Case Abortus Vya Obsgyn Rsal
Case Abortus Vya Obsgyn Rsal
Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah
perdarahan. Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi
pada masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau sistem lainnya.
Perdarahan pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius yang terjadi pada masyarakat
Indonesia yang mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada ibu-ibu di Indonesia.
Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara drastis dengan adanya pemeriksaan-
pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas
transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan penyebab utama
dalam kematian maternal.
Pengelompokan perdarahan pada kehamilan tersebut secara praktis dibagi menjadi:
perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan sebelum melahirkan (antepartum hemoragik), dan
perdarahan setelah melahirkan (postpartum hemoragik).
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin,
terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat
segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan perawatan sarana yang
memungkinkan penggunaan darah dengan segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan
obstetri yang layak.
1
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 32 tahun
Alamat : Rusun Krtengsin blok B 207 Jakarta-Pusat
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : PNS
Pendidikan Terakhir : S1
Tanggal Masuk RS : 13 November 2013
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Alamat : Rusun Krtengsin blok B 207 Jakarta-Pusat
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan terakhir : S1
II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 November 2013 pukul 13.30
WIB.
Keluhan Utama
Keluar darah disertai gumpalan melalui jalan lahir sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan
Perut terasa mulas sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit
2
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien GIIP1Ao hamil 10-11 minggu datang ke Kamar Bersalin RS TNI-AL Dr.
Mintohardjo dengan keluhan keluar gumpalan darah melalui jalan lahir sejak 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhlan mules-mules sejak 5 jam sebelum masuk
rumah sakit.Riwayat trauma pada perut atau terjatuh disangkal oleh pasien. Pasien juga
menyangkal pernah mengalami sakit selama kehamilan ini. HPHT 3 September 2013 UK 9-
10 minggu TP 10 Juni 2014.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku
tidak memiliki riwayat hipertensi. Riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal,
maupun alergi terhadap makanan maupun obat disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat keguguran.
Tidak terdapat riwayat hipertensi, riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal
maupun alergi terhadap makanan atau obat di keluarga pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapat riwayat pengobatan apapun. Pasien langsung datang ke Poli
Kandungan RS TNI-AL Dr. Mintohardjo.
Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Dysmenorrhoe : tidak
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Hari pertama haid terakhir : 3 September 2013
Taksiran persalinan : 10 Juni 2014
Riwayat Imunisasi
Tetanus toxoid : belum pernah
3
Riwayat Kehamilan
Keha Aterm/ Tah Berat Panja Jenis Metode Penolong
milan premature un bayi ng kelamin kelahira persalinan
ke lahir bayi n
G1 Aterm, 2011 , 2tahun B/P 3050gram/49cm Spontan, Bidan
G2 Hamil ini
Riwayat Perkawinan
Menikah November 2010
Riwayat Perawatan Antenatal
Pasien rutin melakukan ANC di dokter
Riwayat Keluarga Berencana
Pasien tidak pernah menggunakan KB
Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah operasi sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
Pasien sendiri bekerja sebagai PNS dan bersuamikan karyawan swasta. Kesan kondisi sosial
ekonomi baik.
4
d. Telinga : bentuk normal, simetris, lesi atau cairan keluar (-)
e. Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
f. Mulut : bibir merah muda, mukosa mulut basah, halitosis (-)
4. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
5. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Paru : Suara napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
7. Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), bising usus (+) 3x/menit,
organomegali (-), tidak teraba ballottement.
8. Extremitas : Akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Transabdominal poliklinik tgl 13 November 2013
Uterus antefleksi, cavum uteri sedikit membesar,terdapat gambaran GS tidak utuh.
5
Laboratorium (tanggal 13 November 2013)
VII. PENATALAKSANAAN
Planning diagnostik : -Lab darah
-USG
-Pro Kuretase
-TTV
-Perdarahan
Planning Edukasi : -Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu dan
6
-Menjelaskan kepada pasien bahwa perlunya dilakukan tindakan
kuretase untuk mengeluarkan sisa konsepsi.
LAPORAN OPERASI
- Dilakukan tindakan Asepsis dan Antisepsis pada daerah genitalia externa dan sekitarnya.
- Serviks dijepit dengan menggunakan tenakulum/kogel tang pada arah jam 12.
- Dimasukkan sonde, dilakukan sondase untuk mengetahui arah dan dalamnya uterus
- Operasi selesai.
Instruksi Post-kuretase:
7
- Terapi medika mentosa;
o Cefradroxyl 3 x 500 mg p.o
o Asam Mefenamat 3 x 500 mg p.o
o Hemobion 2 x I tab p.o
Follow up
O: T: 110/80mmHg S: 36,5 C
N: 88 kali/ m P: 20x/m
Status generalis
P: pl. diagnostik : -
8
13/11/13 jam 19.00
O: T: 110/70mmHg S: 36,8 C
N: 76 kali/ m P: 18x/m
Status generalis
P: pl. diagnostik : -
Boleh pulang
9
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini didapatkan data dari anamnesis berupa HPHT 3 September 2013, dimana
pasien mengalami keterlambatan haid , kemudian didukung oleh pemeriksaan test kehamilan
yang dilakukan oleh pasien sendiri yang menyatakan hasilnnya positif hamil, kemudian , pasien
sering kontrol ke dokter didapatkan terdapatnya janin dalam kantung kehamilan yang sesuai
dengan usia kehamilan yang menyatakan bahwa pasien sedang hamil.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Defenisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Belum dapat hidup diluar kandungan ini diartikan apabila janin beratnya
terletak kurang dari 500 gram, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
II.2. Epidemiologi
10
umur kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil, Wanita < 20 tahun abortus 12%.
Wanita > 40 tahun abortus 26%
II.3. Etiologi
Faktor genetic
Kelainan uterus
11
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik.
Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan
riwayat abortus, dimana ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab
terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80%),
kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30%).
Mioma uteri juga bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang.
Risiko kejadiannya 10 - 30% pada perempuan usia reproduksi. Selain itu Sindroma
Asherman bias menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada
permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25 – 80%, bergantung pada berat
ringannya gangguan.
Infeksi
Faktor hematologik
12
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan
adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan
bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian
Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat
abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan yang
berlebihan pada usia kehamilan 4 – 6 minggu, dan penurunan produksi
prostasiklin saat usia kehamilan 8 – 11 minggu. Hiperhomosisteinemi, bisa
congenital ataupun akuisita juga berhubungan dengan thrombosis dan penyakit
vascular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 21% abortus berulang.
Faktor hormonal
Faktor autoimun
Kriteria APS :
13
Trombosis vaskular : trombosis arteri, vena atau kapiler dapat dibuktikan
dengan gambaran dopler, penciteraan, atau histopatologi..
Komplikasi kehamilan : 3 atau lebih abortus tanpa sebab yang jelas, 1
atau lebih kematian janin dengan morfologi dan sonografi yang normal, 1
atau lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan
berhubungan dengan preeeklamsia berat.
Laboratorium : IgG dan IgM anticardiolipin antibodi (aCL) meningkat
dengan pemeriksaan ELISA 2 kali dalam jarak pemeriksaan 6 minggu.
Antbodi fosfolipid / antikoagulan : pemanjangan aPTT, PT dan CT,
kegagalan pemeriksaan tes skrining yang memanjang dengan
penambahan FFP, perbaikan nilai tes yang memanjang dengan
panambahan fosfolipid.
Dapat dicurigai abortus et causa APS pada kehamilan di atas 10 minggu, dengan
adanya trombosis plasenta yang diawali oleh adanya peningkatan rasio
tromboksan : prostasiklin, peningkatan agregasi trombosit, penurunan c-reaktif
protein dan peningkatan sintesis platelet – activating factor.
Faktor lingkungan
II.4. Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus
dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau
cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung
14
dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses
pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang
cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah
berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini
sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14
– 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan
nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).
II.5. Klasifikasi
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.
15
KLASIFIKASI ABORTUS SPONTAN
Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :
a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin
masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama
b) TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
c) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
d) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
e) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
f) Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari abortus imminens, jika
pemeriksaan (+) sebelum dan setelah diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad
bonam dan bila (-) saat diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.
g) Pemeriksaan USG diperlukan untuk menegetahui keadaan plasenta apakah sudah
terjadi pelepasan atau belum dan apakah ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan
ukuran biometri janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan
berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut jantung janin.
Penatalaksanaan
16
2. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)
Ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan mendatar, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia gestasi berdasarkan
HPHT. Ditandai dengan adanya :
a) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
b) robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks
c) terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
d) perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
e) Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi hCG oleh korion,
dan bukan oleh fetus
f) Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah
mulai tidak normal, perhatikan apakah adanya perdarahan retroplasenta dan ovum
yang mati.
Penatalaksanaan
1. Bila kehamilan < 16 minggu dapat dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :
Berikan ergometrin 0,2 mg I.M yang diulangi 15 menit kemudian jika
perlu ATAU Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan
dapat diulang setelah 4 jam jika perlu.
17
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Bila kehamilan > 16 minggu tunggu ekspulsi spontan kemudian dilakukan
evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :
Induksi oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai 8 tetes sampai
40 tetes/ menit, sesuai kondisi kontraksi uterus sampai terjadi
pengeluaran hasil konsepsi.
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
3. Bila janin telah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual atau kuretase.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3. Abortus Kompletus
Ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah
keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Tanda dan Gejala
a) Serviks menutup.
b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
c) Gejala kehamilan tidak ada.
d) Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
Penatalaksanaan
Tidak perlu evakuasi lagi
Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.
18
Lakukan Pemantauan Pasca Abortus
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama
2 minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.
Diberikan suplemen vitamin bila diperlukan
4. Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Gejala Klinis :
o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).
o Sudah ada keluar fetus atau jaringan
Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Penatalaksanaan
- Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, waspada akan terjadinya
syok, berikan cairan yang cukup dan bila perlu transfusi darah.
- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat
dikeluarkan secara evakuasi manual dan kuretase, karena perdarahan tidak akan
berhenti bila sisa belum dikeluarkan
19
i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol
400 mg per oral untuk merangsang kontraksi.
ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan
kuretase
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika prophilaksis
- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam
5. Missed Abortion
Ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi
tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini dapat :
1. Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
2. Diresorbsi kembali sehingga hilang
3. Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
4. Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu aka mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis
- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai mual
dan muntah
- Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
20
- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi jika
kehamilannya berkisar antara 14 sampai 20 minggu.
- Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan sekunder yang
menghilang.
- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative
pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong gestasiyang menegecil
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan.
Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan
terjadinyagangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Penatalaksanaan :
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
Usia gestasi >12 minggu dan <20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih
kaku dianjurkan untuk menggunakan prostaglandin atau sintetisnya, salah satunya adalah
pemberian mesoprostol secara sublingual 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak
enam jam. Selain itu tehnik dengan pemasangan laminaria juga dapat digunakan, dengan
itu akan terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.
Perlu disiapkan adanya transfusi darah dan pemeriksaan darah lengkap, untuk mendeteksi
adanya hipofibrinogenemia.
21
6. Abortus Habitualis
Ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh sebab apapun.
Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop melaporkan
kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan.
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi
immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive) tetapi dekade belakangan
ini diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu
keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os serviks akan membuka tanpa
disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi
pengeluaran janin.
Penyebab lain yang sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis.
Pemeriksaan :
a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau
anomali congenital.
b. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea
c. Psiko analisis
22
Terapi :
7. Abortus Infeksious
Ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genita
Diagnosis :
- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit.
- Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan
sebagainya.
- tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,
kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek
disertai nyeri tekan.
Penatalaksanaan
- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji
kepekaan obat)
23
o Berikan suntikan penisilin 1,2 juta satuan tiap 6 jam, atau ampisilin 4 x 1
gram
o gentamisin 2 x 80 mg
o metronidazole 2 x 1 gr
o selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan kuretase
untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
- Dapat ditambahkan injeksi ATS dan irigasi vagina dengan H2O2 bila sudah ada
tanda-tanda tetanus
8. Septic Abortion
Ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti
nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan
kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
24
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
25
Mola Hidatidosa : uterus biasanya lebih besar daripada lamanya anmenore dan
muntah lebih sering.
Kehamilan dengan kelainan serviks seperti karsinoma servisi uteri, polipus uteri,
dsb.
II.9. Komplikasi 2
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus
dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari
luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
26
II.10. Prognosis
27
BAB IV
KESIMPULAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Makin
tua umur, abortus makin sering terjadi. Etiologi abortus bermacam-macam, antara lain
faktor ovofetal , Faktor maternal : genetic, kelainan uterus, infeksi, Faktor hematologic,
Faktor hormonal, Faktor autoimun, Faktor lingkungan.
Abortus dapat dibagi atas dua golongan, Abortus Spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan terbagi atas : Abortus Imminens, Abortus Incipien, Abortus Kompletus,
Missed Abortion, Abortus Habitualis, Abortus Infeksious. Abortus Provakatus terbagi
lagi menjadi : Abortus Medisinalis, Abortus Kriminalis. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain: Laboratorium, Ultrasonografi. Komplikasi yang berbahaya
pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. Prognosis keberhasilan
kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan sebelumnya..
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC, 2005.
2. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan. Sinopsis Obstetri;
Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998; hlm 209-45
3. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin
AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009; hlm459-91.
4. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984; hlm 7-17, 38-42.
5. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI,
Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama, Media
Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.
6. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius; 2007.
29