Prescil Paru Asma
Prescil Paru Asma
Diajukan kepada:
dr. Indah Rahmawati, Sp.P
Disusun oleh:
Dhuhita Ghassanizada
G4A018034
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
ASMA ALERGI INTERMITTEN
Disusun oleh:
Dhuhita Ghassanizada
G4A018034
Pembimbing,
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Sadim Sudiarto
Usia : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Alamat : Pekajen RT/RW 01/01
No. CM : 00317112
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Paru RSMS dengan keluhan sesak nafas.
Sesak nafas dirasakan sejak 20 tahun yang lalu. Sesak nafas yang sangat
hebat muncul apabila pasien kelelahan. Sesak nafas dirasakan nafasnya
berbunyi ngik-ngik. Apabaila sesaknya kambuh, sesak dirasakan terus
menerus. Sesak biasanya muncul satu bulan hanya 2-3 kali, namun dengan
keparahan yang lebih rendah daripada saat serangan. Keluhan lebih sering
muncul saat malam hari. Pasien mengaku selama sakit asma, serangan
muncul sudah 11 kali. Pasien mengakui adanya suara ngik ngik ketika
sesak nafas. Keluhan membaik jika pasien menggunakan obat hisap dan
berbaring agak tinggi, keluhan memberat apabila pasien sambil tiduran
dan beraktifitas.
Pasien juga mengeluhkan batuk yang tidak berdahak dan dada berat
jika sesaknya muncul. Pasien menyangkal adanya batuk darah maupun
nyeri dada. Keluhan demam, penurunan berat badan, dan keringat dingin
disangkal oleh pasien. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riw. Trauma (-)
b. Riw. Alergi (-)
c. Riw. Hipertensi (-)
d. Riw. Jantung (-)
e. Riw. DM (-)
f. Riw. kolesterol (-)
g. Riw. Paru (+) asma
h. Riw. Hipotiroid (-)
i. Riwayat operasi (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala : Mesochepal
Rambut : Warna hitam, mudah rontok (-), facies colerica
Wajah : (-)
Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-), lagoftalmus (-)
Konjunctiva : Anemis (-/-), SI (-/-), produksi air mata (+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor Ø 3 mm
Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-),
pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-),
rinore (-/-)
Pemeriksaan Mulut : Bibir kering (-), tepi hiperemis (-), bibir
sianosis (-), lidah kotor (-), tremor (-), ikterik (-
), sariawan (-), dingin posterior faring
hiperemis
Pemeriksaan Leher
Trakea : Deviasi trakea (-)
Kel. Limfonodi : Tidak membesar, nyeri tekan (-)
Status Lokalis
Paru-Paru
Inspeksi : Tidak terdapat ketinggalan gerak, retraksi -
Palpasi : Vocal fremitus apex sinistra sama dengan apex dextra
Perkusi : Sonor pada hemithorax dekstra dan sinistra
Auskultasi : SD vesikuler +/+, Ronkhi basah kasar -/-, Ronkhi basah
halus -/-, Wheezing +/+
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI 2 jari medial LMCS, kuat
angkat (+)
Perkusi : Batas Jantung
Kanan atas : SIC II LPSD
Kiri atas : SIC II LPSS
Kanan bawah : SIC VI LPSD
Kiri bawah : SIC VI, 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Ekskremitas
Edema : -/- // -/-
Sianosis : -/- // -/-
Ikterik : -/- // -/-
Akral : Hangat
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Foto Thoraks tanggal 28 Oktober 2018
Pemeriksaan X-Foto Thorax PA
Trachea di tengah
Cor : CTR < 50%
Bentuk dan letak jantung normal
Pulmo : Tak tampak bercak pada kedua lapangan paru
Diafragma kanan kiri intak
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Sistema tulang yang tervisualisasi intak
Kesan :
Cor tak membesar
Pulmo dalam batas normal
E. DIAGNOSIS
1. Asma akut ringan pada asma intermitten
F. TATALAKSANA
1. Farmakologis
Kodein tab 10 mg 3x1
Tabas syr 3x1C
Seretide diskus 250 mcg 2x sehari 1 hisap pagi dan sore
2. Non Farmakologis
a. Edukasi pasien mengenai penyakit, pengobatan dan cara
pencagahannya
3. Monitoring
a. Keadaan umum dan kesadaran
b. Tanda vital
c. Evaluasi klinis
- Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
yang timbul (cek fungsi hepar, ginjal, dan pemeriksaan gula darah)
- Evaluasi klinis meliputi keluhan, pemeriksaan fisik, dan perbaikan
KU.
d. Evaluasi komplikasi penyakit dan efek samping obat
- Periksa fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin)
- Periksa fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat)
- Pemeriksaan visus
- Pemeriksaan keseimbangan dan pendengaran
G. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungtional : Dubia
Ad sanationam : Dubia
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Asma
1. Definisi
Asma adalah penyakit heterogen, yg biasanya ditandai dengan
inflamasi kronik saluran pernapasan. Dapat ditentukan dengan riwayat
tanda-tanda seperti mengi, napas yang pendek dan dapat disertai batuk
yang dapat bervariasi waktu, intensitas dan derajat hambatan jalan
napasnya (GINA, 2018)
Patofisiologi Asma
Faktor risiko asma :
Faktor risiko terjadinya asma merupakan interaksi antara faktor
host dan faktor lingkungan.
Faktor host :
a. Predisposisi genetic asma
b. Riwayat alergi
c. Hipereaktifitas bronkus
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
Faktor lingkungan :
a. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan/predisposisi
asma untuk berkembang menjadi asma :
1) Allergen di dalam maupun luar ruangan seperti allergen binatang,
kecoa, jamur, serbung sari.
2) Sensitisasi lingkungan kerja
3) Asap rokok
4) Polusi udara diluar maupun di dalam ruangan
5) Infeksi pernapasan (virus)
6) Diet
7) Obesitas
b. Faktor lingkungan yang menyebabkan eksaserbasi dan/atau
menyebabkan gejala asma menetap :
1) Allergen di dalam maupun di luar ruangan
2) Polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
3) Infeksi pernapasan
4) Olahraga dan hiperventilasi
5) Perubahan cuaca
6) Makanan, additive (pengawet, penyedap, pewarna makanan)
7) Obat-obatan, seperti asetil salisilat
8) Ekspresi emosi yang berlebihan
9) Asap rokok
10) Iritan lain seperti parfum dan bau-bauan yang merangsang
3. Diagnosis
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodic, gejala
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variability yang
berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan
diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan fisik dan pengukuran faal paru
terutama reversibility kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik.
a. Riwayat penyakit/gejala :
1) Bersifat episodik, seringkali reversible dengan atau tanpa
pengobatan
2) Gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
3) Gejala timbul/memburuk terutama di malam hari
4) Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
5) Respons terhadap pemberian bronkodilator
6) Perlu dipertimbangkat riwayat penyakit : riwayat atopi, riwayat
keluarga atopi, penyakti lain yang memberatkan dan
perkembangan penyakitnya
b. Pemeriksaan fisik :
4. Klasifikasi
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit
dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat
penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan
jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan.
Berat penyakit asma diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis
sebelum pengobatan dimulai (tabel 1).
Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan; dan
pengobatan yang telah berlangsung seringkali tidak adekuat. Dipahami
pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena
itu penilaian berat asma pada penderita dalam pengobatan juga harus
mempertimbangkan pengobatan itu sendiri. Tabel 2 menunjukkan
bagaimana melakukan penilaian berat asma pada penderita yang sudah
dalam pengobatan. Bila pengobatan yang sedang dijalani sesuai dengan
gambaran klinis yang ada, maka derajat berat asma naik satu tingkat.
Contoh seorang penderita dalam pengobatan asma persisten sedang
dan gambaran klinis sesuai asma persisten sedang, maka sebenarnya berat
asma penderita tersebut adalah asma persisten berat. Demikian pula
dengan asma persisten ringan. Akan tetapi berbeda dengan asma persisten
berat dan asma intemiten (lihat tabel 2). Penderita yang gambaran klinis
menunjukkan asma persisten berat maka jenis pengobatan apapun yang
sedang dijalani tidak mempengaruhi penilaian berat asma, dengan kata lain
penderita tersebut tetap asma persisten berat. Demikian pula penderita
dengan gambaran klinis asma intermiten yang mendapat pengobatan
sesuai dengan asma intermiten, maka derajat asma adalah intermiten.
Farmakologis
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
a. Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :
1) Kortikosteroid inhalasi
2) Kortikosteroid sistemik
3) Sodium kromoglikat
4) Nedokromil sodium
5) Metilsantin
6) Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
7) Agonis beta-2 kerja lama, oral
8) Leukotrien modifiers
9) Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
10) Lain-lain
2) Kortikosteroid sistemik
Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan
bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai,
penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain.
Metilprednisolone dosis 4 mg memiliki fungsi sebagai
antiinflamasi yang juga digunakan untuk terapi asma akibat
inflamasi jalan nafas (Sweetman, 2009).
3) Antikolinergik
4) Xantin
Metilxantin (teofilin, garamnya yang mudah larut dan turunannya)
akan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh
darah pulmonal, merangsang SSP, menginduksi diuresis,
meningkatkan sekresi asam lambung, menurunkan tekanan sfinkter
esofageal bawah dan menghambat kontraksi uterus. Teofilin juga
merupakan stimulan pusat pernafasan. Aminofilin mempunyai efek
kuat pada kontraktilitas diafragma pada orang sehat dan dengan
demikian mampu menurunkan kelelahan serta memperbaiki
kontraktilitas pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran
pernapasan kronik.
Efek samping penggunaan aminofiin antara gelisah, sakit kepala,
gangguan tidur dan berdebar-debar. Interaksi aminofillin dengan
obat-obat seperti ciprofoxacin, eritromisin, cimetidine, propanolol
dapat memperlambat pembuangan aminofillin dan meningkatkan
efek samping.
5) Adrenalin