Anda di halaman 1dari 12

Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3. Tujuan .........................................................................................................2

BAB II
Pembahasan
2.1. Proses Pemecahan Masalah ........................................................................3
2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi ............................................................7
2.3. Teknik Sumbangsaran .................................................................................8

BAB III
Penutup
3.1. Simpulan ...................................................................................................10
3.2. Saran .........................................................................................................10

Daftar Pustaka ........................................................................................................11


BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku
manusia dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih
muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari
ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia
(psyche = jiwa; logos = ilmu pengetahuan). Pada pokoknya, psikologi itu
menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir,
belajar, menanggapi, mencinta, membenci, dan lain-lain. Macam-macam
kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
pengenalan atau kognisi, perasaan atau emosi, kemauan atau konasi,
gejala campuran.
Seperti yang kita ketahui, setiap orang, kelompok, dan organisasi
pasti selalu dihadapka pada masalah masalah baik untuk perbaikan,
peningkatan kinerja atau mencari peluang baru. Masalh yang sama sering
kali di selesaikan dengan solusi yang berbeda karena situasi yang semakin
dinamis.
Hal ini membutuhkan kretivitas dalam menemukan solusi
pemecahan masalah yang tepat. Kunci utama dari kreativitas adalah
kemampuan dalam menggali ide ide, metode lain dan pendekatan
alternatif untuk mencapai pemecahan masalah yang efektif dan efisien.
Proses berfikir adalah kecakapan menjalankan akal, menjalankan
proses pemikiran /kemahiran berpikir. Pemecahan masalah secara kreatif
artinya dapat mengatasi problema dengan mendayagunakan akalnya
secara benar. Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul
apaabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan keadaan
yang lain dalam rangka mencapai tujuan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penyelesaian masalah?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyelesaian masalah?
3. Apa yang dimaksud dengan Teknik Sumbangsaran dan
Bagaimana tahap pelaksanaannya?
1.3. Tujuan
1. Untuk memahami proses pemecahan masalah yang meliputi
Penafsiran Masalah, dan Strategi Penyelesaian Masalah
2. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pemecahan masalah yang meliputi Hasil Belajar Sebelumnya, dan
Derajat Kewaspadaan
3. Untuk memahami Teknik Sumbangsaran dan pelaksanaanya

2
BAB II
Pembahasan
2.1 Proses Pemecahan Masalah
a. Penafsiran Masalah
Tahap pertama dari pemecahan masalah adalah penafsiran
masalah, yang berarti menafsirkan atau mendefinisikan masalah. Hal ini
menarik bagi kita untuk melangkah ke depan dan mencoba memecahkan
suatu masalah hanya berdasarkan hal-hal yang sebagaimana disajikan,
meski impuls ini sering memandu atau memberi petunjuk kita untuk
pemecahan masalah yang kurang baik.
Aspek lain dari penafsiran masalah adalah memutuskan kelas mana
atau kategori mana dari suatu masalah. Kategorisasi yang layak terhadap
suatu masalah tertentu dapat menyediakan petunjuk tentang bagaimana
memecahkannya. Kenyataannya, sekali suatu masalah yang mudah di
kategorikan, maka pemecahan masalah akan menjadi semakin mudah.
Seringkali seseorang terlihat memiliki suatu ketangkasan untuk
memecahkan masalah tertentu, yang sebenarnya hanya karena terampil
dalam menafsirkan dan menggambarkannya dalam cara yang lebih efektif.
Sebagai contoh seorang pemain catur dapat dengan mudah
mengkategorikan suatu situasi permainan baru dengan membandingkan
beragam situasi standar yang disimpan dalam ingatan jangka panjangnya.
Atau seorang pelatih sepak bola yang bisa dengan mudah dan cepat
mengenali bahwa suatu situasi tertentu dalam menghadapi suatu jenis
pertahanan tertentu. Ia telah menafsirkan permainan dengan istilah-istilah
kategori yang sudah dikenal. Peristiwa ini terjadi dalam pemusatan
kemampuan untuk membayangkan dan mengkategorikan kedalam suatu
cara pemecahan masalah menjadi lebih cepat dan efektif (Mayer dalam
Morris, 1990)

b. Strategi Pemecahan Masalah


Sebuah persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan
itu dapat diselesaikan dengan prosedur algoritme tertentu. Untuk

3
pemecahan masalah sesungguhnya, peserta didik harus menarik sejumlah
kecakapan dan pengetahuan mereka sebelumnya, kemudian memadukan
itu semua dalam suatu cara baru untuk tiba pada suatu penyelesaian. Untuk
itu, diperlukan berbagai strategi yang dapat membantu mereka dalam
memecahkan masalah.
Berikut ini akan disajikan beberapa strategi pemecahan masalah
yang sering digunakan.
1. Trial and Error
Salah satu kemungkinan strategi pemecahan masalah
adalah trial and error sederhana. Akan tetapi strategi ini biasanya
akan menghabiskan waktu lama sampai kemudian muncul
pemecahan masalahnya. Dengan cara ini banyak masalah dapat
pula justru tidak dapat terpecahkan secara sempurna.
Untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit, perlu
untuk memiliki beberapa strategi selain trial and error. Strategi
yang ada seharusnya dijadikan pijakan pada pengkategorian dan
penggambaran yang akurat dari suatu masalah. Tetapi hal ini juga
harus melalui perhitungan batas ingatan jangka pendek. Kita harus
dapat menyelamatkan informasi dan pekerjaan kita tanpa harus
dibatasi oleh ruang kerja yang terlalu sumpek penuh dengan
ingatan jangka pendek. Dengan cara ini kita akan dapat
menggunakan strategi lain selain trial and error.
2. Informational Retrieval (mendapatkan kembali informasi)
Informational Retrieval adalah suatu pilihan penting ketika
suatu pemecahan masalah harus ditemukan dengan cepat. Sebagai
contoh seorang pilot dapat mengingat dengan cepat mengenai hal-
hal yang dibutuhkan untuk menerbangkan maupun mendaratkan
pesawat. Ketika seorang pilot membutuhkan informasi, maka ia
tidak punya cukup waktu untuk duduk dan menghitung jawaban
benar karena waktu adalah hal yang esensial. Oleh karena itu ia
gunakan ingatan jangka panjang untuk suatu jawaban segera. Cara
ygn digunakan inilah merupakan suatu informational retrieval.

4
3. Algoritma
Semakin kompleks suatu masalah tentu membutuhkan
metode yang semakin kompleks pula. Dalam beberapa kasus kita
dapat menggunakan algoritma. Algoritma adalah metode
pemecahan masalah yang menjamin suatu pemecahan masalah jika
tersedia kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkannya.
Sebagai contohnya adalah untuk memindahkan suhu Fahrenheit ke
Celcius maka kita dapat menggunakan rumus = 5/9 x (F-32).
Formula ini sebagaimana halnya formula yang lain merupakan
suatu algoritma.
4. Heuristic
Banyak masalah yang dapat kita temukan sehari-hari yang
tidak dapat begitu saja dapat dipecahkan dengan algoritma. Pada
bagian ini kita akan belajar menggunakan strategi lain yang disebut
dengan heuristic. Heuristic adalah suatu hukum yang terutama
membantu kita untuk menyederhanakan masalah. Metode ini meski
tidak menjamin suatu pemecahan masalah, tetapi akan mencoba
atau berusaha untuk mencapainya. Suatu metode Heuristic
mungkin hanya dapat bekerja dengan baik untuk situasi tertentu,
sementara metode yang lain mungkin hanya digunakan untuk
tujuan-tujuan khusus. Akan tetapi, metode Heuristic secara umum
dapat digunakan untuk masalah-masalah manusia yang lebih luas.
Berikut ini akan disajikan empat buah metode Heuristic
yang sudah dikenal, yaitu: Hill climbing, Subgoals, Mean-end
analysis, dan Working backward.
Hill climbing adalah metode Heuristic yang paling
sederhana. Prosesnya adalah bergerak secara kontinyu untuk lebih
dekat dengan tujuan akhir kita tanpa menyimpang atau mundur
kebelakang. Misalnya dalam menjawab soal pilihan ganda, anda
dapat menggunakkan strategi untuk menjawab pertanyaan dengan
cara menghindari alternatif-alternatif jawaban yang memang benar-
benar tidak tepat. Bahkan bila ada tidak tertunda dengan cara ini,

5
maka anda sebenarnya sudah semakin dekat dengan pemecahan
masalah.
Subgoals adalah metode pemecahan suatu masalah dengan
cara menjadikannya menjadi lebih kecil, menjadi potongan-
potongan atau bagian-bagian, dimana masing-masing bagian
tersebut bertujuan untuk mempermudah pemecahan. Pembagian
masalah menjadi potongan-potongan ini dilakukan karena
dirasakan lebih mudah ketimbang masih menjadi satu kesatuan.
Contohnya, ketika seorang mahasiswa sejarah harus
menghadapi tugas membuat makalah. Ia dapat membuatnya
dengan cara subgoals, yaitu dengan menjabarkan pekerjaan dalam
suatu rangkaian dari tugas-tugas yang tebagi-bagi menjadi
beberapa bagian seperti memilih topik, melakukan penelitian,
menyiapkan outline, menuliskan laporan sementara, editing, revisi,
dan sebagainya. Subgoals membuat suatu pemecahan masalah
menjadi terkendali, karena memberi kebebabsan agar kita menjadi
lebih dekat dan lebih mengendalikan tujuan.
Mean-end analysis adalah merupakan metode kombinasi
dari Hill climbing dengan Subgoals, yang melibatkan analisa
perbedaan diantara situasi yang sedang terjadi dengan tujuan akhir,
kemudian melakukan sesuatu dengan tujuan mengurangi jarak
diantara keduanya. Mean-end analysis bergerak secara hati-hati
melalui Subgoals dari satu langkah lainnya dan seperti Hill-
climbing yang selalu melihat kedepan perhatian yang senantiasa
kita arahkan kedepan, seringkali membantu kita terlempar jauh dari
tujuan semula. Akan tetapi kita dapat sedikit mengabaikan Hill-
climbing, karena strategi ini untuk sementara waktu
memperbolehkan kita untuk memandang kebelakang apabila hal itu
benar-benar diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Working backward. Salah satu metode yang terlihat amat
singkat (Bourne dkk. dalam Morris, 1990). Dengan strategi ini,
pencarian untuk solusi dimulai dari suatu tujuan dan kemudian

6
bekerja mundur kebelakang (backward) terhadap hal-hal yang
sudah ada metode ini sering digunakan ketika suatu tujuan ternyata
memiliki banyak informasi serta operasi-operasinya dapat bekerja
dengan baik, baik kedepan maupun kebelakang. Sebagai contoh,
jika kita ingin membelanjakan uang Rp 200.000, - untuk membeli
pakaian, maka akan terlalu sulit bila kita kemudian disuruh
membeli beberapa potong pakaian dan berharap dapat
menggunakan semua uang tersebut tepat Rp 200.000, - sekaligus.
Strategi yang lebih baik dipakai adalah dengan cara
membelanjakan satu potong pakaian lebih dahulu, sehingga kia
dapat mengurangi uang kita dengan harga pakaian tersebut untuk
menentukan berapa sisa uang yang kita miliki. Kemudian kita beli
lagi satu potong pakaian yang kedua, kurangi jumlah uang yang
kita miliki sebelumnya dengan harga pakaian, begitu seterusnya
sampai akhirnya kita dapat menghabiskan semua uang sebesar Rp
200.000, - tersebut.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Menurut Davidoff (1988) terdapat dua faktor yang mempengaruhi
ketrampilan seseorang dalam memecahkan masalah, yaitu hasil belajar
sebelumnya dan derajat kewaspadaan.
Hasil Belajar Sebelumnya. Bila suatu pengalaman masa lalu
dapat membantu kita dalam memecahkan masalah pada saat ini, maka
peristiwa itu disebut transfer positif. Dalam transfer positif ini dikatakan
bahwa seorang indvidu pada masa lalunya telah membentuk semacam
perangkat belajar atau dapat dikatakan bahwa mereka mempelajari apa-apa
yang harus dipelajari.
Derajat Kewaspadaan (arousal). Dalam pemecahan masalah
seringkali juga membutuhkan adanya peranan dari Derajat Kewaspadaan
(arousal), karena dalam kehidupan sehari-hari kita dalam menghadapi
persoalan atau mempelajari sesuatu hal seringkali membutuhkan

7
perangsangan terlebih dahulu. Perangsangan itu antara lain adalah
pemusatan perhatian, emosi, kebutuhan, dan alasan-alasan lainnya.

2.3 Teknik Sumbangsaran


Teknik Sumbangsaran (brainstorming) yang dikembangkan oleh
Alex F. Osborn merupakan suatu teknik pemecahan masalah secara kreatif
yang terkenal berhasil guna dalam meghasilkan gagasan-gagasan yang
baru. Brainstorming merupakan teknik pemecahan masalah yang
menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan
kritik. Kegiatan tersebut mendorong timbulnya banyak gagasan, termasuk
gagasan yang menyimpang, liar, dan berani, dengan harapan bahwa
gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang baik dan kreatif.
Teknik ini cenderung menghasilkan gagasan baru yang orisinal untuk
menambah jumlah gagasan konvensional yang ada (Sulistiati,
2007). Osborn (Munandar, 1995:214) menentukan empat aturan dasar
dalam teknik sumbang sarang, yaitu:
1) Kritik tidak dibenarkan atau ditangguhkan. Asas pertama dari konsep
berpikir divergen adalah meniadakan sensor untuk kurun waktu
tertentu, karena hal tersebut dampak menghambat kelancaran proses
asosiasi. Hal ini dimaksudkan pula untuk mencegah terhambatnya
sintesis gagasan atau pemikiran yang muncul dari benak setiap
individu yang melakukan sumbang saran. Selain itu, kritik yang
diberikan terlalu cepat kepada setiap gagasan yang muncul dapat
menghambat kreatifitas karena kesempatan bagi munculnya gagasan
lain menjadi berkurang. Individu pun akan lebih selektif dalam
mensintesis suatu gagasan, sehingga jumlah gagasan yang muncul
menjadi berkurang.
2) Kebebasan dalam memberikan gagasan. Diperlukan iklim tertentu
agar seseorang merasa bebas dan nyaman dalam mensintesis suatu
gagasan. Apresiasi terhadap individu lain merupakan hal yang sangat
penting, terutama ketika individu yang bersangkutan
mengungkapkan suatu gagasan.

8
3) Gagasan sebanyak mungkin. Dalam konteks ini, dikenal asas
(quantity breeds quality), yaitu semakin banyak gagasan yang
dimunculkan, maka semakin besar kemungkinan adanya gagasan
yang berkualitas dan efektif dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi. Munandar mengemukakan bahwa gagasan yang
baik biasanya muncul bukan pada saat-saat awal dalam tahap
pemberian gagasan. Dengan demikian, ada kesempatan bagi pikiran
kita untuk mengembara, mencari kemungkinan gagasan lebih jauh
untuk memunculkan gagasan orisinal dan kreatif.
4) Kombinasi dan peningkatan gagasan. Dalam teknik sumbang saran
gagasan yang muncul dari satu individu tidak jarang merupakan
penjabaran atau pengembangan dari gagasan individu lainnya.
Dengan demikian, teknik sumbang saran memberikan peluang yang
lebih besar bagi munculnya gagasan-gagasan terbaik.

Teknik sumbang saran dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu:

1) Pertama-tama, salah seorang dari anggota kelompok dipilih menjadi


ketua kelompok yang bertugas mengemukakan atau memaparkan
masalah, memimpin sidang, dan mengawasi bahwa semua anggota
akan mendapat giliran untuk memberikan pendapatnya serta
memastikan tidak adanya kritik.
2) Tahap selanjutnya adalah membagikan kepada anggota daftar
sumbang saran yang telah diberikan oleh para anggota. Anggota
diminta untuk menambahkan ide-ide baru jika masih ada atau saran-
saran untuk implementasi solusi.
3) Daftar ide-ide yang telah dihasilkan kemudian dievaluasi (appraisal
for ideas). Tahap evaluasi ini dapat dilakukan bersama-sama atau
diserahkan pada beberapa anggota saja.

9
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Atas selesainya makalah mengenai proses berpikir dan pemecahan


masalah secara kreatif ini, penulis dapat menarik kesimpulan-kesimpulan seperti
berikut.

1. Unsur kreatif sangat diperlukan dalam proses berpikir untuk


menyelesaikan suatu masalah. Semakin kreatif seseorang, maka
semakin banyak alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif adalah
suatu cara berpikir di mana seseorang mencoba menemukan
hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru terhadap
masalah. Sementara, yang dimaksud dengan pemecahan masalah
secara kreatif adalah upaya pemecahan masalah dengan metode yang
efektif dan komperhensif.
2. Agar mampu berpikir secara kreatif dalam pemecahan masalah, pikiran
harus dioptimalkan pada beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahap-
tahap tersebut di antaranya adalah tahap preparasi, tahap inkubasi,
tahap iluminasi, tahap evaluasi, dan tahap revisi.

3.2 Saran

Kami sangat menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,


baik itu dari isi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik, saran, dan tanggapan dari para pembaca guna perbaikan
makalah yang akan datang.

10
Daftar Pustaka
Riyanti, B.P Dwi, Prabowo, Hendro, Puspitawati, Ira. 1996. Psikologi Umum I.
Jakarta: Gunadarma.

Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Offset.

Morris, C.G. 1990. Psychology: An Introduction. Edisi VII. New Jersey: Prentice
Hall International Inc.

Radhita, Tsara. 2018. Proses Berpikir Psikologi. (Online).


https://id.scribd.com/document/376851963/PROSES-BERPIKIR-PSIKOLOGI.
(20 April 2018)

11

Anda mungkin juga menyukai