Oleh :
AMELIA
12344556
1
LEMBAR PERSETUJUAN
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA PROGRAM
KEPERAWATAN
ABSTRAK
Diare adalah penyakit yang sering menyerang bayi dan balita. Mereka rentan
terkena diare karena proses pencernaannya belum berkembang secara optimal,
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor sanitasi yang
mempengaruhi kejadian diare di wilayah binaan Puskesmas Kelurahan Grogol
Selatan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 87
responden (total sampling), instrumen menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukan kejadiaan diare di wilayah Puskesmas Grogol Selatan sebanyak 53
responden (60.9%). Faktor sanitasi yang mempunyai pengaruh bermakna adalah
penyediaan air bersih (p-value=0,005), air minum (p-value =0,005), ketersediaan
jamban (p-value =0,005), hygiene perorangan (p-value =0,005), pembuangan
sampah (p-value=0,005) dengan kejadian diare. Berdasarkan hasil penelitian
perawat diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang personal
hygiene yang baik dan benar, cara menggunakan jamban sehat, dan cara
pengolahan air minum yang benar, sebagai salah satu intervensi keperawatan
untuk mengurangi angka kejadian diare
iii
Research, Februari 2015
SYAFITRI DHARMANELI
Sanitation Factors That Affect The Incident Of Diarrhea On Toddlers At Rw
12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan
ABSTRACT
SURAT PERNYATAAN
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia yang tiada hentinya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul “Faktor-Faktor Sanitasi yang Mempengaruhi Kejadian pada Balita
Diare di RW 12 RT 03 dan RT 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun
2014”. Pembuatan penelitian bertujuan untuk memenuhi tugas akhir yang
diberikan di semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
Adapun garis besar isi penelitian meliputi pendahuluan, isi, serta
kesimpulan. Selesainya penyusunan penelitian ini tidak terlepas dari rahmat dan
hidayah Tuhan YME, kami selaku peneliti juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada beberapa pihak, yaitu:
1. Dr. dr. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan
Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali, SKM., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Wasijati, S.Kp. MSi selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
5. Rumiarti, SKp, MARS selaku pembimbing yang sabar, baik, dan ramah
serta bersemangat untuk membimbing.
6. Para Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
7. Kepada Bapak Muchayar, S.Pd yang telah memberikan semangat, saran,
dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.
8. Ka Puskesmas Kel. Grogol Selatan dr. Sri Evi Astuti Nasution yang telah
memberikan izin untuk dapat meneliti di puskesmas kel. Grogol Selatan.
9. Kepada Ketua RW 12 yang telah memberikan izin sekaligus membantu
saya dalam penelitian ini.
10. Kepada Ketua RT 03 dan RT 04 yang telah memberikan izin kepada saya
untuk dapat meneliti di lingkungan sekitar RT 03 dan 04.
11. Kepada Masyarakat RT 03 dan RT 04 yang bersedia membantu saya untuk
menjadi responden dan membantu saya untuk mendapatkan data dalam
penelitian saya.
vi
12. Kepada kedua Orang Tua saya tercinta Bapak Yuski Putra dan Ibu Nefialis
yang memberikan support materil dan mental dalam mendidik saya serta
doa’anya untuk kelancaran kuliah saya.
13. Kepada Keluarga Besar saya yang tidak bisa saya persebutkan satu-satu
yang telah memberikan semangat serta dukungan besar untuk kelancaran
pembuatan Skripsi ini.
14. Kepada ke tiga adik saya (Fia, Ari, dan Alya) yang membantu
menyenangkan hati dikala stress dalam pembuatan skripsi ini.
15. Kepada para Sahabat saya yang turut serta membimbing dan mendukung
saya dalam pembuatan skripsi ini.
16. Kepada mahasiswa dan mahasiswi S1 Reg IV yang saya cintai dan saya
banggakan, yang sama-sama berjuang dalam pembuatan skripsi.
17. Kepada teman sekelompok saya Novi Puji Prastiwi dan Windy Septiani
Putri yang bersama-sama berjuang dalam penyusunan dan bimbingan
bersama.
18. Kepada sahabat tercinta saya Nur Rhohmaniawati yang telah memberikan
saya semangat yang tiada hentinya.
19. Kepada sepupu saya tersayang Rismala Sari Ramadhany yang bersama-
sama jatuh bangun dan berjuang, serta memberikan support kepada saya
dalam pembuatan skripsi ini.
20. Kepada Rifki Fadli Alumni S1 Reg 1 yang telah memberikan bantuan dan
support dalam pembuatan skripsi ini.
21. Kepada Para Alumni STIKes PERTAMEDIKA yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu namanya yang telah memberi dukungan, bantuan,
serta memberikan banyak kritik dan saran kepada saya dalam pembuatan
skripsi ini.
Tak ada manusia yang sempurna, demikian juga dengan penelitian “Faktor-
Faktor Sanitasi Yang Mempengaruhi Kejadian Pada Balita Diare di Rw 12 RT 03
Dan RT 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2014” ini, peneliti
memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penelitian ini.
Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan
penelitian saya. Semoga apa yang peneliti tuliskan dalam penelitian ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
vii
Jakarta, Februari 2015
Peneliti
viii
ix
DAFTAR ISI
cover
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
ABSTRACT.........................................................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN...........................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................................vi
DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
Perumusan Masalah.......................................................................................................8
Tujuan Penelitian...........................................................................................................9
Tujuan Umum................................................................................................................9
Tujuan Khusus...............................................................................................................9
Manfaat Penelitian.......................................................................................................10
Pengertian Diare...........................................................................................................11
Jenis-jenis Diare...........................................................................................................12
Etiologi Diare..............................................................................................................12
Penatalaksanaan Diare.................................................................................................15
Komplikasi Diare.....................................................................................................16
Pencegahan Diare.....................................................................................................17
1
Penyediaan Air Bersih..................................................................................................23
Ketersediaan Jamban....................................................................................................29
Higiene perorangan......................................................................................................31
Pembuangan Sampah...................................................................................................32
Penelitian Terkait.........................................................................................................34
Kerangka Teori.............................................................................................................36
Kerangka Konsep.........................................................................................................37
Definisi Operasional.....................................................................................................38
Hipotesis......................................................................................................................44
BAB VI............................................................................................................................67
PEMBAHASAN..............................................................................................................67
d. Ketersediaan jamban...........................................................................................69
e. Personal hygiene..................................................................................................70
f. Pembuangan sampah..........................................................................................71
g. Diare.....................................................................................................................72
2. Interpretasi bivariat.............................................................................................73
2
e. Pembuangan sampah dengan kejadian diare.....................................................79
A. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................80
BAB VII...........................................................................................................................82
PENUTUP.......................................................................................................................82
Simpulan......................................................................................................................82
Saran............................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................84
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
maupun di negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan
serta lingkungan yang tidak higienis.
Penyakit diare merupakan salah satu dari penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan kejadian sakit dan
3-5 juta kematian setiap tahunnya. Masih tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor
lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan angka kejadian diare. Di negara berkembang yang keadaan
sanitasinya masih belum memadai, penyakit diare merupakan penyakit yang
ditularkan melalui air dan makanan serta mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi. Selain menimbulkan masalah yang bersifat endemis sering pula
melanda masyarakat dalam bentuk wabah disertai dengan sejumlah kematian.
Berdasarkan laporan (WHO 2011) diare masih tetap menjadi salah satu
penyebab utama kematian anak secara global di seluruh dunia. Dari semua
kematian yang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun 14,0% diakibatkan
oleh diare. Kejadian diare pada anak balita erat kaitannya dengan sanitasi
lingkungan, perilaku hidup, makanan yang terkontaminasi, dan sumber air
yang tercemar. Peningkatan kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk
perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan melalui
kegiatan peningkatan sanitasi, dasar kondisi fisik dan biologis yang tidak baik
termasuk berbagai akibat sampingan pembangunan.
5
kekurangan zat gizi sehingga membuat anak lebih rentan terhadap serangan
infeksi.
6
minuman. (Hiswani, 2003). Pada umumnya keadaan lingkungan fisik dan
biologis pemukiman penduduk di Indonesia belum baik, hal ini berakibat
masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit.
Salah satu penyakit terbanyak yang disebabkan oleh buruknya sanitasi di
lingkungan masyarakat adalah diare, yaitu buang air besar yang tidak normal
berbentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Hiswani,
2003).
Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini
disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian terutama
pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
(Depkes RI, 2002). Penyakit diare ditularkan secara fecal-oral melalui
makanan dan minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja
penderita (Depkes, 2000).
Berdasarkan data yang saya dapat dari Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan,
penderita diare pada bulan Januari hingga Juni 2014 menunjukan jumlah yang
cukup tinggi. Di Rw 12 termasuk salah satu lingkungan yang cukup tinggi
jumlah penderita yang menderita diare, tercatat 38,80% yang datang berobat
antara bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2014 karena menderita diare.
Survey dilakukan untuk melihat kondisi langsung lingkungan Rw 12
khususnya Rt 03 dan Rt 04 dilihat dari lingkungan tempat tinggal juga sangat
mendukung terjadinya diare, dikarenakan lingkungan di Rw 12 sangat kotor,
tidak tertata dan padat penduduk. Maka dari itu faktor lingkungan sangat
berperan penting dalam terjadinya diare.
7
Dengan tingginya angka kejadiaan diare ini saya tertarik untuk mengetahui
bagaimana gambaran faktor-faktor santasi pada penderita diare di Rw 12,
yang mempengaruhi kejadian Diare di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas
Kelurahan Grogol Selatan tahun 2015. Berdasarkan hal tersebut maka saya
mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Sanitasi Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Di Rw 12 Rt 03 Dan Rt 04 Puskesmas
Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015”.
Perumusan Masalah
Diare masih tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian anak secara
global. Dari semua kematian yang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun
14,0% diakibatkan oleh diare. Kejadian diare pada anak balita erat kaitannya
dengan sanitasi lingkungan, perilaku hidup, makanan yang terkontaminasi,
dan sumber air yang tercemar. Sanitasi lingkungan yang buruk merupakan
faktor yang penting terhadap terjadinya diare dimana interaksi antara
penyakit, manusia, dan faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan
penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare Berdasarkan
fenomena yang terjadi di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan
Grogol Selatan tahun 2015 maka rumusan masalah penelitian ini adalah
Faktor-Faktor Sanitasi Apa Saja Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Di Rw
12 Rt 03 Dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor sanitasi yang mempengaruhi
kejadian Diare di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol
Selatan tahun 2015.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor sanitasi : sumber air bersih, pengolahan
air minum, ketersediaan jamban, hygine perorangan, dan pembuangan
8
sampah pada masyarakat di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas
Kelurahan Grogol Selatan tahun 2014
b. Untuk mengetahui pengaruh antara Sumber air bersih dengan kejadian
diare di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan
tahun 2014.
c. Untuk mengetahui pengaruh antara pengolahan air minum dengan
kejadian diare di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol
Selatan tahun 2014.
d. Untuk mengetahui pengaruh antara ketersediaan jamban dengan
kejadian diare pada balita di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas
Kelurahan Grogol Selatan tahun 2014.
e. Untuk mengetahui pengaruh antara higiene perorangan dengan kejadian
diare pada balita di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan
Grogol Selatan tahun 2014.
f. Untuk mengetahui pengaruh antara pembuangan sampah dengan
kejadian diare di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol
Selatan tahun 2014.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu
Sebagai sumber informasi dan referensi untuk lebih memperhatikan
kesehatan lingkungan dalam pencegahan terjadinya diare terhadap balita.
2. Bagi Lingkungan
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk menjaga lingkungan,
salah satunya dengan cara membuang sampah, menggunakan jamban yang
sehat dengan baik dan benar.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya untuk mengeksplorasi lebih
banyak mengenai faktor-faktor sanitasi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Diare
Diare atau penyakit diare (diarrheal diseasse) berasal dari kata diarroia
(bahasa yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan
abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan
adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam
usus, terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan interstinal pada
fungsi digesti, adsorbsi, dan sekresi.
Diare adalah penyakit yang sering menyerang bayi dan balita. Mereka
rentan terkena diare karena proses pencernaannya belum berkembang
secara optimal. Diare adalah penyakit gangguan pencernaan dengan
perubahan pola buang air besar, seperti buang air besar yang sering dan
bentuknya cair.
10
Jenis-jenis Diare
Menurut Suharyono (2008) Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan
waktu serangan (onset), yaitu :
1. Diare Akut
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau
cair dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam
waktu kurang dari 2 minggu.
2. Diare Kronik
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan
meningkatnya frekuensi buang air besar yang dapat berlangsung
berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus
atau berulang, dapat berupa gejala fungsional akibat suatu penyakit
berat. Banyak nama diberikan untuk diare kronik seperti persistent
diarrhea, protracted diarrhea, intractable diarrhea dan lain
sebagainya
Etiologi Diare
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada
kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare
lebih besar dari pada balita yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan
pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan.
Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama
berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar
oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar
dan kuman akan berkembang biak.
11
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan
bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung
virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga
dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
12
berikut :
1. Letargis atau tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau malas berat
minum
4. Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Penatalaksanaan Diare
Penatalaksanaan penderita diare adalah sebagai berikut :
1) Mencegah terjadinya dehidrasi
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan
bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin,
kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat
mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang
terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.
13
Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
2) Mengobati dehidrasi
Sebaiknya penderita harus dibawa ke petugas kesehatan bila terjadi
dehidrasi dan tidak mengalami perbaikan dalam waktu 3 hari serta
mengalami hal-hal sebagai berikut.
a) Diare terus-menerus
b) Muntah berulang
c) Sangat kehausan
d) Tidak mau makan dan minum seperti biasa
Anak-anak dengan diare berat dan tidak diobati biasanya meninggal
bukan karena infeksinya tetapi karena kehilangan cairan dan elektrolit
yang sangat banyak (misalnya, sodium, potassium, kalium, dan basa)
dari buang air besarnya.
3) Memberikan makanan
Pada saat anak mengalami diare sebaiknya memberikan makanan
yang banyak kepada si anak untuk mencegah malnutrisi. Hal-hal
yang perlu dilakukan adalah :
a) Teruskan pemberian air susu ibu sesering mungkin.
b) Bila anak tidak minum air susu ibu maka berikan susu yang
biasa digunakan.
c) Bila anak sudah berumur 6 bulan atau lebih, atau telah
mendapatkan makanan padat, anak harus diberikan : sereal
atau campuran makanan yang mengandung tepung dan jus
buah segar atau pisang untuk menambah kalium.
d) Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan
berikan makanan tambahan setiap hari selama dua minggu.
Komplikasi Diare
Menurut Suriyadi dan Yuliani (2005), akibat diare dan kehilangan
cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,
isotonik, hipertonik), hipokalemia, hipokalsemia, cardiac dysrhythmias
akibat hipokalemi dan hipokalsemi, hiponatremia, syok hipovolemik,
dan asidosis.
1) Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi, yaitu :
14
2) Dehidrasi : ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, dan
hipertonik.
3) Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang
(keluarnya elektrolit melalui tinja)
4) Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
5) Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
6) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
7) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
8) Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang,
pengeluaran bertambah).
Pencegahan Diare
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1) Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu
penting:
a) sebelum makan
b) setelah buang air besar
c) sebelum memegang bayi
d) setelah menceboki anak
e) sebelum menyiapkan makanan
2) Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau
proses klorinasi.
3) Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4) Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
15
Ibu sebaiknya hanya memberikan air susu ibu untuk bayi mereka
selama 4-6 bulan pertama, dan kemudian dilanjutkan dengan
pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih, sambil memberikan
makanan tambahan. Di negara-negara berkembang, bayi yang
mendapat ASI mempunyai angka kesakitan dan kematian yang
secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan yang diberikan
susu formula. Semua imunoglobulin terdapat dalam ASI dengan
kadar tertinggi dalam kolostrum. Imunoglobulin kolostrum
manusia mengandung kadar immunoglobulin A sekresi (S.IgA)
tinggi sekali sedangkan IgG, dan IgM relatif rendah. Kolostrum
mengandung kadar S.IgA yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lain. Fungsi utama S.IgA yang diduga disintesis setempat
dalam kelenjar payudara adalah untuk melindungi mukosa usus
terhadap invasi bakteri dan protein asing. Hal ini ditemukan
terhadap Rotavirus dan V.cholera. Imunisasi pasif yang diperoleh
bayi dari ASI akan memberikan perlindungan bayi sampai sistem
imun mukosa yang dibentuk sendiri sudah cukup. ASI mempunyai
khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan
zat-zat lain yang dikandungnya.
16
Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak
berumur 1 tahun , memberikan semua makanan yang dimasak
dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI
bila mungkin.
b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur
dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu,
telur, ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan
sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
3) Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi
anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.
17
6) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare.
7) Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
18
campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah
imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
19
kesehatan dengan menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi.
Bagi penderita diare dengan dehidrasi berat segera diberikan cairan
intarvena dengan Ringer Laktat.
2) Berikan makanan secukupnya selama serangan diare untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat
dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
3) Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama dua minggu untuk membantu pemulihan penderita.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa
benda hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuk
manusialainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi
diantara elemen – elemen yang ada di alam (Soemirat, 2004).
20
prinsipnya usaha sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber – sumber
makanan (Food Presences), tempat perkembangbiakan (Breeding Places)
yang sangat dibutuhkan vector dan binatang pengganggu. Sanitasi
lingkungan merupakan upaya pengendalian terhadap factor – factor
lingkungan fisik manusia yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan
atau upaya kesehatan untuk memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci
tangan dalam memelihara dan melindungi kebersihan tangan, menyediakan
tempat sampah untuk membuang sampah dalam memelihara kebersihan
lingkungan, membangun jamban untuk tempat membuang kotoran dalam
memelihara kebersihan lingkungan dan menyediakan air minum yang
memenuhi syarat kesehatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat yang terdiri dari :
Penyediaan air untuk rumah tangga bisa tergolong penyediaan air bersih
dan bisa juga penyediaan air minum. Rumah tangga yang mencukupi
21
kebutuhan airnya dari sumur atau sumber - sumber lainnya termasuk
penyediaan air bersih. Tetapi untuk perumahan/pemukiman yang
kebutuhan airnya dicukupi dari Perusahaan Air Minum yang diusahakan
oleh baik Pemerintah maupun Badan Hukum yang lain, maka termasuk
penyediaan air minum, karena kualitas air yang didistribusikan telah
memenuhi syarat sebagai air minum. M. (Sarudji.D,2006).
22
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002).
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat
risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli)
atau zat-zat berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga
100 °C, namun banyak zat berbahaya, terutama logam, yang tidak dapat
dihilangkan dengan cara ini.
Saat ini terdapat krisis air minum di berbagai negara berkembang di dunia
akibat jumlah penduduk yang terlalu banyak dan pencemaran air. Minum
air putih memang menyehatkan, tetapi kalau berlebihan dapat
menyebabkan hiponatremia yaitu ketika natrium dalam darah menjadi
terlalu encer.
Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit apapun).
Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan
khususnya tidak terlindung sehingga air tersebut tidak atau kurang
memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan dengan 2 cara,
berikut:
1) Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman¬kuman
mati. Cara ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat
dilakukan secara besar-besaran.
23
2) Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan
lain-lain. Cara ini dapat dilakukan secara besar¬besaran, cepat dan
murah.
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya
diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus
mempunyai persyaratan sebagai berikut:
1) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak
berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga
dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi
persyaratan fisik ini tidak sukar.
2) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air
minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa
sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air
terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah
memenuhi syarat kesehatan.
3) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia didalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada
manusia. Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan
maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam adalah
dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga
persyaratan tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-
kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata
air atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan
dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang
menggunakan air tersebut.
24
Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-
sumber air ini, sebagai berikut:
1) Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi
air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar
dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium
didalamnya.
2) Air sungai dan danau
Air sungai dan danau berdasarkan asalnya juga berasal dari air
hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau
danau. Kedua sumber air ini sering juga disebut air permukaan.
Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau
tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan
air minum harus diolah terlebih dahulu.
3) Mata air
Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul
secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum
tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung.
Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka
alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4) Air sumur
Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah,
sehingga disebut sebagai air tanah. Air berasal dari lapisan air di
dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari
permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda.
Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan
tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat karena
kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena
itu perlu direbus dahulu sebelum diminum. Air sumur dalam yaitu
air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya
dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu,
sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk
dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses
pengolahan).
5) Air Hujan
25
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui
penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan
penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran
talang. Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada
musim kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi
keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan yang lebih
besar agar mempunyai tandon untuk musim kemarau.
Ketersediaan Jamban
Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat adalah
upaya penyehatan lingkungan pemukiman. Sarana jamban yang tidak
saniter berperan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang
harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran
yang baik harus dibuang kedalam tempat penampungan kotoran yang
disebut jamban. Upaya penggunaan jamban berdampak besar bagi
26
penurunan resiko penularan penyakit. Setiap anggota keluarga harus buang
air besar di jamban. Beberapa hal harus diperhatikan keluarga :
a. Jamban keluarga berfungsi baik dan dipakai semua anggota keluarga.
b. Siramlah jamban dengan air sampai bersih setiap menggunakan
jamban.
c. Bersihkan jamban dengan alat pembersih jamban bagi semua anggota
keluarga secara bergiliran minimal 2- 3 kali seminggu.
d. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak pergi ketempat buang air
besar sendiri, hendaknya dilakukan jauh dari rumah, lebih kurang 10
meter dari sumber air, atau dikebun tempat bermain anak dengan
menggali tanah dan menutupnya kembali, lalu dibersihkan, jangan
biarkan kotoran menempel dianus anak, dan hindari tanpa alas kaki.
Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak dan orang tuanya. Tinja
bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Yang harus diperhatikan
keluarga :
a. Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang kejamban
b. Bantu anak buang air besar ditempat bersih dan mudah dijangkau anak
c. Bersihkan jamban bila anak buang air besar dan cuci tangannya
dengan sabun
d. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak
seperti dalam lubang atau dikebun kemudian ditimbun tanah.
Menurut laporan SDKI 2007 dapat diketahui bahwa persentase diare lebih
rendah pada anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas kakus sendiri
dibandingkan dengan yang tidak memiliki kakus. Seperti yang diprediksi
prevalensi diare paling tinggi terjadi pada anak yang tinggal di rumah
tanpa akses air bersih dan yang memakai fasilitas kakus di
sungai/kolam/danau (18,4%).
27
Indonesia bisa disebut sebagai jamban raksasa karena masyarakat
Indonesia umumnya menggunakan sungai untuk buang air. Masyarakat
urban di perkotaan yang tinggal di gang-gang sempit atau rumah-rumah
petak di Jakarta umumnya tidak mempunyai lahan besar untuk
membangun septic tank. Karena itu, mereka biasanya tak memiliki
jamban. Jika kemudian mereka memiliki sumur, umumnya tidak diberi
pembatas semen. Kala hujan tiba, kotoran yang ada di tanah terbawa air
hujan masuk ke dalam sumur. Air yang sudah terkontaminasi inilah yang
memudahkan terjadinya diare (Hiswani, 2003).
Higiene perorangan
Higiene perorangan atau yang sering disebut sebagai Personal Hygiene
adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan
dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Wahit Iqbal,
2008). Laporan Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
mengatakan bahwa KLB diare masih sering terjadi dengan jumlah
penderita dan kematian yang banyak. Rendahnya cakupan higiene
perorangan dan sanitasi lingkungan sering menjadi faktor risiko terjadinya
KLB diare. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan
memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit,
masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika
hal tersebut dibiarkan terus dapat memengaruhi kesehatan secara umum.
28
untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan
pasien (Potter & Perry, 2006).
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara
perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan
perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan
kesehatan ( Potter, 2005).
Pembuangan Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang-Undang No.18 tentang
Pengelolaan Sampah menyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat
dikelola dengan baik. Tempat sampah (bahasa Inggris: waste container)
adalah tempat untuk menampung sampah secara sementara, yang biasanya
terbuat dari logam atau plastik. Di dalam ruangan, tempat sampah
umumnya disimpan di dapur untuk membuang sisa keperluan dapur seperti
kulit buah atau botol. Ada juga tempat sampah khusus kertas yang
digunakan di kantor. Beberapa tempat sampah memiliki penutup pada
bagian atasnya untuk menghindari keluarnya bau yang dikeluarkan
sampah. Kebanyakan harus dibuka secara manual, namun saat ini sudah
banyak yang menggunakan pedal untuk memudahkan membuka tutup
29
tempat sampah. Tempat sampah dalam ruangan umumnya dilapisi kantong
untuk memudahkan pembuangan sehingga tidak perlu memindahkan
tempat sampah ketika sudah penuh, cukup dengan membawa kantong yang
melapisi tempat sampah lalu menggantinya dengan yang baru.
30
Penelitian Terkait
Purba (2012) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
anak balita di wilayah kerja puskesmas matiti kecamatan doloksanggul
kabupaten humbang hasundutan. Jenis penelitian adalah observasional
analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh anak balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Matiti dan
sampelnya diambil secara purposive yaitu seluruh anak balita yang tinggal
di Desa Bonanionan yang berjumlah 113 orang. Hasil analisis bivariat
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status gizi (p = 0,003;
RP = 2,138), pekerjaan ibu (p = 0,019; RP = 0,543), penyediaan air bersih
(p = 0,016; RP = 1,849), dan ketersediaan jamban (p = 0,016; RP = 1,877)
dengan kejadian diare pada anak balita, dan tidak ada hubungan antara
umur anak balita (p = 0,440; RP = 1,225), jenis kelamin (p = 0,424; RP =
1,230), ASI eksklusif (p = 0,388; RP = 1,443), status imunisasi campak (p
= 0,100; RP = 1,686), pendidikan ibu (p = 0,084; RP = 0,518), sanitasi
lingkungan (p = 0,364; RP = 1,270), dan higiene perorangan (p = 0,960;
RP = 1,017) dengan kejadian diare pada anak balita.
31
(p=0,000), umur balita (p=0,022), pemberian ASI/MP-ASI )p=0,000),
sanitasi lingkungan (p=0,000), penyediaan air bersih (p=0,000), hygiene
perorangan (p=0,000), jamban sehat (p=0,048).
farah lauziah (2012) hubungan penyediaan air minum dan perilaku higiene
ibu dengan kejadian diare pada balita di kelurahan sugihwaras, kecamatan
pemalang kabupaten pemalang. Diare terjadi pada sebagian besar
masyarakat terutama di negara berkembang. Pada tahun 2010 kejadian luar
biasa (KLB) diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak
4204 orang, jumlah kematian sebanyak 723 orang dengan CFR sebesar
1,74%. Jumlah kasus diare di Kabupaten Pemalang tahun 2010 tercatat
sebanyak 20.748 kasus dengan IR sebesar 14,87. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan penyediaan air minum dan perilaku hygiene
ibu dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Sugihwaras,
Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang.
Kerangka Teori
Kejadian diare
1. Jenis diare :
- Diare akut
- Diare klronik
2. Etiologi diare
3. Tanda gejala
diare
4. Penatalaksanaan
diare 32
5. Komplikasi diare
6. Pencegahan
diare
Faktor-faktor
sanitasi
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, & HIPOTESIS
Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti meyusun teori atau menghubungkan berbagai
factor yang telah diidentifikasi secara logis dan dianggap penting untuk
dijadikan sebagai suatu masalah. Dengan kata lain, kerangka konsep terdiri
dari variabel-variabel yang saling berhubungan satu sama lain (Sugiyono,
2009). Penyusunan kerangka konsep akan membantu kita dalam membuat
atau merumuskan suatu hipotesis dan dapat membantu peneliti dalam
33
menghubungan hasil penemuan dengan teori yang dapat diamati dan diukur
melalui variabel (Notoatmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Sumber air bersih, Air
minum, Ketersediaan jamban, Personal hygiene dan Pembuangan sampah .
Sedangkan variabel dependennya adalah kejadian Diare. adapun kerangka
konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
34
Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
35
konsumsi.
36
diberi nilai 1, mendapat
jawaban Tidak nilai cut of
diberi nilai 2 point
(median=
<8.00)
37
diberi nilai 1, mendapat
jawaban B nilai cut of
diberi nilai 2. point (mean=
≥5,73)
38
diberi nilai 2. point (mean=
≥7,01)
Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai adanya hubungan antara
variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil
penelitian. Di dalam penyataan hipotesis terkandung variabel yang akan
diteliti dan hubungan antar variabel-variabel tersebut. Pernyataan hipotesis
mengarahkan peneliti untuk menentukan desain penelitian, tekhnik pemilihan
sampel, pengumpulan dan metode analisis data.
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare di di
Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun
2014.
Ha : Ada pengaruh antara pengolahan air minum dengan kejadian diare di
Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun
2014.
Ha : Ada pengaruh antara ketersediaan jamban dengan kejadiaan diare di Rw
12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2014.
Ha : Ada pengaruh antara ketersediaan jamban dengan kejadiaan diare di Rw
12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2014.
39
Ha : Ada pengaruh antara pembuangan sampah dengan kejadiaan diare di Rw
12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2014.
Ho : Tidak ada pengaruh antara penyediaan air bersih dengan kejadiaan diare
di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun
2014.
Ho : Tidak ada pengaruh antara air minum dengan kejadiaan diare di Rw 12
Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2014.
Ho : Tidak ada pangaruh antara ketersediaan jamban dengan kejadiaan diare
di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun
2014.
Ho : Tidak ada pengaruh antara ketersediaan jamban dengan kejadiaan diare
di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun
2014.
Ho : Tidak ada pengaruh antara pembuangan sampah dengan kejadiaan diare
di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas Kelurahan Grogol Selatan Tahun
2014.
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalan
penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian. Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian. Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu
memiliki khas masing-masing, namun prinsip-prinsip umumnya memiliki
banyak kesamaan. Desain penelitian memberikan gambaran tentang
prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk
menjawab seluruh pertanyaan penelitian.
1. Populasi
Populasi disebut juga universe adalah sekelompok individu atau objek
yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya memiliki usia / jenis
41
kelamin/pekerjaan/status sosial/golongan darah (A,B,AB, dan O) yang
sama. Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia;
klien) yang mempengaruhi kriteria yang telah di tetapkan. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Balita Rw 12 Rt 03
dan Rt 04 sebanyak 87 Balita.
2. Sample
Sample adalah sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk
memperoleh informasi statistik mengenai keseluruhan populasi.
Penelitian hampir selalu membutuhkan sampel. Keterbatasan dan
sarana, tenaga, dan waktu kerap menyebabkan kita tidak dapat meneliti
seluruh populasi, dan sebagai gantinya kita mengambil sampel untuk di
teliti. Sampel yang digunakan adalah Total Sampling atau seluruh
populasi yaitu masyarakat Rw 12 yang memiliki balita dengan jumlah
87 orang.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan
kriteria inklusi (Nursalam, 2003).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Wanita yang sudah menikah
2) Memiliki balita laki-laki atau perempuan
3) Responden bisa membaca dan menulis.
4) Bersedia menjadi responden.
b. Responden bertempat tinggal di lingkungan Rw 12, Rt 03 dan Rt
04Kriteria eksklusi
42
sampel yang memberikan kesempatan/peluang yang sama kepada setiap
individu dalam populasi tersebut untuk menjadi sampel penelitian. Jika
ada sebagian individu dalam populasi yang memiliki kesempatan yang
lebih besar untuk menjadi sampel dibandingkan dengan individu
lainnya. Untuk melakukan random sampling dari suatu populasi, maka
peneliti memulai dengan membuat kerangka sampel digunakan dengan
cara membuat daftar setiap anggota populasi.
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas
Kelurahan Grogol Selatan, Jakarta Selatan.
5. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 bulan Februari tahun 2015.
6. Etika Penelitian
Penelitian dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika
seperti :
a. Informed concent
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responen penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan (informed concent). Informed concent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya apabila subjek bersedia maka mereka harus
menanda tangani lembar persetujuan dan jika responden dan jika
responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak
responden.
b. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan menjamin
kerahasiaan dari hasil penelitian, baik informasi maupunn masalah-
masalah lainnya Informasi yang telah dikumpulkan dijamin
43
kerahasiaan oleh peneliti seluruh data yang didapat hanya
digunakan untuk penelitian.
c. Privacy
Identitas atau segala bentuk hal yang menyangkut responden tidak
akan diketahui oleh orang lain sehingga responden dapat secara
bebas menjawab kuesioner tanpa rasa takut.
d. Anomity (tanpa nama)
Pengisian kuesioner, peneliti memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menulis kode saja pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang disajikan.
44
memilih salah satu jawaban dari dua jawaban yang disediakan peneliti,
yaitu A dan B dengan pembobotan skoring A diberi nilai 2 dan untuk
jawaban B diberi nilai 1. Pada variabel pembuangan sampah terdapat 5
butir pertanyaan dalam menjawab responden hanya memilih salah satu
jawaban dari dua jawaban yang disediakan peneliti, yaitu A dan B dengan
pembobotan skoring A diberi nilai 2 dan untuk jawaban B diberi nilai 1.
Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang
diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai
bukti (evidence) dari suatu penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur
merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian. Kesalahan dalam
pemilihan dan pembuatan instrumen menghasilkan data yang tidak
menggambakan kondisi sebenarnya dari apa yang diteliti.
45
f. Peneliti menyerahkan surat permohonan penelitian kepada ketua Rt
03 dan Rt 04.
2. Prosedur Teknis
a. Meminta bantuan kepada Ketua Rw 12 dan Rt 03 dan Rt 04 untuk
menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada calon responden
sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan
b. Melakukan pendekatan terhadap calon responden dengan
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan memberikan penjelasan.
Peneliti akan menjelaskan tujuan, manfaat, serta menjamin
kerahasian identitas responden dan dan hasil kuesioner. Bagi calon
responden yang bersedia, diberikan lembar informed consent untuk
dibaca dan ditandatangani.
c. Selama pengisian kuesioner, peneliti memberikan kesempatan
kepada responden untuk bertanya dan peneliti mendampingi
responden selama pengisian kuesioner berlangsung.
d. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk menjawab
kuesioner.
46
r =
r = Koefisien korelasi
n = jumlah subjek/sampel
x = nilai variabel bebas
y = nilai variabel terikat
47
b. Uji Reliabilitas
Rumus :
Keterangan:
r = koefisien reliabilitas instrument (cronbach alpha)
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= total varians butir
= total varians
Kaidah keputusan:
1. jika hasil r hitung > r table. Berarti reliable
2. jika hasil r hutung < r table berarti tidak reliable
48
8. Teknik analisis data
2. Analisa Data
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna
sehingga dapat dipahami. Para peneliti berpendapat bahwa tidak ada cara
yang paling benar secara absolut untuk mengorganisasi, menganalisis, dan
menginterpretasikan data karena itu, maka prosedur analisis data dalam
penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk memudahkan
dalam analisa data metode yang digunakan adalah metode statistik.
49
3. Analisa Univariat
Analisis univariat menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian.
Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Data pengetahuan
diukur, dikumpulkan dan di analisa sesuai desain penelitian, data numerik
univariat digunakan nilai mean, median, modus dan standar deviasi
(Notoatmodjo, 2010).
rumus median : Me = b + p
keterangan:
b = tepi batas bawah kelas median
p = panjang kelas/interval
F = jumlah frekuensi sebelum kelas median
f= frekuensi kelas median
n= jumlah seluruh frekuensi
4. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan. Analisis bivariat menghasilkan hubungan antara satu
variabel independen dan satu variabel dependen. Analisis bivariat
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu membandingkan distribusi silang
antara dua variabel tersebut, melihat hasil uji statistik yang dapat
disumpulkan adanya hubungan yang bermakna atau tidak bermakna antara
variabel dependen dan independen, dan menganalisis keeratan hubungan
dua variabel yang diuji.
Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Chi square atau kai kuadrat
digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel
(Notoatmodjo, 2010), (Sutanto, 2010).
Rumus :
X2 = ∑
Keterangan:
X2= statistik chi squer
O= frekuensi hasil observasi
50
E= frekuensi yang diharapkan
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini akan melihat distribusi frekuensi dari
seluruh variabel sanitasi meliputi : Sumber Air Bersih, Air Minum,
Ketersediaan Jamban, Personal Hygiene, dan Pembuangan Sampah.
1. Variabel Indipenden
Tabel 5.1
Sumber Air Bersih di wilayah RT 03 dan RT 04 Kelurahan Grogol Selatan
Jakarta Selatan Tahun 2015
Jumlah 87 100,0
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa sumber air bersih di wilayah Rt 03 dan
Rt 04 memiliki sumber air bersih yang baik sebanyak 42 responden (48.3%)
sedangkan yang memiliki sumber air yang buruk sebanyak 45 responden (51.7
%).
Tabel 5.2
52
Air Minum di wilayah RT 03 dan RT 04 Kelurahan Grogol Selatan Jakarta
Selatan Tahun 2015
Jumlah 87 100,0
Tabel 5.3
Ketersediaan Jamban di wilayah RT 03 dan RT 04 Kelurahan Grogol
Selatan Jakarta Selatan Tahun 2015
Jumlah 87 100,0
Tabel 5.4
Personal Hygiene di wilayah RT 03 dan RT 04 Kelurahan Grogol Selatan
Jakarta Selatan Tahun 2015
53
2. Buruk 42 48.3
Jumlah 87 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa personal hygiene di Rt 03 dan Rt 04
memiliki personal hygiene yang baik sebanyak 45 responden (51.7%), sedangkan
yang memiliki personal hygiene yang buruk sebanyak 42 responden (48.3%).
Tabel 5.5
Pembuangan Sampah di wilayah RT 03 dan RT04 Kelurahan Grogol Selatan
Jakarta Selatan Tahun 2015
Jumlah 87 100,0
2. Variabel Dependen
Tabel 5.6
kejadian Diare di wilayah RT 03 dan RT 04 Kelurahan Grogol Selatan
Jakarta Selatan Tahun 2015
Jumlah 87 100,0
54
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan bahwa kejadiaan diare di Rt 03 dan Rt 04
sebanyak 53 responden (60.9%), sedangkan yang tidak terjadi diare sebanyak 34
responden (39.1%).
55
B. Analisa Bivariat
Tabel 5.7
Pengaruh antara sumber air bersih dengan kejadian diare RT 03 dan RT 04
Kelurahan Grogol Selatan Jakarta Selatan Tahun 2015
Kejadian diare
Berdasarkan hasil analisis tabel 5.7 antara sumber air bersih dengan kejadian diare
diperoleh bahwa ada sebanyak 17 (40.5%) sumber air bersih baik terjadi diare.
Sedangkan diantara sumber air bersih yang buruk, ada 36 (80.0%) yang terjadi
diare. Hasil analisis uji statistik chi square diperoleh p-value 0,005 (p-value <
0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sumber
air bersih dengan kejadian diare.
Tabel 5.8
56
Pengaruh antara air minum dengan kejadian diare RT 03 dan RT 04
Kelurahan Grogol Selatan Jakarta Selatan Tahun 2015
Kejadian diare
N % N % N %
Berdasarkan hasil analisis tabel 5.8 antara air minum dengan kejadian diare
diperoleh bahwa ada sebanyak 17 (39.5%) air minum baik terjadi diare.
Sedangkan diantara sumber air bersih yang buruk, ada 36 (81.8%) yang terjadi
diare. Hasil analisis uji statistik chi square diperoleh p-value 0,005 (p-value <
0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara air
minum dengan kejadian diare.
Tabel 5.9
Pengaruh antara Ketersediaan jamban dengan kejadian diare RT 03 dan RT
04 Kelurahan Grogol Selatan Jakarta Selatan Tahun 2015
57
Terjadi Tidak Total
Ketersedian terjadi OR (95%
jamban CI)
N % N % N %
Berdasarkan hasil analisis tabel 5.9 antara ketersediaan jamban dengan kejadian
diare diperoleh bahwa ada sebanyak 17 (37.0%) ketersediaan jamban baik terjadi
diare. Sedangkan diantara ketersediaan jamban yang buruk, ada 36 (87.8%) yang
terjadi diare. Hasil analisis uji statistik chi square diperoleh p-value 0,005 (p-
value < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
ketersediaan jamban dengan kejadian diare.
Tabel 5.10
Pengaruh antara personal hygiene dengan kejadian diare RT 03 dan RT 04
Kelurahan Grogol Selatan Jakarta Selatan Tahun 2015
Kejadian diare
58
Baik 19 42.2% 26 57.8% 45 100.0 0.172 0.005
(0.065-0.454)
Buruk 34 81.0% 8 19.0% 42 100.0
Berdasarkan hasil analisis tabel 5.10 antara personal hygiene baik dengan kejadian
diare diperoleh bahwa ada sebanyak 19 (42.2%) personal hygiene terjadi diare.
Sedangkan diantara personal hygiene yang buruk, ada 34 (81.0%) yang terjadi
diare. Hasil analisis uji statistik chi square diperoleh p-value 0,005 (p-value <
0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
personal hygiene dengan kejadian diare.
Tabel 5.11
Pengaruh antara pembuangan sampah dengan kejadian diare RT 03 dan RT
04 Kelurahan Grogol Selatan Jakarta Selatan Tahun 2015
Kejadian diare
59
Baik 21 40.4% 31 59.6% 52 100.0 0.064 0.005
(0.017-0.235)
Buruk 32 91.4% 3 8.6% 35 100.0
Berdasarkan hasil analisis tabel 5.11 antara pembuangan sampah baik dengan
kejadian diare diperoleh bahwa ada sebanyak 21 (40.4%) pembuangan sampah
terjadi diare. Sedangkan diantara pembuangan sampah yang buruk, ada 32
(91.4%) yang terjadi diare. Hasil analisis uji statistik chi square diperoleh p-value
0,005 (p-value < 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare.
60
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yang
diawali : 1) membahas tentang hasil penelitian, 2) mengenai keterbatasan
penelitian.
Dari hasil penelitian yang menunjukan sumber air bersih yang baik
sebanyak 42 responden dikarenakan sumber air bersih memadai,
61
cukup, dan jarak dengan kali pesanggrahan jauh maka air untuk
digunakan oleh masyarakat sekitar untuk dipergunakan sehari-hari,
sedangkan sumber air bersih yang buruk sebanyak 45 responden
dikenakan letak rumah yang berdekatan dengan kali pesanggrahan
yang membuat sumber air bersih dilingkungan ini tidak baik untuk
dipergunakan, dan banyak dari masyarakat untuk membeli air bersih
untuk digunakan sehari-hari seperti mencuci pakaian, membersihkan
alat makan dan lain-lain.
Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini bahwa yang memiliki
air minum yang baik sebanyak 43 responden karena banyak dari
masyarakat ini membeli air minum untuk konsumsi dari agen-agen
yang menawarkan penjualan air bersih untuk konsumsi, maka dari itu
masyarakat banyak memilih untuk memberli dikarenakan sumber air
tidak bisa digunakan sepenuhnya untuk konsumsi.
62
tetapi tidak diberikan pembatas semen yang menyebabkan air di septic
tank terserap oleh tanah juga mempengaruhi sumber air minum yang
akan di ambil untuk diolah oleh masyarakat sebagai konsumsi sehari-
hari
d. Ketersediaan jamban
Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
yang memiliki anak balita yang berjumlah 87 orang. Berdasarkan
tabel 5.3 menunjukan bahwa ketersediaan jamban di Rt 03 dan Rt 04
memiliki ketersediaan jamban yang baik sebanyak 46 responden
(52.9%), sedangkan yang memiliki ketersediaan jamban yang buruk
sebanyak 41 responden (47.1%). Menurut laporan SDKI 2007 dapat
diketahui bahwa persentase diare lebih rendah pada anak yang
tinggal di rumah dengan fasilitas kakus sendiri dibandingkan dengan
yang tidak memiliki kakus. Seperti yang diprediksi prevalensi diare
paling tinggi terjadi pada anak yang tinggal di rumah tanpa akses air
bersih dan yang memakai fasilitas kakus di sungai/kolam/danau
(18,4%).
63
kurang baik yang dapat menimbulkan penyakit diare. Penggunaan
jamban secara bersamaan dan dengan fasilitas seadanya juga dapat
mnimbulkan penyakit diare karena kondisi jamban yang kotor dan
bau.
e. Personal hygiene
Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
yang memiliki anak balita yang berjumlah 87 orang. Berdasarkan
tabel 5.4 menunjukan bahwa personal hygiene di Rt 03 dan Rt 04
memiliki personal hygiene yang baik sebanyak 45 responden
(51.7%), sedangkan yang memiliki personal hygiene yang buruk
sebanyak 42 responden (48.3%). Laporan Subdit Pengendalian Diare
dan Infeksi Saluran Pencernaan mengatakan bahwa KLB diare masih
sering terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang banyak.
64
diatara ibu-ibu yang kurang peduli terhadap kebersihan diri anaknya,
sehingga dapat berakibat buruk terhadap kesehatan anak.
f. Pembuangan sampah
Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
yang memiliki anak balita yang berjumlah 87 orang. Berdasarkan
tabel 5.5 menunjukan bahwa pembuangan sampah di Rt 03 dan Rt
04 memiliki pembuangan sampah yang baik sebanyak 52 responden
(59.8%), sedangkan yang memiliki pembuangan sampah yang buruk
sebanyak 35 responden (40.2%). Terjaminnya kebersihan lingkungan
pemukiman dari sampah juga tergantung pada pengumpulan sampah
yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah atau oleh pengurus
kampung atau pihak pengelola apabila dikelola oleh suatu real estate
misalnya.
g. Diare
Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
yang memiliki anak balita yang berjumlah 87 orang. Berdasarkan
tabel 5.6 menunjukan bahwa kejadiaan diare di Rt 03 dan Rt 04
65
sebanyak 53 responden (60.9%), sedangkan yang tidak terjadi diare
sebanyak 34 responden (39.1%).
2. Interpretasi bivariat
a. Sumber air bersih dengan kejadian diare
Berdasarkan hasil analisis tabel 5.7 antara sumber air bersih dengan
kejadian diare diperoleh bahwa ada sebanyak 17 (40.5%) sumber air
bersih baik terjadi diare. Sedangkan diantara sumber air bersih yang
buruk, ada 36 (80.0%) yang terjadi diare. Hasil analisis uji statistik chi
square diperoleh p-value 0,005 (p-value < 0.05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sumber air
bersih dengan kejadian diare.
66
kabupaten humbang hasundutan. Hasil analisis bivariat menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara penyediaan air bersih (p =
0,016; RP = 1,849).
67
dengan kejadian diare sangat didukung dengan hasil yang signifikan
pada peneliti sebelumnya juga dan hasil yang didapat dari peneliti ini
juga menunjukan angka yang cukup tinggi dengan hasil 36 responden
(80%) sumber air bersih berpengaruh terhadap kejadian diare.
Persyaratan untuk penyediaan air bersih yang mengusahakan dari
sumur sendiri perlu memperhatikan kualitas air sumurnya dengan
selalu memperhatikan kontruksi sumur, sumber pencemar dan cara
pengolahan sebelum dikonsumsi sehari-hari.
68
Hasil analisis penelitian yang dilakukan Kasman (2003) faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di puskesmas air
dingin kecamatan koto tengan kota padang sumatera barat tahun 2003.
Dilakukan penelitian observasional analitik dengan desain cross
sectional, diambil sampel sebanyak 207 balita dengan teknik multi
stage sampling. Dari penelitian ada hubungan yang signifikan
penyediaan air bersih (p=0,000).
69
kerja puskesmas matiti kecamatan doloksanggul kabupaten humbang
hasundutan. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan
desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
anak balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Matiti dan
sampelnya diambil secara purposive yaitu seluruh anak balita yang
tinggal di Desa Bonanionan yang berjumlah 113 orang. Hasil analisis
bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan jamban (p = 0,016; RP = 1,877) dengan kejadian diare
pada anak balita.
Hasil analisis serupa yang dilakukan oleh Amzal (2003) dengan judul
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di
Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2003.
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan jamban (p=0,000).
70
Dari hasil yang didapat masyarakat yang memiliki ketersediaan
jamban yang baik sebanyak 17 (37.0%) menunjukan bahwa banyak
masyarakat yang peduli dan memiliki jamban yang baik, sehat dan
memenuhi syarat sehingga kejadian diare dapat dihindari. Hasil
ketersediaan jamban yang buruk sebanyak 36 (87.8%) menunjukan
bahwa banyak diantara masyarakat yang memiliki jamban yang tidak
sehat diantaranya seperti yang diuraikan oleh teori bahwa Masyarakat
urban di perkotaan yang tinggal di gang-gang sempit atau rumah-
rumah petak di Jakarta umumnya tidak mempunyai lahan besar untuk
membangun septic tank. Karena itu, mereka biasanya tak memiliki
jamban. Jika kemudian mereka memiliki sumur, umumnya tidak diberi
pembatas semen. Kala hujan tiba, kotoran yang ada di tanah terbawa
air hujan masuk ke dalam sumur, ini terjadi pada diwilayah tempat
penelitian dimana masyarakat yang tidak memiliki septic tank mereka
menggunakan sumur sebagai pengganti sumber air yang digunakan
untuk membersihkan jamban umumnya tidak diberi pembatas semen.
Kala hujan tiba, kotoran yang ada di tanah terbawa air hujan masuk ke
dalam sumur sehingga air yang di dalam sumur tercemar oleh limbah
dari septic tank tersebut.
71
anak balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Matiti dan
sampelnya diambil secara purposive yaitu seluruh anak balita yang
tinggal di Desa Bonanionan yang berjumlah 113 orang. Hasil analisis
bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara higiene
perorangan (p = 0,960; RP = 1,017).
72
pihak pemerintah atau oleh pengurus kampung atau pihak pengelola
apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya. Keberlanjutan dan
keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan
jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman. Sampah terutama
yang mudah membusuk (garbage) merupakan sumber makanan lalat
dan tikus. Lalat merupakan salah satu vektor penyakit terutama
penyakit saluran pencernaan seperti Thypus abdominalis, Cholera
Diare dan Dysentri (Hiswani, 2003).
A. Keterbatasan Penelitian
73
peneliti melakukan melakukan penelitian memerlukan beberapa waktu
untuk menyelesaikan penelitiannya. Terdapat kekurangan dari desain
cross sectional ini diantaranya adalah tidak dapat menentukan
hubungan variabel indipenden dan dependen berdasarkan perjalanan
waktu dan penelitian cross sectionsl memerlukan jumlah sampel yang
cukup besar, terutama jika jumlah variabel yang diteliti banyak.
74
BAB VII
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Dari tujuan penelitian ini ingin mengidentifikasi faktor-faktor sanitasi yang
mempengaruhi kejadian Diare di Rw 12 Rt 03 dan Rt 04 Puskesmas
Kelurahan Grogol Selatan tahun 2015. Maka di dapat bahwa dari faktor-
faktor yang muncul seperti sumber air bersih pengolahan air minum,
ketersediaan minum, hygiene perorangan, dan pembuangan sampah, oleh
karena itu semua faktor yang muncul ternyata memiliki pengaruh terhadap
kejadiaan diare
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran-saran
yang bermanfaat bagi para pihak terkait, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Ibu
Dari hasil penelitian ini didapatkan penyediaan air bersih, air minum,
ketersediaan jamban, higiene perorangan, dan pembuangan sampah
terhadap kejadian diare di wilayah Rt 03 dan 04 rata-rata buruk. Maka
dari itu diharapkan bagi ibu-ibu yang memiliki balita diharapkan
untuk peduli akan lingkungan sekitar dengan membuang sampah yang
baik dan benar, sering mencuci tangan sebelum menyuapi anak
makan, rajin untuk membersihkan jamban dengan menggunakan
pembersih jamban, dan mengunakan air yang matang untuk konsumsi
sehari-hari.
2. Bagi lingkungan Rt 03 dan Rt 04
Dari evaluasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lingkungan Rt
03 dan Rt 04 diharapkan kepada seluruh masyarakat agar menjaga
lingkungan dengan cara membuang sampah ditempat yang telah
disediakan, menggunakan jamban sehat dengan baik dan benar, dan
saling mengingatkan antar sesama masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat.
3. Peneliti
75
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan bagi penelitian
selanjutnya yang akan mengeksplorasi lebih jauh tentang faktor-faktor
sanitasi mengenai kejadian diare oleh karena itu, penelitian
disarankan:
a. Jumlah sampel pada penelitian harus ditambahkan.
b. Adanya variasi dalam kriteria inklusi pada sampel.
c. Variabel-variabel yang mempengaruhi diare ditambahkan untuk
diteliti.
d. Menambah faktor-faktor yang ada di dalam sanitasi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
76
Athena Anwar. 2012. pengaruh akses penyediaan air bersih terhadap
kejadian diare pada balita (analisis lanjut riskesdas 2007).
http://grey.litbang.depkes.go.id/ tanggal 19 februari 2015.
Budi Sutomo, S.Pd & Dr. Dwi Yanti Anggraini. 2010. Menu Sehat
Alami untuk Batita dan Balita : Demedia.
http://eprints.undip.ac.id/38784/1/4375.pdf
77
Hiswani, Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat
Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf. USU Digital
Library, Universitas Sumatera Utara. 2003
http://karantina.deptan.go.id/hukum/file/diare.pdf . Tanggal 8
november 2014
78
Suharyono. 2008. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik Cetakan Kedua.
Rineka Cipta. Jakarta
79
80