Anda di halaman 1dari 15

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan akan adanya objek atau
rangsangan yang nyata. Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi
yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien
sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar
atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap
dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan
seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.

B. Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.

b) Faktor sosiokultural
7

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi


(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
c) Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak.
d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
e) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
Respons pasien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
persaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Secara umum pasien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor
dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
(Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
8

a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

C. Jenis- jenis Halusinasi


Jenis-jenis halusinasi (Menurut Stuart, 2007):
1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang
membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak
ada suara di sekitarnya.
2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang
atau sesuatu yang tidak ada.
3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien
yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau
kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi
bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan
merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini
merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.

D. Fase-Fase Halusinasi
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
9

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,


kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong
untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal
pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai
dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan
tidak mampu mematuhi perintah.

4. Fase Keempat / conquering/ panik


10

Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

E. Rentang Respon Neurobiology


Respon adaptif Respon maladaptive
- Pikiran logis - Kadang-kadang - Waham
- Persepsi akurat - Halusinasi
proses pikir
- Emosi konsisten - Sulit berespons
terganggu (distorsi - Perilaku
dengan
pikiran disorganisasi
pengalaman
- Ilusi - Isolasi sosial
- Perilaku sesuai
- Menarik diri
- Hubungan sosial
- Reaksi emosi >/<
harmonis - Perilaku tidak biasa

F. Pohon Masalah (Core of Problem)

Resiko Tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

CP : Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Auditori dan Visual

G. Tanda dan Gejala


Isolasi sosial : menarik diri
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna
Keliat, 1999) :
1. Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan
Gejala klinis :
 Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
 Menggerakkan bibir tanpa bicara
11

 Gerakan mata cepat


 Bicara lambat
 Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap II : halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
 Cemas
 Konsentrasi menurun
 Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap III : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
 Cenderung mengikuti halusinasi
 Kesulitan berhubungan dengan orang lain
 Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
 Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap IV : halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
 Pasien mengikuti halusinasi
 Tidak mampu mengendalikan diri
 Tidak mampu mengikuti perintah nyata
 Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau
dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila
akan meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu. Pasien diberitahu tindakan
yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
12

Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan


rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif
tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul
ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu
mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan
keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalnya dari percakapan dengan pasien diketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain didekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga pasien dan petugas lain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang diberikan tidak
bertentangan.
Penatalaksanaan Medis
Kelompok obat yang umum dipakai untuk terapi obat gangguan psikotik
antara lain:
Kelas Kimiawi Nama Generik (Dagang) Dosis Harian
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal) 60-120 mg
Klorpromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazin (Prolixin, Permitil) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-120 mg
13

Tioridazin (Mellaril) 150-800 mg


Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Triflupromazin (Vesprin) 60-150 mg
Tioxanten Klorprotixen (Teractan) 75-600 mg
Tiotixen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

Dibenzodiazepin Klozapin (Clozaril) 300-900 mg

Dibenzoxazepin Loxapin (Loxitane) 20-250 mg

Dihidroindolon Molindin (Moban 15-225 mg

I. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Halusinasi


Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan Halusinasi :
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi pendengaraan  Bicara atau tertawa  Mendengar suara atau
sendiri kegaduhan
 Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-
 Mengarahkan telinga ke
cakap
arah tertentu  Mendengar suara yang
 Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke Melihat banyangan, sinar
arah tertentu bentuk geometris, bentuk
 Ketakutan kepada kartoon, melihat hantu atau
sesuatu yang tidak jelas monster
Halusinasi penghidu  Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
mambaui bau-bauan bau darah urine, feses
tertentu kadang-kadang bau itu
 Menutup hidung menyenangkan
Halusinasi pengecap  Sering meludah Merasakan rasa seperti
 Muntah darah, urine atau feses
Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk kulit  Menyatakan ada
serangga di permukaan
kulit
 Merasa tersengat listrik
14

Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Risiko Perilaku kekerasan

Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Masalah Keperawatan Utama)

Dx Perencanaan
Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Halusinasi TUM: Pasien 1. Pasien 1. Bina Hubungan


(lihat/dengar/ dapat menunjukkan hubungan saling percaya saling
penghidu/raba/ mengontrol tanda-tanda dengan menggunakan percaya
halusinasi percaya kepada prinsip komunikasi
kecap) merupakan
yang perawat : terapeutik :
langkah awal
dialaminya  Ekspresi  Sapa pasien
TUK 1 : wajah dengan ramah baik menentukan
bersahabat. verbal maupun non keberhasilan
Pasien dapat  Menunjukkan verbal rencana
membina rasa senang.  Perkenalkan selanjutnya.
hubungan  Ada kontak nama, nama
saling percaya mata. panggilan dan tujuan
 Mau berjabat perawat berkenalan
tangan.  Tanyakan nama
 Mau lengkap dan nama
menyebutkan panggilan yang
nama. disukai pasien
 Mau  Buat kontrak
menjawab yang jelas
salam.  Tunjukkan sikap
 Mau duduk jujur dan menepati
berdampingan janji setiap kali
dengan interaksi
perawat.  Tunjukan sikap
 Bersedia empati dan menerima
mengungkapka apa adanya
n masalah yang  Beri perhatian
dihadapi. kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien
 Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi pasien
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian ekspresi
pasien.
15

TUK 2 : 2. Pasien Adakan kontak sering dan Untuk


Pasien dapat mampu singkat secara bertahap menguran
mengenal menyebutkan : Observasi tingkah laku pasien gi kontak
halusinasinya  Isi terkait dengan pasien
 Waktu halusinasinya (dengar / dengan
 Frekuensi lihat / penghidu / halusinasi
 Situasi dan raba / kecap)*, jika nya
kondisi yang menemukan pasien dengan
menimbulkan yang sedang mengenal
halusinasi halusinasi: halusinasi
 Tanyakan akan
apakah pasien membantu
mengalami sesuatu menguran
( halusinasi dengar/ gi dan
lihat/ penghidu menghilan
/raba/ kecap ) gkan
 Jika pasien halusinasi.
menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
 Katakan
bahwa perawat
percaya pasien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri
tidak
mengalaminya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
 Katakan
bahwa ada pasien
lain yang
mengalami hal
yang sama.
 Katakan
bahwa perawat
akan membantu
pasien
Jika pasien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan
pasien:
 Isi, waktu
dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, sore,
malam atau sering
dan kadang – kadang
)
 Situasi dan
kondisi yang
16

menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasi
2. Pasien mampu Diskusikan dengan pasien apa Mengenalka
menyatakan yang dirasakan jika n pada
perasaan dan terjadi halusinasi dan pasien
responnya saat beri kesempatan untuk terhadap
mengalami mengungkapkan halusinasi
halusinasi : perasaannya. nya dan
 Marah Diskusikan dengan pasien apa mengident
 Takut yang dilakukan untuk ifikasi
 Sedih mengatasi perasaan faktor
 Senang tersebut. pencetus
 Cemas Diskusikan tentang halusinasi
 Jengkel dampak yang akan nya.
dialaminya bila
pasien menikmati
halusinasinya.

TUK 3 : 3.1. Pasien mampu 3.1. Identifikasi bersama Menentukan


Pasien dapat menyebutkan pasien cara atau tindakan tindakan
mengontrol tindakan yang yang dilakukan jika terjadi yang sesuai
halusinasinya biasanya halusinasi (tidur, marah, bagi pasien
dilakukan untuk menyibukan diri dll) untuk
mengendalikan 3.2. Diskusikan cara yang mengontrol
halusinasinya digunakan pasien, halusinasiny
3.2. Pasien mampu  Jika cara yang a
menyebutkan digunakan adaptif beri
cara baru pujian.
mengontrol  Jika cara yang
halusinasi digunakan maladaptif
3.3. Pasien mampu diskusikan kerugian
dapat memilih cara tersebut
dan 3.3. Diskusikan cara baru
memperagakan untuk memutus/
cara mengatasi mengontrol timbulnya
halusinasi halusinasi :
(dengar/lihat/pen  Katakan pada
ghidu/raba/kecap) diri sendiri bahwa ini
3.4. Pasien mampu tidak nyata ( “saya
melaksanakan tidak mau dengar/
cara yang telah lihat/ penghidu/ raba
dipilih untuk /kecap pada saat
mengendalikan halusinasi terjadi)
halusinasinya  Menemui
3.5. Pasien mampu orang lain
mengikuti terapi (perawat/teman/anggot
aktivitas a keluarga) untuk
kelompok menceritakan tentang
halusinasinya.
 Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
 Meminta
keluarga/teman/
17

perawat menyapa jika


sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu pasien memilih
cara yang sudah
dianjurkan dan latih
untuk mencobanya.
3.5
Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil
beri pujian
3.7. Anjurkan pasien
mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi

TUK 4 : 4.1. Keluarga 4.1 Buat kontrak dengan Keluarga


Pasien dapat menyatakan keluarga untuk merupakan
dukungan dari setuju untuk pertemuan (waktu, orang
keluarga mengikuti tempat dan topik) terdekat
dalam pertemuan 4.2 Diskusikan dengan yang bisa
mengontrol dengan perawat keluarga ( pada saat membantu
halusinasinya 4.2. Keluarga mampu pertemuan keluarga/ pasien
menyebutkan kunjungan rumah) meningkatka
pengertian, tanda  Pengertian n
dan gejala, proses halusinasi pengetaahua
terjadinya  Tanda dan n keluarga
halusinasi dan gejala halusinasi dan cara
tindakan untuk  Proses merawat
mengendali kan terjadinya pasien
halusinasi halusinasi halusinasi
 Cara yang dapat
dilakukan pasien
dan keluarga untuk
memutus halusinasi
 Obat- obatan
halusinasi
 Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah ( beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
memantau obat –
obatan dan cara
pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi )
 Beri informasi
waktu kontrol ke
18

rumah sakit dan


bagaimana cara
mencari bantuan
jika halusinasi
tidak tidak dapat
diatasi di rumah
TUK 5 : 5.1. Pasien mampu 5.1 Diskusikan dengan Meningkatk
Pasien dapat menyebutkan; pasien tentang manfaat an
memanfaatkan  Manfaat dan kerugian tidak pengetahuan
obat dengan minum obat minum obat, nama , tentang
baik  Kerugian warna, dosis, cara , manfaat dan
tidak minum efek terapi dan efek efek
obat samping penggunan samping
 Nama,warna obat obat.
,dosis, efek Mengetahui
terapi dan 5.2 Pantau pasien saat reaksi
efek penggunaan obat setelah min
samping 5.3 Beri pujian jika pasien um obat.
obat menggunakan obat

5.2. Pasien mampu 5.4 dengan benar Ketetapan


mendemontrasik 5.5 Diskusikan akibat prinsip 5
an penggunaan berhenti minum obat benar
obat dengan tanpa konsultasi minum obat
benar dengan dokter membantu
5.3. Pasien mampu 5.6 Anjurkan pasien untuk penyembuha
menyebutkan konsultasi kepada n dan
akibat berhenti dokter/perawat jika menghindari
minum obat terjadi hal – hal yang kesalahan
tanpa konsultasi tidak di inginkan . minum obat
dokter serta
membantu
tercapainya
standar

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga


19

Halusinasi SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah
halusinasi pasien yang dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi merawat pasien
halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian,
3. Mengidentifikasi waktu tanda dan gejala halusinasi, dan
halusinasi pasien jenis halusinasi yang dialami
4. Mengidentifikasi pasien beserta proses terjadinya
frekuensi halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara-cara
5. Mengidentifikasi situasi merawat pasien halusinasi
yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi
respons pasien terhadap
halusinasi
7. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi dengan
menghardik
8. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP II SP II
1. Memvalidasi masalah 1. Melatih keluarga
dan latihan sebelumnya. mempraktekkan cara merawat
2. Melatih pasien cara pasien dengan halusinasi
kontrol halusinasi dengan 2. Melatih keluarga
berbincang dengan orang lain melakukan cara merawat
3. Membimbing pasien langsung kepada pasien
memasukkan dalam jadwal halusinasi
kegiatan harian.
SP III SP III
1. Memvalidasi masalah 1. Membantu keluarga
dan latihan sebelumnya. membuat jadual aktivitas di
2. Melatih pasien cara rumah termasuk minum obat
kontrol halusinasi dengan (discharge planning)
kegiatan (yang biasa 2. Menjelaskan follow up
dilakukan pasien). pasien setelah pulang
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP IV
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara
kontrol halusinasi dengan
teratur minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
20

Anda mungkin juga menyukai