Immanuel Purbawisesa S.501002008 PDF
Immanuel Purbawisesa S.501002008 PDF
id
TESIS
Oleh :
Immanuel Purbawisesa
S.501002008
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Latar belakang : Penambahan ajuvan obat anestesi lokal untuk blok pleksus brakhialis dapat
menambah kualitas dan durasi analgesia. Dexamethasone, suatu kortikosteroid yang larut air,
dikenal mampu menghasilkan anti nosiseptif, antiinlamasi dan memperbaiki efek obat anestesi
lokal saat diberikan secara intraartikular, infiltrasi maupun epidural.
Tujuan : Penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dexamethasone yang ditambahkan pada
lidokain sebagai anestesi blok pleksus brakhialis.
Metode : Penelitian buta ganda terrandomisasi dilakukan pada 22 pasien dewasa ASA I dan II
yang akan menjalani bedah lengan bawah dengan blok pleksus brakhialis dengan pendekatan
supraklavikular atau infraklavikular ataupun aksiller di RSUD Muwardi dan RSUP Orthopedi
Suharso. Pasien dirandomisasi kedalam dua grup. Pasien Grup LED (n = 11) diberikan 30 mL
lidokain 1,6 %, epinefrin 2,5 µg/ml dan dexamethasone 8 mg. Grup LE (n = 11) diberikan 30
mL lidokain 1,6 % dan epinefrin 2,5 µg/ml. Mula kerja serta lama kerja blok motorik dan
sensorik dicatat. Data dianalisis dengan uji t dua sampel tidak berhubungan untuk data
parametrik dan uji Mann-Whitney untuk data non parametrik.
Hasil : Data penelitian didapatkan mula kerja blok sensorik (p=0,141) dan motorik (p=0,187)
tidak berbeda signifikan. Namun lama kerja blok sensorik (p < 0,001) dan motorik (p < 0,001)
secara signifikan berbeda antara kedua grup, lebih memanjang pada grup LED dibandingkan
grup LE.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Immanuel Purbawisesa, S 501002008. The Effect of Adding Dexamethasone to The Onset and
Duration of Lidocaine on Brachial Plexus Block by Supraclavicular, Infraclavicular and
Axillary Approach. First Consultant : Prof. DR. Harsono Salimo, dr., SpA (K)., Second
Consultant : Purwoko, dr., SpAn., KAKV., Departement of Anesthesiology and Intensive
Therapy Faculty of Medicine, Post Graduate Familly Medical Magister Study Program,
University of Sebelas Maret, Surakarta.
Background : Adjuncts to local anesthetics for brachial plexus block may enhance the quality
and duration of anesthesia and analgesia. Dexamethasone, a water-soluble synthetic
glucocorticoids, is known to produce anti nociception, antiinflammatory and enhance the effect
of local anesthetics when given intraarticullary, by infiltration or epidurally.
Objective : The aim of this study was to assess the effect of dexamethasone added to lidocaine
for brachial plexus block anesthesia.
Methods: A randomized control trial double blind study was conducted on 11 ASA I and II
adult patients undergoing lower arm surgeries under brachial plexus block by supraclavicular,
infraclavicular or axillary approach. Patients were randomly divided into two groups. Patients in
Group LED (n = 11) were administered 30 ml of 1,6 % lidocaine, epinefrine 2,5 µg/ml and
dexamethasone 8 mg. Group LE (n = 11) were given 30 mL of 1,6 % lidocaine and epinefrine
2,5 µg/ml. Motor and sensory block onset and duration were recorded. Data were analysed to
compare two means with independent-samples t test for parametric data and with Mann-
Whitney test for non parametric data.
Results: The onset of sensory (p=0,141) and motor (p=0,187) block were not differ between the
two groups. And the duration of sensory (p < 0,001) and motor (p < 0,001) block significantly
differ, the LED group duration of sensory and motor block was much longer compared to the
LE group.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat
serta karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul
“Pengaruh Penambahan Dexamethasone Terhadap Mula Kerja dan Lama Kerja
Lidokain pada Blok Pleksus Brakhialis dengan Pendekatan Supraklavikular,
Infraklavikular dan Aksiller”.
Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister
Kesehatan. Terselesaikannya Tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Atas
kesempatan, bantuan, motivasi dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, maka
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar–besarnya kepada
yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir., MS, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD–KR FINASIM., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Hari Wujoso, dr., Sp.F., MM, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ari Natalia Probandari, dr., MPH., Ph.D., selaku Sekretaris Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Afiono Agung Prasetyo, dr., Ph.D., selaku Ketua Minat Ilmu Biomedik Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K)., selaku Pembimbing Metodologi.
8. Purwoko, dr., Sp.An, KAKV., selaku Pembimbing Substansi.
9. H. Marthunus Judin, dr., Sp.An, KAP., selaku Kepala SMF Ilmu Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/ RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
10. Hery Budi Sumaryono, dr., Sp.An., selaku Kepala SMF Anestesiologi dan Terapi
Intensif RSOP Dr. Soeharso.
11. M. H. Sudjito, dr., Sp.An, KNA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
12. Seluruh staf pengajar PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
dan RSOP Dr. Soeharso Surakarta.
13. Semua pasien RSUD Dr. Moewardi, RSOP Dr. Soeharso dan RS jejaring sebagai
commit to user
guru sejati yang telah memberikan dirinya untuk pendidikan kami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14. Rekan – rekan sejawat residen PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
15. Yuli, Mawar, Neil dan Riri yang selalu berada dalam pikiran dan jiwaku menemani
dalam susah maupun senangku.
16. Keempat orang tua yang selalu memberikan semangat baru untuk bekerja.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
besar harapan Penulis untuk mendapatkan kritik dan saran demi perbaikan sehingga
bermanfaat bagi perkembangan keilmuan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif
serta Kedokteran Keluarga.
Immanuel Purbawisesa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Lidokain ………............................................................................. 17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Peralatan ........................................................................................ 50
2. Obat ................................................................................................ 50
commit
d. Lama kerja blok motorik to user
................................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan ....................................................................................... 60
A. Kesimpulan ........................................................................................ 63
B. Saran .................................................................................................. 63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3. Karakteristik blok, konsentrasi dan dosis obat anestesi lokal
Tabel 4.1.U Uji normalitas data demografi dasar berskala numerik ........... 53
Tabel 4.5. Uji Mann-Whitney terhadap rerata perbedaan mula kerja blok
sensorik .................................................................................... 56
Tabel 4.6. Uji Mann-Whitney terhadap rerata perbedaan mula kerja blok
motorik ..................................................................................... 57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
lidokain ............................................................................ 29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1. Grafik mula kerja blok sensorik dan blok motorik antara
Gambar 4.2. Grafik lama kerja blok sensorik dan motorik antara grup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12. Daftar obat dan cairan yang digunakan dalam penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Operasi pada ekstremitas atas dengan sedasi dan blok plexus brakhialis telah
menjadi anestesi yang rutin dilakukan pada pasien rawat jalan terutama bedah ortopedi.
Blok saraf perifer digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan pada pasien yaitu
dapat digunakan pada pasien rawat jalan (terutama operasi ekstremitas atas), preemptive
emergensi dengan lambung penuh, resiko rendah terjadinya mual dan muntah,
mobilisasi yang lebih cepat, mengurangi nyeri post operatif (sampai beberapa hari
dengan blok saraf tepi kontinyu), perfusi yang lebih baik pada ekstremitas yang terkena
trauma karena terjadinya vasodilatasi oleh blok simpatik dan pemulangan lebih awal
Lokal anestesi di definisikan sebagai hilangnya sensasi pada suatu area di tubuh
yang di sebabkan oleh depresi dari exsitasi akhir saraf atau inhibisi dari proses konduksi
pada nervus perifer, kegunaan penting yang di hasilkan oleh lokal anestesi ini berupa
hilangnya sensasi tanpa hilangnya kesadaran, hal ini merupakan perbedaan besar yang
dramatis dari lokal anestesi di bandingkan dengan general anesthesia (Stanley 1997).
Regional anestesi dan blok saraf perifer kurang menimbulkan gangguan kognitif
bila di bandingkan dengan general anestesi (terutama pada pasien tua) dan ada bukti
bahwa blok saraf perifer lebih imunosupresif dari pada general anestesi. Blok saraf
commit to user
perifer dapat menjadi alternatif yang baik untuk pasien dengan resiko mual-muntah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau pasien beresiko terjadinya hipertermi maligna , pasien yang secara haemodinamik
kurang stabil atau pasien yang kurang mampu mentolelir general anestesi karena
dibandingkan dengan pusat pendidikan PPDS Anestesi di tempat lain adalah dengan
adanya RS Pusat Rujukan Ortopedi satu – satunya di Indonesia yang khusus melayani
banyak kasus regional anestesi dan blok saraf perifer bagi PPDS Anestesi FK UNS
dibandingkan dengan pusat pendidikan PPDS Anestesi di tempat lain. Hal ini pula yang
Teknik blok saraf perifer pada pleksus brakhialis disesuaikan dengan lokasi dan
jenis operasi yang akan dilakukan pada ekstremitas atas. Teknik single shoot injection
dengan menggunakan peripheral nerve stimulator dapat dilakukan dengan urutan dari
Untuk operasi di daerah klavikula sampai dengan pergelangan bahu dapat dilakukan
Untuk operasi di daerah lengan atas dan siku dapat dilakukan dengan pendekatan
Untuk operasi di daerah lengan bawah sampai jari – jari dapat dilakukan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada penelitian dilakukan blok pada plexus brakialis secara single injection
dengan nerve stimulator untuk operasi daerah siku kebawah dengan pendekatan
supraklavikular, infraklavikular dan aksiller agar dapat menilai lama blokade motorik
anestesi lokal yang akan digunakan seperti mula kerja, lama kerja, derajat blok sensorik
dan motorik, dan toksisitasnya pada jantung yang disebabkan besarnya volume anestesi
lokal (30 – 40 ml) yang diberikan dalam melakukan blok saraf perifer dengan
Obat anestesi lokal adalah obat yang dapat menyebabkan blok konduksi dari
impuls saraf yang bersifat reversibel sepanjang jalur saraf sentral maupun perifer setelah
dilakukan anestesi regional. Pemberian konsentrasi yang tepat dari obat anestesi lokal
maka impuls saraf otonom, sensorik somatik dan motorik somatik akan terganggu
sehingga menyebabkan blok sistem saraf, dan paralisis dari otot skelet pada daerah
yang dipersarafi saraf yang terpapar (Berde 2010). Konsentrasi efektif lidokain untuk
bloks saraf perifer adalah 1,5 % sampai dengan 2 % per ml (Casati 2009).
Toksisitas lokal dari obat anestesi lokal tergantung terhadap konsentrasi obat dan
pemilihan jenis obat. Obat anestesi lokal dengan konsentrasi yang rendah dapat pula
digunakan ketika obat anestesi lokal dalam volume yang besar dibutuhkan untuk
anestesi. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi dapat berguna untuk meningkatkan
blok motorik, namun dapat meningkatkan total dosis dalam miligram ( mg ) obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2009).
Blok perifer sebagai moda anestesi pada operasi – operasi ekstremitas semakin
meningkat penggunaannya pada era tahun 2000 seiring dengan ditemukannya alat,
teknik dan obat – obatan lokal anestesi yang baru.Stimuplex, USG untuk blok saraf
perifer dan obat lokal anestesi baru seperti ropivacain dan levobupivacain memberikan
ketepatan untuk identifikasi saraf dan blok saraf yang lebih lama dengan toksisitas obat
yang lebih rendah. Walaupun demikian harga obat baru tersebut masih termasuk mahal
lidokain 2 % 2 cc (di apotek RS. Muwardi Rp. 1400,-) dan PehacainTM yaitu lidokain 2
% dengan epinefrin 12,5 mikrogram (di apotek RS. Muwardi Rp. 3.900,-) yang lebih
murah. Lidokain sebagai obat lokal anestesi pada blok perifer mempunyai keuntungan
secara ekonomi dan bersifat kurang toksik terhadap jantung, selain mudah didapatkan di
daerah – daerah. Namun mempunyai durasi kerja yang lebih singkat bila dibandingkan
tambahan yang telah diteliti antara lain opioid (Bazin 1997), klonidin (Culebras 2001),
neostigmin (Bone 1999), hialuronidase (Keller 1992), bikarbonat (Bedder 1998) dan
midazolam (Jarbo 2005, Pratama 2012). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
penambahan obat tersebut tidak efektif atau memiliki efek samping, yaitu morfin
menyebabkan mual dan pruritus, klonidin tidak memperpanjang efek analgesi post
commit
operatif tetapi menyebabkan perubahan to user
haemodinamik, bikarbonat waktu onset blok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sensorik lebih cepat di bandingkan kontrol namun tidak menambah durasi kerja dan
midazolam mempercepat onset blokade sensorik serta motorik namun tidak bermakna
tanpa efek samping bermakna adalah 5 µg/ml dengan pengenceran 1 : 200.000 melalui
mengenai aplikasi kortikosteroid secara topikal pada nervus plantaris tikus terbukti
menghambat transmisi nosiseptif dari serabut saraf thin unmyelinated C-fibres melalui
memperpanjang durasi blok sensoris dan motorik, dimana durasi dari blok sensoris pada
lidokain saja 98 ± 33 menit dan untuk blok motorik pada kelompok lidokain +
memperpanjang durasi sensorik (1457 menit) tetapi juga motorik blok (1374 menit)
Deksamethasone selain murah ( harga di apotek RS. Muwardi Rp. 2.500,- per
ampul 2 ml 5 mg) memiliki banyak kegunaan selain sebagai ajuvan anestesi lokal
2000, Kroin et al 2004, Yao et al 2010) dan sebagai penghambat pelepasan IL-8 dan
GSM-CSF yang berperan dalam pelepasan sitokin pada reaksi alergi (Uings et al 2005).
Hingga saat ini masih belum ada penelitian yang membandingkan antara 30 ml
B. Rumusan masalah
dalam hal mula kerja dan lama kerja blok sensoris dan motorik pada single injection
C. Tujuan Penelitian
Membandingkan mula kerja dan lama kerja antara kombinasi lidokain, epinefrin
dan dexamethason dengan kombinasi lidokain dan epinefrin pada single injection blok
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
mengenai konsentrasi obat anestesi lokal dan obat tambahan yang dapat digunakan pada
infraklavikular dan aksiller untuk pembedahan lengan bawah sehingga dapat menambah
Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai rujukan untuk
2. Aspek Aplikatif
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis yang
bermanfaat mengenai penggunaan lidokain dengan dosis yang lebih tepat, mudah, serta
lokal dalam blok pleksus brakhialis untuk anestesi pembedahan ekstremitas atas.
Menjadi informasi bagi masyarakat terutama dokter keluarga sebagai bahan KIE
pada pasien mengenai adanya alternatif anestesi operasi lengan bawah dengan blok
anestesi, kombinasi lokal anestesi dan ajuvannya yang kurang toksik dan secara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Pleksus brakhialis berawal dari serabut saraf (C5 – C8) dan serabut saraf (T1) yang
kemudian turun dan berjalan di bawah klavikula melalui aksila serta turun ke lengan
bawah. Teknik blok ini dapat di lakukan melalui beberapa pendekatan yaitu pendekatan
anatomi. Hal ini diperlukan untuk menentukan pendekatan mana yang terbaik dan
mengetahui lokasi saraf yang dituju. Letak pleksus pada umumnya diketahui atau
ditandai dengan titik anatomis dengan menggunakan tulang atau pembuluh darah
commit to user
Gambar 2.1. Anatomi pleksus brakhialis (Hadzic 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pleksus brakhialis terdiri dari cabang, batang, divisi, fasikulus, dan saraf terminal.
Cabang saraf ventral C5 sampai T1 akan bersatu untuk membentuk suatu ikatan yang
dikenal dengan nama pleksus brakialis. Dileher seluruh cabang saraf keluar dari
kolumna spinalis melalui tuberkel prosesus tranversus anterior dan posterior pada
vertebra. Cabang tersebut akan melewati kompartemen yang panjang dan sempit di
antara fasia posterior otot skalenus anterior dan fasia anterior otot skalenus medial. Obat
anestesi lokal yang diinjeksikan pada daerah ini menyebabkan blok interskalen dengan
Cabang saraf C4 sampai C6 akan membentuk trunkus atas dan cabang C8 sampai T1
Trunkus terbentuk di antara muskulus skalenus anterior dan muskulus skalenus medial
pada rongga interskalen bagian bawah. Injeksi lokal anestesi pada bagian kaudal dari
rongga interskalenus atau di atas klavikula untuk blokade pleksus brakhialis dikenal
dengan blok supraklavikular atau low interscalenne block. Truncus akan melewati iga
pertama dan masing masing akan terbagi menjadi divisi anterior dan posterior.
Berdasarkan ultrasonografi terdapat 6 divisi dan terletak di atas dan di bawah arteri
subklavikula ketika arteri tepat di iga pertama. Pada prosesus korakoid divisi akan
inferior klavikula pada lokasi ini akan menghasilkan blok infraklavikular. Ketiga
fasikulus tersebut terdiri dari fasikulus lateral, medial, dan posterior membentuk nervus
commit to user
Cabang dari fasikulus posterior akan membentuk nervus radialis dan nervus aksilaris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Cabang fasikulus lateral bersama dengan cabang dari fasikulus medial akan membentuk
nervus medianus, injeksi lokal anestesi pada fossa aksila ini menyebabkan blokade
Gambar 2.2. Berbagai akses untuk blokade pleksus brakhialis (Jankovic 2004)
Nervus muskulokutaneus (C5 – C7) memiliki distribusi sensoris pada sisi medial lengan
bawah. Fungsi motoris dari saraf ini adalah fleksi dari siku. Nervus radialis (C5 – T7)
memiliki distribusi sensoris pada sisi radial punggung tangan, ibu jari, telunjuk dan
sebagian jari tengah. Fungsi motorik dari saraf ini antara lain fleksi siku, fleksi atau
abduksi pergelangan tangan, supinasi lengan bawah atau tangan dan ektensi jari tangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nervus ulnaris (C8-T1) memiliki distribusi sensoris pada telapak tangan bagian ulnar,
punggung tangan, sebagian jari tengah, jari manis dan jari kelingking pada punggung
tangan dan sebagian jari manis dan kelingking pada sisi telapak tangan. Fungsi motoris
dari saraf ini fleksi ulnar pergelangan tangan, fleksi jari tengah hingga kelingking, dan
Nervus medianus (C6-T1) memiliki distribusi sensoris pada sisi telapak tangan ibu jari,
telunjuk, jari tengah, sebagian jari manis dan sisi punggung tangan ujung dari ibu jari
telunjuk, serta jari tengah. Fungsi motoriknya antara lain fleksi siku, fleksi dan abduksi
radial pergelangan tangan, supinasi lengan bawah dan tangan, ektensi jari jari tangan.
Nervus supraskapular (C5 – C6) memiliki distribusi sensoris pada daerah bahu dan
memiliki fungsi motoris berupa abduksi dan rotasi bahu ke arah luar. Nervus brakialis
kutaneus medialis (C8 – T1) memiliki distribusi sensoris lengan atas bagian medial.
Nervus antebrakialis kutaneus medialis (C8- T1) memiliki distribusi sensoris lengan
Di SMF Anestesi dan Terapi Intensif FK. UNS masih dilakukan blok saraf perifer
secara single injection dengan menggunakan nerve stimulator dan target respons
motorik sesuai jenis blokade yang dilakukan dengan stimulasi saraf motorik kurang
dari 0,5 miliampere. Peralatan yang digunakan adalah nerve stimulator dan insulated
Untuk mempermudah penilaian blok saraf motorik dengan modified Bromage skor pada
yaitu ; abduksi dari ibu jari (n. radialis), adduksi ibu jari (n. ulnaris), fleksi dari siku
dengan posisi lengan bawah pronasi atau supinasi (n. muskulokutaneus) dan oposisi dari
ibu jari (n. medianus) (Cline et al 2004, Movafegh et al 2006, Singh 2010). Sedangkan
untuk blok interskalen tidak dipilih oleh karena penilaian blok saraf motoriknya adalah
Posisi pasien setengah duduk, kira – kira 350 sampai dengan 450 dari bidang
horisontal, dengan kepala ditolehkan ke sisi yang berlawanan. Lengan yang akan
dioperasi adduksi, bahu diturunkan dan siku fleksi. Penanda anatomi klavikula dan tepi
operatif dan analgesia post operatif ekstremitas atas yang tidak melibatkan daerah bahu.
Ukuran jarum 22 G, panjang 5 cm. Volume anestesi lokal yang diinjeksikan 30 – 40 ml,
setelah mendapatkan kontraksi dari jari (fleksi atau ekstensi) pada stimulasi dengan arus
commit to user
Gambar 2.3. Blok supraklavikular (Franco 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Posisi pasien telentang dengan tangan yang akan diblok diposisikan dengan
relaks pada perut, dan kepala agak ditolehkan kearah kontralateral. Indikasi untuk
anestesi operatif dan analgesia post operatif pada daerah lengan bawah dan tangan,
pasien dapat mentolerir penggunaan torniket di daerah lengan atas. Penanda anatomi
pertengahan antara ventral apofisis dari akromion dengan incisura jugularis. Ukuran
jarum 22 G, panjang 5 cm. Volume anestesi lokal yang diinjeksikan 30 – 50 ml, setelah
mendapatkan kontraksi dari jari (fleksi atau ekstensi) pada stimulasi dengan arus ≤ 0,5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Posisi pasien telentang dengan lengan abduksi 900 sampai dengan 1100 pada
bahu dan fleksi 900 pada siku. Indikasi untuk anestesi operatif dan analgesia post
operatif untuk operasi di bawah siku, torniket pada lengan atas kurang dapat ditolerir
dengan blok ini. Penanda anatomi adalah pulsasi a. aksillaris pada fossa aksillaris,
mendapatkan kontraksi dari jari (fleksi atau ekstensi) pada stimulasi dengan arus ≤ 0,5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Lidokain
Lidokain adalah obat anestesi lokal golongan amida pertama yang dipakai dalam
praktek klinik. Pertama kali dibuat oleh ahli kimia bangsa Swedia Nils Lofgren pada
tahun 1942 dengan nama Xylocaine, injeksi eksperimental dilakukan oleh teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yaitu golongan ester dan amida. Semua obat anestesi lokal yang digunakan umumnya
terdiri dari cincin aromatik (hidrofobik) yang terhubung dengan kelompok amino tersier
(hidrofilik) oleh suatu alkil pendek, yaitu rantai intermediet yang mengandung ikatan
ester atau amid sesuai dengan pembagiannya (golongan ester atau amida), lidokain
termasuk golongan amida. Obat anestesi lokal merupakan basa lemah yang umumnya
memiliki muatan posistif pada grup amino tersiernya pada keadaan pH fisiologis
(Morgan 2006).
Obat anestesi lokal memiliki sifat – sifat fisikokimia yang akan menentukan
aktivitasnya, seperti mula kerja, lama kerja, dan toksisitasnya. Sifat – sifat fisikokimia
tersebut meliputi nilai pKa, kelarutan dalam lemak (lipid solubility), derajat ikatan
terhadap protein (protein binding), dan stereoisomerisme. Salah satu faktor yang
mempengaruhi aksi farmakologik anestesi lokal yaitu kelarutan dalam lemak. Obat
anestesi lokal yang memiliki kelarutan yang tinggi dalam lemak akan memiliki mula
kerja yang semakin cepat. Hal ini disebabkan oleh semakin cepatnya obat anestesi lokal
menembus membran lipoprotein sel saraf. Akumulasi obat anestesi lokal dalam myelin
memperpanjang lama kerja obat anestesi lokal. Kelarutan dalam lemak juga
berhubungan dengan potensi obat anestesi lokal, semakin larut dalam lemak maka
Semua obat anestesi lokal merupakan basa lemah yang terdiri dari bagian yang
larut dalam lemak (lipid soluble) sebagai bentuk yang tidak terionisasi, bagian yang
commit to user
hidrofilik sebagai bentuk yang terionisasi (kation). Obat anestesi lokal dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terionisasi merupakan bentuk yang aktif berperan dalam menghasilkan depresi konduksi
saraf melalui kanal ion natrium, sedangkan bentuk yang tidak terionisasi berperan dalam
menembus membran lipid sel saraf. Ikatan dengan protein menentukan lama kerja obat
anestesi lokal. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi ikatannya dengan protein, maka
akan semakin lama pula obat anestesi lokal tinggal didalam membran lipoprotein sel
saraf. Konstanta disosiasi menunjukan berapa banyak obat yang terionisasi dan yang
tidak terionisasi. Semakin kecil nilai pKa atau semakin besar pH, semakin besar
presentase obat tersebut yang tidak terionisasi. Bentuk yang tidak terionisasi merupakan
Obat anestesi lokal yang memiliki pKa terdekat dengan pH fisiologis akan
memiliki konsentrasi basa yang tidak terionisasi yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan
obat tersebut dapat bergerak melalui membran sel saraf dan memiliki mula kerja yang
lebih cepat. Didalam sel basa yang tidak terionisasi akan mencapai keseimbangan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ester
Kloroprokain + 9,0 +
Kokain ++ 8.7 ++
Prokain + 8.9 +
Amida
Lidokain ++ 7.8 ++
Mepivakain ++ 7.6 ++
Prilokain ++ 7.8 ++
Obat anestesi lokal biasanya digunakan untuk blok infiltrasi, blok saraf perifer
maupun neuroaxial. Saraf perifer terdiri dari serabut saraf aferen dan eferen yang
bermielin maupun tidak bermielin. Setiap akson dari serabut saraf dikelilingi oleh
endonerium yang terdiri dari sel sel glia. Masing masing serabut saraf bersatu ke dalam
suatu fasikulus dan dikelilingi oleh perinerium yang terdiri dari jaringan ikat. Pada
akhirnya keseluruhan dari saraf perifer akan diselubungi oleh epinerium yang terdiri
dari jaringan ikat yang tipis. Sejumlah lapisan tersebut melindungi tiap tiap akson dan
commit to user
berfungsi sebagai pertahanan dari penetrasi suatu obat anestesi lokal. Myelin terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membran plasma sel Schwann yang membungkus akson . Diantara satu akson bermielin
dengan yang lainnya terdapat suatu celah dengan jarak yang sama, yang disebut dengan
nodus Ranvier. Akson yang bermielin menyebabkan konduksi semakin cepat. Hal ini di
sebabkan oleh membran aksonal hanya membutuhkan depolarisasi pada nodus. Proses
Anestesi lokal dapat mencapai membran aksonal pada akson yang bermielin hanya
melalui nodus Ranvier. Semakin besar diameter akson semakin besar pula jarak antara
nodus satu dan yang lainnya. Sementara itu pada penelitian in vivo jumlah nodus yang
ion intraseluler utama pada sel saraf. Dinding sel lebih permeabel terhadap ion kalium
sehingga kalium lebih bebas melewati dinding sel, sedangkan ion natrium bersifat semi
commit
permiabel dan diatur oleh gerbang kanal ion tonatrium.
user Pada waktu istirahat terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perbedaan potensial pada membran sel saraf. perbedaan tersebut relatif lebih negatif
didalam sel dibandingkan dengan diluar sel. Saat terjadi konduksi impuls kanal ion
natrium terbuka dan ion natrium bergerak kedalam sel sehingga terjadi depolarisasi sel.
Obat anestesi lokal akan memblok konduksi saraf dengan cara menghambat masuknya
Membran sel saraf adalah komponen yang paling penting pada serabut saraf
dalam proses transmisi impuls dan merupakan sasaran utama pada proses blok
konduksi. Struktur membran ini mengandung kanal ion natrium. Blok konduksi
merupakan suatu keadaan terhambatnya konduksi reversible dalam struktur sel saraf
yang disebabkan anestesi lokal. Blok konduksi terjadi saat molekul obat anestesi lokal
masuk kedalam kanal ion natrium dan berikatan dengan reseptor yang terdapat didalam
Dalam bentuk larutan obat anestesi lokal berada dalam keseimbangan bentuk ion
dan non ion yang bergantung pada pKa dan pH lingkungan. Bentuk ion bersifat asam
lebih larut dalam air. Semakin tinggi pH semakin tinggi proporsi obat dalam bentuk non
ion. Penggunaan dalam klinik anestesi lokal berada dalam bentuk ion yang lebih mudah
larut dalam air sehingga lebih tepat dipakai melalui injeksi. Setelah obat anestesi di
injeksikan terjadi peningkatan pH larutan oleh proses penyangga jaringan yang akan
mengubahnya menjadi bentuk non ion sehingga lebih mudah larut dalam lemak. Dalam
bentuk ini obat anestesi lokal lebih mudah menembus membran lipid untuk masuk
kedalam sel. Didalam sel sebagian obat akan mengalami ionisasi kembali. Obat akan
masuk ke dalam kanal ion natrium dalam bentuk ion dan akan berinteraksi dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
reseptor pada kanal natrium yang terbuka pada bagian dalam dan akan menghambat
aliran masuk natrium sehingga terjadi blok pada konduksi impuls (Morgan 2006).
Gambar 2.11. Mekanisme kerja anestesi lokal pada kanal natrium (Berde 2010)
anestesi lokal antara lain ukuran, mielinisasi, dan panjang serabut saraf yang terpapar
obat anestesi lokal. Secara umum sensasi terhadap temperatur akan menghilang terlebih
dahulu diikuti dengan sensasi nyeri dan sentuhan ringan. Hal ini diduga disebabkan oleh
serabut yang kecil dan tidak bermielin (serabut C) yang mengkonduksi sensasi terhadap
temperatur lebih peka terhadap obat anestesi lokal dibandingkan dengan serabut saraf
kecepatan blok pada serabut saraf kecil dan besar akan dipengaruhi pula oleh jenis obat
anestesi lokal. Jenis obat anestesi lokal golongan amida , obat anestesi yang memiliki
pKa yang tinggi dan yang memiliki kelarutan dalam lemak yang rendah merupakan obat
anestesi lokal yang memiliki potensi yang tinggi dalam memblok serabut saraf C.
berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa blok serabut saraf oleh obat anestesi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lokal tergantung pada tipe dan ukuran serabut saraf, frekwensi stimulasi membran, dan
blok konduksi impuls saraf disebut pula dengan Cm. Cm serupa dengan Minimum
Alveolar Concentration (MAC) untuk obat anestesi inhalasi. Diameter dari serabut saraf
akan mempengaruhi Cm, dimana serabut saraf yang besar akan membutuhkan
konsentrasi yang besar dari obat anestesi lokal untuk terjadinya blokade. Peningkatan
dari pH jaringan atau frekwensi stimulasi saraf yang besar akan menurunkan Cm. Setiap
obat anestesi lokal memiliki keunikan tersendiri untuk Cm. Hal tersebut
diperkirakan kurang lebih dua kali lebih besar dari serabut sensorik. Hal tersebut
disebabkan pada blok sensorik tidak selalu diikuti dengan paralisis otot skelet ( Hadzic
Tabel 2.3. Karakteristik blok, konsentrasi dan dosis obat anestesi lokal yang
500 + epi
Pada penelitian ini penulis memakai lidokain dengan total volume 30 ml serta total
dosis 480 mg dengan konsentrasi 1,6 % dengan epinefrin, yang masih dalam batas aman
menurut Hadzic. Movafegh (2006) pada penelitiannya dengan lidokain 1,5 % dengan
Kliren obat anestesi lokal dari jaringan saraf dan tubuh berpengaruh terhadap
lama kerja dan potensi untuk terjadinya efek toksisitas. Efek secara klinis obat anestesi
lokal tergantung dari beberapa faktor lokal seperti yang akan dijelaskan pada efek
farmakodinamik obat, sementara efek toksisitas sistemik terutama tergantung dari kadar
obat anestesi lokal dalam darah. Kadar obat anestesi lokal dalam darah tergantung dari
proses absorbsi, distribusi, dan eleminasi dari obat anestesi lokal tersebut (Stoelting
2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Secara umum obat anestesi lokal dengan absorbsi sistemik yang rendah akan
memiliki batas aman yang besar dalam penggunaannya secara klinis. kemampuan obat
anestesi lokal untuk diabsorbsi tergantung dari beberapa faktor, dimana hal-hal
terpenting adalah lokasi injeksi, dosis obat anestesi lokal, sifat fisikokimia obat tersebut
dan penggunaan epinefrin sebagai obat tambahan, epinefrin mengurangi ambilan obat
anestesi lokal, level anestesi lokal dalam plasma, meningkatkan kualitas blok,
memperpanjang durasi blok (terutama lidokain) dan meningkatkan durasi analgesia post
operatif. Epinefrin digunakan pada konsentrasi 1,7 – 5 µg/ml, namun konsentrasi 1,7 –
2,5 µg/ml mempunyai efek paling minimal pada aliran darah serabut saraf yang mana
mengurangi resiko injury pada pasien yang sebelumnya sudah terdapat angiopathy
maupun neuropathy (Heavner 2008). Pada penelitian ini penulis menggunakan ajuvan
epinefrin yang berasal dari 1 ampul PehacainTM 12,5 µg/ml (25 µg/ampul 2 ml)
epinefrin per ml lidokain dengan alasan adanya efek vasokonstriksi tambahan dari
dexametahsone dan klonidin tanpa adanya efek samping. Penggunaan epinefrin yang
berasal dari PehacainTM ampul juga terjaga sterilitasnya, karena baru dibuka dari
Pembuluh darah dan jaringan lemak disekitar lokasi injeksi obat anestesi lokal
akan berinteraksi dengan sifat fisikokimia dari obat tersebut untuk mempengaruhi
uptake sistemik. Secara umum area yang memiliki banyak pembuluh darah akan lebih
cepat dan komplit dalam mengabsorbsi obat anestei lokal dibandingkan dengan area
yang memiliki banyak jaringan lemak commit to user dari jenis obat anestesi lokal.
tanpa tergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh karena itu kecepatan absorbsi obat anestesi lokal akan menurun pada beberapa
lokasi injeksi dimulai dari intercostals, caudal, epidural, pleksus brakialis, skiatik atau
femoral. Sifat fisikokimia dari obat anestesi lokal akan mempengaruhi absorbsi
sistemik. Secara umum semakin poten suatu obat dengan kelarutan lemak dan ikatan
dengan protein akan menyebabkan absorbsi sistemik dan Cmax yang rendah.
Peningkatan dari ikatan saraf dan jaringan bukan saraf mungkin yang dapat menjelaskan
adalah kemampuan untuk memperkirakan C max dari obat anestesi lokal sehingga
pemberian dosis toksik dapat dihindari. Walaupun demikian farmakokinetik suatu obat
sangat sulit untuk diperkirakan dalam keadaan tertentu karena setiap individu memiliki
karakteristik fisik dan fisiologis yang berbeda. Terdapat beberapa bukti yang
menyebutkan bahwa kadar obat anestesi lokal dalam darah pada pasien yang berusia
muda atau tua akan meningkat sehubungan dengan menurunnya klirens dan peningkatan
absorbsi obat. Pada usia tua atau muda tersebut hubungan antara kadar obat anestesi
lokal dalam darah dengan perhitungan dosis obat anestesi lokal berdasarkan berat badan
pasien tidak selalu sesuai. Kemampuan seorang ahli anestesi juga harus juga menjadi
pertimbangan. Obat anestesi lokal dengan dosis yang besar bila ditempatkan pada posisi
dengan obat anestesi lokal dengan dosis yang lebih kecil jika dengan tidak sengaja
dipertimbangkan ketika akan menggunakan obat anestesi lokal dan menghindari efek
commit
toksisitas sistemik dengan total dosis yang todapat
masih user diterima (Morgan,2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Holborow (2010) untuk meminimalisir toksisitas lokal anestesi pada blok saraf
ataupun levobupivakain. Menurut Jankovic (2004) toksisitas sistemik dari lokal anestesi
dari yang kurang toksik sampai yang paling toksik adalah prokain < prilokain <
mepivakain < lidokain < ropivakain < levobupivakain < bupivakain. Selain itu
bupivakain bila tidak sengaja diberikan secara intravaskular akan menyebabkan kardiak
Tabel 2.4. Toksisitas lokal anestesia pada dosis klinis (Jankovic 2004)
Lidokain ++ +
Mepivakain ++ +
Prilokain + +/-
Levobupivakain ++ ++++
Apabila terjadi toksisitas sistemik dapat diberikan emulsi lipid 20% intravena
1,5 mg/kg selama 1 menit diikuti segera dengan infus emulsi lipid dengan kecepatan
Varella 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.12. Gejala toksisitas sistemik dan konsentrasi plasma lidokain (Heavner
2008)
Metabolisme obat anestesi lokal golongan ester terutama dilakukan oleh enzim
xyldide dan hanya 3 % yang diekskresi oleh ginjal. Oleh karena itu hati, aliran darah
hati, ekresi hati, dan ikatan protein menentukan eleminasi obat anestesi lokal golongan
disritmia. Golongan ester cepat dihidrolisis dan metabolitnya akan diekresi lewat ginjal
karena larut dalam air. Semakin tinggi kecepatan eleminasi obat anestesi lokal, maka
terhadap obat anestesi lokal pada blok pleksus brakhialis untuk memperpanjang efek
serta dapat menurunkan dosis total obat anestesi lokal. Beberapa obat tambahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Dexamethasone
penyerapan natrium pada tubulus renalis distal sebagai pertukaran dengan kalium (efek
fluorinat dari prednisolon dan isomer dari betamethasone, efek antiinflamasi dengan
dengan hydrokortisone 0. Mempunyai waktu paruh 3,5 - 5 jam dan durasi kerja 36 – 54
Molekul kortikosteroid memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif.
Hanya di jaringan target kortikosteroid ini bereaksi dengan reseptor protein yang
spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini
mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan
kromatin. Ikatan ini yang menstimulasi transkripsi dari RNA dan sintesis protein
spesifik. Induksi sintesis protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid
(Suherman 2009).
glukoneogenesis melalui peningkatan ambilan asam amino oleh hati dan ginjal
lipase.
penurunan jumlah eosinofil, basofil, mosnosit dan limfosit dalam plasma dengan
d. Mempunyai efek anti inflamasi : efek terapetik yang paling penting dari
Dexamethasone mengurangi produksi IL-6 dan TNF-α pada pasien anak post
menyebabkan inhibisi yang lebih kuat terhadap sintesa glukokortikoid dan juga
meningkat.
f. Dapat mempengaruhi sistem organ yang lain : level kortisol yang adekuat
glukokortikoid menstimulasi produksi asam lambung dan dan pepsin yang dapat
memperburuk gastrik ulser. Efek pada sistem saraf pusat yang mempengaruhi
PONV yang efektif post operasi (Jaafarpour et al 2004), pada pasien dengan
memberikan hasil yang memuaskan dalam 48 jam post operasi tulang belakang
b. Edema laryngs post intubasi, pemberian dexamethasone 0,1 – 0,2 mg/kg iv dari
Abbaszadeh et al 2012).
dalam berbagai penelitian dapat diberikan secara; intravena pada operasi laparaskopi
kolesistektomi sebagai bagian dari multi modal analgesia (Lim et al 2011), intravena
sebagai kombinasi dengan kaudal blok (Hong et al 2010), intravena dengan kombinasi
2012), intraartikular terutama untuk rheumatoid artritis ( Lam et al 2010) dan kombinasi
dengan anestesi lokal untuk infiltrasi (Holte et al 2002), regional anestesi intravena
(Bigat et al 2002) serta blok saraf perifer (Movagefegh et al 2006, Vieira et al 2010,
Cummings et al 2011) dengan efek analgesik yang lebih memuaskan selain diperoleh
penting untuk mendapatkan efek menguntungkan dari kortikosteroid selama dan setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Efek langsung dari kortikosteroid yang diaplikasikan secara lokal pada serabut
transmisi impuls pada serabut saraf tipe C yang tidak bermielinisasi. Serabut saraf tipe
ini berfungsi menghantarkan impuls nyeri (nosiseptik). Efek ini berlangsung hingga
Gambar 2.16. Transmisi nyeri dan tempat kerja dexamethasone (Salerno 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sinergi antara dexamethasone dan anestesi lokal sampai saat ini belum secara
(Finkel 2009). Menurut Holte et al (2002) karena migrasi dari sel – sel inflamasi dan
asidosis lokal pada sel saraf menyebabkan semakin banyak anestesi lokal yang
untuk waktu singkat (< 7 hari) bahkan dengan dosis tinggi tidak menyebabkan efek
samping yang merugikan. Efek samping yang mungkin terjadi adalah supresi dari
osteoporosis, peptik ulser, kelemahan otot, disfungsi sistem saraf pusat (neurosa dan
ataupun sekali injeksi seperti pada untuk pencegahan PONV terbukti tidak
menyebabkan efek samping (Jaafarpour et al 2004, Yang et al 2012 dan Salerno 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pikir
RENCANA OPERASI
LENGAN BAWAH
DEXAMETHASONE LIDOKAIN
Blok transmisi BLOK Blok kanal natrium
nosiseptik serabut C PLEKSUS Vasodilatasi
Antiinflamasi BRAKHIALIS
(# phospolipase A2,↓ IL-
6,IL-8 dan TNF-α)
Imunosupresi
Vasokonstriksi ringan
Preemtif analgesia
Stres Operasi :
Tindakan Bedah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.9. HIPOTESIS
Penambahan dexamethasone pada kombinasi lidokain dengan epinefrin pada blok saraf
perifer pleksus brakhialis untuk operasi lengan bawah bermanfaat dalam hal
mempercepat mula kerja dan menambah lama kerja blok sensorik maupun motorik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
RSUP Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta pada bulan Juli - Agustus 2012.
B. Jenis Penelitian
1,6 % dan epinefrin 2,5 µg per ml dengan lidokain 1,6 % dan epinefrin 2,5 µg
C. Subjek Penelitian
fisik ASA I–II, yang menjalani operasi pada lengan bawah dengan anestesi blok
saraf perifer pleksus brakhialis dan setuju dilakukan tindakan anestesi dan
pembedahan.
eksklusi. Data didapat dari wawancara langsung dengan pasien dan atau orang
1. Kriteria Inklusi
d. Jenis operasi lengan bawah baik operasi elektif maupun emergensi dengan
2. Kriteria Eksklusi
kontralateralnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Besar Sampel
kepercayaan 95%, kuasa penelitian 80%, beda mean 70. Maka didapatkan
menguji hipotesis satu sisi tentang beda mean dari dua populasi (Murti 2010)
[ ]
n1=n2 =
[ ]
n1 = n2= 10,99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
2. Variabel Tergantung
brakhialis untuk anestesi operasi ekstremitas atas. Operasi pada lengan bawah
dapat dilakukan dengan salah satu dari teknik blok pleksus brakhialis yaitu
yang akan digunakan disesuaikan dengan jenis teknik yang paling dikuasai
ahli anestesi, lokasi operasi (semakin ke distal dari siku semakin ke arah distal
teknik bloknya) dan letak turniket oleh ahli bedah ( turniket di daerah
pergelangan bahu ataupun lengan atas tidak dapat menggunakan teknik blok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lidokain 1,6 %/ml + epinefrin 2,5 µg/ml total 30 ml adalah konsentrasi yang
mudah dibuat dengan 3 ampul (per ampulnya 2 cc lidokain 2%) dan 1 ampul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mula kerja blok sensorik adalah waktu yang diperlukan dari injeksi terakhir
lidokain hingga blok sensoris tercapai yaitu kehilangan rasa dingin ketika
dilakukan usapan dengan es atau kapas alkohol pada distribusi saraf lengan
bawah. Dinyatakan dengan menit dan diukur mulai pada menit ke 5, 10, dst
Gambar 3.1. Tes sensorik blok pada lengan bawah (Chelly 2009).
Lama kerja blok sensorik adalah waktu antara mula terjadinya blok sensoris
hingga hilangnya blok sensoris yaitu pertama kali pasien meminta obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skala analog visual/ visual analog scale (VAS) adalah skala untuk
mengukur intensitas nyeri secara obyektif yang diukur dengan nilai 0 – 10,
Skala Interprestasi
0 Sama sekali tidak nyeri
1–3 Nyeri ringan
4–6 Nyeri sedang
7–9 Nyeri berat
10 Nyeri tak tertahankan
Mula kerja blok motorik adalah waktu dalam menit yang diperlukan dari
injeksi terakhir lidokain hingga blok motorik tercapai yaitu dengan modified
Bromege skor 3 (tidak dapat menggerakkan jari, lengan bawah dan siku).
Lama kerja blok motorik adalah lama waktu dalam menit antara mulai
terjadinya blok motorik hingga hilangnya blok motorik, yaitu saat pasien
pembedahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. Alur Penelitian
Di kamar operasi, pemasangan alat monitor EKG, NIBP, Pulse oximetri dan pemasangan
jalur intravena, pemberian premedikasi
Randomisasi
Dicatat :
Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Peralatan
c. Penggaris kain
d. Spuit 3 ml dan 10 ml
e. Nerve stimulator
f. Jarum insulasi 50 mm
2. Obat
a. Lidokain 2% ampul 2 ml
b. Pehacain 2% ampul 2 ml
d. Aqua bidest
I. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Komite Etik RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Komite Etik melakukan pengkajian dan setuju untuk
dilakukan penelitian dengan prinsip tidak melanggar etika praktek kedokteran dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cara menandatangani surat persetujuan operasi yang diajukan oleh peneliti, setelah
akan dilakukan, prognosis, dan manfaat dari prosedur yang akan dilakukan.
J. Analisis Data
test, data berdistribusi tidak normal dianalisa dengan uji Mann-Whitney. Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
A . Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan Double Blind Randomized Control Trial, uji klinis
pada 22 pasien yang akan menjalani pembedahan dengan tehnik blok saraf tepi
(Peripheral Nerve Blok) ,yang kemudian di randomisasi untuk di lakukan blok pleksus
serta di lakukan penilaian mula kerja dan lama kerja blok sensorik dan blok motorik .
Surakarta.
17 dalam system operasi windows 7. Data dipilah menjadi data berskala numerik dan
data berskala nominal, untuk data berskala numerik dilakukan uji normalitas data
dengan analisis Shapiro-Wilk (besar sampel ≤ 50). Untuk data berskala numerik dengan
mendapatkan nilai mean dan standar deviasi serta nilai p. Untuk data berskala nominal
dianalisis dengan uji Chi-Square. Untuk data numerik dengan distribusi tidak normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Diambil data dasar berupa umur, berat badan, tinggi badan, lama operasi,
jenis kelamin dan cara blok. Data sampel dibedakan menurut skala numerik dan
skala nominal. Lalu dilakukan uji normalitas data berskala numerik dengan analisa
Shapiro-Wilk.
Berdasarkan data tabel 4.1. data berskala numerik dengan distribusi normal (p
> 0,05) dianalisis dengan uji independent – samples t test yaitu umur, tinggi badan
dan lama operasi. Sedangkan berat badan pasien distribusinya tidak normal (p <
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LED LE MANN- T P
Variabel
(n = 11) (n = 11) WHITNEY Test
Umur (tahun)* 37,18 ± 15,05 33,36± 13,8 - 0,619 0,543
Berat Badan (kg)* 58,36 ± 9,96 57,91 ± 11,75 56,500 - 0,790
Tinggi Badan (cm)* 161,73 ± 4,32 163,27 ± 5,66 - -0,720 0,480
Lama operasi 89,55 ± 22,63 83,64 ± 21,92 - 0,622 0,541
(menit)*
* Data dinyatakan sebagai nilai mean ± SD
Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3, data demografi di uji statistik untuk melihat
perbedaan antara kedua kelompok. Pada uji Independent – samples t test, Mann-
Whitney dan Chi-Square menunjukkan sebaran data dasar penelitian berbeda tidak
bermakna (p > 0,05) atau sebaran data kedua kelompok homogen sehingga data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data hasil penelitian merupakan data berskala numerik (menit) sehingga harus
dilakukan uji normalitas data untuk menentukan termasuk statistik parametrik atau non
mengetahui kenormalan distribusi data, karena jumlah sampel < dari 50 sampel. Data
yang distribusinya normal dapat dianalisis dengan analisis data parametrik sedangkan
data yang distribusinya tidak normal dilakukan dengan analisis data non parametrik.
Untuk uji beda dengan sampel yang tidak berhubungan (independent) pada data
– sampel t test , sedangkan untuk distribusi data yang tidak normal menggunakan
Statistic df Sig.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Rata-rata mula kerja blok sensorik untuk grup LED adalah sebesar 12,27 dengan
penyimpangan atau standar deviasi sebesar 5,97 menit. Rata-rata mula kerja blok
sensorik untuk grup LE adalah sebesar 15,82 dengan standar deviasi sebesar
2,36 menit.
- Uji normalitas data mula kerja blok sensorik menunjukkan distribusi data tidak
normal sehingga dilakukan uji statistik non parametrik untuk 2 kelompok yang
tidak berhubungan dengan uji Mann-Whitney.
Tabel 4.5. Uji Mann-Whitney terhadap rerata perbedaan mula kerja blok
sensorik
Mann-
Kelompok n Mean SD P
Whitney
LED 11 12,27 5,97
39,000 0,141
LE 11 15,82 2,36
0,141. Nilai p = 0,141 lebih besar dari nilai p kritik yaitu sebesar 0,05 sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mula kerja
blok sensorik antara grup LED dengan grup LE. Walaupun mula kerja blok
sensorik grup LED memiliki rata-rata mula kerja blok sensorik yang lebih cepat
dibandingkan dengan rata-rata mula kerja blok sensorik untuk grup LE (12,27 vs
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
standar deviasi sebesar 6,31 menit. Rata-rata mula kerja blok motorik untuk grup
- Uji normalitas data mula kerja blok motorik menunjukkan distribusi data tidak
normal sehingga dilakukan uji statistik non parametrik untuk 2 kelompok yang
tidak berhubungan dengan uji Mann-Whitney.
Tabel 4.6. Uji Mann-Whitney terhadap rerata perbedaan mula kerja blok
motorik
Mann-
Kelompok n Mean SD P
Whitney
LED 11 18,27 6,31
41,500 0,187
LE 11 20,91 3,75
0,187. Nilai p = 0,187 lebih besar dari nilai p kritik yaitu sebesar 0,05 sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan mula kerja blok
motorik antara grup LED dengan grup LE. Walaupun mula kerja blok motorik
grup LED memiliki rata-rata mula kerja blok motorik lebih cepat dibandingkan
dengan rata-rata mula kerja blok motorik untuk grup LE (18,27 vs 20,91 menit),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mula Kerja
25
20.91
20 18.27
15.82
M
e 15 12.27
n LED
i 10 LE
t
5
0
Blok Sensorik Blok Motorik
Gambar 4.1. Grafik mula kerja blok sensorik dan blok motorik antara grup LED
Rata-rata lama kerja untuk grup LE adalah sebesar 124,55 dengan standar
Tabel 4.7. Uji Independent-samples t test terhadap rerata perbedaan lama kerja
blok sensorik
sebesar 15,319 dengan nilai p (signifikansi) < 0,001. Nilai p < 0,001 lebih kecil
perbedaan yang signifikan lama kerja blok sensorik antara grup LED dengan
Rata-rata lama kerja blok motorik untuk grup LE adalah sebesar 115,455 dengan
standar deviasi sebesar 13,68 menit.
Tabel 4.8. Uji Independent-samples t test terhadap rerata perbedaan lama kerja
blok motorik
sebesar 11,907 dengan nilai p (signifikan) < 0,001. Nilai p < 0,001 lebih kecil
dari nilai p kritik yaitu sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan lama kerja blok motorik antara grup LED dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lama Kerja
300
266.36
238.18
250
M 200
e
124.55 LED
n 150
115.46
i LE
t 100
50
0
Blok Sensorik Blok Motorik
Gambar 4.2. Grafik lama kerja blok sensorik dan motorik antara grup LED dan
grup LE.
B. Pembahasan
Operasi pada extermitas atas adalah prosedur yang sering di gunakan, baik
dengan anestesi umum maupun dengan blok pleksus brakialis. Blok pleksus brakhialis
terjadinya mual dan muntah, mengurangi nyeri dan pemulangan lebih awal. Tehnik
anestesi untuk extremitas atas. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas dari tehnik
Lidokain sebagai obat anestesi lokal pada blok saraf perifer mempunyai onset
lebih cepat (pKa mendekati pH fisiologis) dan kurang toksik pada sistem kardiovaskuler
dibandingkan dengan bupivakain juga mudah didapatkan dan lebih ekonomis, namun
commit
mempunyai lama kerja yang lebih singkat to userdengan epinefrin 2 jam).
(maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kortikosteroid) sebagai obat tambahan lidokain pada blokade pleksus brakhialis di mana
nosiseptif serabut saraf C yang tidak bermielin (Johansson et al 1990) yang bekerja
sinergi dengan lidokain sehingga terjadi pemanjangan lama kerja blok, terutama blok
sensorik dibandingkan dengan blok motorik. Pemanjangan lama kerja blok motorik
lidokain oleh dexamethasone dapat juga disebabkan oleh efek vasokonstriksi walaupun
lemah, oleh dexamethasone (Finkel 2009). Kelemahan otot sebagai salah satu efek
kerja blok motorik namun membutuhkan penelitian yang lebih dalam mengenai
sehingga bersinergi sebagai analgetik sistemik dengan lama kerja blokade sensoris.
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dapat menilai efek antiinflamasi dan
dexamethasone sebagai ajuvan anestesi lokal lidokain untuk blok pleksus brakhialis
epinefrin pada kombinasi dexamethasone dan lidokain, penambahan epinefrin 2,5 µg/ml
lebih memperpanjang lama kerja blok anestesi tanpa efek samping pada pulihnya fungsi
epinefrin sebagai ajuvan lidokain dari 5 µg/ml menjadi separuhnya tetapi dengan lama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kerja blok yang lebih lama. Sehingga dapat dipikirkan untuk dipergunakan pada pasien
ekstremitasi atas. Walaupun keterbatasan penelitian ini adalah tidak meneliti efek
samping penggunaan dexamethasone single injection, terutama pada kadar GDS post
operasi.
operasi – operasi lengan bawah yang berlangsung selama ± 240 menit (4 jam). Karena
blok motorik yang terlalu lama juga membuat pasien merasa kurang nyaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
µg/mL, bermanfaat untuk menambah lama kerja kerja blok sensorik dan
motorik pada anestesi blok pleksus brakhialis, namun tidak mempercepat mula
saja .
1.2.Saran
menambah lama kerja dari blok sensorik dan blok motorik dan lebih
terutama dalam menghambat pelepasan sitokin (TNF-α, IL-1, IL-6 dan IL-8)
terhadap kenaikan gula darah agar dapat menjadi alternatif ajuvan anestesi
commit to user