Anda di halaman 1dari 8

Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No.

1
February 2017

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C, VITAMIN E, DAN


KROMIUM (CR3+) TERHADAP KADAR INSULIN TIKUS WISTAR
YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Anugrah Linda Mutiarani


Staf Pengajar Gizi Fakultas Kesehatan,Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Email: Anugrahlinda87@unusa.ac.id

ABSTRACT

Objective: To analyze the effect of vitamin C, vitamin E, and chromium (Cr3+) on insulin levels Wistar rats
were induced alloxan.Materials and Methods: This study is an experimental laboratory. Using rats type
Wistar strain Rattus novergicus for 6 weeks with a number of 20 head. The independent variables consist of 5
treatment groups namely normal diet, normal diet + 1 g/hr chromium, normal diet + 2 mg/day of vitamin C,
normal diet + 0.5 mg/day of vitamin E, normal diet + 1 g/hr chromium + 2 mg/day of vitamin C + 0.5
mg/day of vitamin E. The dependent variable is the level of insulin. To know the differences of each
treatment used statistical tests One Way ANOVA, followed by Tukey HSD Post Hoc test with
p<0.05.Results: There were significant differences in insulin levels (p<0.05) in the control group, 1, 2, and 4.
But in the control group and the group 3 there are no significant differences in insulin levels (p=0.145).
Conclusion: Delivery of chromium (treatment 1), vitamin C (treatment 2), and a mixture of chromium,
vitamin C, vitamin E (treatment 4) effect on insulin levels, while administration of vitamin E (treatment 3)
alone had no effect on insulin levels

Keywords: Insulin Levels, Chromium, Vitamin C, Vitamin E

PENDAHULUAN respon insulin terhadap jaringan (hati, lemak, dan


otot) atau resistensi insulin (British Nutrition
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok Foundation, 2013). Dengan demikian pendekatan
penyakit metabolik dengan karakteristik terbaik untuk pengobatan diabetes mellitus adalah
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi dengan memperbaiki resistensi insulin dan fungsi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, sel β pankreas.
2011). International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2013 menyatakan bahwa jumlah penderita Penurunan fungsi sel β pankreas menyebabkan
diabetes terus meningkat tiap tahunnya, saat ini di kondisi gula darah yang tinggi di dalam darah
seluruh dunia pendertia diabetes mellitus mencapai (hiperglikemia). Kondisi hiperglikemia
382 juta orang dan diperkirakan meningkat pada mengakibatkan peningkatan radikal bebas di dalam
tahun 2035 menjadi 592 juta orang. Selain itu sel dan pada jumlah yang berlebihan dapat bersifat
laporan IDF menunjukkan Indonesia merupakan toksik yang mendorong terjadinya stres oksidatif
negara ke-7 terbesar untuk prevalensi diabetes sehingga dapat terbentuk Reactive Oxygen Species
mellitus. Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), di (ROS) atau Reactive Nitrogen Species (RNS)
Indonesia secara keseluruhan lebih dari 33,6% (Desminarti, dkk, 2012).
penduduk mengalami keadaan gula darah puasa
yang terganggu dan 29,9% mengalami keadaan Salah satu mikronutrien yang berperan didalam
toleransi glukosa terganggu yang artinya kondisi ini pengaturan gula darah adalah kromium yang
memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi merupakan kofaktor dalam meningkatkan kerja
diabetes mellitus. insulin dalam pemindahan glukosa ke dalam sel
(Unjiati, 2014). Menurut Lingga (2012) kromium
Pada penderita diabetes mellitus, terjadi sangat penting untuk mengatasi resistensi insulin
disfungsi pada sel β pankreas dan menurunnya dan menurunkan kadar gula darah. Selain kromium,

Manuscript received December 3, 2016, accepted January 23, 2017


14
Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No. 1
February 2017

vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan VARIABEL PENELITIAN


yang berfungsi menangkap radikal bebas serta
mencegah terjadinya reaksi berantai. Vitamin C Variabel independen terdiri dari 5 kelompok
berfungsi sebagai agen pereduksi (donor elektron) perlakuan yaitu diet normal (P0), diet normal + 1
radikal bebas dan menonaktifkannya, sementara µg/hr kromium (P1), diet normal + 2 mg/hr vitamin
vitamin C sendiri menjadi radikal askorbil. Radikal C (P2), diet normal + 0,5 mg/hr vitamin E (P3), diet
ini kemudian didaur ulang kembali menjadi normal + 1 µg/hr kromium + 2 mg/hr vitamin C +
askorbat menggunakan glutation tanpa 0,5 mg/hr vitamin E (P4), sedangkan variabel
menyebabkan kerusakan oksidatif. Vitamin E dependen adalah kadar insulin.
sebagai tokoferol berfungsi mencegah peroksidasi
membran fosfolipid. Tokoferol OH dapat PENENTUAN DOSIS PERLAKUAN
memindahkan atom hidrogen dengan satu elektron
Pemberian dosis pada masing-masing kelompok
ke radikal bebas dan membersihkan radikal bebas
perlakuan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
sebelum radikal bebas bereaksi dengan protein
orang Indonesia Tahun 2012 yang dikonversikan
membran sel atau bereaksi membentuk lipid
untuk tikus. Berdasarkan penelitian Yuliani, dkk
peroksidasi (Barasi, 2009).
(2011) menyebutkan bahwa angka konversi
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa manusia ke tikus wistar (200 gram) adalah 0,018,
vitamin C, vitamin E, dan kromium mempunyai sehingga penentuan dosis kromium, vitamin C, dan
peranan yang penting dalam penangan diabetes vitamin E adalah sebagai berikut :
mellitus. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
1. Kebutuhan kromium manusia sehari sebesar 35
untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C,
µg/hr (AKG, 2012), maka dosis pada tikus
vitamin E, dan kromium terhadap kadar insulin
adalah 35 µg/hr x 0,018 = 0,63 µg/hr ~ 1 µg/hr.
tikus wistar yang diinduksi aloksan.
2. Kebutuhan vitamin C manusia sehari sebesar 90
BAHAN DAN METODE mg/hr (AKG, 2012), maka dosis pada tikus
adalah 90 mg/hr x 0,018 = 1,62 mg/hr ~ 2 mg/hr
RANCANGAN PENELITIAN 3. Kebutuhan vitamin E manusia sehari adalah 15
mg/hr (AKG, 2012), maka dosis pada tikus
Penelitian ini merupakan penelitian true adalah 15 mg/hr x 0,018 = 0,27 mg/hr ~ 0,5
eksperimental yang dilakukan menggunakan desain mg/hr dan 1 mg α tokoferol = 1,49 IU vitamin
eksperimental laboratorik dengan pendekatan E, maka 0,5 mg vitamin E = 1,49 x 0,5 = 0,745
Randomized Pre-Post Test With Control Group IU/hr ~ 0,75 IU/hr
Design. Dengan rancangan ini, memungkinkan 4. Pembuatan Tikus Wistar Diabetes Mellitus
peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) 5. Setelah pemberian perlakuan selama 40 hari,
pada kelompok eksperimen dengan cara tikus yang akan diinduksi aloksan ditimbang
membandingkan kelompok eksperimen dangan untuk diketahui berat badannya. Untuk membuat
kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2005). tikus putih wistar menjadi diabetes yaitu dengan
menginduksikan aloksan secara intraperitonial
SAMPEL PENELITIAN yang mengacu pada penelitian Putri (2014) yaitu
30 mg/150 gram BB tikus. Tanda-tanda
Sampel pada penelitian ini menggunakan tikus
Diabetes Melitus diperoleh jika kadar gula darah
putih jantan jenis Rattus Novergicus galur Wistar
tikus >150 mg/dL.
berjumlah 20 ekor. Usia tikus adalah 2-3 bulan
dengan berat badan 100-200 gram serta tidak PERLAKUAN PADA HEWAN COBA
pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya.
Hewan coba diperoleh dari Laboratorium Biokimia Perlakuan pada hewan coba berupa tikus putih
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berjumlah 20 ekor ditimbang dan dicatat berat
Surabaya. badannya, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah awal sebelum perlakuan, setelah tikus
dinyatakan memiliki gula darah normal (<150
mg/dl) maka dilakukan pengacakan untuk

15
Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No. 1
February 2017

menempatkan pada kandang perlakuan sesuai Tabel 1: Rerata dan Standar Deviasi Variabel
dengan rancangan percobaan yang digunakan. Kadar Insulin (ng/dl) Pada Semua Kelompok
Tikus diadaptasikan dalam kondisi sama selama
enam hari dalam kandang beralaskan sekam. Tikus Kelompok Sesudah
jantan dalam satu kandang berisi 4 ekor yang tidak Kelompok Kontrol 8,80 ± 3,67
memerlukan penyekat, karena tidak berkelahi. Kelompok Kromium 20,76 ± 1,452
Pakan yang diberikan berupa pakan normal Kelompok Vitamin C 18,27 ± 3,325
(confeed PARS 69,23% + tepung terigu 30,77% +
Kelompok Vitamin E 15,27 ± 4,562
air secukupnya) sebesar 20 gram/hari dan diberikan
Kelompok Kromium,
minum berupa air kemasan yang diberikan secara 24,25 ± 4,456
Vitamin C, Vitamin E
ad libitum. Setelah dilakukan adaptasi, tikus
tersebut dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan
sehingga tiap kelompok terdiri dari 4 ekor. Masing- Pada Tabel 1 menunjukkan rerata kadar insulin
masing perlakuan dilaksanakan selama 40 hari, pada masing-masing kelompok. Untuk melihat
kemudian pada hari ke 41 tikus diinduksi perubahan rerata kadar insulin tersebut dapat dilihat
menggunakan aloksan dan ditunggu selama 3 hari, pada Gambar 1.
kemudian pada hari ke 43 diperiksa kadar
insulinnya.
30
PEMERIKSAAN KADAR INSULIN 24.25
25
20.76
Pengukuran kadar insulin menggunakan rat 18.27
20
ELISA kit dalam satuan ng/ml, dimana serum tikus 15.27
diambil dari intrakardial (jantung). 15

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 10 8.8 8.8 8.8 8.8

Data yang diperoleh akan dianalisa secara 5


statistik menggunakan uji beda yang didahului
dengan uji normalitas data, apabila distribusi data 0
normal maka dilanjutkan dengan uji statistik “One P0 P1 P0 P2 P0 P3 P0 P4
Way Anova”. Kemudian data diolah secara
komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Kadar Insulin Kontrol (ng/dl)
16. One way Anova ini digunakan karena perlakuan Kadar Insulin Perlakuan (ng/dl)
pada sampel lebih dari satu, selain itu juga
digunakan untuk mengetahui homogenitas sampel.
Gambar 1. Perubahan Rerata Kadar Insulin Tikus
Hasil yang ada menggambarkan berbeda makna
Wistar
atau tidak.
Keterangan: P0: Tikus dengan diet normal, P1:
Jika ada perbedaan maka dilanjutkan dengan uji
Tikus dengan diet normal + kromium, P2: Tikus
Post Hoc Tukey untuk melihat perbedaan dari tiap
dengan diet normal + vitamin C, P3: Tikus dengan
kelompok. Batas derajat kemaknaan yang akan
diet normal + vitamin E, P4: Tikus dengan diet
dicapai adalah p<0,05.
normal + kromium + vitamin C + vitamin E
HASIL PENELITIAN Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa
perubahan rerata kadar insulin terhadap kontrol
Setelah Perlakuan, tikus wistar diinjeksi aloksan
paling tinggi adalah kelompok kromium, vitamin C,
pada hari ke 41 kemudian pada hari ke 43 dilakukan
dan vitamin E yaitu sebesar 15,45 ng/dl, sedangkan
pengukuran kadar insulin pada masing-masimg
perubahan rerata kadar insulin terhadap kontrol
tikus wistar. Rerata kadar insulin dapat dilihat pada
yang paling rendah adalah kelompok vitamin E
tabel 1 berikut ini:
yaitu sebesar 6,47 ng/dl.

16
Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No. 1
February 2017

UJI NORMALITAS INSULIN kecuali untuk kelompok vitamin E tidak terdapat


perbedaan yang bermakna p>0,05 (p = 0,145).
Untuk menguji perbedaan kadarinsulin antara
kelompok kontrol (diet normal) dengan kelompok Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok
perlakuan, perlu dilakukan uji normalitas terlebih kromium, vitamin C, dan kelompok campuran dari
dahulu menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. kromium, vitamin C, dan vitamin E memiliki
Hasil uji normalitas kadar insulin adalah sebagai pengaruh terhadap kadar insulin. Sedangkan
berikut: kelompok vitamin E tidak memiliki pengaruh
terhadap kadarinsulin.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Kadar Insulin Tikus
Wistar PEMBAHASAN

No Kelompok P value Diabetes mellitus merupakan sekumpulan


1 Kelompok Kontrol 0,994 sindrom heterogen yang ditandai dengan
2 Kelompok Kromium 0,956 peningkatan glukosa darah puasa yang disebabkan
oleh defisiensi insulin relatif atau absolut (Champe,
3 Kelompok Vitamin C 0,998
et al., 2010).
4 Kelompok Vitamin E 0,993
Kelompok Kromium, Kondisi ini menyebabkan glukosa yang masuk
5 0,965
Vitamin C, Vitamin E ke dalam sel berkurang. Akibatnya, sel kekurangan
glukosa sehingga kemungkinan tidak terjadi
penimbunan glikogen. Sebaliknya, akan terjadi
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa uji
mobilisasi cadangan glikogen di hati mau pun di
normalitas kadar insulin pada masing-masing
otot untuk dikatabolisme menghasilkan glukosa dan
kelompok memiliki nilai p>α yang artinya data
dilepas ke pembuluh darah sehingga menyebabkan
kadar insulin terdistribusi normal.
kondisi hiperglikemia. Hiperglikemia kronis pada
diabetes melitus akan disertai dengan kerusakan,
PERBEDAAN KADAR INSULIN
gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya
ANTARA KELOMPOK PERLAKUAN
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
DAN KELOMPOK KONTROL (Suarsana, dkk., 2010).
Untuk menguji perbedaan kadar insulin antara
Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
prevalensi yang diprediksi akan terus meningkat
dilakukan uji One Way ANOVA dan didapatkan
tiap tahunnya, sehingga hal ini membuktikan bahwa
hasil p<0,05. Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc
penyakit diabetes mellitus merupakan masalah
Tukey untuk masing-masing variabel yang dapat kesehatan masyarakat. penyakit ini merupakan
dilihat pada Tabel 3.
faktor resiko utama terjadinya komplikasi penyakit
yang lain
Tabel 3. Hasil Uji Post Hoc Tukey Kadar Insulin
Kelompok Perlakuan dengan Kelompok Kontrol
PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM
No Kelompok P value TERHADAP KADAR INSULIN
1 Kelompok Kromium 0,003
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih
2 Kelompok Vitamin C 0,017
rerata kadar insulin terhadap kelompok kontrol
3 Kelompok Vitamin E 0,145
cukup tinggi yaitu sebesar 11,96 ng/dl. Selain itu,
Kelompok Kromium,
4 0,000 berdasarkan hasil penelitian menyatakan pula
Vitamin C, Vitamin E
bahwa ada perbedaan antara kelompok kromium
dan kelompok kontrol dengan nilai p<α (p=0,003).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian
Dari Tabel 3 diatas dapat disimpulkan bahwa antara
kromium memberikan pengaruh terhadap kadar
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
insulin tikus wistar.
terdapat perbedaan yang bermakna yaitu p < 0,05,

17
Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No. 1
February 2017

Fungsi kromium di dalam tubuh adalah dan kelompok kontrol dengan nilai p<α (p=0,017).
transformasi kromium menjadi bentuk aktif biologis Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian
yang disebut GlucoseTolerance Factor (GTF) yang vitamin C memberikan pengaruh terhadap kadar
merupakan suatu kompleks metalloprotein yang insulin tikus wistar.
terbentuk dari oligopeptida chromodulin, yang
terdiri dari empat residu asam amino, yaitu aspartat, Meningkatnya kadar glukosa darah akibat
sistein, glutamate, dan glisin, terikat dengan empat pemberian aloksandapat disebabkan oleh dua hal
pusat kromium. yaitu terbentuknya radikal bebas dan terganggunya
permeabilitas membran sel yang mengakibatkan
Studi tentang mekanisme kerja kromium terjadinya kerusakan sel beta pankreas penghasil
menunjukkan adanya suatu biomolekul yang insulin. Peran insulin adalah mendorong glukosa
mengandung kromium, yaitu LMWCr (Low masuk ke dalam sel untuk di metabolisme, tetapi
Molecular Weight-Chromium binding substance), karena sel beta rusak maka glukosa tidak dapat
yang disebut kromodulin. Kromodulin tersusun oleh dimetabolisme, melainkan tertumpuk di dalam
oligopeptida dari glisin, sistein, aspartat dan darah (Winarsi, dkk, 2013)
glutamat bersama kromium. Kromodulin berperan
untuk melakukan aktivasi reseptor insulin kinase. Insulin merupakan hormon protein yang
Ikatan kompleks kromodulin berikatan dengan berinteraksi dengan reseptor sel organ target untuk
reseptor insulin dan menjaganya agar tetap dalam meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap
kondisi yang aktif sehingga meningkatkan glukosa, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam
masuknya glukosa ke dalam sel (Olivia J.P., 2010; sel-sel otot (disimpan sebagai glikogen), dan juga
Unjiati, 2014). Perkiraan mekanisme transport ke dalam sel jaringan lemak (disimpan sebagai
kromium didalam tubuh adalah kromium disimpan trigliserida).
di dalam darah dalam bentuk terikat pada transferin,
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
kompleks kromium-transferin terhubungkan dengan
Wulandari, dkk (2014) menyebutkan adanya
transferin reseptor dan masuk ke dalam sel. Jika
penurunan kadar vitamin C dalam DM tipe 2.
glukosa darah meningkat atau insulin disekresi
Vitamin C secara struktural mirip dengan glukosa,
maka akan meningkatkan kromium ke dalam
dan dapat menggantikan glukosa dalam berbagai
plasma (Linder, 2006).
reaksi kimia, sehingga efektif untuk pencegahan
Mekanisme peran kromium adalah menfasilitasi glikosilasi protein non-enzimatik.
interaksi insulin dengan reseptor ketika glukosa
Asam askorbat (vitamin C), antioksidan non
masuk di permukaan sel. sehingga hal ini dapat
enzimatis, berperan penting dalam melindungi
menurunkan resiko terjadinya penyakit diabetes
kerusakan sel akibat radikal bebas yaitu auto
mellitus.
oksidasi glukosa, glikosilasi protein yang terlibat
Akan tetapi pada penelitian ini menunjukkan dalam pembentukan stress oksidatif dan etiologi
bahwa setelah dilakukan injeksi aloksan tetap terjadinya diabetes mellitus. Vitamin C mengurangi
terjadi penurunan kadar insulin pada masing-masing toksisitas glukosa yang berkontribusi mencegah
tikus wistar, hanya saja pada kelompok kromium penurunan massa sel β dan kadar insulin.
memiliki penurunan kadar insulin yang cukup Berkurangnya kadar glukosa darah karena vitamin
rendah dibandingkan kelompok kontrol. C plasma berperan dalam modulasi kerja insulin
pada penderita diabetes. Peningkatan kerja insulin
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C yang dimediasi vitamin C terutama disebabkan oleh
TERHADAP KADAR INSULIN peningkatan metabolisme glukosa non-oksidatif.
(Winarsi, dkk, 2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
selisih rerata kadar insulin terhadap kelompok Akan tetapi pada penelitian ini tetap
kontrol yaitu sebesar 9,47 ng/dl. Selain itu, menunjukkan bahwa setelah dilakukan injeksi
berdasarkan hasil penelitian menyatakan pula aloksan tetap terjadi penurunan kadar insulin pada
bahwa ada perbedaan antara kelompok vitamin C masing-masing tikus wistar, hanya saja pada
kelompok vitamin C memiliki penurunan kadar

18
Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No. 1
February 2017

insulin yang cukup rendah jika dibandingkan Vitamin E perlu bantuan vitamin C untuk
dengan kontrol. menstabilkan kembali radikal tokoferoksil. Hal ini
sejalan dengan Barasi (2009) bahwa Vitamin E
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E (sebagai tokoferol) dapat menyumbangkan satu
TERHADAP KADAR INSULIN hidrogen ke radikal lipid peroksil, untuk
menghasilkan lipid hidroperoksida dan radikal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tokoferoksil. Radikal tokoferoksil sukar bereaksi,
selisih rerata kadar insulin terhadap kelompok sehingga membutuhkan vitamin C atau glutation
kontrol yaitu sebesar 6,47 ng/dl. Selain itu, untuk mendaur ulang radikal ini menjadi tokoferol
berdasarkan hasil penelitian menyatakan pula dan dapat berfungsi kembali sebagai antioksidan.
bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok
vitamin E dan kelompok kontrol dengan nilai p>α Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
(p=0,145). Sehingga dapat disimpulkan bahwa vitamin E tidak berbeda nyata atau berpengaruh
pemberian vitamin E tidak memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah dan insulin tikus
terhadap kadar insulin tikus wistar. wistar. Dalam kerjanya sebagai antioksidan, vitamin
E perlu dikombinasi dengan konsumsi vitamin C
Diabetes pada hewan percobaan yang diinduksi sebagai penstabil radikal yang terbentuk secara
oleh aloksan, terjadi karena gangguan sekresi alami dari vitamin E, sehingga vitamin E dapat
insulin disebabkan oleh kerusakan sel ß pankreas menjalankan fungsinya kembali sebagai antioksidan
oleh akumulasi radikal bebas dari aloksan.
Penghilangan atau pengurangan radikal bebas (efek PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM,
antioksidatif) pada sel β kemungkinan dapat VITAMIN C, DAN VITAMIN
menurunkan kerusakan sel β dan memperbaiki ETERHADAP KADAR INSULIN
fungsi insulin sehingga kadar glukosa darah pada
tikus diabetes dapat diturunkan (efek hipoglisemik). Selisih rerata kadar insulin terhadap kelompok
kontrol yaitu sebesar 15,45 ng/dl. Berdasarkan hasil
Vitamin E merupakan antioksidan yang penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan
berperan penting di dalam melindungi susunan antara kelompok kromium, vitamin C, dan vitamin
lipida di dalam sel mitokondria dari kerusakan E dan kelompok kontrol dengan nilai p<α
oksidasi. Proses peroksidasi lipid dapat (p=0,000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel dan terdapat pengaruh pemberian kromium, vitamin C,
struktur dari membran sel. Membran sel terdiri dari dan vitamin E secara bersama terhadap kadar
asam lemak tidak jenuh ganda yang mudah insulin tikus wistar.
dioksidasi oleh radikal bebas. (Bender, 2010)
Hiperglikemi akan terjadi sesuai dengan derajat
Vitamin E teroksidasi sangat lambat sehingga kerusakan sel beta yang menyebabkan turunnya
memberikan peran yang sangat baik sebagai sekresi insulin. Pelepasan insulin dari sel beta
antioksidan. Dalam kerjanya sebagai antioksidan, pankreas sangat tergantung pada transpor glukosa
vitamin E menonaktifkan radikal bebas yang melewati membran sel dan interaksinya dengan
menyerang jaringan dan mencegah oksidasi dari sensor glukosa yang akan menginduksi peningkatan
asam lemak tidak jenuh. (Schlenker dan Roth, glukokinase. Bila glukosa plasma tinggi maka
2011) sekresi insulin secara normal meningkat dan
glukogenesis hati juga meningkat
Tetapi pada penelitian ini, vitamin E tidak
memiliki pengaruh terhadap kadar glukosa darah Kromium dalam bentuk suplemen maupun
maupun kadar insulin. Hal ini mungkin terjadi makanan paling banyak dalam bentuk trivalen yang
karena vitamin E bekerja sendiri sebagai merupakan bentuk paling stabil. Kromium
antioksidan. Kumalingsih (2007) menyatakan mempunyai fungsi meningkatkan kerja biologis
bahwa kombinasi beberapa jenis antioksidan insulin. Penyerapan kromium berbanding terbalik
memberikan perlindungan yang lebih dengan proporsi kromium yang dikonsumsi karena
baik(sinergisme) terhadap oksidadi dibandingkan penyerapan tubuh terhadap kromium dari makanan
dengan satu jenis antioksidan saja.

19
Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No. 1
February 2017

sangat rendah. Pada penelitian Cefalu dan Hu, 2004 Bender. D. A. 2010. Nutritional Biochemistry of
dalam Unjiati, 2014 menyebutkan bahwa ada The Vitamins. New York. Cambridge
beberapa faktor yang menghambat penyerapan University Press.
kromium yaitu konsumsi itat dan glukosa,
sedangkan penambahan vitamin C, asam amino, British Nutrition Foundation, 2013. Nutrition and
oksalat dapat membantu penyerapan kromium. development: short an long term
consequences for your health. British:
Barasi (2009) menyatakan bahwa Vitamin E blackwell publishing Ltd.
(sebagai tokoferol) dapat menyumbangkan satu
hidrogen ke radikal lipid peroksil, untuk Champe, Pamela C, et al., 2010. Biokimia Ulasan
menghasilkan lipid hidroperoksida dan radikal Bergambar. Jakarta: EGC
tokoferoksil. Radikal tokoferoksil sukar bereaksi,
Desminarti, Susi (dkk). 2012. Efek Bubuk Tempe
sehingga membutuhkan vitamin C atau glutation
Instan Terhadap Kadar Malonaldehid
untuk mendaur ulang radikal ini menjadi tokoferol
(MDA) Serum Tikus Hiperglikemik. Jurnal
dan dapat berfungsi kembali sebagai antioksidan.
Kedokteran Hewan. ISSN: 1978-225X. Vol.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 6 No. 2, September 2012
penggunaan secara bersama kromium, vitamin C,
IDF 2013. Diabetic Atlas. Sixth Edition.
dan vitamin E berpengaruh yang paling efektif
www.idf.org/diabetesatlas.
terhadap kadar insulin serum dibandingkan dengan
penggunaan kromium, vitamin C, maupun vitamin Kumalaningsih, Sri. 2007. Antioksidan Alami.
secara terpisah. Surabaya: Penerbit Trubus Agrisarana
Penggunaan secara bersama kromium, vitamin Lingga, Lanny. 2012. Bebas Diabetes Tipe 2 Tanpa
C, dan vitamin E dapat lebih mudah dalam Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka
melumpuhkan radikal bebas, sehingga pengurangan
radikal bebas (efek antioksidatif) pada sel β Mutiarani, Anugrah Linda. 2015. Pengaruh
kemungkinan dapat menurunkan kerusakan sel β Pemberian Kromiun (Cr3+), Vitamin C, Dan
dan memperbaiki fungsi insulin sehingga kadar Vitamin E Terhadap Kadar Glukosa Darah
glukosa darah pada tikus diabetes. Dan Insulin Tikus Wistar Jantan (Rattus
Novergicus) Yang Diinduksi Aloksan. Tesis.
KESIMPULAN Universitas Airlangga.

1. Perlakuan yang paling efektif terhadap kadar Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian
insulin tikus wistar adalah dengan pemberian Kesehatan.Jakarta: PT. Rineka Cipta
kromium, vitamin C, vitamin E secara bersama-
sama Perkumpulan Endrokinologi Indonesia (Perkeni).
2011. Konsensus Pengendalian dan
2. Ada perbedaan secara bermakna kadar insulin Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di
tikus wistar antara kelompok kontrol dan Indonesia. Jakarta: PB Perkeni.
kelompok perlakuan, kecuali pada kelompok
perlakuan vitamin E Putri, Desak Ketut (Dkk). 2014. Pengaruh
Pemberian Infusum Daun Salam (Eugenia
SARAN Polyantha) Terhadap Kadar Glukosa Darah
Tikus (Rattus Norwegicus) Yang Diinduksi
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan Alloksan. Veterinaria Medika Vol 7, No. 1,
dosisvitamin C, vitamin E dan kromium yang lebih Pebruari 2014.
tinggi dan jangka waktu yang lebih lama.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan
DAFTAR PUSTAKA penelitian dan pengembangan kesehatan
kementrian kesehatan RI.
Barasi, Mary E., 2009. At a Glance Ilmu Gizi.
Jakarta: Penerbit Erlangga

20
Medical and Health Science Journal, Vol. 1, No. 1
February 2017

Schlenker, Eleanor D.; dan Roth, Sara Long. 2011. Winarsi, Hery, dkk. 2013. Ekstrak Daun Kapulaga
Williams’ Essentials of Nutrition and Diet Menurunkan Indeks Atherogenik Dan Kadar
Therapy. USA: Mosby, Elsevier Gula Darah Tikus Diabetes Induksi Alloxan.
Jurnal Agritech. Vol. 33, No. 3, Agustus
Soekatri, M., Kartono, J. 2012. Angka Kecukupan 2013.
Gizi Mineral: Kalsium, Fosfor, Magnesium,
Tembaga, Kromium, Besi, Iodium, Seng, Wulandari, Eshti dan Wirawani, Yekti. 2014.
Selenium, Mangan, Flurida, Natrium dan Pengaruh Pemberian Brokoli Kukus
Kalium (WNPG 2012). Jakarta (Brassica Oleracea) Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa Wanita Prediabetes.
Suarsana, I. Nyoman, dkk. 2010. Sintesis Glikogen Journal of Nutrition College, Volume 3,
Hati dan Otot pada Tikus Diabetes yang Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 547-553.
Diberi Ekstrak Tempe. Jurnal Veteriner.
ISSN: 1411-8327. Vol 11 No. 3: 190-195 Yuliani Dwi (Dkk). 2011. Pengaruh Pemberian Jus
Brokoli (Brassica Oleracea L. Var. Italica)
Unjiati. 2014. Perbedaan Kadar Kromium dan Zinc Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
dalam Darah Penderita Diabetes tipe 2 dan Tikus Putih (Rattus Norvegicus Strain
Non Diabetes di Rumah Sakit Umum Haji Wistar) Model Diabetes Mellitus. Jurnal
Surabaya. Tesis. Fakultas Kesehatan Kedokteran Brawijaya.
Masyarakat. Universitas Airlangga

21

Anda mungkin juga menyukai