BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan akan adanya objek atau
rangsangan yang nyata. Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi
yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien
sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar
atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap
dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan
seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.
B. Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
b) Faktor sosiokultural
7
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
D. Fase-Fase Halusinasi
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
9
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau
dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila
akan meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu. Pasien diberitahu tindakan
yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
12
Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Risiko Perilaku kekerasan
Dx Perencanaan
Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
menimbulkan atau
tidak menimbulkan
halusinasi
2. Pasien mampu Diskusikan dengan pasien apa Mengenalka
menyatakan yang dirasakan jika n pada
perasaan dan terjadi halusinasi dan pasien
responnya saat beri kesempatan untuk terhadap
mengalami mengungkapkan halusinasi
halusinasi : perasaannya. nya dan
Marah Diskusikan dengan pasien apa mengident
Takut yang dilakukan untuk ifikasi
Sedih mengatasi perasaan faktor
Senang tersebut. pencetus
Cemas Diskusikan tentang halusinasi
Jengkel dampak yang akan nya.
dialaminya bila
pasien menikmati
halusinasinya.
Halusinasi SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah
halusinasi pasien yang dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi merawat pasien
halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian,
3. Mengidentifikasi waktu tanda dan gejala halusinasi, dan
halusinasi pasien jenis halusinasi yang dialami
4. Mengidentifikasi pasien beserta proses terjadinya
frekuensi halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara-cara
5. Mengidentifikasi situasi merawat pasien halusinasi
yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi
respons pasien terhadap
halusinasi
7. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi dengan
menghardik
8. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II SP II
1. Memvalidasi masalah 1. Melatih keluarga
dan latihan sebelumnya. mempraktekkan cara merawat
2. Melatih pasien cara pasien dengan halusinasi
kontrol halusinasi dengan 2. Melatih keluarga
berbincang dengan orang lain melakukan cara merawat
3. Membimbing pasien langsung kepada pasien
memasukkan dalam jadwal halusinasi
kegiatan harian.
SP III SP III
1. Memvalidasi masalah 1. Membantu keluarga
dan latihan sebelumnya. membuat jadual aktivitas di
2. Melatih pasien cara rumah termasuk minum obat
kontrol halusinasi dengan (discharge planning)
kegiatan (yang biasa 2. Menjelaskan follow up
dilakukan pasien). pasien setelah pulang
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP IV
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara
kontrol halusinasi dengan
teratur minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
20