Zaki Qomaruddin
Nim : 111910104
Matkul: B. Indonesia
a. Pengertian Bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi ulama bagi manusia. Kehidupan sehari-hari manusia
menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antara satu dengan yang lain. Dengan
berinteraksi, manusia dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial dengan bekerja
sama untuk menyatakan pikiran dan pendapatnya. Tidak hanya itu, peran bahasa sebagai alat
komunikasi pada akhirnya akan membentuk pola-pola baru yang lebih unik dan berbeda, baik
dilihat dari media, kondisi dan situasi, dan komunikan. Bahasa memiliki ciri-ciri yang spesifik,
seperti konvensional, oral, simbolis, berkembang dan dinamis, beragam, dan arbitrer. Oral,
yakni diucapkan dan dilalaikan serta ada rangsangan di otak untuk menanggapi bunyi tersebut.
Simbolis, yakni sebuah bahasa juga merupakan lambang dan simbol bahasa, seperti huruf,
angka, lambang bahasa, dan berbagai bentuk lambang atau simbol lainnya. Bahasa juga
memuiki sifat berkembang dan dinamis, yakni bahasa akan terus berkembang dari satu masa
ke masa yang lain. Perubahan tersebut berkenaan dengan sistem atau mungkin munculnya
kosakata baru dan perlambangan bunyi yang baru. Bahasa juga memiliki ragam, seperti ragam
baku, ragam resmi, ragam santai, dan ragam akrab. Bahasa sebagai lambang bunyi yang
arbitrer, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan kerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1993:21).
Arbitrer, artinya bahasa memiliki sifat manasuka dan bebas, tidak ada aturan bahwa
kursi harus disebut sebagai tempat duduk, mungkin saja di tempat lain kursi merupakan doa-
doa dalam agama Islam. Kaitannya dengan penggunaan interaksi kerjasama.
dan berhubungan, maka bahasa sangat mungkin menggunakan keabiterannya. Oleh karena itu
sering ditemukan penggunaan bahasa dan kosakata tertentu yang hanya dimengerti dan
pemaknaannya hanya komunitas tertentu yang tahu. Tidak hanya itu, ternyata kearbitreran
bahasa turut dirasakan pula oleh remaja masa kini. Remaja sering menggunakan angka dan
simbol dalam berkalimat secara tertulis. Contohnya, me7 lokasi, 7an penulis, sudah dit4,
aku=dia. Apabila dideskripsikan secara singkat, menuju lokasi, tujuan penulis, sudah di tempat,
aku sama dengan dia. Ini menunjukkan, masyarakat bahasa pun mencoba menggunakan akal
dan kekreativannya untuk mengembangan bahasa dalam berkomunikasi satu sama dengan
yang lainnya.
c. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik mengkaji penggunaan bahasa pada kesosialan masyarakat tertentu yang
kondisinya pasti berbeda dengan kondisi sosial daerah lainnya. Tingkat sosial yang dimaksud
memiliki pengertian yang sangat luas, sesuai yang dijelaskan Ibrahim di atas. salah satunya
adalah umur pengguna bahasa. Contoh konkretnya adalah adanya penambahan, pengurang»,
penggantian suku kata. dan berbagai bentuk lainnya. Jika dibandingkan dengan bahasa
masyarakat lain dengan beda umur akan terlihat perbedaannya Inilah yang disebut sebagian
masyarakat saat ini disebut alay atau yang sebelumnya disebut lebay. Dalam berbagai konteks,
kedua kata tersebut memiliki arti berlebihan atau hiperbolis. Selain umur. tentu saja kekhasan
sosiolinguistik juga timbul dalam jenis kelamin penutur, berbagai kosakata mungkin saja
digunakan kaum lelaki yang tidak disadari oleh kaum wanita, begitu pula sebaliknya. Contoh
nyata dalam masyarakat bahasa saat ini adalah kata roti Jepang. Roti Jepang memang satu
istilah yang mungkin bermakna roti atau kue dari Jepang. Beberapa kaum hawa menafsirkan
bahwa roti Jepang adalah pembalut. Selain kedua contoh tersebut, berbagai konteks sosial juga
berpengaruh pada penggunaan kata dan kalimat. Kridalaksana (1993:181) menyatakan bahwa
sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan saling pengaruh
antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Dalam kajian linguistik, terutama
sosiolinguistik seperti yang dijelaskan Kridalaksana, ilmu ini akan menjabarkan segala
sesuatu bekenaan dengan perilaku bahasa dan perilaku sosial, sebagai contoh, seorang yang
tingkat sosialnya tinggi menggunakan bahasa dengan kekhasan yang berbeda dengan tingkat
sosial lain. Secara terinci- dalam sosiolinguistik dibahas variasi bahasa, variasi tuturan, seperti
dialek, gaya bahasa dan ragam bahasa, tindak tutur, idiom, serta rahasia yang terkandung dalam
bahasa.
Karakteristik yang dimiliki oleh bahasa anak jalanan ternyata didukung pula oleh
penelitian Kuswarno (2009:90) yang menyatakan bahwa bahasa verbal dan nonverbal yang
digunakan oleh anak jalanan diduga memiliki karakteristik yang khas. Kuswarno
menambahkan pula bahwa hakikat komunitas anak jalanan pada umumnya, dunia pengemis
memiliki budaya yang mereka ciptakan sendiri yang meliputi seluruh perangkat tata nilai dan
perilaku mereka yang unik.