PEMBELAJARAN
Disusun Oleh :
Hanni Fikriyah (1701035005)
Indah Dwi Rahayu (1701035006)
Medina Lindawati (1701035007)
Deni Septi Wulandari (1701035008)
Hana Hanifah (1701035009)
Sisilia Kamilah (1701035017)
Shofiyah Nurul Annisa (1701035018)
Lina Hanifah (1701035019)
Nurul Aziza (1701035023)
Siti Zahara (1701035025)
Arinal Haq (1701035028)
Khoirunnisa (1701035030)
Dosen Pembimbing:
Dr. Hj. Mugiarsih Chaeri, M.Psi
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jabatan guru adalah jabatan profesional yang menghendaki seorang guru harus
berkerja secara profesional. Dengan kata lain seorang guru bekerja dengan keahlian
dan kemampuannya untuk mengelola pembelajaran walaupun terdapat tantangan yang
harus dihadapi agar tercapai tujuan dari pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itulah,
kami mengangkat tentang “ Jabatan Profesional dan Tantangan Guru Dalam
Pembelajaran “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas makan pokok permasalahan yang
dibahas adalah memahami bagaimana jabatan profesional dan tantangan guru dalam
pembelajaran
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi
kependidikan dan memeberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang jabatan
profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar
berlangsung dengan baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tidak ada landasan yang sederhana dalam merumuskan landasan yang benar-
benar cocok dengan sasaran dalam pembelajaran. Untuk itu kita perlu landasan bagi
pengambilan putusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan
belajar yang efektif. Salah satu yang kita bisa lakukan adalah membentuk
pembelajaran yang efektif.
Ketiga pola tersebut adalah kategori yang mengelompokan sebagian besar metode
pengajaran dan pembelajaran. Namun kita tidak dapat mengunakan ketiga pola ini
dan metode-metode pembelajaran dengan sembarangan ketika merencanakan
program pengajaran. Menurut Uno ada beberapa hal yang menjadi alasannya
yaitu:
1. Dari pengetahauan tentang gaya belajar,baik metode kelompok maupun
metode mandiri harus di gunakan. Ada siswa dapat belajar mandiri, tetapi ada
juga sejumlah siswa lebih senang belajar dalam suasana dalam situasi
pengajaran yang beraturan dan terpimpin.
2. Kondisi dan asas belajar menyebabkan kita tanggap akan perlunya memilih
metode yang memberi peluang untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa
dalam segala kegiatan belajar
3. Jika kita siap menggunakan teknologi pengajaran yang baru
(tv,komputer,dll),penakaran biasanya di berikan kepada penyajian kelompok
atau pada kegiatan belajar mandiri. Kedua jenis penyajian ini tidak
memberikan kesempatan interaksi antar guru-siswa secara tatap muka.
4. Ada persoalan dalam keefesienan mengunakan waktu guru dan
siswa,sarana,serta peralatan. Untuk tujuan tertentu mungkin lebih efisien
apabila guru menyajikan informasi kepada seluruh kelas secara serempak
(dengan jumlah siswa berapa saja) daripada menguasai siswa mempelajari
bahan secara mandiri.
3
Menurut Uno secara keseluruhan,metode penyajian kelompok dan belajar
mandiri paling berhasil mencapai sasaran dalam ranah afektif dan psikomotor.
Lebih jauh, iya menjelaskan cara terbaik dan efektif dalam mencapai sasaran
afektif adalah melalui kerja kelompok.
Guru memiliki peran yyang sangat penting dalam menentukan kualitas dan
kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar
bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas,
penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan
karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar, maupun sikap dan
karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai
pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha
menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses
belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dnegan baik, dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak pelakaran dan menguasai tujuan-tujuan
pendidikan yang harus mereka capai.
Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses
belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mampu
belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan
kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang
menentukan keberhasilan belajar siswa, sebagi berikut :
William James (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama
yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor
yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Mengingat pentingnya minat dalam belajar, seorang tokoh pendidikan lain di
Belgia, yakni Ovide Decroly (1871-1932), mendasarkan sistem pendidikannya
pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki setiap orang, yaitu minat terhadap
makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah),
mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja sama
dalam olah raga. Mursell dalam bukunya Succsessful Teaching, memberikan suatu
klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Ia
mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah bahwa anak memiliki
minat pada terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak
berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan
minat anak terhadap belajar.
Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat.
Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya
sementara, adakalanya menghilang.
Apabila kita perhatikan, dalam kegiatan belajar-mengajar akan didapat dua
macam tipe perhatian.
5
c) Membangkitkan Motivasi Siswa
a. Motivasi Instriksik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.
Misalnya anak mau belajar karena ini memperoleh ilmu pengetahuan dan
ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena
itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya mau belajar karena ia disuruh oleh orang
tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya.
d) Prinsip Individualitas
6
e) Peragaan dalam Pengajaran
Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera
membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira
belajar atau senang karena merka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang
diterimanya.
Penggunaan alat peraga pengajaran hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
7
c. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga
1. Asas Motivasi
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seorang murid bergerak untuk melakukan sesuatu keinginan
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.
2. Asas Aktivitas
Menurut Oemar Hamalik (2001:21) penggunaan asas aktivitas besar
nilainya bagi pembelajaran kepada siswa karena:
a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalaminya.
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
c. Memupuk kerjasama yang harmonis antara siswa.
d. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan guru dengan
orangtua.
g. Pelajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret, sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari
verbalitas.
h. Pembelajaran di sekolah menjadi sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan masyarakat.
8
3. Asas Individualitas
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan.
Adanya kesamaan yang dimiliki anak inilah yang melahirkan konsekuensi
kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Aplikasi asas ini adalah guru
dapat mempelajari pribadi setiap anak, terutama tentang kepandaian,
kelebihan, serta kekurangan dan memberi tugas sebatas dengan
kemampuanya.
Seorang tenaga pendidik harus bisa membedakan individu baik fisik,
mental, maupun status sosial. Fungsinya agar proses KBM yang efektif,
lancar, serta inovatif.
4. Asas Peragaan
Asas peragaan berpengaruh dalam mengolah proses pembelajaran yang
berkualitas. Dalam asas ini, guru memberikan variasi dalam cara-cara
mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik
dalam bentuk aslinya maupun tiruan, sehingga anak didik dapat
mengamati dengan jelas. Fungsinya agar terjadi kelancaran komunikasi
antara guru dan siswa.
5. Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau
keberhasilan belajar anak didik dalam pengetahuan, keterampilan, serta
sikap setelah mengikuti pelajaran sebelumnya, mengingat penguasaan
pengetahuan mudah terlupakan oleh anak didik jika dialami sekali atau
diingat setengah-setengah karena semakin sulit materi maka harus sering
melakukan pengulangan agar murid dapat memahami pelajaran yang telah
diberikan
6. Asas Apersepsi
Guru menghubungkan antara materi yang akan dipelajari dengan
materi yang sudah di pelajari (pengalaman materi yang sebelumnya).
Asas apersepsi bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang kan
diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh anak didik.
7. Asas Korelasi
Pada asas ini peristiwa belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup
berbagi dimensi yang kompleks. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi
dan apersepsi dalam kesadaran dan sekaligus membangkitkan motivasi
anak didik terhadap mata pelajaran.
9
8. Asas Evaluasi
Pada asas ini bertujuan untuk melihat proses seberapa tingkat kemajuan
belajar siswa setelah proses belajar mengajar dilakukan. Asas evalusi;
memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki
anak didik sebagai feed-back bagi guru dakam memperbaiki cara
mengajar.
D. Metode Penyajian
10
4) Apabila diizinkan bertanya, pengajaran akan berhenti dan beberapa siswa
terpaksa menunggu sampai itu terjawab sebelum dapat mengikuti penyajian
selanjutnya.
5) Pengajar sulit mendapat balikan dari siswa sehubungan kesalahan dan
kesulitan yang dihadapi siswa selama penyajian.
6) Terdapat bukti bahwa bahan penyajian lisan tanpa disertai keikutsertaan siswa
secara terencana, hanya dapat diingat dalam jangka waktu yang pendek.
7) Penyajian bukanlah metode yang dapat diterapkan untuk mengajarkan
keterampilan psikomotor dan sasaran dalam ranah afektif hanta terpengaruh
sedikit sekali.
c. Penerapan
Situasi dan waktu yang cocok untuk penyampaian dengan metode penyajian yaitu:
1) Sebagai pendahuluan, ihtisiar, atau pengaran pokok bahasan baru.
2) Bertujuan untuk memberi semangat atau membangkitkan tujuan untuk
mempelajari pokok bahasan.
3) Untuk menyampaikan informasi penting sebagai latar belakang umum atau
persiapan yang diperlukan.
4) Untuk memperkenalkan perkembangan mutakhir dalam suatu bidang,
terutama apabila waktu persiapan terbatas.
5) Sebagai narasumber.
6) Untuk memberikan kesempatan kepada siswa menyajikan laporan didepan
kelas.
7) Sebagai ikhtisiar atau rangkuman.
d. Rencana Keikutsertaan
11
E. Belajar Mandiri
1) Ciri-ciri
Ciri khusus program belajar mandiri yang bermutu adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan belajar untuk siswa dikembangkan dengan cermat dan rinci.
b. Kegiatan dan sumber belajar dipilih dengan hati-hati dan cermat.
c. Penguasaan siswa terhadap suatu langkah harus diperiksa sebelum ia
melanjutkan ke langkah berikutnya.
d. Apabila muncul kesulitan, siswa perlu mempelajari lagi atau meminta bantuan
pengajaran.
2) Keunggulan
Belajar mandiri memberikan sebuah keunggulan unik sebagai metode pengajaran
yaitu.
Program belajarnya dirancang dengan cermat akan memanfaatkan lebih
banyak asas belajar.
Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban maupun
yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat
kemampuan.
Siswa cenderung menyukai metode ini daripada metode tradisional.
12
3) Kelemahan
Kelemahan belajar mandiri yaitu:
Kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa atau sebaliknya.
Kegiatan belajar ini cepat membosankan.
Program mandiri tidak cocok untuk ini.
Kurang disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan
kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa.
Metode ini sering menuntut kerja sama dan perencanaan tim yang rinci
diantara staf pengajar yang terlibat.
4) Tata Cara
Tata caranya ialah memulai dengan bermacam-macam bahan agar mencapai
sasaran dan kemudian merencanakan lebih dari satu urutan pengajaran untuk
memberikan peluang kepada perbedaan di antara siswa secara perorangan.
5) Contoh
Tata cara yang dapat melaksanakan belajar sesuai dengan kecepatan sendiri adalah
dimulai dari penggunaan bahan dipersiapkan sendiri dalam bentuk yang
sederhana, bahan yang diperdagangkan yang perlu peyesuaian sampai pada
program mandiri berskala besar yang direncanakan secara bersistem.
13
8) Media Pandangan / Lembar petunjuk
Media ini dipakai untuk siswa yang memerlukan pengarahan atau petunjuk untuk
menjalankan suau perlengkapan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jabatan guru adalah jabatan profesional yang menghendaki seorang guru harus
berkerja secara profesional. Dengan kata lain seorang guru bekerja dengan keahlian
dan kemampuannya untuk mengelola pembelajaran walaupun terdapat tantangan yang
harus dihadapi agar tercapai tujuan dari pelaksanaan pendidikan.
Jabatan profesional adalah seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang
mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan
rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan
mutu karyanya. (T.Raka Joni, 1980)
Selama program pendidikan guru anda, anda akan belajar bagaimana
pengembangankan rencana kepentingan, menciptakan lingkungan belajar yang positif,
dan mengembangkan kemampuan komunikasi anda, sehingga anda akan lebih siap
untuk memenuhi tantangan dari manajemen kelas.
B. Saran
Dari uraian dalam hal ini kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran untuk meingkatkan
motivasi siswa.
2. Guru sebaiknya dapat memiliki keahlian yang diperoleh dengan pendidikan
khusus.
15
DAFTAR PUSTAKA
16