BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3. Tujuan .........................................................................................................2
BAB II
Pembahasan
2.1. Proses Pemecahan Masalah ........................................................................3
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi ............................................................7
2.3. Teknik Sumbangsaran .................................................................................8
BAB III
Penutup
3.1. Simpulan ...................................................................................................10
3.2. Saran .........................................................................................................10
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penyelesaian masalah?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyelesaian masalah?
3. Apa yang dimaksud dengan Teknik Sumbangsaran dan
Bagaimana tahap pelaksanaannya?
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami proses pemecahan masalah yang meliputi
Penafsiran Masalah, dan Strategi Penyelesaian Masalah
2. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pemecahan masalah yang meliputi Hasil Belajar Sebelumnya, dan
Derajat Kewaspadaan
3. Untuk memahami Teknik Sumbangsaran dan pelaksanaanya
2
BAB II
Pembahasan
2.1 Proses Pemecahan Masalah
a. Penafsiran Masalah
Tahap pertama dari pemecahan masalah adalah penafsiran
masalah, yang berarti menafsirkan atau mendefinisikan masalah. Hal ini
menarik bagi kita untuk melangkah ke depan dan mencoba memecahkan
suatu masalah hanya berdasarkan hal-hal yang sebagaimana disajikan,
meski impuls ini sering memandu atau memberi petunjuk kita untuk
pemecahan masalah yang kurang baik.
Aspek lain dari penafsiran masalah adalah memutuskan kelas mana
atau kategori mana dari suatu masalah. Kategorisasi yang layak terhadap
suatu masalah tertentu dapat menyediakan petunjuk tentang bagaimana
memecahkannya. Kenyataannya, sekali suatu masalah yang mudah di
kategorikan, maka pemecahan masalah akan menjadi semakin mudah.
Seringkali seseorang terlihat memiliki suatu ketangkasan untuk
memecahkan masalah tertentu, yang sebenarnya hanya karena terampil
dalam menafsirkan dan menggambarkannya dalam cara yang lebih efektif.
Sebagai contoh seorang pemain catur dapat dengan mudah
mengkategorikan suatu situasi permainan baru dengan membandingkan
beragam situasi standar yang disimpan dalam ingatan jangka panjangnya.
Atau seorang pelatih sepak bola yang bisa dengan mudah dan cepat
mengenali bahwa suatu situasi tertentu dalam menghadapi suatu jenis
pertahanan tertentu. Ia telah menafsirkan permainan dengan istilah-istilah
kategori yang sudah dikenal. Peristiwa ini terjadi dalam pemusatan
kemampuan untuk membayangkan dan mengkategorikan kedalam suatu
cara pemecahan masalah menjadi lebih cepat dan efektif (Mayer dalam
Morris, 1990)
3
pemecahan masalah sesungguhnya, peserta didik harus menarik sejumlah
kecakapan dan pengetahuan mereka sebelumnya, kemudian memadukan
itu semua dalam suatu cara baru untuk tiba pada suatu penyelesaian. Untuk
itu, diperlukan berbagai strategi yang dapat membantu mereka dalam
memecahkan masalah.
Berikut ini akan disajikan beberapa strategi pemecahan masalah
yang sering digunakan.
1. Trial and Error
Salah satu kemungkinan strategi pemecahan masalah
adalah trial and error sederhana. Akan tetapi strategi ini biasanya
akan menghabiskan waktu lama sampai kemudian muncul
pemecahan masalahnya. Dengan cara ini banyak masalah dapat
pula justru tidak dapat terpecahkan secara sempurna.
Untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit, perlu
untuk memiliki beberapa strategi selain trial and error. Strategi
yang ada seharusnya dijadikan pijakan pada pengkategorian dan
penggambaran yang akurat dari suatu masalah. Tetapi hal ini juga
harus melalui perhitungan batas ingatan jangka pendek. Kita harus
dapat menyelamatkan informasi dan pekerjaan kita tanpa harus
dibatasi oleh ruang kerja yang terlalu sumpek penuh dengan
ingatan jangka pendek. Dengan cara ini kita akan dapat
menggunakan strategi lain selain trial and error.
2. Informational Retrieval (mendapatkan kembali informasi)
Informational Retrieval adalah suatu pilihan penting ketika
suatu pemecahan masalah harus ditemukan dengan cepat. Sebagai
contoh seorang pilot dapat mengingat dengan cepat mengenai hal-
hal yang dibutuhkan untuk menerbangkan maupun mendaratkan
pesawat. Ketika seorang pilot membutuhkan informasi, maka ia
tidak punya cukup waktu untuk duduk dan menghitung jawaban
benar karena waktu adalah hal yang esensial. Oleh karena itu ia
gunakan ingatan jangka panjang untuk suatu jawaban segera. Cara
ygn digunakan inilah merupakan suatu informational retrieval.
4
3. Algoritma
Semakin kompleks suatu masalah tentu membutuhkan
metode yang semakin kompleks pula. Dalam beberapa kasus kita
dapat menggunakan algoritma. Algoritma adalah metode
pemecahan masalah yang menjamin suatu pemecahan masalah jika
tersedia kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkannya.
Sebagai contohnya adalah untuk memindahkan suhu Fahrenheit ke
Celcius maka kita dapat menggunakan rumus = 5/9 x (F-32).
Formula ini sebagaimana halnya formula yang lain merupakan
suatu algoritma.
4. Heuristic
Banyak masalah yang dapat kita temukan sehari-hari yang
tidak dapat begitu saja dapat dipecahkan dengan algoritma. Pada
bagian ini kita akan belajar menggunakan strategi lain yang disebut
dengan heuristic. Heuristic adalah suatu hukum yang terutama
membantu kita untuk menyederhanakan masalah. Metode ini meski
tidak menjamin suatu pemecahan masalah, tetapi akan mencoba
atau berusaha untuk mencapainya. Suatu metode Heuristic
mungkin hanya dapat bekerja dengan baik untuk situasi tertentu,
sementara metode yang lain mungkin hanya digunakan untuk
tujuan-tujuan khusus. Akan tetapi, metode Heuristic secara umum
dapat digunakan untuk masalah-masalah manusia yang lebih luas.
Berikut ini akan disajikan empat buah metode Heuristic
yang sudah dikenal, yaitu: Hill climbing, Subgoals, Mean-end
analysis, dan Working backward.
Hill climbing adalah metode Heuristic yang paling
sederhana. Prosesnya adalah bergerak secara kontinyu untuk lebih
dekat dengan tujuan akhir kita tanpa menyimpang atau mundur
kebelakang. Misalnya dalam menjawab soal pilihan ganda, anda
dapat menggunakkan strategi untuk menjawab pertanyaan dengan
cara menghindari alternatif-alternatif jawaban yang memang benar-
benar tidak tepat. Bahkan bila ada tidak tertunda dengan cara ini,
5
maka anda sebenarnya sudah semakin dekat dengan pemecahan
masalah.
Subgoals adalah metode pemecahan suatu masalah dengan
cara menjadikannya menjadi lebih kecil, menjadi potongan-
potongan atau bagian-bagian, dimana masing-masing bagian
tersebut bertujuan untuk mempermudah pemecahan. Pembagian
masalah menjadi potongan-potongan ini dilakukan karena
dirasakan lebih mudah ketimbang masih menjadi satu kesatuan.
Contohnya, ketika seorang mahasiswa sejarah harus
menghadapi tugas membuat makalah. Ia dapat membuatnya
dengan cara subgoals, yaitu dengan menjabarkan pekerjaan dalam
suatu rangkaian dari tugas-tugas yang tebagi-bagi menjadi
beberapa bagian seperti memilih topik, melakukan penelitian,
menyiapkan outline, menuliskan laporan sementara, editing, revisi,
dan sebagainya. Subgoals membuat suatu pemecahan masalah
menjadi terkendali, karena memberi kebebabsan agar kita menjadi
lebih dekat dan lebih mengendalikan tujuan.
Mean-end analysis adalah merupakan metode kombinasi
dari Hill climbing dengan Subgoals, yang melibatkan analisa
perbedaan diantara situasi yang sedang terjadi dengan tujuan akhir,
kemudian melakukan sesuatu dengan tujuan mengurangi jarak
diantara keduanya. Mean-end analysis bergerak secara hati-hati
melalui Subgoals dari satu langkah lainnya dan seperti Hill-
climbing yang selalu melihat kedepan perhatian yang senantiasa
kita arahkan kedepan, seringkali membantu kita terlempar jauh dari
tujuan semula. Akan tetapi kita dapat sedikit mengabaikan Hill-
climbing, karena strategi ini untuk sementara waktu
memperbolehkan kita untuk memandang kebelakang apabila hal itu
benar-benar diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Working backward. Salah satu metode yang terlihat amat
singkat (Bourne dkk. dalam Morris, 1990). Dengan strategi ini,
pencarian untuk solusi dimulai dari suatu tujuan dan kemudian
6
bekerja mundur kebelakang (backward) terhadap hal-hal yang
sudah ada metode ini sering digunakan ketika suatu tujuan ternyata
memiliki banyak informasi serta operasi-operasinya dapat bekerja
dengan baik, baik kedepan maupun kebelakang. Sebagai contoh,
jika kita ingin membelanjakan uang Rp 200.000, - untuk membeli
pakaian, maka akan terlalu sulit bila kita kemudian disuruh
membeli beberapa potong pakaian dan berharap dapat
menggunakan semua uang tersebut tepat Rp 200.000, - sekaligus.
Strategi yang lebih baik dipakai adalah dengan cara
membelanjakan satu potong pakaian lebih dahulu, sehingga kia
dapat mengurangi uang kita dengan harga pakaian tersebut untuk
menentukan berapa sisa uang yang kita miliki. Kemudian kita beli
lagi satu potong pakaian yang kedua, kurangi jumlah uang yang
kita miliki sebelumnya dengan harga pakaian, begitu seterusnya
sampai akhirnya kita dapat menghabiskan semua uang sebesar Rp
200.000, - tersebut.
7
perangsangan terlebih dahulu. Perangsangan itu antara lain adalah
pemusatan perhatian, emosi, kebutuhan, dan alasan-alasan lainnya.
8
3) Gagasan sebanyak mungkin. Dalam konteks ini, dikenal asas
(quantity breeds quality), yaitu semakin banyak gagasan yang
dimunculkan, maka semakin besar kemungkinan adanya gagasan
yang berkualitas dan efektif dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi. Munandar mengemukakan bahwa gagasan yang
baik biasanya muncul bukan pada saat-saat awal dalam tahap
pemberian gagasan. Dengan demikian, ada kesempatan bagi pikiran
kita untuk mengembara, mencari kemungkinan gagasan lebih jauh
untuk memunculkan gagasan orisinal dan kreatif.
4) Kombinasi dan peningkatan gagasan. Dalam teknik sumbang saran
gagasan yang muncul dari satu individu tidak jarang merupakan
penjabaran atau pengembangan dari gagasan individu lainnya.
Dengan demikian, teknik sumbang saran memberikan peluang yang
lebih besar bagi munculnya gagasan-gagasan terbaik.
9
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10
Daftar Pustaka
Riyanti, B.P Dwi, Prabowo, Hendro, Puspitawati, Ira. 1996. Psikologi Umum I.
Jakarta: Gunadarma.
Morris, C.G. 1990. Psychology: An Introduction. Edisi VII. New Jersey: Prentice
Hall International Inc.
11