Anda di halaman 1dari 11

pencucian Batubara dengan Jig

Operasi konsentrasi yang bekerja berdasarkan gaya gravitasi yang

dapat dipakai untuk operasi pencucian batubara berukuran +0,5 mm

meliputi jig, spiral, dan meja goyang. Alat-alat ini bisa digunakan

untuk memisahkan batubara sampai ukuran halus, tetapi efisiensi

pemisahannya akan makin kecul dengan berkurangnya ukuran

partikel. Perbedaan laju pengendapan pengotor yang densitasnya

lebih besar daripada densitas batubara memungkinkan pemisahan

berbagai ukuran batubara dilakukan di dalam suatu bak air.

Pemisahan berdasarkan perbedaan densitas ini dapat juga dilakukan

dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan aliran air yang

bergerak secara teratur , yaitu air yang arah geraknyua diatur

berubah -ubah secara periodik. Gerakan air yang dapat diatur ini

misalnya gerak ke atas dan ke bawah (arah vertikal) secara

bergantian, kemudian gerak air secara horizontal. Gerak air anik

turun secara vertikal akan mengakibatkan terjadinya stratifikasi

partikel yaitu partikel berat akan terletak di bawah sedang partikel

ringan akan di atas. Gerak air secara vertikal dan horizonlat ini
disebut operasi jigging dan alatnya adalah jig. Aliran air ke atas

(pulsion) dan aliaran air ke bawah (suction) akan mebentuk

sedemikian rupoa sehingga pengotor akan tertarik ke bawah sedang

batubara akan terdorong ke atas.

Aliran air ke atas dengan kecepatan yang cukup tinggi akan

membuka lapisan stratifikasi (lapisan terdilatasi) dan batubara akan

terdorong ke atas. Pada aliran air ke bawah, lapisan stratifikasi

akan tertutup, pengotor akan terperangkap di dalam lapisan

stratifikasi. Proses ini berlangsung berulang-ulang sehingga pengotor

dapat dipisahkan dari batubara.Operasi jigging didasarkan pada tiga

proses utama yaitu pengendapan terrintangi, perbedaan percep[atan pada

awal pengendapan (differential initial accelaration), dan trickling

konsolidasi (consolidation trickling). Ketiga peristiwa ini bekerja

bersama-sama menghasilkan partikel berat dan partikel ringan.

Konsolidat ion trickling adalah peristiwa dimana partikel kecil dapat

lolos di antara partikel besar, sedemikianm rupa sehingga terjadi

stratifikasi partikel. Operasi jigging telah dipakai untuk

membersihkan batuabra lebih dari 100 tahun. Pada mulanya cara


operasinya menggunakan tangan (hand jig) yaitu dengan cara

menaik turunkan suatu pengayak di dalam tangki air, yang diatasnya

diumpankan batubara kotor.

Partikel batubara akan terangkat ke atas, sedang partikel

pengotor akan terbenam ke dasar tumpukan partikel. Pencucian

dengan jig modern dimulai di Jerman pada tahun 1901 pada waktu

Baum berhasil mengolah batubara dengan suatu alat yang dioperasikan

udara tekan. Perkembangan berikutnya pengayak tidak lagi

digerakkan, melainkan airnya yang diegerakan. Pada jig modern

pengayak diganti pelat pengayak atau bedplate untuk emnaruh

batuabra kotor. Piston yang beroperasi di pelat pengayak

menghasilkan gerak air yang teratur. Pada waktu bergerak turun piston

mendorong air ke atas melalui pelat pengayaka dan pada waktu

bergerak kembali air dihisap ke bawah. Efisiensi alat semakin baik

dengan digunakannya udara tekan (jig baum) untuk mendorong air ke

atas atau menarik air ke bawah.


Pencucian batubara dengan spiral dan meja goyang

Pada umumnya berdasrkan usuran partikelnya, batubara dapat

dikelompokkan sebagai batubara kasar bila berukuran 50 mm

sampai 200 mm, batubara sedang untuk usuran 0,5 mm ingá 50 mm

dan batubara halus untuk usuran nol hinggá 0,5 mm. Batasan usuran

pengelompokkan ini sifatnya tidak ketat, karena batasan kelompk

usuran bisa saja ditentukan sendiri oleh statu pabrik pencucian, misalnya

usuran partikel yang umumnya diolah pada hádala pencucian bak

media bera, siklon media berat, flotasi masing-masing hádala

-100 mm + 25 mm untuk batubara kasar, -25 mm -+ 0,5 mm untuk

batubara sedang dan -0,5 mm untuk batubara halus.

Pencucian batuabra halus harus mendapat pertimbangan khusus

karena fraksi ini biasanya diolah tidak hanya demi kepentingan

nilai ekonomi saja, tetapi memperhatikan maslah pengelolaan

lingkungan juga. Karena ukurannya yang kecil maka masalahyang

timbal tentu berbeda dengan maslah yang timbal pada saat mengolah

batubara haslu. Metoda penangkapan partikel batubara halus bisa

dilakukan dengan spiral, atau menja goyang. Pemisahan batubara


bersih dari partikel pengotor yang lebih berat dapat dilakukan

dengan menggunaklan metoda konsentrasi graviotasi.

Dalam mempertimbangkan perlunya mengolah batubara

halus secara memuakan harus memperhatikan juga permintaan

pasar. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) biasanya lebih toleran

terhjadap kadar abu, maka densitas cut point yang tinggi bisa

diterapna (artinya material near gravity

-nya bisa besar), sehingga memungkinkan penggunaan sistem

pencucian batub

ara halus dengan metoda gravitasi yang saaat ini sangat baik yaitu

spiral

Pencucian Batubara dengan Konsentrasi Flotasi

Konsentrasi flotasi adalah metode pencucian batubara yang

tidak tergantung pada perbedaan densitas dan tidak tergantung pada

gaya gravitasi. Metodapencucian batubara yang mirip dengan flotasi

adalah proses aglomerasi minyak yang prosesnya tergantung pad agaya

fisika dan kimia seprti halnya konsentrasi floatsi. Konsentrasi flotasi

adlaah metoda yang paling sesuai untuk meisahklan batuabra yang


ukuran partikel lebih kecul dari 0,5 mm atau untuk batubara halus,

meskipun partikel yang lebih besar pun sebenarnya masih bisa

dipisahkan tetapi dengan persyaratan khusus. Ukuran partikel terkecil

bisa berkisar antara 150 mikrometer hingga nol. Dalam beberapa

contoh, partikel ultra halus biasanya dipisahkan lebih dahulu dari

partikel halus sebelum proses flotasi dilakukan dan langsung dibuang

sebagai tailing. Keputusan untuk memisahkan batubara halus dari

partikel ultra halus hanya dapat diambil setelah mengevaluasi kinerja

flotasi dilihat dari segikadar abu dan perolehan (yield) produknya

serta berdasarkan pertimbangan jumlah batubara yang terbuang ke

tailing.Konsentrasi flotasi telah dilakukan selama bertahun-tahun

untuk pengolahan mineral logam. Sistem ini kemudian diterapkan

dalam pengolahan batuabra dan terbukti sangat cocok untuk

pencucian batuabra halus, ayng sebelumnya suliot dilakukan. Dengan

flotasi partikel batubara yang menempel di gelembung udara akan

terangkat ke permukaan air, kemudian dipisahkan sebagai busa.

Material pengotor yang halus tidak menempel pada gelembung udara

tetap berada dalam suspensi di dalam tangki dan keluar sebagai


tailing. Kemampuan partikel batubara dan ketidakmampuan

partikel pengotor untuk menempel pada gelembung udara

diakibatkan oleh perbedaan sifat permukaanya.

PENGOLAHAN LIMBAH BATUBARA

A. KOAGULASI

Koagulasi adalah proses kimia fisik dari pencampuran bahan

kimia sebagai koagulan ke dalam limbah dan selanjutnya

dilakukan pengadukan cepat sehingga tercampur. Koagulasi akan

menetralkan ion kation dan anion kemudian membentuk massa

gelatin yang menjerap partikel menjadi massa yang lebih besar

sehingga cukup untuk berada pada kondisi “settle” dan

mengendap. Pada saat kondisi mengendap ini, partikel tersebut

dapat disaring atau dibuang.

Monitoring dosis koagulan dilakukan menggunakan alat

Jartest dengan simulasi di labolatorium. Untuk mendapatkan

dosis koagulan paling optimal dengan cara memvariasikan dosis


yang digunakan kemudian dibandingkan hasilnya dengan

parameter kekeruhan, warna, pH dan TSS. Dengan Jar Tester maka

dosis optimum koagulan dapat ditentukan. Masing-masing

erlenmeyer dapat ditambahkan dengan konsentrasi koagulan yang

berbeda. Tiap sampel disimulasi dengan pengadukan cepat maupun

lambat. Hasil terbaik adalah dosis koagulan yang dapat

menghasilkan nilai kekeruhan, warna dan TSS paling rendah

dengan nilai pH netral dan jumlah kecil.

Setelah dilakukan jartest, analisa yang biasa dilakukan

selanjutnya adalah pengecekan warna. Pada pengolahan limbah

textile yang sering menyebabkan limbah menjadi berwarna,

digunakan penambahan koagulan pada pengolahan primer

dan tersier untuk mengurangi warna. Alat yang digunakan untuk

analisa warna/color limbah adalah Colorimeter dengan metode Pt-

Co atau ADMI.

Parameter pembanding selanjutnya adalah kekeruhan dan

TSS. Kedua parameter ini sangat berkaitan karena berhubungan


dengan analisa banyaknya partikel yang terkandung dalam air.

Semakin besar nilai kekeruhan dan TSS maka menunjukkan

semakin banyak partikel.

Tujuan akhir pengolahan limbah adalah diperoleh air bersih

dengan kandungan partikel yang minim atau sesuai dengan

standard baku yang diperbolehkan untuk kualitas air. Kekeruhan

dapat diukur dengan menggunakan turbidimeter dan TSS dengan

metode gravimetri, yaitu menghitung padatan yang di evaporasi

lalu dipanaskan pada temperatur 105oC. Pengukuran TSS dapat

pula dilakukan secara online menggunakan multimeter dan

elektrode yang dapat terukur secara real time dan kontinu.

Parameter pH pada limbah juga harus selalu terukur pada

rentang netral, hal ini dilakukan juga untuk mengetahui pengaruh

penambahan koagulan ke limbah. Penukuran pH menggunakan alat

pH meter. Pengukuran pH dapat dilakukan secara laboratorium

maupun secara online


B. FLOKULASI

Flokulasi merupakan proses penambahan flokulan pada

pengadukan lambat untuk meningkatkan saling hubung antar

partikel yang goyah sehingga meningkatkan penyatuannya

(aglomerasi). Partikel netral akan saling berikatan membentuk

flok-flok besar dari partikel koloid yang berukuran sangat kecil.

Flok-flok inilah yang nantinya disaring dan dibuang..

C. SEDIMENTASI

Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang

terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya

proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan

Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel

padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam

waktu lebih singkat. Sedimentasi bisa dilakukan pada awal

maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan

dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal

(primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi,


dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment

berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada

akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan

lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb)

dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit

pengolahan lumpur tersendiri. Sedimen dari limbah cair

mengandung bahan bahan organik yang akan mengalami proses

dekomposisi, pada proses tersebut akan timbul formasi gas seperti

carbon dioxida, methane, . Gas tersebut terperangkap dalam

partikel lumpur dimana sevvaktu gas naik keatas akan mengangkat

pule partikel lumpur tersebut, proses ini selain menimbulkan efek

turbulensi juga akan merusak sedimen yang telah terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai