Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Mata Ajar:

Pak Nizom Zain

Di Susun Oleh:

Novelia Rahmawati

NIM:
11191068

Program Studi S.1 Keperawatan 12 B Reguler

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PERTAMEDIKA

Jl. Bintaro Raya No.10 Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan


DKI Jakarta, 12240.

Tahun 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ i


BAB l PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ....................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH........................................................................................ 2
D. MANFAAT PENULISAN MAKALAH .................................................................................... 2
BAB ll PEMBAHASAN
A. landasan teori .......................................................................................................................... 3
1.1.1 pengertian manusia .......................................................................................................... 3
1.2.2 Manusia menurut pandangan islam ................................................................................ 3
1.3.3 Hakikat manusia dan asal usul pencipta nya ................................................................ 4
2.1.1 pengertian agama .............................................................................................................. 6
2.2.2 Islam adalah agama yang benar. .................................................................................... 9
2.3.3 Kebutuhan manusia terhadap agama........................................................................... 10
2.4.4 Asal-usul terbentuk dan berkembang nya suatu agama dapat dikategorikan ke
dalam tiga jenis, yaitu: ............................................................................................................... 11
2.5.5 Agama Dan Kenabian ..................................................................................................... 12
2.6.6 Penerapan agama pada diri dan masyarakat manusia ............................................. 13
BAB lll PENUTUP
3.1.1 kesimpulan ........................................................................................................................ 17
3.1.2 referensi ............................................................................................................................. 18

i
BAB I

Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Manusia dan agama merupakan masalah yang sangat penting,
karena mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang
akan datang, yang tetap beriman kepada allah dan tetap berpegang
pada nilai-nilai spritual yang sesuai dengan agama-agama samawi
(agama yang datang dari langit atau agama wahyu).

Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam


individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeliknya. Agama akan
memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan
menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan
membuat hati manusia menjadi jernih halus dan suci. Disamping
itu,agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda
muslim dalam menghadapi berbagai aliran sesal.

Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah dan


aklak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan
masyarakat yang individu-individu nya terikat oleh rasa persaudaraan,
cinta kisah dan tolong menolong.

Islam dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang


melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapi tujuan yang tinggi,
apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang
maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang
bertaqwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu
mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak
sesuai dengan ajaran agama.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan
masalah sebagai berikut.

1. Apa hubungan dengan manusia?


2. Mengapa manusia perlu memeluk agama?
3. Bagaimana islam sebagai agama yang lurus
4. Kenapa agama belum jadi pedoman dalam kehidupan manusia?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk:

1. Untuk mengetahui hubungan dengan manusia?


2. Menjelaskan sebab-sebab manusia perlu memeluk agama
3. Menguraikan kenapa agama belum jadi pedoman dalam kehidupan
manusia?
4. Mendeskripsikan islam sebagi agama yang lurus

D. MANFAAT PENULISAN MAKALAH


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat kepada
pembaca tentang manusia dan agama. Semoga kita dapat
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada sang pencipta yaitu
allah SWT aamiin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. landasan teori

1.1.1 pengertian manusia


Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis,
rohani,dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.secara biologis,
manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk
manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dimana, dalam
agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan
atau makhluk hidup.

Menurut agama islam itu sendiri, manusia adalah makhluk ciptaan allah
yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-nya yang lain, yang
dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dalam al-quran, ada
tiga kata yang digunakan untuk menunjukan kepada manusia.kata yang
digunakan adalah basyar,insan atau nas dan bani adam.

1.2.2 Manusia menurut pandangan islam


Menurut pandangan ilmu psikolgi, pandangan manusia terhadap diri
nya sangat mempengaruhi pendidikannya.lantas, bagaimana
pandangan islam tentang manusia?

Kesalahpahaman tentang manusia senatiasa melingkupi manusia


sejak manusia menepati bumi ini. Bisa jadi, kesalahpahaman itu
cenderung pada hal-hal yang berlebihan, misalnya manusia
menganggap dirinya sebagai wujud terhebat dan terbesar di alam
semesta ini. Di satu sisi manusia menyerukan pandangan seperti itu, di
sisi lain manusia memperbudak dirinya dengan egoisme, kecongkakan,

3
dan ketakaburan sebagimana serutan kaum ‘aad ini:”... siapakah yang
lebih besar kekuatannya daripada kami... “(fushshilat:15) serta seruan
fir’aun kepada kaumnya ini: “..hai pembesar kaum ku, aku tidak
mengetahui tuhan bagimu selain aku..”(al-qashash:38). Al-maudi
mengatakan ada juga manusia yang mengangkat dirinya sebagai
penanggung jawab manusia lewat upaya agar dipertuhan dengan
tujuan kekuasaan, kegagahan,kehebatan,kezhaliman, keburukan, dan
ketiranian.

Sikap berlebihan lainnya adalah kecenderungan manusia pada


pernempatan diri pada kehinaan dan kerendahan. Lalu manusia
menundukkan kepala di depan setiap pohon, batu sungai,atau
binantang. Mereka tidak melihat adanya keselamatan kecuali dengan
bersujud kepada matahari, bulan, binatang, api, atau benda lain yang
dianggap mengandung kekuatan atau kemampuan untuk memberikan
manfaat kepada mereka.

Islam menampilkan manusia sesuai dengan hakikatnya, menjelaskan


asal-usulnya, keistimewanya, tugasnya, hubungannya dengan alam
semesta, atau kesiapannya untuk menerima kebaikan dan keburukan.

1.3.3 Hakikat manusia dan asal usul pencipta nya


Hakikat manusia bersumber pada dua asal. Pertama, ashal al-ba’id
(asal yang jatuh), yaitu penciptaan pertama dari tanah yang kemudian
allah menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-
nya. Kedua ashal al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia
dari nutfah.

Selain itu al-quran pun mengatakan bagaimana allah menciptakan


adam a.s

4
“dan (ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
‘sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari

Lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila aku telah


meyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya
(ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. “(al-
hijr:28-29)

Demikianlah, al-qur’an mengarahkan pandangan manusia pada


kehinaan yang dari kehinaan itu manusia diciptakan di dalam rahim
ibunya, yaitu “... dari saripati air yang hina (air mani)...”(as-sajdah).

8)”dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang
sulbi dan tulang dada “ (at-thariq: 6-7),”... dan apakah manusia tidak
memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air(mani),
maka tiba-tiba dia menjadi penentang yang nyata “ (yasin:77). Arahan
al-quran itu di tunjukan untuk menghancurkan kecongkakan manusia
ketika berada dalam kegelapan rahim, ketika di tumbuhkan sebagai
janin dan dikembangkan hinggan tuntas penciptaannya, seperti firman
allah berikut:

“...dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian


dalam tiga kegelapan. Yang(berbuat) demikian itu adalah Allah, tuhan
kamu, tuhan mempunyai kerajaan. Tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”(az-
zumar:6)

Selanjutnya allah swt berfirman:

“dan sesungguhnya kami menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang koko (rahim). Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan tulang

5
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Maka,
mahasucilah allah, pencipta yang paling baik.”(al-mu’minun: 12-14).

Manusia: makhluk yang dimuliakan

Islam tidak memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan, atau


tidak berharga seperti binantang, benda mati, atau makhluk lainnya.
Untuk itu, Allah SWT berfirman;

“dan sesungguhya telah kami muliakan anak-anak adam kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari baik-baik
dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (al-isra: 70)

“apakah kamu tiada melihat bahwasannya Allah menundukkan bagimu


apa yang ada dibumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan
perintahnya...”(al-hajj: 65)

Allah telah menganugerahi manusia dengan kemampuan yang


dengannya manuia dapat menguasai semesta yang telah dipesatukan
allah bagi manusia, artinya, allah melarang manusia memperhinakan
diri kepada semesta ini. Dia telah memberikan keamanan kepada
manusia dalam menghadapi semesta karena manusia diberi kekuasaan
untuk menundukkan alam semesta demi kemaslahatan umat manusia.
Itulah dasar pendidikan rabbani yang dengannya al-quran
menumbuhkan kesadaran terhadap kerunia allah.

2.1.1 pengertian agama


Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a=
tidak gama =kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan
hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacuan, didunia barat
terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi,
religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh

6
penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis
keperibadatan yang dilakukan berulang-ulang.

Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang


mengantur tata keimanan (kepercayaan) dan keperibadatan kepada
tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Istilah lain bagi
agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addin yang berarti:
hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan
pembalasan. Kesemua nya itu memberikan gambaran bahwa “addiin”
merupakan pengabdian dan penyerahan. Mutlak dari seorang hamba
kepada tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu.
Sebagai manifestasi ketaatan tersebut (muh.syafaat,1965).

Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman


dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah
hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan militer,sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku
manusia menuju kepada keridhaan allah (akhlak).

Agama islam adalah agama Allah yang di sampaikan kepada nabi


muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang
mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-
ketentuan ibadah dan mu’amalah (syariah), yang menentukan proses
berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.

Sumber-sumber tiap-tiap agama

Agama-agama yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum nabi


muhammad telah mengalami perubahan-perubahan. Itulah sebabnya
nabi muhammad diutus dengan membawa kitab suci al-quran untuk
meluruskan dan menyempurnakannya.

7
Sedang agama budaya itu bersumber pada hasil pikiran atau
perasaan manusia secara kumulatif. Oleh sebab itu, kebenarannya juga
terbatas bagi kelompok tertentu pada ruang serta waktu tertentu.
Biasanya, makin berkembang suatu masyarakat maka makin kecil
peranan agama budaya, sebab adanya berdasar pada pengalaman
masa lalu.

Kalau kita kembalikan kepada pandangan islam, maka nyatalah


bahwa manusia itu dijadiakan tuhan untuk beragama sebagai yang
ditegaskan oleh allah dalam al-quran sebagai berikut :

“maka hadapkanlah mukamu kepada agama dengan selurs-lurusnya


yaitu agama ciptaan allah yang telah membuat manusia untuk
beragama itu, tiada penggantian bagi ciptaan allah; ia adalah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S. Arrum :
30).

Oleh karena itulah syech muhammad abduh menyatakan bahwa


islam adalah agama fitrah manusia: jadi manusia berkemampuan dasar
untuk beragama tersebut. Bagaimana juga, manusia adalah makhluk
yang dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang religious , meskipun nilai dan
kedalaman pengaruh tersebut bagi masing-masingnya tidak sama.
Sejalan dengan hal tersebut kenyataan sejarah manusia membuktikan
bahwa manusia baik secara kelompok maupun perseorang masing-
masing orang atau kelompok tidak sama. Kenyataan demikian itu
memperkuat pendapat bahwa manusia di dalam dirinya terdapat
kemampuan dasar untuk beragama.

Berbagai nilai keagamaan yang penuh dihayati manusia sepanjang


sejarah itu senantiasa memiliki dasar-dasar yang mengandung
persamaan-persamaan elemen yaitu perasaan takut, khawatir, cinta
dan percaya kepada yang maha gaib, disinilah terletak sumbernya
agama.

8
Maka dari itu terang bahwa agama sangat berfaedah bagi manusia,
teruma bagi pemeluk-pemuluknya sebab agama adalah;

1. . Dapat mendidik jiwa manusia tenteram, sabar, tawakal dan sebgainya.


Lebih-lebih ketika dia menimpa kesusahan dan kesulitan.
2. Dapat memberi modal kepada manusia, untuk menjadi manusia yang
berjiwa besar, kuat dan tidak mudah ditundukkan oleh siapapun.
3. Dapat mendidik manusia beranu menegakkan kebenaran dan takut
untuk melakukan kesalahan
4. Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka
tumbuh sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat
menghormati dan sebagainya. Agama melarang orang untuk tidak
bersifat sombong, congkak, riya dan sebagainya.

2.2.2 Islam adalah agama yang benar.


Mengingat definisi dan pengertian agama pada umumnya, maka kita
dapat megatakan bahwa semua agama itu ternyata baik, karena semua
agama berisi aturan-aturan untuk mengatur hidup manusia. Dan
memang agama itu sendiri adalah aturan hidup (a= hidup, gama=
aturan).

Sekarang timbul persoalan: apakah semua agama yang dikatakan baik


itu semuanya benar? Marilah kita tinjau sejenak.

“baik” adalah kata sifat yang sering digunakan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan etika, misalnya : tentang kesopanan, tentang
tingkah laku, kesusilaan dan sebgainya.

Orang sering mengatakan : “tingkah lakunya baik”, akhlaknya baik” dan


sebagainya.

9
“bagus” adalah kata sifat yang biasanya digunakan hal-hal yang
berhubungan dengan estetika (keindahan) misalnya anak itu bagus
rupanya

Tetapi apabila dikatan agama semua benar, kata-kata ini tidak tepat,
sebab di dalam ajaran agama disebutkan : “ inna dinna indallahi islam”
yang artinya : “sesungguhnya agama yang diridhai olej allah itu adalah
hanya islam. Islam sebgai agama Allah adalah mudah dan sederhana,
dapat dipahami , diterima oleh akal manusia dan mudah pula dijalankan
oelh segala lapisan dari umat manusia.

2.3.3 Kebutuhan manusia terhadap agama.


Sesungguhnya kebutuhan manusia terhadap agama pada umumnya
dan kepada islam pada khususnya, bukanlah merupakan kebutuhan
sekedar maupun sampingan, melainkan ia merupakan suatu kebutuhan
dasar dan primer yang berhubungan erat dengan substansi kehidupan,
misteri alam wujud dan hati nurani manusia yang paling dalam.

Dalam bentuk yang seringkas mungkin tanpa pengurangan kami


menjelaskan disini beberapa faktor kebutuhan terhadap agama
kehidupan manusia.

Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi


terbesar.

Kebutuhan manusia terhadap keyakinan agama pada mulanya timbul


dari kebutuhannya untuk mengetahui dirinya dan mengetahui hakikat
eksistensi alam semesta sekitarnya, yaitu untuk mengetahui jawaban
pasti mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sempat memasygulkan
(menyibukkan) berbagai aliran filsafat manusia dan tidak kunjung dapat
memberikkan jawaban secara memuaskan mengenai pertanyan-
pertanyaan itu.

10
Manusia semenjak pertumbuhnya senantiasa didera oleh pertanyaan-
pertanyaan yang sangat membutuhkan secara mendesak sebuah
jawaban, yaitu pertanyaan dari manakah ia berasal ? kemanakah
ia(setelah menjalani hidup ini)? Dan untuk apa ia hidup ?

Dan secara umum agama Suatu kepercayaan akan keberadaan suatu


kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan mengendalikan
alam semesesta.

Dasar aturan-aturan nya. Oleh karena itu suatu agama mencakup


aspek-aspek sebagai berikut:

a. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang


harus diyakini.
b. Aspek ritual, yaitu ajaran tentang tata cara berhubungan dengan tuhan,
untuk minta perlindungan dan pertolongan nya atau menunjukkan
kesetiaan dan penghambaan.
c. Aspek moral, yaitu ajaran tentang aturan berprilaku dan bertindak yang
benar dan baik bagi individu dalam kehidupan.
d. Aspek sosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat.

2.4.4 Asal-usul terbentuk dan berkembang nya suatu agama dapat


dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu:
A. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya
suatu masyarakat disebut dengan agama budaya atau agama bumi
(dalam bahasa arab disebut ardli), seperti hindu, shinto, atau agama-
agama primitif dan tradisional.
B. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat
wahyu dari tuhan disebut agama wahyu atau agama langit (dalam
bahasa arab langit disebut samawi), seperti yahudi, nasrani dan islam.
C. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar. Dia
memiliki pemikiran-pemiran yang mengagumkan tentang konsep-
konsep kehidupan sehingga banyak orang yang mengikuti pandangn
hidupnya dan kemudian melembaga sehingga menjadi kepercayaan

11
dan ideologi bersama suatu masyarakat. Agama semacam ini
dinamakan sebagai agama filsafat, seperti konfusianisme
(konhucu),taoisme,zoroaster atau budha.

2.5.5 AGAMA DAN KENABIAN


Agama allah disampaikan kepada manusia oleh para nabi/Rasul
yang bertugas menyampaikan ajaran dan sekaligus juga memberikan
contoh. Kenabian dan kerasulan itu adalah anugerah Allah kepada
seseorang yang dipilih-nya dan tidak dicapai oleh usaha manusia.
Karena setiap Nabi atau Rasul itu pembawa ajaran maka isi ajaran
tersebut sama, yaitu Islam.

Agama bagi kehidupan umat manusia adalah merupakan undang-


undang dasar pedoman hidup (way of life). Orang yang bisa
menjalankan perintah-perintah agama dengan dengan sungguh-
sungguh, akan ringanlah bagi mereka menjalankan aturan-aturan dan
undang-udang negarannya. Bahkan ringan pula menjalankan aturan-
aturan yang lain.

Maka dari itu terang bahwa agama sangat berfaedah bagi


manusia, terutama bagi pemeluk-pemeluk nya sebab agama adalah :

1. Dapat mendidik jiwa manusia menjadi tenteram, sabar, tawakal dan


sebagainya. Lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan kesulitan.
2. Dapat memberi modal kepada manusia, untuk menjadi manusia yang
berjiwa besar, kuat dan tidak mudah di tundukan oleh siapa pun.
3. Dapat mendidik manusia berani meneggakkan kebenaran dan takut
untuk melakukan kesalahan.
4. Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka
tumbuh sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat
menghormati dan sebagainya. Agama melarang orang untuk tidak
bersifat sombong, congkak, riya dan sebagainya.

12
2.6.6 Penerapan agama pada diri dan masyarakat manusia
Agama bagi manusia adalah pegangan dan petunjuk kehidupan.
Islam sebagai ajaran adalah permanen, sejak di wahyukan kepada nabi
besar muhammad saw. Sampai berakhir nya kemanusiaan nanti.
Ajaran islam ini tertuang dalam kitab suci Al-qur’an dan penjabarannya
dalam sunnatur Rasul. Khusus mengenai Rasul muhammad saw.
Sebagai pembawa wahyu terakhir dan pelaku sunnah adalah teladan
terbaik untuk dijadikan ikutan bagi sekalian ummat manusia hingga
akhir zaman (uswatun hasanah). Surat Al-hijr ayat 9 menyubutkan: inna
– nahnu nazzalnadz-dzikra waina- lahu – fizhu-n. Sesungguhnya kamu
(Allah) telah menurunkan peringatan (Al-Qura’an) ini dan kamilah yang
menjadi penjaganya. – ini berarti Al-Qur’an terjaga dari tangan-tangan
manusia yang ingin merubah isi maupun naskahnya. Ajaran yang
terkandung di dalamnya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,
baik yang badaniah maupun rohaniah, baik tentang dunia sekarang dan
yang akan datang.

Sistem yang dipakai: 1. Tidak sukar, gampang namun padat dan


mantap, baik dalam teori maupun implemptasinya. 2. Tidak banyak
memberikan perintah atau larangan, karena manusia sebagai makhluk
rasional, tinggal memerlukan petunjuk pokok yang paling sulit baginya
untuk menemukannya. Amar ma’ruf dan dahi munkar sendiri pada
hakikat nya sumbernya telah bersarang dalam conscience manusia
sendiri. 3. Cara penerapan syari’at sebagai pedoman hidup manusia
selalu melalui graduasi kemampuan manusia sendiri, tidak
memberatkan. Ajaran syari’at menunjukkan integrasi positif, berupa
keseimbangan – keseimbangan yang di perlukan
kehidupan,memberikan kesejahteraan dan ketentraman lahir dan batin,
yakni berupa keseimbangan:

1. Jasmani dan rohani.

13
2. Dunia dan akhirat.
3. Aktivitas kekaryaan dan ubudiah/kontemplasi/ peribadatan ritual.
4. Material dan spiritual.
5. Individual dan sosial.

Perpaduan dari deretan unsur pertama dengan unsur yang kedua


sangat diutamakan dalam ajaran islam. Tidak terwujudnya
keseimbangan akan menimbulkan kepincangan – kepincangan, misal
nya sangat mementingkan materi, hanya memikirkan jam kerja, dan
waktu untuk bersenang-senang saja. Atau sebaliknya secara spritual
saja dengan berkelana di alam kontemplasi dan sebagai nya. Karena
itu manusia seutuhnya yang dikehendaki ajaran ini bukan sepotong –
sepotong, “fid dunya hasana wafil a-khirati hasanah” bahkan menjadi
do’a muslim setiap hari.

Kepercayaan yang di tanamkan oleh tauhid, memberikan garis


pemisah yang tegas antara Al khalik dan makhluk, bisa di pertanggung
jawabkan secara ilmiah dan aqliyah.

Mengenai pria dan wanita sebaga warga pokok manusia, selain islam
menjabarkan kejadiannya secara jelas, bahkan telah menjabarkan apa
yang di pertanyakan dalam filsafat bangsa kita sangkan paraning
dumadi, maka telah pula di gariskan agar manusia tidak kebingunngan
sendiri dan mencari secara ngawur seperti yang telah terbukti di mana-
mana di pelosok dunia yang di landa kepincangan, tanpa
keseimbangan ini. Adanya kehidupan yang harmonis antara pria dan
wanita, kompensasi atas pekerjaan yang telah mereka lakukan, hak
dan kewajibannya serta status sosial nya, sehingga tidak lagi perlu
timbul seperti yang di pertanyakan Dr. Warrent farrel dalam “The
Liberated Man”,’ apakah wanita:alliance to man, enemy, ataukah total
separation? Tidak perlu dia memberikan statement seperti yang ia tulis:
in essence, they (pria) control a woman’s freedom in relation to society,
and make laws regarding even her most personal possion, her body.....

14
Justru dalam zaman mutakhir ini masih terdengar kesombongan yang
menonjolkan wanita hanya sebagai sex object trap, pria sebagai bread
winner protector dan sex striver. Sedang khawatir tidak akan
terdapatnya pedoman yang dapat di pegang berhubung peranan
tradisional yang ingin mereka rubah, namun telah menentukan. Seperti
tugas sebagai ibu, keperluan proteksi, alliansi sex, mungkin juga yang
mereka sebut sebagai loneliness (sifat menyendiri, sebatang kara),
subordinasi dalam tugas (nunut urip), sehingga seorang pejuang
mereka, Dr, jo freeman, bertolak fikir dari kenyataan yang di anggap
nya telah mengungkung wanita dari abad ke abad itu, kemudia
menulis:”arissing out of the present contravention of sexes in the
marginal woman, torn between rejection and acceptance of traditional
roles and atributes”. Mereka akhirnya menuntut adanya rasionalisasi
masyarakat yang telah terlanjur berbudaya demikian itu.

Di lain bidang, agama telah memberikan garis-garis yang nyata baik


mengenai ilmu pengetahuan, pengendalian kaum remaja, penerapan
kultur untuk mencapai keselaran dengan garis-garis yang telah
diberikan oleh wahyu Allah SWT. Soal tertib kemasyarakatan mulai dari
kehidupan keluarga, suami-istri, pendidkan, kenegaraan, berorganisasi,
penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat, kematian, dan lain-lain.
Hampir dua pertiga penuh isi kitab Al furqan memberikan petunjuk
jelas, dalam bidang tertib umum masyarakat. Penyakit pokok
kemanusian, yakni kebodohan dan kekotoran, dengan jelas pula
diberikan cara pembarantasnya, sejak dihapusnya zaman jahiliyah atau
era kebodohan oleh kedatangan Rasul Muhammad saw. Dan
penerapan kebersihan dalam kehidupan kemanusian, lahiriah maupun
batiniah, sehingga terwujudlah masyarkat yang percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbuat kebaikan, masyarakat yang demikian pun
toh masih harus mengikuti petunjuk wahyu terus-menerus.

15
Sebenarnya apa yang dituntut oleh peradaban manusia sekarang ini,
yang dalam banyak hal masih mengalami hambatan-hambatan, telah
jauh-jauh hari dikemukakan oleh agama perlunya diterapkan dalam
kehidupan masyarakat manusia. Sebab agama telah memberikan garis
tegas mengenai tiadanya penindasan antar manusia, tiadanya
perbedaan warna kulit dan seks. Musyawarah adalah inti agama,
keadilan adalah tuntunan utama agama, kebersihan ingkungan adalah
sendi agama, ditambah lagi dengan ‘amar ma’ruf dan nahi munkar
sebagai dasar dari segala dasar tertib umum masyarakat. Amaga
memberikan perlindungan dan tuntunan perlindungan terhadap lima
unsur pokok yang ada pada manusia dan kepentingan yang
mengelilinginya, yakni: badan, akal fisik, harta, keturunan dan
lingkungan hidup secara menyeluruh, keselamatan serta kesejahteraan
lima hal itu yang menandai tujuan penantaan agama.

Mungkin kesalahan umum dalam masyarakat agama, ia tidak sanggup,


enggan, lengah, atau lupa untuk membawa ajaran agama yang penuh
tuntunan itu ke penerapannya dalam kehidupan yang nyata, membawa
pure religious teachings ke dalam applied life.

16
BAB lll

PENUTUP

3.1.1 kesimpulan

Tuhan menurunkan agama untuk kepentingan manusia. Agama


mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh
manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar terhadap
kehidupan manusia. Ikatan itu berasal dari kekuatan yang lebih
tinggi dari manusia, sebagai fitrah yang diberikan Tuhan kepada
hamba-Nya.

Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam


kehidupan manusia, yaitu agama merupakan unsur mutlak
dalam pembinaan karakter pribadi dan membangun kehidupan sosial
yang rukun dan damai, mendidik agar memiliki jiwa yang tenang,
membebaskan dari belenggu perbudakan, berani menegakkan
kebenaran, memiliki moral yang terpuji dan agama dapat
mengangkat derajat manusia lebih tinggi dari makhluk Tuhan yang
lain.

Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa faktor


dominan, yaitu faktor fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia
dan faktor tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu agama
adalah paket yang sangat dan amat dibutuhkan oleh manusia.

17
DAFTAR PUSTAKA

3.1.2 referensi

Abdul Manaf. 1994, Sejarah Agama Agama, (Jakarta:Raja Grafindo


Persada).

Ali Zaidin.2010, Agama, Kesehatan & keperawatan. (Jakarta: trans info media).

Rousydiy,T.A Lathief.1986. Agama Dalam Kehidupan Manusia,( Medan:


Rambow).

M arifin.2009, Pengatar kajian islam. (jakarta: erlangga).

Aminuddin.2014, Pendidikan agama islam. Bogor. (jakarta: balai pustaka).

18
19

Anda mungkin juga menyukai