EKA SEFIANA
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
I. PENDAHULUAN
Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori agensi dapat
dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai agen,
secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontra k.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendaki (Irfan, 2002) sehingga munculah informasi asimetri antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer
1
untuk melakukan manajemen laba ( earnings management) dalam rangka menyesatkan
pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasa n yang efektif oleh pihak-pihak yang berkaitan
dalam pengelolaan perusahaan. Salah satu pihak yang merupakan bagian terpenting dari
terlaksananya konsep GCG ini adalah dewan komisaris yang terdiri dari komisaris
independen. Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan
(Egon dalam FCGI, 2008) karena dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi
manajemen, sedangkan manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan
daya saing perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat menga wasi segala tindakan
manajemen dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen melakukan
earnings management atau manjemen laba.
Saat ini telah banyak penelitian mengenai efektifitas good corporate governance dan
pengaruhnya terhadap manjemen la ba, antara lain: Hastuti (2005), Ujiyantho dan Pramuka
(2007), Isnanta (2008), Mintara (2008).
Hasil yang diungkapkan pun berbeda -beda, antara lain: menurut Ujiyantho dan
Pramuka (2007) mengungkapkan bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh
terhadap manajemen laba artinya keberadaan komisaris independen pada dewan komisaris
akan mengurangi tindakan manajemen laba. Namun pendapat tersebut bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2008) dan Mintara (2008) bahwa
keberadaan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dikarenakan
penerapan corporate governance baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang,
setelah semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam penyesuaian ini
membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba.
Menurut Hastuti (2005) bahwa perusahaan sebagaian besar melakukan manajemen
laba melalui income decreasing. Hal ini diduga dilakukan untuk kepentingan pengh indaran
pajak.
Beberapa penelitian di atas merupakan penelitian terhadap perusahaan -perusahaan
yang listing di BEJ selain sektor perbankan. Oleh karena itu, perlu suatu penelitian tentang
efektifitas corporate governance pada industri perbankan karena indu stri perbankan
memerlukan perhatian tersendiri, karena karakteristik dan kompleksitas industri perbankan
yang berbeda dengan sektor lain (Effendi, 2009). Karakterisitk yang membedakan sektor
perbankan dengan sektor lainnya adalah (Susilo dan Simarmata, 200 7) perbankan sebagai
lembaga intermediasi di bidang keuangan yang dalam menjalankan usahanya menghadapi
berbagai macam risiko usaha dan kegagalan kegiatan perbankan mempunyai pengaruh luas
terhadap sektor ekonomi lainnya, baik makro maupun mikro, selain it u sebagai industri
jasa, bank harus dapat memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan fungsinya. Oleh
karena itu, sektor perbankan menjadi sektor yang highly regulated yang mempunyai
lembaga otoritas perbankan yang secara khusus melakukan pengawasan dan p embinaan.
Hal lain yang menjadi karakteristik perbankan adalah etika dan kehati -hatian yang
merupakan aspek sangat penting bagi suatu bank.
Kebutuhan untuk menerapkan prinsip GCG adalah bagian penting dalam setiap
transaksi perbankan. Bank Indonesia selaku regulator lembaga perbankan telah
mengeluarkan banyak peraturan yang terkait lang sung dengan upaya penerapan GCG salah
satunya adalah dengan mengeluarkan peraturan No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006
2
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum yang selanjutnya
diubah dengan Peraturan No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum
(FCGI, 2008).
Oleh karena itu, konsep good corporate governance diharapkan bisa berfungsi
sebagai alat untuk memonitor kinerja bank dan untuk membe rikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return yang sesuai dengan investasi yang telah
ditanamkannya.
Atas dasar uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Perbankan yang telah Go Public di BEI”.
3
efektif dalam menjalankan tanggungjawabnya mengawasi kualitas pelaporan keuangan
demi membatasi manajemen laba di perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena dengan
makin banyak anggota komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan
dewan ini makin berkualitas dengan makin banyaknya pihak independen dalam perusahaan
yang menuntut adanya transpa ransi dalam pelaporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajamen laba
4
3.2 Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
a. Proporsi Komisaris Independen adalah persentase jumlah dewan komisaris
independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan
komisaris perusahaan sampel.
b. Ukuran Dewan Komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris
perusahaan.
c. Keberadaan Komite Audit merupakan variabel dummy, jika perusahaan sampel
memiliki komite audit maka diber nilai 1, ika perusahaan sampel tidak memiliki
komte audit maka akan diberi nilai 0.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian i ni adalah manajemen laba. Penggunaan
discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan
menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995), model tersebut
dituliskan sebagai berikut:
TAit = Nit – CFOit
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi Ordinary Least
Squere (OLS) sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = β1 (1 / A it-1) + β2 (ΔRev t / Ait-1) + β3 (PPE t / Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1(1/A it-1) + β2(ΔRev t/Ait-1 - ΔRect/Ait-1) + β3(PPE t/Ait-1)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAit / Ait-1 – NDAit
Keterangan :
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke -t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error terms
5
DA = β0+ β1PKI+ β2UDK + β3 KKA + e
Keterangan :
DA = Discretionary Accruals
PKI = Proporsi Komisaris Independen
UDK = Ukuran Dewan Komisaris
KKA = Keberadaan Komite Audit
Β0 = Konstanta
β1 – β3 = Koefisien regresi
e = error terms
6
Watson sebesar 1.744 terletak pada daerah penerimaan sehingga tidak terjadi autokor elasi.
4) Grafik scatter plot persamaan pertama menunjukkan tidak ada pola tertentu dimana titik -titik
(point-point) menyebar secara acak dan disekitar angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian
dalam persamaan regresi tersebut tidak terjadi masalah heterokedas tisitas.
7
Governance dan merendahkan kualitas informasi yang diberikan perusahaan karena
banyaknya kesempatan untuk memanipul asi dan mempermainkan data.
Hasil uji f diperoleh tingkat signifikansi f 0.093 lebih besar dari α = 0.05 (0.093>0.05)
maka H0 diterima atau dapat diartikan bahwa secara serentak (bersama -sama) variabel
independen (proporsi komisaris independen, ukuran dew an komisaris dan keberadaan
komite audit) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian dari Isnanta (2008) bahwa corporate governance tidak terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini bera rti bahwa diterapkannya corporate
governance dalam suatu perusahaan belum tentu perusahaan tersebut benar -benar sehat
atau terbebas dari tindakan manajemen laba. Hal ini disebabkan karena penerapan
corporate governance merupakan hal yang baru di Indonesia, sehingga penerapannya
belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh masing -masing perusahaan. Tidak
berpengaruhnya variabel independen terhadap manajemen laba kemungkinan disebabkan
karena penerapan GCG baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang, se telah
semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam penyesuaian ini
membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba.
Nilai R2 adalah sebesar 0.119 berarti sebesar 11.9% dari total variasi dependen dapat
dijelaskan oleh model yang disajikan. Variabel proporsi komisaris independen, ukuran
dewan komisaris dan keberadaan komite audit mampu menjelaskan variabel discretionary
accruals sebesar 11.9% sedangkan sisanya 88.1% dijelaskan ol eh faktor lain yang tidak
termasuk di dalam model penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada faktor -faktor
lain di luar faktor proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan
komite audit yang berpengaruh terhadap adanya tindakan manajemen laba seperti leverage
atau rasio antara total kewajiban dengan total asset yang menunjukan proporsi penggunaan
utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar
pula risiko yang dihadapi investor sehingga inves tor akan meminta tingkat keuntungan
yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan
praktik manajemen laba (Sartono dalam Budiasih, 2007). Selain itu, tingkat leverage yang
tinggi akan meningkatkan manajemen laba untuk men ghindari kemungkinan pelanggaran
perjanjian utang (Astuti, 2004).
Selain faktor leverage yang bisa mempunyai pengaruh besar terhadap manajemen
laba, faktor lainnya adalah ukuran perusahaan. Menurut Halim, Meiden dan Tobing (2005)
bahwa semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula kesempatan manajer
untuk melakukan manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional
yang lebih kompleks selain itu perusahaan besar juga lebih dituntut untuk memenuhi
ekspektasi investor yang lebih tinggi.
Selain kedua faktor di atas tentunya masih banyak lagi faktor lain yang dapat
mempengaruhi manajemen laba. Namun penulis hanya menuliskan 2 faktor saja yaitu
faktor leverage dan ukuran perusahaan karena kedua faktor tersebut banyak digunakan
untuk melakukan pengujian terhadap manajemen laba seperti penelitian yang dilakukan
oleh Halim, Meiden dan Tobing (2005), Handriyono (2005), Juniarti dan Corolina (2005),
Ma’ruf (2006), Budiasih (2007) dan Astuti (2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan
terbukti bahwa faktor leverage dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba.
8
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya, dip eroleh
simpulan bahwa Variabel independen dalam peneli tian ini yang diukur menggunakan
proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit dapat
disimpulkan bahwa ketiga variabel pengukuran tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba, hal ini dikarenakan penerapan corporate governance yang dilakukan oleh
perusahan-perusahaan sampel disebabkan karena untuk pemenuhan regulasi saja. Selain itu,
penerapan corporate governance masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan efek
dari penerapan corporate governance tersebut baru dapat dirasakan dalam jangka waktu
panjang.
Adapun saran yang ingin penulis berikan untuk para peneliti selanjutnya maupun
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menambah periode penelitian menjadi lebih panjang agar efek dari mekanisme corporate
governance dapat lebih dirasakan dalam mengurangi manajemen laba di perusahaan.
2. Bagi perusahaan diharapkan dapat menerapkan GCG di dalam perusahaannya dan bagi
perusahaan yang sudah menerapkan GCG diharapkan penerapan GCG tersebut sesuai
dengan tujuan dikeluarkannya GCG yaitu agar terciptanya perusahaan yang sehat dan
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini, 2004. Corporate governance suatu pengantar:
peranan dewan komisaris dan komite audit dalam pelaksanaan corporate
governance. Indeks: Jakarta.
Effendi Arief, 2009. The Power Of Good Corporate G overnance: Teori dan Implementasi.
Salemba Empat: Jakarta.
FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.
_____, 2004. Corporate Governance Suatu Pengantar: Peranan Dewan Komis aris dan
Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate G overnance. Jakarta.
Gideon SB Boediono. 2005 dalam Isnanta. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.
Simposium Nasional Akuntansi VIII.
9
Handriyono. 2005. Manajemen Laba (Earning Management) dan Pemilihan Metode
Akuntansi Pada Saat IPO (Studi Pada Bursa Efek Jakarta) . Jurnal Ekonomi
Modernisasi.
Hastuti, Theresia, 2005. dalam Ayu 2006. Hubungan Antara GCG dan Struktur
Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertaan
Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No.2.
Sarwono, Jonathan, 2006. Analisis dan Data Penelitian Menggunakan SPSS. Andi:
Yogyakarta.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keempat, CV. Alfabeta: Bandung.
Sutojo, Siswanto dan E. John Aldridge, 2008. Good Corporate Governance:Tata Kelola
Perusahaan yang Sehat. PT. Damar Mulia Pustaka: Jakarta.
Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan
Laba (Earnings Management) . Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI
Tjager, I.N., Alijoyo, F. A., Djemat, H.R., dan Soembodo, B., 2003. Corporate
Governance. Prenhalindo: Jakarta.
10
Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan
Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur), Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Uyanto, Stanislaus S, 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Edisi Kedua Cetakan
Pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004 . Analisis Pengaruh Proporsi D ewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba . Simposium Nasional
Akuntansi 7.
Yuniasih dan Wirakusuma, 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good C orporate
Governance sebagai Variabel Pemoderasi, Universitas Udayana: Bali.
www.fcgi.go.id
www.idx.co.id
www.iicg.org
11