BAB III
III. SELEKSI DAN URAIAN PROSES
III-1
III.1.2 Dehidrasi Etanol dengan Katalis Asam Sulfat
Dehidrasi etil alkohol (C2H5OH) secara kontinyu dengan asam sulfat (H2SO4)
pertama diuraikan oleh P.Boullay, tetapi kemudian ditetapkan sebagai Proses Barbet (Kirk
& Othmer, 1982). Proses produksi secara tidak langsung adalah dimana dietil eter
merupakan produk samping dalam proses produksi etanol (C2H5OH) dari etilen (C2H4).
Proses asam sulfat dilakukan dengan cara bahan baku etanol (C2H5OH) dan katalis asam
sulfat (H2SO4) (katalis homogen) dipanaskan sampai temperature antara 125-140 ˚C
dengan perbandingan 1:3. . Umpan alkohol secara kontinyu masuk ke dalam campuran
asam-alkohol dengan pemanasan terlebih dahulu mendekati suhu 127oC. Proses dilakukan
pada reaktor stainless steel yang dilapisi timbal, dilengkapi pemanas koil dan pelindung
kebocoran asam. Yield dietil eter (C4H10O) dihasilkan sebesar 94–95%
(Ullmann, 1987).
Untuk menghilangkan sulfur dioksida (SO2) dan asam sulfat (H2SO4), campuran
dari reaktor dilewatkan caustic scrubber. Hasil yang mengandung sedikit larutan alkali,
dietil eter (C4H10O), alkohol dipisahkan dengan kolom fraksi. Setelah pemisahan terjadi,
alcohol yang tidak bereaksi dengan air di recycle, dan dietil eter (C4H10O) sebagai hasil
disimpan pada tangki-tangki penyimpanan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C2H5OH + H2SO4 C2H5HSO4 + H2O
Etanol Asam sulfat Etil hidrogen sulfat Air
C2H5OH + C2H5HSO4 C2H5OC2H5 + H2SO4
Etanol Etil hidrogen sulfat Dietil eter Asam sulfat
(Kirk & Othmer, 1991).
Gambar III.1 Block Diagram Proses Dehidrasi Etanol dengan Asam Sulfat
III-2
Meskipun begitu, proses barbet mempunyai kelemahan dalam pemisahan katalis. Hal
ini dikarenakan sifat katalis asam sulfat yang homogen dan bersifat korosif. Dengan
demikian membutuhkan investasi peralatan yang cukup mahal (Ullmann, 1987).
III.1.3 Dehidrasi Etanol dengan Katalis γ-Alumina
γ-Alumina banyak dipakai sebagai katalis maupun pendukung katalis dalam reaksi
dehidrasi dan dehidrogenasi alkohol. Keaktifan dan kereaktifan katalis heterogen
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain adalah luas permukaan katalis padatan, volum
dan besarnya pori serta distribusi sisi aktif. Alumina dan terutama γ-Alumina banyak
digunakan sebagai katalis dan pendukung katalis, karena selain memiliki luas permukaan
yang besar (150-300 m3/g) juga memiliki sisi aktif yang bersifat asam dan basa. Sifat aktif
ini dihasilkan dari pelepasan molekul air dari permukaan γ -alumina sebagai berikut :
III-3
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
k1
C2H5OH ⇄ C2H4 + H2O ΔG298 = 8378 J
𝑘2
Etanol Etilen Air
k3
2C2H5OH ⇄ C2H5OC2H5 + H2O ΔG298 = -76652 J
𝑘4
Etanol Dietil eter Air
k5
C2H5OC2H5 ⇄ C2H5OH + C2H4 ΔG298 = -83460 J
𝑘6
Dietil eter Etanol Etilen
k7
C2H5OC2H5 ⇄ 2C2H4 + H2O ΔG298 = -75082 J
𝑘8
Dietil eter Etilen Air
III-4
III.2 Seleksi Proses
Berdasarkan uraian proses yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
perbandingan dari masing-masing proses seperti pada Tabel III.1.
Tabel III.1 Perbandingan Proses Pembuatan Dietil Eter
Macam-Macam Proses
Parameter Dehidrasi Etanol dengan Dehidrasi Etanol dengan
Katalis Asam Sulfat Katalis γ-Alumina
Bahan Baku Utama Etanol Etanol
Bahan Baku Penolong Asam sulfat Alumina
Reaktor Mixed flow reactor Fixed bed reactor multitube
Tahapan Proses - Penguapan - Penguapan
- Sintesis DEE - Sintesis DEE
- Pemisahan SO2 dan - Pemisahan DEE
H2SO4 - Pemisahan etanol dan air
- Pemisahan DEE
- Pemisahan etanol dan air
Pemisahan Katalis Sulit Mudah
Kondisi Operasi
- Temperatur 125 – 140 ˚C 200 – 250 ˚C
- Tekanan 1 atm 2,5 – 3 atm
Produk Dietil eter Dietil Eter
Produk Samping Etil hidrogen sulfat, Etilen dan Air
Asam sulfat, dan Air
Yield 94 – 95% 95%
Biaya Produksi Lebih mahal Lebih murah
III-5
III.3.1 Tahap Persiapan Bahan Baku
Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan etanol sebelum direaksikan ke dalam
reaktor. Pada tahap ini juga meliputi tahap adsorpsi H2O yang bertujuan untuk
mengurangi kadar air sehingga dapat meningkatkan kadar kemurnian etanol hingga 2-
4%, (sumber :). Etanol yang digunakan berbentuk cair dengan kemurnian sekitar 96,5
% berat. Dengan adanya proses adsorpsi, maka etanol yang akan masuk reaktor
diharapkan sudah mencapai kemurnian 99,5% agar diperoleh produk dietil eter dengan
kemurnian tinggi. Adsorpsi H2O pada etanol ini akan dilakukan dengan menggunakan
molecular sieve sebagai adsorbent. Keunggulan proses adsorpsi menggunakan adsorbent
tersebut, yaitu:
1. Prosesnya lebih sederhana,
2. Tidak memerlukan banyak energi,
3. Penggunaan stema tidak terlalu besar,
4. Tidak menggunakan bahan kimia sehingga tidak membahayakan pekerja,
5. Merupakan proses yang mudah untuk etanol yang mengandung kontaminan,
(Lia, 2009).
Pada proses adsorpsi tersebut, molecular sieve yang digunakan adalah zeolit.
Terdapat berbagai macam jenis zeolit diantaranya :
Tabel 1. Proses Dehidrasi Etanol menggunakan Zeolit Molecular Sieve
Sumber Jenis Zeolit Kondisi Proses Hasil
Carmo & Zeolit sintesis 3A Sistem batch, rasio massa Kapasitas adsorpsi
Gubulin (berbentuk bulat zeolit : Etanol = 1 : 3, 25 - air sama untuk
(1997) dan silinder) 60oC, pengadukan selama ± bentuk zeolit bulat
7 hari, aktivasi zeolit pada dan silinder
300oC, 24 jam, penyimpanan
dalam desikator vakum
Al-Asheh Zeolit sintesis Presentase air dalam larutan Zeolit 3A memiliki
et al. 3A, 4A dan 5A 5% - 12% (b/b), fixed bed kemampuan
(2004) adsorber tertinggi dalam
mengadsorpsi air
Igbokwe Zeolit pelet (dari Kolom perkolasi, aktivasi Kapasitas adsorpsi
et al. kaolin) dan zeolit pada 500oC air dari kaolin lebih
(2008) kaolin efektif jika
III-6
dibandingkan
dengan kaolin kasar
Ling et Zeolit-Clay PVA membran pervaporasi, Membran relatif
al. (2008) Powder konsentrasi etanol 10-90% hidrofil dan sesuai
(b/b), proses 30-70oC untuk separasi
campuran etanol-air
Zhan et ZSM-5, PDMS Membran pervaporasi, suhu Performa
al. (2009) 40oC – 80oC, tekanan 100 Pa, pervaporasi baik
kadar etanol 5 – 90% untuk konsentrasi
etanol rendah.
Faktor pemisahan
turun drastis
dengan peningkatan
kadar etanol
Ivanova Klinoptilolit Adsorpsi skala lab, waktu Memungkinkan
et al. alam kotak 24 jam, rasio zeolit : untuk pengeringan
(2009) etanol = 1 : 3, aktivasi termal etanol dari
2 jam pada 200oC campuran larutan
dengan air
Wahyudi Zeolit 3A dan Vacum Swing Adsorption, Kapasitas adsorpsi
(2010) ZAM PT. BPE tekanan minimal 20 cmHg, air Z3A sintesis
rasio zeolit : etanol = 1 : 1, relatif tinggi, tetapi
suhu kolom 80oC tingkat selektifitas
terhadap senyawa
pengotor lebih
rendah
Diaz et Zeolit A (Z4A) Proses dehidrasi pada suhu Terjadi peningkatan
al. (2010) 30oC, etanol yang digunakan kadar etanol
80 – 90% (b/b)
III-7
Tabel 2. Properties and Characteristic of Molecular Sieve
III-8
III.3.2 Tahap Sintesis DEE
Etanol dengan kadar 99,5% dipompa terlebih dahulu menuju vaporizer (E-223),
didalam vaporizer terjadi perubahan fase dari liquid menjadi gas sehingga etanol yang
akan terhidrasi menjadi dietil eter dalam kondisi fase gas. Kemudian etanol dari
vaporizer akan dinaikkan terlebih dahulu tekanannya menggunakan kompresor (E-223)
hingga ..... atm. Selanjutnya etanol dikompres menuju reaktor (R-330) dengan kondisi
operasi 215oC pada tekanan 2,5 atm. Didalam reaktor, etanol akan terhidrasi membentuk
DEE dan air dengan bantuan katalis γ-Alumina pada suhu tersebut seperti reaksi
dibawah ini :
k1
C2H5OH C2H4 + H2O ΔG298 = 8378 J
k2
k3
2C2H5OH C2H5OC2H5 + H2O ΔG298= -76652 J
k4
Pada proses dehidrasi dalam reaktor ini suhu dijaga agar dietil eter yang telah dihasilkan
tidak membentuk kembali etanol dan etilen. Reaktor yang digunakan adalah jenis fixed
bed multitube dengan kondisi non adiabatic non isothermal dan bersifat eksotermis.
Pada kondisi operasi tersebut, konversi yang akan diperoleh mencapai ........ dan yield
sebesar ......... mol DEE/mol etanol.
III-10