Anda di halaman 1dari 10

II.

BAB III
III. SELEKSI DAN URAIAN PROSES

III.1 Macam-macam Proses Pembuatan Dietil Eter


Ada beberapa macam proses pembuatan dietil eter, yaitu:
1. Hidrasi Etilen dengan Asam Sulfat
2. Dehidrasi Etanol dengan Katalis Asam Sulfat
3. Dehidrasi Etanol dengan Katalis γ-Alumina
(Kirk & Othmer, 1991).
III.1.1 Hidrasi Etilen dengan Katalis Asam Sulfat
Etilen (C2H4) merupakan senyawa hidrokarbon yang dihasilkan dari pemecahan
(cracking) hidrokarbon rantai panjang, kemudian diserap dengan asam sulfat (H2SO4) pada
tekanan tinggi dengan pengontrolan suhu yang baik, hasilnya berupa campuran etil
hidrogen sulfat (C2H5HSO4) dan dietil sulfat ((C2H5)2SO4). Campuran yang berupa 1–1,5
mol etilen per mol asam sulfat dihidrolisa dengan air untuk menghasilkan etil alkohol dan
dietil eter sebagai produknya. Suhu reaktor 125 0C dan membutuhkan waktu reaksi 3 jam.
Jika digunakan suhu tinggi, waktu tinggal dalam reaktor dapat dikurangi tetapi akan
menghasilkan tekanan tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C2H4 + H2SO4  C2H5HSO4
Etilen Asam sulfat Etil hidrogen sulfat
C2H4 + H2SO4  (C2H5)2SO4
Etilen Asam sulfat Dietil sulfat
C2H5SO4 + H2O  C2H5OH + H2SO4
Etil hidrogen Sulfat Air Etanol Asam sulfat
(C2H5)2SO4 + H2O  2 C2H5OH + H2SO4
Dietil sulfat Air Etanol Asam sulfat
C2H5OH + C2H5HSO4  C2H5OC2H5 + H2SO4
Etanol Etil hidrogen sulfat Dietil eter Asam sulfat
C2H5OH + (C2H5)2SO4  C2H5OC2H5 + C2H5HSO4
Etanol Dietil sulfat Dietil eter Etil hidrogen sulfat
(Kirk & Othmer, 1991).

III-1
III.1.2 Dehidrasi Etanol dengan Katalis Asam Sulfat
Dehidrasi etil alkohol (C2H5OH) secara kontinyu dengan asam sulfat (H2SO4)
pertama diuraikan oleh P.Boullay, tetapi kemudian ditetapkan sebagai Proses Barbet (Kirk
& Othmer, 1982). Proses produksi secara tidak langsung adalah dimana dietil eter
merupakan produk samping dalam proses produksi etanol (C2H5OH) dari etilen (C2H4).
Proses asam sulfat dilakukan dengan cara bahan baku etanol (C2H5OH) dan katalis asam
sulfat (H2SO4) (katalis homogen) dipanaskan sampai temperature antara 125-140 ˚C
dengan perbandingan 1:3. . Umpan alkohol secara kontinyu masuk ke dalam campuran
asam-alkohol dengan pemanasan terlebih dahulu mendekati suhu 127oC. Proses dilakukan
pada reaktor stainless steel yang dilapisi timbal, dilengkapi pemanas koil dan pelindung
kebocoran asam. Yield dietil eter (C4H10O) dihasilkan sebesar 94–95%
(Ullmann, 1987).
Untuk menghilangkan sulfur dioksida (SO2) dan asam sulfat (H2SO4), campuran
dari reaktor dilewatkan caustic scrubber. Hasil yang mengandung sedikit larutan alkali,
dietil eter (C4H10O), alkohol dipisahkan dengan kolom fraksi. Setelah pemisahan terjadi,
alcohol yang tidak bereaksi dengan air di recycle, dan dietil eter (C4H10O) sebagai hasil
disimpan pada tangki-tangki penyimpanan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C2H5OH + H2SO4  C2H5HSO4 + H2O
Etanol Asam sulfat Etil hidrogen sulfat Air
C2H5OH + C2H5HSO4  C2H5OC2H5 + H2SO4
Etanol Etil hidrogen sulfat Dietil eter Asam sulfat
(Kirk & Othmer, 1991).

Gambar III.1 Block Diagram Proses Dehidrasi Etanol dengan Asam Sulfat

III-2
Meskipun begitu, proses barbet mempunyai kelemahan dalam pemisahan katalis. Hal
ini dikarenakan sifat katalis asam sulfat yang homogen dan bersifat korosif. Dengan
demikian membutuhkan investasi peralatan yang cukup mahal (Ullmann, 1987).
III.1.3 Dehidrasi Etanol dengan Katalis γ-Alumina
γ-Alumina banyak dipakai sebagai katalis maupun pendukung katalis dalam reaksi
dehidrasi dan dehidrogenasi alkohol. Keaktifan dan kereaktifan katalis heterogen
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain adalah luas permukaan katalis padatan, volum
dan besarnya pori serta distribusi sisi aktif. Alumina dan terutama γ-Alumina banyak
digunakan sebagai katalis dan pendukung katalis, karena selain memiliki luas permukaan
yang besar (150-300 m3/g) juga memiliki sisi aktif yang bersifat asam dan basa. Sifat aktif
ini dihasilkan dari pelepasan molekul air dari permukaan γ -alumina sebagai berikut :

(Eka Putri, D., 2006).


Bahan baku etanol (C2H5OH) diuapkan dan dialirkan kedalam reaktor fixed bed
multitube dengan katalisator berupa alumina dan beroperasi pada suhu 200 – 250 0C
dengan tekanan 3 atm sehingga dihasilkan dietil eter (C4H10O) dan etanol (C2H5OH). Hasil
keluar reaktor dikondensasi kemudian dimurnikan dengan menggunakan distilasi. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
2C2H5OH  C2H5OC2H5O + H2O
Etanol Dietil eter Air
C2H5OH  C2H4 + H2O
Etanol Etilen Air
(Kirk & Othmer, 1991).

III-3
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
k1
C2H5OH ⇄ C2H4 + H2O ΔG298 = 8378 J
𝑘2
Etanol Etilen Air
k3
2C2H5OH ⇄ C2H5OC2H5 + H2O ΔG298 = -76652 J
𝑘4
Etanol Dietil eter Air
k5
C2H5OC2H5 ⇄ C2H5OH + C2H4 ΔG298 = -83460 J
𝑘6
Dietil eter Etanol Etilen
k7
C2H5OC2H5 ⇄ 2C2H4 + H2O ΔG298 = -75082 J
𝑘8
Dietil eter Etilen Air

Gambar III.2 Block Diagram Proses Dehidrasi Etanol dengan Katalis

III-4
III.2 Seleksi Proses
Berdasarkan uraian proses yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
perbandingan dari masing-masing proses seperti pada Tabel III.1.
Tabel III.1 Perbandingan Proses Pembuatan Dietil Eter
Macam-Macam Proses
Parameter Dehidrasi Etanol dengan Dehidrasi Etanol dengan
Katalis Asam Sulfat Katalis γ-Alumina
Bahan Baku Utama Etanol Etanol
Bahan Baku Penolong Asam sulfat Alumina
Reaktor Mixed flow reactor Fixed bed reactor multitube
Tahapan Proses - Penguapan - Penguapan
- Sintesis DEE - Sintesis DEE
- Pemisahan SO2 dan - Pemisahan DEE
H2SO4 - Pemisahan etanol dan air
- Pemisahan DEE
- Pemisahan etanol dan air
Pemisahan Katalis Sulit Mudah
Kondisi Operasi
- Temperatur 125 – 140 ˚C 200 – 250 ˚C
- Tekanan 1 atm 2,5 – 3 atm
Produk Dietil eter Dietil Eter
Produk Samping Etil hidrogen sulfat, Etilen dan Air
Asam sulfat, dan Air
Yield 94 – 95% 95%
Biaya Produksi Lebih mahal Lebih murah

III.3 Uraian Proses


Tahap proses pembuatan DEE dari etanol dengan proses dehidrasi adalah
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan bahan baku
2. Tahap Sintesis DEE
3. Tahap Pemurnian

III-5
III.3.1 Tahap Persiapan Bahan Baku
Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan etanol sebelum direaksikan ke dalam
reaktor. Pada tahap ini juga meliputi tahap adsorpsi H2O yang bertujuan untuk
mengurangi kadar air sehingga dapat meningkatkan kadar kemurnian etanol hingga 2-
4%, (sumber :). Etanol yang digunakan berbentuk cair dengan kemurnian sekitar 96,5
% berat. Dengan adanya proses adsorpsi, maka etanol yang akan masuk reaktor
diharapkan sudah mencapai kemurnian 99,5% agar diperoleh produk dietil eter dengan
kemurnian tinggi. Adsorpsi H2O pada etanol ini akan dilakukan dengan menggunakan
molecular sieve sebagai adsorbent. Keunggulan proses adsorpsi menggunakan adsorbent
tersebut, yaitu:
1. Prosesnya lebih sederhana,
2. Tidak memerlukan banyak energi,
3. Penggunaan stema tidak terlalu besar,
4. Tidak menggunakan bahan kimia sehingga tidak membahayakan pekerja,
5. Merupakan proses yang mudah untuk etanol yang mengandung kontaminan,
(Lia, 2009).
Pada proses adsorpsi tersebut, molecular sieve yang digunakan adalah zeolit.
Terdapat berbagai macam jenis zeolit diantaranya :
Tabel 1. Proses Dehidrasi Etanol menggunakan Zeolit Molecular Sieve
Sumber Jenis Zeolit Kondisi Proses Hasil
Carmo & Zeolit sintesis 3A Sistem batch, rasio massa Kapasitas adsorpsi
Gubulin (berbentuk bulat zeolit : Etanol = 1 : 3, 25 - air sama untuk
(1997) dan silinder) 60oC, pengadukan selama ± bentuk zeolit bulat
7 hari, aktivasi zeolit pada dan silinder
300oC, 24 jam, penyimpanan
dalam desikator vakum
Al-Asheh Zeolit sintesis Presentase air dalam larutan Zeolit 3A memiliki
et al. 3A, 4A dan 5A 5% - 12% (b/b), fixed bed kemampuan
(2004) adsorber tertinggi dalam
mengadsorpsi air
Igbokwe Zeolit pelet (dari Kolom perkolasi, aktivasi Kapasitas adsorpsi
et al. kaolin) dan zeolit pada 500oC air dari kaolin lebih
(2008) kaolin efektif jika

III-6
dibandingkan
dengan kaolin kasar
Ling et Zeolit-Clay PVA membran pervaporasi, Membran relatif
al. (2008) Powder konsentrasi etanol 10-90% hidrofil dan sesuai
(b/b), proses 30-70oC untuk separasi
campuran etanol-air
Zhan et ZSM-5, PDMS Membran pervaporasi, suhu Performa
al. (2009) 40oC – 80oC, tekanan 100 Pa, pervaporasi baik
kadar etanol 5 – 90% untuk konsentrasi
etanol rendah.
Faktor pemisahan
turun drastis
dengan peningkatan
kadar etanol
Ivanova Klinoptilolit Adsorpsi skala lab, waktu Memungkinkan
et al. alam kotak 24 jam, rasio zeolit : untuk pengeringan
(2009) etanol = 1 : 3, aktivasi termal etanol dari
2 jam pada 200oC campuran larutan
dengan air
Wahyudi Zeolit 3A dan Vacum Swing Adsorption, Kapasitas adsorpsi
(2010) ZAM PT. BPE tekanan minimal 20 cmHg, air Z3A sintesis
rasio zeolit : etanol = 1 : 1, relatif tinggi, tetapi
suhu kolom 80oC tingkat selektifitas
terhadap senyawa
pengotor lebih
rendah
Diaz et Zeolit A (Z4A) Proses dehidrasi pada suhu Terjadi peningkatan
al. (2010) 30oC, etanol yang digunakan kadar etanol
80 – 90% (b/b)

III-7
Tabel 2. Properties and Characteristic of Molecular Sieve

III.3.1.1 Tahap Adsorpsi H2O


Unit molecular sieve ada 2 buah dan dioperasikan secara berurutan dimana
salah satu beroperasi (mengadsorbsi air dari uap etanol) dan yang satu dilakukan
regenerasi.
Proses adsorpsi menggunakan molecular sieve :
Etanol 96,5% berbentuk cairan yang disimpan dalam tangki penyimpanan (F-
110) dialirkan menuju adsorber (D-210) menggunakan pompa. Didalam adsorber terjadi
pemurnian etanol karena kandungan air yang terdapat dalam etanol 96,5% ini akan
diserap oleh zeolit molecular sieve dengan jenis 3A karena diameter pori dari molecular
sieve ini tidak bisa ditembus oleh molekul etanol tapi molekul air dapat terserap.
Ukuran molecular sieve ini sebesar 3 angstorm, dengan karakteristik bulk density 45-46
lb/cuft, ukuran partikel 4-8 mesh, void fraction 0,56, moisture content 1,5%, equimolal
H2O capacity 21% dan regeneration temperature 175 – 260 oC.
Etanol yang keluar dari adsorber merupakan etanol hidrat (etanol 99,5%) dan
keluar pada suhu ........ oC yang disimpan dalam tangki penyimpanan sementara.
Sedangkan molecular sieve yang telah digunakan tersebut perlu diregenerasi karena
mengalami keadaan jenuh setelah dilakukan adsorpsi. Adsorber yang menggunakan
Molecular sieve biasanya dapat beroperasi selama 8 jam sehingga setelah 8 jam lebih
maka proses regenerasi dimulai. Regenerasi dari molecular sieve tersebut dapat
menggunakan udara kering (dry air).

III-8
III.3.2 Tahap Sintesis DEE
Etanol dengan kadar 99,5% dipompa terlebih dahulu menuju vaporizer (E-223),
didalam vaporizer terjadi perubahan fase dari liquid menjadi gas sehingga etanol yang
akan terhidrasi menjadi dietil eter dalam kondisi fase gas. Kemudian etanol dari
vaporizer akan dinaikkan terlebih dahulu tekanannya menggunakan kompresor (E-223)
hingga ..... atm. Selanjutnya etanol dikompres menuju reaktor (R-330) dengan kondisi
operasi 215oC pada tekanan 2,5 atm. Didalam reaktor, etanol akan terhidrasi membentuk
DEE dan air dengan bantuan katalis γ-Alumina pada suhu tersebut seperti reaksi
dibawah ini :
k1
C2H5OH C2H4 + H2O ΔG298 = 8378 J
k2
k3
2C2H5OH C2H5OC2H5 + H2O ΔG298= -76652 J
k4
Pada proses dehidrasi dalam reaktor ini suhu dijaga agar dietil eter yang telah dihasilkan
tidak membentuk kembali etanol dan etilen. Reaktor yang digunakan adalah jenis fixed
bed multitube dengan kondisi non adiabatic non isothermal dan bersifat eksotermis.
Pada kondisi operasi tersebut, konversi yang akan diperoleh mencapai ........ dan yield
sebesar ......... mol DEE/mol etanol.

III.3.3 Tahap Pemurnian


Dalam unit pemisahan ini dilakukan dengan proses pemisahan produk
menggunakan kolom distilasi. Unit pemurnian tersebut dibagi menjadi 2 tahapan proses
pemisahan, yaitu pemisahan DEE menggunakan kolom distilasi 1 dan tahap pemisahan
etanol dan air menggunakan kolom distilasi 2.

III.3.3.1 Tahap Pemisahan DEE


Tahap ini bertujuan untuk memisahkan produk DEE dari etanol dan air. Produk
reaktor berupa campuran DEE, etanol, dan air dialirkan menuju expander untuk diturunkan
tekanan dan temperature campuran, kemudian dialirkan ke dalam condenser (E-331) untuk
dikondensasi sehingga berubah menjadi cairan. Produk kemudian diumpankan ke kolom
distilasi pertama (D-440) dengan umpan berupa cairan. Pada menara distilasi 1 (D-440)
terjadi pemisahan antara DEE dengan etanol dan air. Produk atas kolom distilasi 1 adalah
produk DEE dengan kemurninan sebesar 99,5% berat dengan impuritas etanol yang
kemudian akan disimpan dalam tangki penyimpanan DEE (F-444). Kolom distilasi 1 (D-
440) ini menggunakan total condenser. Bottom product berupa campuran etanol dan air
sebagian direcycle di reboiler dan sebagian di umpankan pada menara distilasi 2 (D-550).
III-9
III.3.3.2 Tahap Pemisahan Etanol dan Air
Tahap ini bertujuan untuk memisahkan etanol dan air. Bottom product dari
kolom distilasi 1 (D-440) yang berupa campuran etanol dan air dialirkan ke kolom
distilasi 2 (D-550) dengan bantuan pompa (L-446). Kolom distilasi 2 (D-550) ini
menggunakan total condenser dimana produk atas berupa etanol dengan kemurnian
95% berat akan menuju accumulator (F-552) untuk direcycle kembali dan
dikombinasikan dengan feed awal. Bottom product dari kolom distilasi 2 (D-550) berupa
air akan dialirkan menuju Waste Water (E-556).

III-10

Anda mungkin juga menyukai