DISUSUN OLEH
MUHAMMAD BRILLIANT BIDJAKSONO
15513015
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karuniaNya saya dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama
“Kepemimpinan dalam Islam”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah pengetahuan kepada pembaca di bidang agama Islam, khususnya
dalam peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Di samping itu, makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Kata Pengantar……………………………………………………………... 1
Daftar Isi…………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 3
1.1.Latar Belakang……………………………………………………........ 1
1.3.Ruang Lingkup………………………………………………………… 2
2.1. Kepemimpinan……………………………………………………... 3
BAB IV PENUTUP……………………………………………………… 21
4.1. Kesimpulan………………………………………………………. 21
4.2. Saran……………………………………………………………… 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.
Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang
teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak
untuk memimpin dirinya sendiri.
1. Mengembangkan pendapat siswa untuk selalu optimis dan percaya diri akan
kemampuan sendiri pada penulisan makalah ini.
2. Mendidikan siswa untuk dapat menunjukkan kualitas daya pikirnya sebagai
insan akademik yang memiliki kemampuan intelektual.
3. Mendidik agar dapat memberi alasan sari pengalaman yang didapat kemudian
disosialisasikan dalam bentuk tulisan.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat tugas pendidikan agama.
1.3. RUANG LINGKUP
Karena keterbasan kemampuan penulis, maka ruang lingkup tugas akhir ini
BAB II
PENJELASAN KEPEMIMPINAN
2.1. KEPEMIMPINAN
A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak sehingga dirinya dan orang-orang
yang
pemimpin yang terbaik dan termulia di sisi Allah swt dan manusia.
dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Iringi hal itu
2. LAKI-LAKI
kaum yang dipimpim oleh seorang wanita (Riwayat Bukhari dari Abu
Bakarah Radhiyallahu’anhu).
menurut apa yang diturunkan Allah, dan jaganlah kamu mengikuti hawa
jabatannya.
Tirmidzi).
7. MENASIHATI RAKYAT
bersuara ini adalah platform bagi rakyat utk memberi idea atau kritikan
kepada kerajaan & pemimpin agar sma mngembling tenaga & ijtihad
tolonglah saya, dan apabila saya berlaku buruk, betulkn saya..", manakala
Khalifah Umar prnah ditegur oleh seorang wanita ketika memberi arahan
Akan tetapi sekarang ini, Dimanakah Imam Mahdi tersebut? dan siapakah
yang memimpin umat Islam di zaman ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 4
dasar falsafi kepemimpinan kelompok dalam Islam (syi’ah), yaitu:
Pertama, Allah adalah hakim mutlak seluruh alam semesta dan segala isinya..
Allah adalah Malik al-Nas, pemegang kedaulatan, pemilik kekuasaan, pemberi
hukum. Manusia harus dipimpin oleh kepemimpinan Ilahiyah. Sistem hidup yang
bersumber pada sistem ini disebut sistem Islam, sedangkan sistem yang tidak
bersumber pada kepemimpinan Ilahiyah disebut kepemimpinan Jahiliyah. Hanya
ada dua pilihan kepemimpinan Allah atau kepemimpinan Thagut.
Kedua, kepemimpinan manusia yang mewujudkan hakimiah Allah dibumi adalah
Nubuwwah. Nabi tidak saja menyampaikan Al-qanun Al-Ilahi dalam bentuk
kitabullah, tetapi juga pelaksana qanun itu sendiri. ”Seperangkat hukum saja tidak
cukup untuk memperbaiki masyarakat. Supaya hukum dapat menjamin
kebahagiaan dan kebaikan manusia, diperlukan pelaksana.” menurut Khomeini.
Para Nabi diutus untuk menegakkan keadilan, menyelamatkan masyarakat
manusia dari penindasan. Nabi telah menegakkan pemerintahan Islam dan
Imamah keagamaan sekaligus.
Pada zaman Abu Bakar dan Umar, kedua kelompok ini –setelah komplik
yang juga tidak begitu besar—bergabung mendukung keduanya. Sehingga, seperti
dikatakan Maududi, Abu Bakar dan Umar berhasil menegakkan sistim politik
yang adil: pemerintahan berdasarkan musyawarah, amanah, kekuasaan hukum,
jiwa demokrasi, dan anti ashabiyah. Kualifikasi Pemimpin dalam Pemikiran Islam
Sebenarnya, apa sajakah kualifikasi pemimpin menurut para pemikir politik
Islam? Adalah Al-Farabi yang memiliki concern mengenai pewenang tertinggi
dalam pemerintahan ini. Beliau menyebutnya dengan al-ra'is al-awwal li al-
madinah al-fadhilah wa ra'is al-mamirah min al-ardh kulliha (Pemimpin Tertinggi
Negara Utama dan Pemimpin Oikumene Dunia). Di antara sifat-sifat pemimpin
yang disebutkan Al-Farabi ialah : "…bijak, berbadan kuat, bercita-cita tinggi, baik
daya pemahamannya, kuat daya hafalannya, sangat cerdas, fasih berbicara, cinta
kepada ilmu, sanggup menanggung beban dan kesulitan karenanya, tidak rakus
kepada kenikmatan jasmani, cinta kepada kejujuran, mulia jiwanya, adil dan
teladan bagi semua orang –hatta terhadap diri dan keluarganya—serta berani dan
paling awal." Al-Farabi juga menyebutkan : "Terhimpunnya semua syarat dan
sifat ini dalam diri seseorang adalah sesuatu yang jarang terjadi. Apabila semua
ini terpenuhi dalam diri seseorang, dialah sang pemimpin.
" Al-Mawardi, teoritisi utama politik Islam Sunni memerinci dalam kitab Al-
Ahkam Al-Sulthaniyyah, bahwa : "Orang yang layak menyandang kepemimpinan,
harus memenuhi tujuh syarat, yaitu :
1) adil dengan keseluruhan persyaratannya;
2) berilmu pengetahuan sehingga mampu berijtihad dalam kasus-kasus yang
dihadapi dan ketetapan-ketetapan hukum;
3) memiliki kesempurnaan indra seperti pendengaran, penglihatan, dan
pembicaraan agar dengannya ia bisa melaksanakan tugasnya sendiri;
4) tak memiliki cacat tubuh yang bisa menghalangi dinamika kerja dan tindakan
segera;
5) memiliki kemampuan menggagas yang dapat melahirkan strategi
kepemimpinan rakyat dan pengaturan kemaslahatan;
6) berani dan tangguh sehingga mampu mempertahankan Negara dan melawan
musuh; dan
7) nasab sang pemimpin hendaklah dari keturunan Quraisy, dan mendapatkan
kesepakatan (konsensus).
" (Lihat Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, 6). Sementara itu, uraian tentang
kepemimpinan Islam dalam pandangan Syi'ah bertolak dari konsep wilayah dan
imamah. Wilayah adalah konsep luas yang meliputi juga imamah dan wilayah
bathiniyyah. Sedangkan imamah adalah kepemimpinan (zi'amah), pemerintahan
(hukumah) dan riasah 'ammah dalam urusan dunia dan agama, yang terdapat pada
diri Nabi Saw dan para imam sesudah Nabi. Menurut Murtadha Muthahhari, kata
wala, walayah, wilayah, wali, maula, dan derivat lainnya, banyak sekali disebut
dalam Al-Quran. Sebagai kata kerja disebut 124 kali, dan sebagai kata benda
disebut 112 kali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Al-Quran memandang
masalah wilayah. Dalam buku Al-Mukaddimah, Ibn Khaldun menulis tentang
kualifikasi pemimpin : "Syarat-syarat jabatan ini ada empat; ilmu, keadilan,
kemampuan, dan keselamatan indra dan
anggota tubuh dari hal-hal yang bisa mempengaruhi cara berpendapat dan
bertindak. Adapun syarat kelima, tentang keturunan Quraisy, hal ini masih
diperselisihkan. Syarat berilmu pengetahuan juga jelas, karena dia akan bisa
menjalankan hukum-hukum Allah apabila dia mengetahuinya. Hal yang tidak
diketahuinya tidak boleh diajukan sebagai (ketetapan) hukum dan perintahnya.
Berilmu pengetahuan yang dimaksudkan tidak akan memadai kecuali dia seorang
mujtahid, mengingat taklid adalah suatu kekurangan; sementara kepemimpinan
menuntut kesempurnaan dalam karakteristik dan watak…" (Baca : Ibn Khaldun,
Muqadimah, 135). Abd Al-Malik Al-Juwaini (Imam Al- Haramain), dalam
kitabnya, Al-Irsyad; Al-Qalqasyandi dalam bukunya, Ma'atsir Al-Inafah fi
Ma'alim Al-Khilafah (1 : 31),
pasal kedua, bab syarat-syarat imamah, dan Ibn Hazm Al-Andalusi, di antara para
ulama yang lain, umumnya mengungkapkan kualifikasi-kualifikasi yang sama,
dengan beberapa variasi kecil.
BAB III
Dalam ajaran agam Islam, hadits nabi menyebutkan bahwa setiap manusia
adalah seorang pemimpin, apakah ia sebagai kepala keluarga, sebagai imam suatu
umat, seorang wanita yang kedudukannya sebagai ibu rumah tangga dan bahkan
seorang pembantu sekalipun ia adalah seorang pemimpin.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang berbunyi :Artinya : Abu Nu’man
menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid menceritakan hadits kepada
kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata: Rasulullah SAW. Bersabda
“setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban.
Oleh karena itu seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban, dan seorang laki-laki adalah seorang pemimpin atas
keluarganya, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang
wanita (istri) adalah pemimpin atas rumah suaminya dan setiap kamu akan
dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang hamba (pembantu) adalah pemimpin
atas harta tuannya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban.
Maka ingatlah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan akan diminati
pertanggungjwaban atas kepemimpinannya” . Kecuali sebagai Nabi, Muhammad
SAW. adalah pemimpin yang tangguh dan paling efektif. Segala macam kualitas
yang dibutuhkan untuk tampil sebagai figur kepemimpinan berhimpun pada
pribadi Muhammad SAW.. Kita dapat mencatat umpamanya beberapa hal
persyaratan yang telah dimiliki beliau :
Beliau adalah pribadi yang mempunyai sifat-sifat terpuji, diantaranya adalah
siddiq54. Selaku pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi ketika diuji
dengan harta, dengan kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan tidak
tergoyahkan. Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan
pandangan yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan diskusi
dengan para sahabatnya dalam memutuskan suatu perkara yang rumit. Bahkan
lebih dari itu, terkadang ide orang lain bahkan ide musuh-musunya kalau
dianggap baik beliau mengambilnya.
Hal ini dilakukan dengan prinsip nisfu aqlika fi ‘aduwwika yang artinya
sebagian dari ide anda dapat diperoleh dari taktik atau gagasan musuh-musuhmu.
Konsep kepemimpinan (leadership) dalam pandangan agama Islam berdasarkan
firman Allah SWT. surat Al Baqoroh ayat 30 yang berbunyi :Artinya : Ingatlah
ketika Tuhanmu kepada para Malaikat :”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
khalifah di muka bumi" (QS. Al Baqoroh, 30) Kandungan ayat tersebut
menjelaskan nikmat-nikmat Allah SWT. yang dengan nikmat tersebut menjauhan
dari maksiat dan kufur serta dapat memotivasi seseorang untuk beriman kepada
Allah SWT.. Diciptakannya Nabi Adam AS. dalam bentuk yang sedemikian rupa
disamping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam
semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah SWT. di bumi. Hal tersebut
merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunannya
dengan cara taat kepada Allah SWT. dan tidak ingkar kepadaNya, termasuk
menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT.Sedangkan penjelasan dari
ayat ini adalah bahwa sesungguhnya kami (Allah SWT.) akan menjadikan Adam
sebagai khalifah dan pengganti makhluk lain yang dulu menghuni bumi, mereka
itu telah musnah karena saling menumpahkan darah, sekarang Adam adalah
pengganti mereka.
1. Shiddiq (Jujur). Ini adalah sifat kejujuran yang sangat ditekankan Rasul baik
kepada dirinya maupun pada para sahabat-sahabatnya (Semoga kita juga
meneladaninya).Adalah ciri seorang muslim untuk jujur. Sehingga Islam bukan
saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar.
3. Tabligh (Menyampaikan yang benar). Ini adalah sebuah sifat Rasul untuk
tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk kepentingan umat dan
agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan informasi berharga hanya
untuk dirinya sendiri. Subhanallah.
4. Fathonah (Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan
jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia
ambbil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat. Dengan mengenal
beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa Seorang Rasulullah
yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi seorang Nabi, Rasul,Kepala
Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat, Pimpinan Umat, Pimpinan Perang menjadi
sangat sukses dalam setiap hal yang beliau geluti. Semoga menjadi landasan bagi
kita dan para pemimpin muslim untuk mampu meneladani apa-apa yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap,
dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
4.2. SARAN
Dalam makalah singkat ini penulis ingin menyarankan kepada rekan mahasiswa
hendaknya kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen pengasuh kita yang
berupa makalah khususnya mata kuliah pendidikan agama islam, kita membuat
sendiri agar kedepannya kita menjadi mahasiswa yang benar-benar siap pakai di
kalangan masyarakat maupun dunian kerja.