10 tahun terakhir
dengan mortalitas 28%. Kebanyakan terlibat pada penggunaannya sebagai obat rekreasi mengatasi
stres dan insomnia. 3,4

Ketidaktersediaannya obat antagonis sebagai antidot propofol memerlukan pemakaian obat yang
terkontrol oleh praktisi klinis berkualifikasi dalam farmakologi dan manajemen jalan napas (airway),
untuk menangani risiko gagal napas dan kardiovaskular, yaitu spesialis anestesiologis ataupun perawat
anestesiologis. Kenyataannya, praktek intervensi minimal seperti pada pemeriksaan endoskopi di
gastroenterologis jarang memiliki tenaga spesialis anestesi karena pada umumnya tidak menghasilkan
secara finansial dan sampai hari ini belum ada peraturan hukum yang dikeluarkan pemerintah mengenai
penggunaan propofol. 1,6
1. American Society of Anesthesiologists. Standards and guidelines: Statement on safe use of propofol.
2019.

2. Dinis-Oliveira RJ. Review article: Metabolic profiles of propofol and fospropofol: clinical and forensic
interpretive aspects. BioMed Reasearch International. 2018

3. Wang S, Lian Q. Addiction and stress: implications for propofol abuse. Neuropsychiatry Vol 7(5). 2017.

4. Xiong M, et al. Neurobiology of propofol addiction and supportive evidence: What is the new
development? Brain sciences Vol 8(2):36. 2018

5. Richard JL. Clinical Effects and lethal and forensic aspects of propofol. J Forensic Sci 56(01):142-147.
2011

6. Grasia CZ, et al. Comparison of hemodynamic response between propofol and thiopental as an
induction agent in neurosurgery anesthesia ay Haji Adam Malik General Hospital Medan-Indonesia. Bali
Medical Journal Vol 7(3):717-722. 2018.

7. Axon AE. The use of propofol by gastroenterologists: medico-legal issues. Digestion Vol 82:110-112.
2010

7. Secor T, Gunderson S. Propofol toxicity. StatPearls. 2019

Anda mungkin juga menyukai