Anda di halaman 1dari 3

Keluarga Anak B(Angsa)

Sri Mariani Priyanti

“Sekumpulan sayap putih terlihat dengan anggun

Mengepakkan sayapnya di langit yang kebiruan

Membentuk formasi indah

Nampak kukuh, teguh, rekat, dan selaras

Menghidupkan samudra di angkasa”

Negeri nyaman nun asri, dimana jika bukan negeri ini? Indonesia. Negeri
yang memiliki kekayaan alam melimpah. Seperti sebuah cuplikan lagu

“...

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

...”

Sudah terlampau mahsyur lagu itu di telinga kita sebagai bangsa


Indonesia. Tidak hanya itu, masyarakat yang ramah, anak-anak yang polos dan
kreatif. Terdengar menyenangkan hidup di tanah air ini.

Anak-anak muda penerus perjuangan bangsa. Mereka masih berlari


mencari kesenangan di masa muda. Emosi yang belum matang yang selalu
semangat dan dipenuhi dengan rasa keingintahuan yang besar tentang dunia luar.
Ya, di tangan mereka nasib negara kita akan dibawa. Di dalam keluarga semua
pembelajaran akan mereka peroleh. Karakter. Suatu hal yang sangat penting bagi
makhluk individual dan sosial, manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Kamis (02/06/2016), di auditorium Gedung BKKBN, Cawang, Jakarta


Timur, telah diselenggarakan Konferensi Keluarga Indonesia. Dalam rangka
perbaikan karakter remaja yang akhir-akhir ini telah mengalami masa kritis.
Kenakalan-kenakalan remaja telah marak terjadi. Kemiskinan nilai moral, sosial,
dan identitas budaya merupakan suatu ancaman yang nyata bagi negara di masa
sekarang. Sebenarnya apakah yang melatarbelakangi hal tersebut? Ada banyak
sekali hal yang terkait dengan fenomena di atas. Namun, mari kita soroti satu hal
saja. Keluarga.

Mengapa keluarga? Keluarga merupakan sebuah substansi yang sangat


penting. Ia adalah tempat pertama dan utama seorang anak memperoleh pelajaran
kehidupan. Kita gambarkan sebuah rumah yang di dalamnya terdapat seorang
bapak, ibu dan seorang anak ataupun lebih. Mereka selalu melakukan interaksi. Di
tempat kecil yang bernama ‘rumah’ itulah cara berpikir manusia terbentuk. Setiap
tindakan dan ucapan orang tua menentukan karakter anaknya. Jika semua keluarga
mampu menanamkan nilai-nilai yang baik pada anaknya, maka bangsa ini akan
tumbuh menjadi negara yang disegani bangsa lain karena telah berhasil
melakukan revolusi mental. Imam Prasodjo, sosiolog dan dosen tetap fakultas
ilmu sosial dan politik Universitas Indonesia berpendapat bahwa

“Membangun karakter bangsa itu harus menjadi komitmen bangsa secara


Nasional. Dan itu perlu dilakukan secara masiv, sejak anak masih bayi. Tidak bisa
hanya dilakukan sepotong-sepotong atau hanya parsial oleh keluarga-keluarga
tertentu saja. Harus bersama-sama seluruh keluarga di Indonesia, secara kolektif,”

Perbaikan pola pendidikan anak dalam keluarga dan mengoptimalakannya


merupakan suatu keharusan. Dikutip dari harian REPUBLIKA.CO.ID Pemkot
Surabaya meresmikan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kota Surabaya di
lantai II Gedung Siola Jalan Tunjungan, Senin (9/1). Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini mengatakan, selama ini jika ada masalah orangtua dengan anak, si
anak yang selalu disalahkan dan mendapat julukan anak nakal. Padahal, keluarga
punya andil dalam membentuk kepribadian anak.

Lalu sebenarnya, negara ini tidak perlu bersusah payah untuk mencari
pedoman membangun negara yang berkarakter mulia. Kita hanya perlu membuka
mata dan pikiran kita untuk melihat dan menerawang ke atas menatap langit.
Apakah yang dapat kita peroleh? Kawanan burung burung beterbangan? Ya.
Lebih spesifik lagi, mari kita lihat angsa. Mereka selalu terbang dengan formasi
yang rapi membentuk huruf V. Terbang beriringan. Ketika ada yang lepas dari
barisan, pasti ada yang ikut menemani sebelum akhirnya ikut berganbung kembali
ke barisan formasi rombongan migrasi. Terkadang terjadi pertukaran posisi
pemimpin barisan. Mereka tetap rapi. Keberanian juga nampak dari kegiatan
migrasi mereka yang terjadi setiap pergantian musim tiba. Menghadapi segala
kemungkinan serangan ataupun lingkungan yang mungkin dapat mengancam
kehidupan mereka. Tidak tahu mereka akan sampai ke tujuan dengan selamat
ataukah tidak. Mereka dengan yakin mengepakkan sayapnya untuk tempat hidup
yang lebih baik lagi. Remaja diharapkan memiliki karakter berani dan tidak ragu
di setiap langkah kakinya. Namun, tetap tidak melupakan kehati-hatian. Dengan
memetik pelajaran dari kehidupan angsa, mungkin saja sedikit demi sedikit negara
ini dapat keluar dari krisis moral.

Keluarga dari sekumpulan manusia dapat belajar dari makhluk yang bijak.
Angsa. Keluarga yang mengajarkan kepemimpinan, kepedulian, keberanian dan
karakter yang dapat membangun bangsa ke depan. Namun, pendidikan keluarga
tidaklah selalu harus melihat pada keluarga angsa. Manusia dapat lebih bijaksana
menyikapi segala persoalan yang terjadi dengan menajamkan mata dan hatinya.
Semoga bangsa ini akan tetap berdiri kukuh dan mampu melepaskan diri dari
belenggu krisis nilai-nilai moral, sosial dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai