Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

. Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah


adanya otorea yang menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan
perforasi membran timpani. Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan
jika terdapat perforasi membran timpani disertai pengeluaran sekret terjadi selama
minimal dalam 6 minggu dimana sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga
luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Menurut Buku THT
FKUI edisi keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis
di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2
bulan. Jadi, karena pasien menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga
mengeluarkan cairan sejak 2 minggu lalu serta ditemukannya perforasi membran
timpani pada telinga kanan, maka pasien dapat didiagnosis menderita Otitis Media
Supuratif Kronik.
Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluh keluar cairan dari telinga kanan
dan telinga kiri yang hilang timbul. Orang tua Os mengaku sering keluar cairan
dari telinga kanan dan kiri yang hilang timbul.. Cairan berwarna kekuningan, agak
kental, sedikit berbau, tidak becampur darah dan keluar pada siang dan malam
hari sejak 1 tahun yang lalu. Pada kasus ini, Otitis media akut yang diderita pasien
tidak mencapai stadium resolusi karena perforasi yang menetap dengan sekret
yang keluar secara intermiten. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti
imunitas atau daya tahan tubuh pasien rendah, pengobatan yang dilakukan tidak
adekuat atau tidak tuntas misalnya pemberian obat tidak teratur, tingkat virulensi
kuman yang tinggi, adanya infeksi fokal di hidung dan faring, dan lain-lain.
Sejak umur 3 bulan os memang sering mengalami batuk, pilek yang
disertai demam. Orang tuanya mengatakan os sudah dibawa ke puskesmas sejak
keluhan tersebut pertama kali timbul dan sudah diberikan obat, keluhan kemudian
berkurang tetapi kambuh kembali. Seperti yang kita ketahui, faktor risiko
timbulnya OMSK adalah gangguan fungsi tuba eustachius akibat infeksi hidung

34
dan tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering berulang, obstruksi tuba,
pembentukan jaringan ikat, penebalan mukosa, polip, adanya jaringan granulasi,
timpanosklerosis, OMSK juga lebih mudah terjadi pada orang yang pernah
terkena penyakit telinga pada masa kanak-kanak, perforasi membran timpani
persisten, terjadinya metaplasia pada telinga tengah, otitis media yang virulen,
memiliki alergi, keadaan imunitas yang menurun.
Pasien didiagnosis menderita OMSK tipe benigna karena telinga
mengeluarkan sekret secara intermiten dan pada pemeriksaan fisik ditemukannya
membran timpani yang mengalami perforasi sentral tanpa terbentuknya
kolesteatoma, jaringan granulasi, destruksi ke tulang ataupun adanya komplikasi
lain.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret keluar secara terus menerus larutan H202 3%
diberikan untuk 3-5 hari. Nanti setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena obat tetes telinga banyak
yang memiliki efek samping ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan hanya
dipakai 1 atau 2 minggu dan pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat
diberikan antibiotika Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap
Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan ampicilin asam klavulanat.
Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan kultur
kuman penyebab dan uji resistensi. Pada pasien ini, diberikan Cefixime 2x ½ cth
syr/oral. Selain itu, juga diberikan anti histamin cetirizin 1 x ¼ cth syr/oral. Bila
sekret telah kering namun perforasi menetap setelah observasi selama 2 bulan
maka sebaiknya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti dengan tujuan
menghentikan infeksi dan memperbaiki membran timpani yang ruptur sehingga
fungsi pendengaran membaik dan komplikasi tidak terjadi.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Nursiah S. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan


Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam
Malik Medan. Medan : FK USU

2. WHO. 2004. Chronic suppurative otitis media burden off illness and
management options. Child and Adolescent Health and Development
Prevention of Blindness and Deafness. Geneva Switzerland.

3. Aboet A. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan


Guru Besar Tetap Bagian Ilmu Kesehatan Hidung Telinga Tenggorok
Bedah Kepala Leher. Medan : FK USU

4. Farida et al. 2009. Alergi Sebagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Otitis
Media Supuratif Kronik Tipe Benigna. Makassar : Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanudin

5. Djaafar ZA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala leher. Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

6. AdamsGL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.
Boies, Buku Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta: EGC

7. Anonim. Otitits Media Kronis. 2009. Diunduh dari


http://www.medicastore.com pada tanggal 18 November 2015.

8. Anonim. Ear Discharge. 2008. Diunduh dari


http://www.myhealth.gov.my/myhealth pada tanggal 18 November 2015

9. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotik Topikal Pada Otitis Media


Supuratif Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 132.2001.

10. Parry D. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical


Treatment:Follow-Up. Diunduh dari
http://www.emedicine.medscape/otolaryngology pada tanggal 18
November 2015

36

Anda mungkin juga menyukai