Karya Tulis
Karya Tulis
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL.................................................................................................................................. vi
iii
8
8
....................................................................................................................... 8
9
2.6.1 9
2.6.1.1....................................................................................................................... 9
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah merupakan semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan
yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan
atau tidak diinginkan lagi. Walaupun dianggap sudah tidak berguna dan tidak dikehendaki,
namun bahan tersebut kadang–kadang masih dapat dimanfaatkan kembali dan dijadikan bahan
baku. Limbah terbagi atas beberapa jenis salah satunya adalah limbah domestik. Limbah
domestik terbagi atas dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah padat atau biasa
disebut sampah menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Damanhuri & Padmi, 2010).
Pada saat ini terdapat penanganan akhir untuk sampah berupa proses insinerator
(incinerator). Insinerator adalah sebuah alat yang menggunakan sistem insinerasi, dimana
metodenya menghancurkan sampah padat dengan membakarnya pada temperatur tinggi
(600°C ÷ 1100°C) kemudian melalui serangkaian pengolahan polutan udara agar tidak
menghasilkan gas buang yang berbahaya (Hermansyah, 2017). Penanganan akhir dengan
proses insinerasi merupakan proses yang mempunyai potensi paling besar dalam mengurangi
1
sampah secara signifikan. Mesin insinerator pada umumnya terdiri dari 4 bagian utama yaitu
burner system, cyclone dust seperation, wet scrubber, dan chimney.
Cyclone dust seperation merupakan proses pemisahan udara dari polutan kasar dengan
menggunakan gaya sentrifugal dan fenomena vortex. Pada proses cyclone dust seperation
memiliki keuntungan utama yaitu tidak akan terjadi penyumbatan udara oleh polutan yang
hendak dipisahkan. Berbeda dengan sistem filterasi oleh saringan yang cenderung polutan akan
tertinggal di saringan dan dapat menyebabkan tersumbatnya proses pemisahan. Wet scrubber
merupakan proses pemisahan udara polutan halus yang bersifat mikroskopik dengan
menggunakan sistem filterasi, dimana udara disaring oleh packed bed collector yang diberi
siraman air secara konstan agar poultan halus menempel kepada air dan terbawa ke bagian
pembuangan. Dengan melalui proses Cyclone dust seperation kemudian dilanjutkan dengan
proses Wet scrubber maka udara sudah berkurang kadar polutannya dan dapat dilepaskan ke
udara bebas melalui chimney.
Pada penjelasan di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Mesin
Insinerator Proses Cyclone Dust Seperation dan Wet Scrubber di Politeknik Manufaktur
Bandung”.
Berdasarkan latar belakang yang penulis jelaskan maka terdapat rumusan masalah yang
meliputi:
1. Bagaimana prinsip kerja instalasi mesin insinerator proses cyclone dust seperator dan
wet scrubber di Politeknik Manufaktur Bandung?
2. Bagaimana analisis sistem modifikasi pada instalasi mesin insinerator proses cyclone
dust seperator dan wet scrubber di Politeknik Manufaktur Bandung?
2
1.3 Ruang Lingkup Kajian
Dalam penyelesaian penelitian ini, agar pembahasan yang dimuat dapat dikerjakan secara
terarah dan tujuan penelitian yang diharapkan dapat tercapai, maka ruang lingkup kajian dari
karya tulis ini adalah:
1. Tahapan prinsip kerja pada instalasi mesin insinerator proses Cyclone dust seperator
dan Wet scrubber di Politeknik Manufaktur Bandung.
2. Analisis modifikasi sistem instalasi mesin insinerator Cyclone dust seperator dan Wet
scrubber.
Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah penulis jelaskan, maka tujuan yang
ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prinsip kerja instalasi mesin insinerator proses Cyclone dust
seperator dan Wet scrubber di Politeknik Manufaktur Bandung.
2. Untuk mengetahui hasil dari modifikasi sistem instalasi mesin insinerator proses
Cyclone dust seperator dan Wet scrubber.
Dalam penyelesaian penelitian ini, agar pembahasan dan penelitian dikerjakan secara
terarah dan tetap dalam ruang lingkup kajiannya, maka penulis menentukan Batasan
masalahanya yaitu berupa:
3
1.6 Metoda Pengumpulan Data
Metoda pengumpulan data yang digunakan dapat dijelaskan pada sub bab selanjutnya
yang terdiri dari beberapa sumber dan teknik pengambilan data tersebut, Adapun sumber dan
teknik pengambilan data tersebut sebagai berikut.
1. Melakukan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan teori, teknis, metoda analisis dan
ruang lingkup penelitian mesin insinerator untuk proses pengolahan emisi gas buang
dengan metoda Cyclone dust separation dan Wet scrubber dari buku, tabel, dan jurnal.
3. Melakukan bimbingan dengan pembimbing untuk mengkaji data yang ada dan
didapatkan dari proses penelitian.
1. BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang prinsip kerja metoda - metoda dan kepustakaan yang mendukung
dalam penelitian dan proses analisis pada instalasi mesin insinerator untuk proses
Cyclone dust separation dan Wet scrubber.
Menjelaskan tentang analisis dari hasil modifikasi sistem instalasi mesin insinerator
untuk proses Cyclone dust separation dan Wet scrubber. Membandingkan hasil uji
emisi gas buang sebelum dan sesudah dimodifikasi juga menganalisis dinamika fluida
dan perambatan panas yang terjadi pada proses Cyclone dust separation dan Wet
scrubber.
5. BAB V PENUTUP
Mengemukakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian dan analisis sistem
instalasi mesin insinerator untuk proses Cyclone dust separation dan Wet scrubber di
Politeknik Manufaktur Bandung yang telah dimodifikasi.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Insinerator
Menurut European Commission, tujuan utama dari proses insinerasi adalah untuk
mengolah limbah (waste) agar dapat mengurangi volume dan bahayanya. Secara umum, proses
insinerasi adalah proses oksidasi dari material mampu bakar yang terdapat pada limbah, dimana
limbah tersebut secara umum merupakan material beragam (heterogeneous) yang terdiri dari
zat oraganik, mineral, logam dan air. Pada saat proses insinerasi tersebut terjadi akan
menghasilkan emisi gas buang (flue-gases) yang mengandung energi dalam bentuk panas.
Bahaya dari hasil proses pembakaran berupa emisi tersebut ditangani dengan proses
penangkapan atau menghancurkan materi yang memiliki potensi bahaya. Zat organik pada
limbah akan terbakar jika mencapai suhu bakar dan bersentuhan dengan oksigen. Proses
pembakaran sebenarnya terjadi disaat fase gas tersebut yang secara terus menerus
menghasilkan energi. Disaat jumlah kalor dari limbah dan sumber oksigen mencukupi, maka
akan terjadi proses reaksi termal beruntun dan proses pembakaran yang berdiri sendiri (self-
supporting combustion) atau dalam artian lain tidak memerlukan bahan bakar tambahan.
(European Commission, 2006)
Menurut The International Ash Working Group, proses insinerasi berfungsi untuk
mengatur limbah padat perkotaan (Municipal Solid Waste/MSW), dimana proses ini dilakukan
untuk mengurangi kebutuhan lahan yang diperlukan untuk proses penimbunan (landfilling) dan
untuk mendapatkan energi dari material yang sedang dibakar. Adapun fasilitas insinerator
terbagi atas beberapa proses yaitu; bagian penerimaan dan penyimpanan limbah, bagian
pendistribusian limbah ke mesin insinerator, bagian proses sistem pembakaran (burner system),
bagian proses pengkonversian energi (boiler system), bagian proses sistem pengendalian emisi
udara (air pollution control system /APCS), dan bagian sistem pengkondisian abu (ash handling
system). (Chandler, et al., 1997)
Menurut Tammemagi (1999), Pada sebuah instalasi mesin insinerator harus dipastikan
memiliki beberapa kriteria yaitu; pendistribusian udara harus pada kuantitas yang dibutuhkan
untuk proses pembakaran yang baik, udara,limbah dan bahan bakar harus tercampur dengan
baik untuk memastikan proses pembakaran telah selesai, gas harus didinginkan untuk
mencegah kerusakan pada dinding refraktori (heat-resistant incinerator liner) dan agar gas
6
dapat dilakuka proses pengolahan lebih lanjut, particulates dan noxious substances harus
dihilangkan dari emis gas (flue-gases), abu dari sisa pembakaran dapat dikeluarkan dari bagian
pembakaran tanpa membiarkan limbah yang belum terbakar keluar dari bagian pembakaran
(burner system), adanya instalasi pengolahan air (water treatment plant) yang terintegrasi
untuk proses pendinginan emisi gas (flue-gases) dan mengolah hasil emisi yang mencemari air
seperti residu. (Tammemagi, 1999)
Menurut Niessen (2002), proses pembakaran (insinerasi) adalah salah satu elemen dari
proses pengendalian limbah. (Niessen, 2002)
7
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
8
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
2.6.1
2.6.1.1
9
BAB V
PENUTUP
2.7 Simpulan
2.8 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.).
Chandler, A. J., Eighmy, T. T., Hartlen, J., Hjelmar, O., Kosson, D. S., Sawell, S. E., . . .
Vehlow, J. (1997). Municipal Solid Waste Incinerator Residues. Amsterdam : Elsevier
Science B.V.
Damanhuri, E., & Padmi, T. (2010). Diktat Kuliah TL-3014 Pengelolaan Sampah. Bandung:
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Hermansyah. (2017). Rancang Bangun Insinerator Dua Tahap (Solusi Mengatasi Polusi
Udara Pada Pembakaran Sampah). Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
viii
ix
x