Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah
perdarahan. Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi
pada masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau sistem lainnya.
Perdarahan pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius yang terjadi pada masyarakat
Indonesia yang mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada ibu-ibu di Indonesia.
Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara drastis dengan adanya pemeriksaan-
pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas
transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan penyebab utama
dalam kematian maternal.
Pengelompokan perdarahan pada kehamilan tersebut secara praktis dibagi menjadi:
perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan sebelum melahirkan (antepartum hemoragik), dan
perdarahan setelah melahirkan (postpartum hemoragik).
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin,
terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat
segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan perawatan sarana yang
memungkinkan penggunaan darah dengan segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan
obstetri yang layak.

1
BAB I

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 32 tahun
Alamat : Rusun Krtengsin blok B 207 Jakarta-Pusat
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : PNS
Pendidikan Terakhir : S1
Tanggal Masuk RS : 13 November 2013

IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Alamat : Rusun Krtengsin blok B 207 Jakarta-Pusat
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan terakhir : S1

II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 November 2013 pukul 13.30
WIB.
 Keluhan Utama
Keluar darah disertai gumpalan melalui jalan lahir sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit

 Keluhan Tambahan
Perut terasa mulas sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit

2
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien GIIP1Ao hamil 10-11 minggu datang ke Kamar Bersalin RS TNI-AL Dr.
Mintohardjo dengan keluhan keluar gumpalan darah melalui jalan lahir sejak 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhlan mules-mules sejak 5 jam sebelum masuk
rumah sakit.Riwayat trauma pada perut atau terjatuh disangkal oleh pasien. Pasien juga
menyangkal pernah mengalami sakit selama kehamilan ini. HPHT 3 September 2013 UK 9-
10 minggu TP 10 Juni 2014.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku
tidak memiliki riwayat hipertensi. Riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal,
maupun alergi terhadap makanan maupun obat disangkal pasien.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat keguguran.
Tidak terdapat riwayat hipertensi, riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal
maupun alergi terhadap makanan atau obat di keluarga pasien.
 Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapat riwayat pengobatan apapun. Pasien langsung datang ke Poli
Kandungan RS TNI-AL Dr. Mintohardjo.
 Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Dysmenorrhoe : tidak
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Hari pertama haid terakhir : 3 September 2013
Taksiran persalinan : 10 Juni 2014
 Riwayat Imunisasi
Tetanus toxoid : belum pernah

3
 Riwayat Kehamilan
Keha Aterm/ Tah Berat Panja Jenis Metode Penolong
milan premature un bayi ng kelamin kelahira persalinan
ke lahir bayi n
G1 Aterm, 2011 , 2tahun B/P 3050gram/49cm Spontan, Bidan
G2 Hamil ini

 Riwayat Perkawinan
Menikah November 2010
 Riwayat Perawatan Antenatal
Pasien rutin melakukan ANC di dokter
 Riwayat Keluarga Berencana
Pasien tidak pernah menggunakan KB
 Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah operasi sebelumnya.
 Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
Pasien sendiri bekerja sebagai PNS dan bersuamikan karyawan swasta. Kesan kondisi sosial
ekonomi baik.

III. STATUS GENERALIS SINGKAT


1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Tanda Vital :
a. Kesadaran : CM
b. Tekanan darah : 130/80 mmHg
c. Nadi : 80x/menit
d. Suhu : 36,5 0C
e. Pernapasan : 20x/menit
3. Kepala :
a. Bentuk : normosefali, simetris
b. Rambut : lebat, warna hitam
c. Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik

4
d. Telinga : bentuk normal, simetris, lesi atau cairan keluar (-)
e. Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
f. Mulut : bibir merah muda, mukosa mulut basah, halitosis (-)
4. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
5. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Paru : Suara napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
7. Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), bising usus (+) 3x/menit,
organomegali (-), tidak teraba ballottement.
8. Extremitas : Akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-)

IV. STATUS OBSTETRI


Usia gestasi : GIIP0A1 hamil 9-10minggu
Pemeriksaan luar
Inspeksi : datar striae gravidarum (+), linea nigra (-)
Palpasi : ballottement tidak teraba
TBJ : belum dapat dihitung
His :-
Pergerakan janin : belum dapat dirasakan
Auskultasi :-
Pemeriksaan dalam
Inspekulo : perdarahan pervaginam + merembes. Porsio licin , ostium
terbuka 1 cm

VT : pembukaan 1 jari sempit, Nyeri goyang portio (-), massa/nyeri


adneksa (-), parametrium lemas, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri, ostium uteri externa terbuka.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Transabdominal poliklinik tgl 13 November 2013
Uterus antefleksi, cavum uteri sedikit membesar,terdapat gambaran GS tidak utuh.

5
Laboratorium (tanggal 13 November 2013)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 13,7 13 – 18
Leukosit 7800 4000 – 10000
Trombosit 222.000 150000 – 400000
Hematokrit 41 40 – 54
Bleeding time 2 menit 30 dtk 1 – 3 menit
Clotting time 10 menit 10 – 16 menit

VI. WORKING DIAGNOSA


Abortus incomplete

VII. PENATALAKSANAAN
Planning diagnostik : -Lab darah

-USG

Planning terapi : -Stabilkan hemodinamik

-Pro Kuretase

Planning monitoring : -Keadaan Umum

-TTV

-Perdarahan

Planning Edukasi : -Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu dan

janin saat ini

-Menjelaskan pada pasien bahwa janin sudah tidak dapat


dipertahankan

6
-Menjelaskan kepada pasien bahwa perlunya dilakukan tindakan
kuretase untuk mengeluarkan sisa konsepsi.

-Informed consent tindakan

Dilakukan Tindakan Kuretase pada tanggal 13 November 2013 jam 13.00 .

LAPORAN OPERASI

Tindakan Operasi : Kuretase Posisi : Lithotomi

Perdarahan selama operasi :100cc Cara pembiusan : TIVA

- Dilakukan tindakan Asepsis dan Antisepsis pada daerah genitalia externa dan sekitarnya.

- Vesica urinaria dikosongkan , speculum sims dipasang dan serviks ditampakkan.

- Serviks dijepit dengan menggunakan tenakulum/kogel tang pada arah jam 12.

- Dimasukkan sonde, dilakukan sondase untuk mengetahui arah dan dalamnya uterus

- Dengan abortus tang, jaringan dikeluarkan.

- Dengan kuret tumpul cavum uteri dibersihkan secara sistematis

- Dengan kogel tang jaringan ditarik dan dikeluarkan

- Setelah yakin bersih, tenakulum dilepaskan.

- Sisa darah dibersihkan.

- Operasi selesai.

Instruksi Post-kuretase:

- Observasi tanda vital, kontraksi uterus, dan perdarahan


- Diet TKTP
- Jaga kebersihan vulva/vagina dan sekitarnya

7
- Terapi medika mentosa;
o Cefradroxyl 3 x 500 mg p.o
o Asam Mefenamat 3 x 500 mg p.o
o Hemobion 2 x I tab p.o

Follow up

14/11/13 jam 07.00

S: Perdarahan melalui vagina + (berkurang dibandingkan hari sebelumnya)

O: T: 110/80mmHg S: 36,5 C

N: 88 kali/ m P: 20x/m

Status generalis

Mata CA -/- SI -/-

Abdomen Supel , NT -, BU+ (3x/menit)

Genitalia : perdarahan minimal

A: post kuret hari I a/i abortus inkomplit

P: pl. diagnostik : -

pl. terapi : Cefradroxyl 3 x 500 mg p.o


Asam Mefenamat 3 x 500 mg p.o
Hemobion 2 x I tab p.o
Pl.monitoring : KU,TTV,Perdarahan.

Pl.edukasi : edukasi pada ibu tentang menunda kehamilan

setelah kuret selama 3 bulan

8
13/11/13 jam 19.00

S: Perdarahan pervaginam sudah sedikit

O: T: 110/70mmHg S: 36,8 C

N: 76 kali/ m P: 18x/m

Status generalis

Mata CA -/- SI -/-

Abdomen Supel , NT -, BU+ (4x/menit)

Genitalia : perdarahan minimal (1/4 pembalut)

A: post kuret hari II a/i abortus inkomplit

P: pl. diagnostik : -

pl. terapi : Cefradroxyl 3 x 500 mg p.o


Asam Mefenamat 3 x 500 mg p.o
Hemobion 2 x I tab p.o
Pl.monitoring : KU,TTV,Perdarahan.

Pl.edukasi : edukasi pada ibu tentang menunda kehamilan

setelah kuret selama 3 bulan.

Boleh pulang

9
BAB II

ANALISIS KASUS

Pada pasien ini didapatkan data dari anamnesis berupa HPHT 3 September 2013, dimana
pasien mengalami keterlambatan haid , kemudian didukung oleh pemeriksaan test kehamilan
yang dilakukan oleh pasien sendiri yang menyatakan hasilnnya positif hamil, kemudian , pasien
sering kontrol ke dokter didapatkan terdapatnya janin dalam kantung kehamilan yang sesuai
dengan usia kehamilan yang menyatakan bahwa pasien sedang hamil.

Saat dilakukan pemeriksaan usia kehamilan pasien

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Defenisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Belum dapat hidup diluar kandungan ini diartikan apabila janin beratnya
terletak kurang dari 500 gram, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.

II.2. Epidemiologi

Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun


demikian, frekuensi seluruh keguguran sukar ditentukan karena abortus buatan buatan
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi. Juga karena sebagian
keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang
ke dokter atau Rumah Sakit. Makin tua umur, abortus makin sering terjadi. Demikian
juga dengan semakin banyak anak, abortus juga akan semakin sering terjadi. Semakin tua

10
umur kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil, Wanita < 20 tahun  abortus 12%.
Wanita > 40 tahun  abortus 26%

II.3. Etiologi

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya


disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12 minggu),
abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).

II.3.1. Faktor ovofetal :


Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus
adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast
untuk melakukan implantasi dengan adekuat.

II.3.2. Faktor maternal

 Faktor genetic

Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkompletus disebabkan oleh


kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama
merupakan kelainan sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik
pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35
tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia
35 tahun.
Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom
yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor
tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila
didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga
berisiko abortus.

 Kelainan uterus

11
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik.
Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan
riwayat abortus, dimana ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab
terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80%),
kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30%).
Mioma uteri juga bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang.
Risiko kejadiannya 10 - 30% pada perempuan usia reproduksi. Selain itu Sindroma
Asherman bias menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada
permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25 – 80%, bergantung pada berat
ringannya gangguan.

 Infeksi

Mikroorganisme yang terkait menurut DeForest dkk :

 Bakteria : Listeria monositogenes, Klaidia trakomatis, Ureaplasma


urealitikum, Mikoplasma hominis, Bakterian vaginosis.
 Virus : Sitomegalovirus, Rubela, HSV, HIV, Parvovirus.
 Parasit : Tokoplasmosis gondii, Plasmodium falsiparum.
 Spirokaeta : Treponema pallidum
Peranan infeksi terhadap resiko abortus :

 Metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak


langsung pada janin atau unit fetoplasenta.
 Infeksi janin  berakibat kematian janin
 Infeksi plasenta  isufisiensi plasenta dan berlanjut kematian janin.
 Infeksi kronis endometrium  yang mengganggu proses implantasi.
 Amnionitis
 Perubahan genetik dan embrio akibat dari virus itu sendiri.

 Faktor hematologik

12
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan
adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan
bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian
Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat
abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan yang
berlebihan pada usia kehamilan 4 – 6 minggu, dan penurunan produksi
prostasiklin saat usia kehamilan 8 – 11 minggu. Hiperhomosisteinemi, bisa
congenital ataupun akuisita juga berhubungan dengan thrombosis dan penyakit
vascular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 21% abortus berulang.

 Faktor hormonal

Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang


baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian
langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran
hormon setelah konsepsi terutama kadar progesterone.
Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama ,
risiko abortus meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan
kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2 – 3 kali lipat mengalami abortus.
Pada tahun 1929, allen dan Corner mempublikasikan tentang proses fisiologi
korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar progesteron yang rendah
berhubungan dengan risiko abortus. Sedangkan pada penelitian terhadap
perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali,
didapatkan 17% kejadian defek fase luteal. Dan, 50% perempuan dengan histologi
defek fase luteal punya gambaran progesterone yang normal (Prawirohadjo, 2009)

 Faktor autoimun

APS (antiphospholipid syndrome)

Kriteria APS :

13
 Trombosis vaskular : trombosis arteri, vena atau kapiler dapat dibuktikan
dengan gambaran dopler, penciteraan, atau histopatologi..
 Komplikasi kehamilan : 3 atau lebih abortus tanpa sebab yang jelas, 1
atau lebih kematian janin dengan morfologi dan sonografi yang normal, 1
atau lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan
berhubungan dengan preeeklamsia berat.
 Laboratorium : IgG dan IgM anticardiolipin antibodi (aCL) meningkat
dengan pemeriksaan ELISA 2 kali dalam jarak pemeriksaan 6 minggu.
 Antbodi fosfolipid / antikoagulan : pemanjangan aPTT, PT dan CT,
kegagalan pemeriksaan tes skrining yang memanjang dengan
penambahan FFP, perbaikan nilai tes yang memanjang dengan
panambahan fosfolipid.
Dapat dicurigai abortus et causa APS pada kehamilan di atas 10 minggu, dengan
adanya trombosis plasenta yang diawali oleh adanya peningkatan rasio
tromboksan : prostasiklin, peningkatan agregasi trombosit, penurunan c-reaktif
protein dan peningkatan sintesis platelet – activating factor.

 Faktor lingkungan

1-10 % malformasi janin akibat dari paparan obat,bahan kimia, atau


radiasi dan umumnyabberakhir dengan abortus. Rokok yang mengandung
nikonin yang mempunyai efek vasoaktif sehingga dapat menghambat sirkulasi
uteroplasenta. Begitupun juga karbon monoksida yang menurunkan pasokan
oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dapat mengganggu
pertumbuhan janin dan berakibat terjadinya abortus.

II.4. Patofisiologi

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus
dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau
cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung

14
dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses
pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang
cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah
berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini
sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14
– 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan
nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).

II.5. Klasifikasi

Abortus dapat dibagi atas dua golongan :

1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.

2. Abortus Provakatus (induced abortion)


Adalah abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a) Abortus Medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b) Abortus Kriminalis atau tidak aman
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.

15
KLASIFIKASI ABORTUS SPONTAN

Dapat di bagi atas :

1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )

Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :
a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin
masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama
b) TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
c) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
d) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
e) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
f) Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari abortus imminens, jika
pemeriksaan (+) sebelum dan setelah diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad
bonam dan bila (-) saat diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.
g) Pemeriksaan USG diperlukan untuk menegetahui keadaan plasenta apakah sudah
terjadi pelepasan atau belum dan apakah ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan
ukuran biometri janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan
berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut jantung janin.

Penatalaksanaan

a) Tirah baring/rawat sampai perdarahan berhenti.


b) Diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon
progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.
c) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual kurang lebih 2 minggu.
d) Bila reaksi kehamilan 2x berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret)
e) Memberikan antibiotik profilaksis terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

16
2. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)
Ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan mendatar, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia gestasi berdasarkan
HPHT. Ditandai dengan adanya :
a) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
b) robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks
c) terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
d) perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
e) Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi hCG oleh korion,
dan bukan oleh fetus
f) Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah
mulai tidak normal, perhatikan apakah adanya perdarahan retroplasenta dan ovum
yang mati.
Penatalaksanaan

1. Bila kehamilan < 16 minggu dapat dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :
 Berikan ergometrin 0,2 mg I.M yang diulangi 15 menit kemudian jika
perlu ATAU Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan
dapat diulang setelah 4 jam jika perlu.

17
 Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Bila kehamilan > 16 minggu tunggu ekspulsi spontan kemudian dilakukan
evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :
 Induksi oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai 8 tetes sampai
40 tetes/ menit, sesuai kondisi kontraksi uterus sampai terjadi
pengeluaran hasil konsepsi.
 Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
3. Bila janin telah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual atau kuretase.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus Kompletus
Ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah
keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Tanda dan Gejala
a) Serviks menutup.
b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
c) Gejala kehamilan tidak ada.
d) Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.

Penatalaksanaan
 Tidak perlu evakuasi lagi
 Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.
18
 Lakukan Pemantauan Pasca Abortus
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama
2 minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.
 Diberikan suplemen vitamin bila diperlukan

4. Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
 Gejala Klinis :
o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).
o Sudah ada keluar fetus atau jaringan
 Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
 Penatalaksanaan
- Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, waspada akan terjadinya
syok, berikan cairan yang cukup dan bila perlu transfusi darah.
- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat
dikeluarkan secara evakuasi manual dan kuretase, karena perdarahan tidak akan
berhenti bila sisa belum dikeluarkan

19
i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol
400 mg per oral untuk merangsang kontraksi.
ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan
kuretase
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika prophilaksis
- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam

5. Missed Abortion
Ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi
tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini dapat :
1. Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
2. Diresorbsi kembali sehingga hilang
3. Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
4. Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu aka mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis
- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai mual
dan muntah
- Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya

20
- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi jika
kehamilannya berkisar antara 14 sampai 20 minggu.
- Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan sekunder yang
menghilang.
- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative
pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong gestasiyang menegecil
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan.

Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan
terjadinyagangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

Penatalaksanaan :

Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.

Usia gestasi >12 minggu dan <20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih
kaku dianjurkan untuk menggunakan prostaglandin atau sintetisnya, salah satunya adalah
pemberian mesoprostol secara sublingual 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak
enam jam. Selain itu tehnik dengan pemasangan laminaria juga dapat digunakan, dengan
itu akan terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.

Perlu disiapkan adanya transfusi darah dan pemeriksaan darah lengkap, untuk mendeteksi
adanya hipofibrinogenemia.

Pascatindakan, perlu dipertimbangkan pemberian oksitosin secara drip intravena dan


pemberian antibiotika profilaksis.

21
6. Abortus Habitualis
Ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh sebab apapun.
Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop melaporkan
kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan.
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi
immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive) tetapi dekade belakangan
ini diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu
keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os serviks akan membuka tanpa
disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi
pengeluaran janin.
Penyebab lain yang sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis.

Pemeriksaan :
a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau
anomali congenital.
b. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea
c. Psiko analisis

22
Terapi :

o Pada serviks inkompeten terapinya operatif SHIRODKAR atau MC DONALD


(cervical cerlage).
o Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
o Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya
jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
o Tindakan tracheloplasty terdiri dari peningkatan serviks dengan benang yang kuat
yang dijahitkan pada daerah sekitar serviks pada kehamilan trimester pertama
antara 12-14 minggu kehamilan, dan diangkat pada akhir kehamilan pada saat
resiko untuk terjadinya abortus telah lewat.

7. Abortus Infeksious
Ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genita
Diagnosis :
- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit.
- Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan
sebagainya.
- tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,
kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek
disertai nyeri tekan.

Penatalaksanaan

- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji
kepekaan obat)

23
o Berikan suntikan penisilin 1,2 juta satuan tiap 6 jam, atau ampisilin 4 x 1
gram
o gentamisin 2 x 80 mg
o metronidazole 2 x 1 gr
o selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan kuretase
untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
- Dapat ditambahkan injeksi ATS dan irigasi vagina dengan H2O2 bila sudah ada
tanda-tanda tetanus

8. Septic Abortion
Ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti
nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan
kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.

II.6. Tanda dan gejala klinik2,4,5

- Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-muntah,


mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif.
- Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta
suhu badan normal atau meningkat.
- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
- Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
- Pemeriksaan ginekologi

24
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

II.7. Pemeriksaan Penunjang 2,4


1. Laboratorium
- Darah Lengkap
 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.
 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
- Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil
positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus
spontan atau kehamilan ektopik).
2. Ultrasonografi
- USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.
- Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5
- 6 minggu).
- Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat
digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.

II.8. Diagnosis Banding

 KET : nyeri lebih hebat dibandingkan abortus.

25
 Mola Hidatidosa : uterus biasanya lebih besar daripada lamanya anmenore dan
muntah lebih sering.
 Kehamilan dengan kelainan serviks seperti karsinoma servisi uteri, polipus uteri,
dsb.

II.9. Komplikasi 2
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus
dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari
luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).

26
II.10. Prognosis

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan


sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90%. Pada wanita kieguguran dengan
etiologi yang tidxak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80%.
Sekitar 77% angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada
kehamilan 5-6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

27
BAB IV

KESIMPULAN

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Makin
tua umur, abortus makin sering terjadi. Etiologi abortus bermacam-macam, antara lain
faktor ovofetal , Faktor maternal : genetic, kelainan uterus, infeksi, Faktor hematologic,
Faktor hormonal, Faktor autoimun, Faktor lingkungan.

Abortus dapat dibagi atas dua golongan, Abortus Spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan terbagi atas : Abortus Imminens, Abortus Incipien, Abortus Kompletus,
Missed Abortion, Abortus Habitualis, Abortus Infeksious. Abortus Provakatus terbagi
lagi menjadi : Abortus Medisinalis, Abortus Kriminalis. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain: Laboratorium, Ultrasonografi. Komplikasi yang berbahaya
pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. Prognosis keberhasilan
kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan sebelumnya..

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC, 2005.
2. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan. Sinopsis Obstetri;
Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998; hlm 209-45
3. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin
AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009; hlm459-91.
4. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984; hlm 7-17, 38-42.
5. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI,
Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama, Media
Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.
6. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius; 2007.

29

Anda mungkin juga menyukai