Anda di halaman 1dari 5

Masalah Pertukaran (Trade In) di dalam Penjualan Angsuran

Trade-In dimaksud apabila penjual menyerahkan barang-barang baru dengan perjanjian


angsuran, sedangkan pembayaran Down Payment berupa penyerahan barang bekas yang dinilai atas
dasar perjanjian yang telah diadakan antara pihak penjual dan pembeli.

Dalam hal ini terhadap barang yang diterima dicatat sebesar harga penilaian, yang
dianggapnya sebagai “Cost” (estimated cost), sedangkan harga yang diterima menurut tawar
menawar dalam perjanjian Trade-In bukan merupakan “Cost” tetapi merupakan harga
pertukarannya.

Perbedaan antara estimated cost dengan harga pertukaran dicatat dalam rekening
“Cadangan Selisih Harga Pertukaran”

Contoh 3 :

Seorang pedagang mobil memiliki sebuah mobil baru dengan harga pokok Rp. 1.000.000
dijual kepada seorang pembeli dengan perjanjian penjualan angsuran seharga Rp. 1.500.000. sebagai
pembayaran pertama (Down payment) di pembeli menyerahkan sebuah mobil bekas dan setuju
dihargai Rp. 400.000. Diperkirakan biaya-biaya yang diperlukan untuk perbaikan mobil bekas
tersebut Rp. 50.000, sedangkan harga penjualan normal setelah diperbaiki adalah Rp. 375.000.
Pedagang mobil tersebut mengharapkan laba normal 25% dari harga penjualan mobil - mobil bekas.
Maka perhitungannya :

Harga pertukaran Rp 400.000


Harga Penilaian Mobil Bekas Rp 375.000
Biaya Perbaikan (Rp 50.000)
Laba Normal (25% x Rp. 375.000) (Rp 93.750)
Rp 143.750
(Rp. 231.250)
Perbedaan Harga Pertukaran (terlalu tinggi) Rp. 168.000

1) Persediaan Barang Dagangan Mobil Bekas Rp 231.250


Cadangan Perbedaan Harga Pertukaran
(Over Allowances on installment Sales Trade Ins) Rp 168.750
Piutang Penjualan Angsuran Rp 1.100.000
Penjualan Angsusran Rp 1.500.000

2) Harga Pokok Penjualan Angsuran Rp 1.000.000


Persediaan Barang Dagangan Mobil Baru Rp 1.000.000

Masalah Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali

Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di dalam
surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan ditarik dan dimiliki
oleh si penjual.
Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual akan menyangkut :

 Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan;


 Menghapuskan saldo Piutang Penjualan Angsuran atas barang-barang tersebut;
 Menghapuskan saldo Laba Kotor Yang Belum Direalisasi atas penjualan angsuran yang
bersangkutan dan;
 Pencatatan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali barang-barang tersebut.

Contoh 4 :
Pada tahun 1982, seorang langganan PT Karya Bhakti pada contoh no.2, telah gagal dan
tidak dapat memenuhi kewajibannya. Langganan tersebut membeli barang-barang pada tahun 1981
seharga Rp 20.000. Dari jumlah harga tersebut telah dibayar oleh langganan yang bersangkutan
sebesar Rp 10.000.
Barang-barang kemudian ditarik dan dimiliki kembali oleh PT Karya Bhakti dan nilainya ditaksir
sebesar Rp 9.000 dengan sudah memperhitungkan cadangan untuk perbaikan-perbaikan dan
keuntungan normal diharapkan apabila dijual lagi.
Pencatatan yang dilakukan dalam buku-buku PT Karya Bhakti Semarang, adalah sebagai berikut :
Persediaan barang dagangan pemilikan kembali Rp 9.000
Laba kotor yang belum direalisasi tahun 1980 Rp 3.500
Laba karena pemilikan kembali Rp 2.500
Piutang penjualan angsuran tahun 1981 Rp 10.000

Maka Perhitungannya :

Jumlah kas yang telah diterima Rp 10.000

Dik : Rugi penurunan harga


Harga pokok barang dagangan (65% x 20.000) Rp 13.000
Nilai pada saat pemilikan kembali Rp 9.000
Rp 4.000
Laba atas barang yang ditarik kembali Rp 6.000

Laba yang telah diakui sebelumnya (35% x Rp 10.000) Rp 3.500

Laba pemilikan kembali Rp 2.500

Masalah Bunga pada Penjualan Angsuran

Di dalam perjanjian, selain memperhitungkan laba juga harus memperhitungkan beban


bunga terhadap jumlah nilai kontrak yang belum dibiayai oleh pembeli.
Beban bunga ini biasanya dibayar bersama-sama dengan pembayaran angsuran atas harga
menurut kontrak.
Kebijakan pembayaran bunga secara periodik pada umumnya dilakukan dalam bentuk sperti
berikut :
1. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka waktu angsuran (Long End
Interst).
2. Bunga dihitung dari setiap angsuran yang harus dibayar (Short End Interst).
3. Pembayaran angsuran dilakukan dalam jumlah yang sama (Annuity Method).
4. Bunga secara periodik diperhitungkan berdasarkan sisa nilai kontrak.

Contoh 5 :
Misalnya pada tanggal 1 Januari 1980 telah dijual sebuah mesin dengan harga Rp. 1.250.000
atas dasar penjualan angsuran. Uang muka(down payment) Rp. 350.000, sedang sisanya dibayar
dalam waktu 1 tahun dengan 6 kali angsuran (setiap 2 bulan) dan bunga ditetapkan sebesar 12%
setahun. Harga pokok mesin tersebut adalah Rp. 750.000. Pembayaran yang akan dilakuka sesuai
dengan 4 cara seperti diterangkan didepan, akan tertera perhitungan dan pencatatan berikut ini :
Maka perhiungannya :
Harga jual mesin Rp. 1.250.000
Uang Muka (down payment) Rp. 350.000
Dibayar 6 kali angsuran tiap-tiap 2 bulan Rp. 900.000
Besarnya pembayaran setiap kali angsuran Rp. 150.000

1. Bunga Periodik diperhitungkan dari sisa harga kontrak pada setiap awal periode angsuran

Bunga atas saldo


Tanggal harga kontrak Angsuran atas Jumlah Sisa harga
Pembayaran pada awal Harga kontrak Pembayaran Kontrak
periode
angsuran
1 Januari 1980 - - - Rp 1.250.000
1 Januari 1980 - Rp 350.000 Rp 350.000 Rp 900.000
1 Maret 1980 Rp 18.000 *) Rp 150.000 Rp 168.000 Rp 750.000
1 Mei 1980 Rp 15.000 Rp 150.000 Rp 165.000 Rp 600.000
1 Juli 1980 Rp 12.000 Rp 150.000 Rp 162.000 Rp 450.000
1 September 1980 Rp 9.000 Rp 150.000 Rp 159.000 Rp 300.000
1 November 1980 Rp 6.000 Rp 150.000 Rp 156.000 Rp 150.000
31 Desember 1980 Rp 3.000 **) Rp 150.000 Rp 153.000 NIHIL
Jumlah Rp 63.000 Rp 1.250.000 Rp 1.313.000

2
*) 12% x 12
x Rp 900.000 = Rp 18.000

2
**) 12% x 12
x Rp 150.000 = Rp 3.000

2. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar atas dasar jangka waktu
angsuran yang bersangkutan

Bunga dari
tanggal transaksi
sampai dengan
Tanggal tanggal Angsuran atas Jumlah Sisa harga
Pembayaran pembayaran (1% Harga kontrak Pembayaran Kontrak
perbulan

1 Januari 1980 - - - Rp 1.250.000


1 Januari 1980 - Rp 350.000 Rp 350.000 Rp 900.000
1 Maret 1980 Rp 3.000 *) Rp 150.000 Rp 153.000 Rp 750.000
1 Mei 1980 Rp 6.000 Rp 150.000 Rp 156.000 Rp 600.000
1 Juli 1980 Rp 9.000 Rp 150.000 Rp 159.000 Rp 450.000
1 September 1980 Rp 12.000 Rp 150.000 Rp 162.000 Rp 300.000
1 November 1980 Rp 15.000 Rp 150.000 Rp 165.000 Rp 150.000
31 Desember 1980 Rp 18.000 **) Rp 150.000 Rp 168.000 NIHIL
Jumlah Rp 63.000 Rp 1.250.000 Rp 1.313.000

2
*) 12% x 12
x Rp 150.000 = Rp 3.000

12
**) 12% x x Rp 150.000 = Rp 18.000
12

3. Pembayaran angsuran periodik dilakukan dalam jumlah yang sama, di mana di dalamnya
sudah diperhitungkan angsuran pokok dan bunga
Metode ini lebih dikenal dengan nama “metode anuitet”. Disini jumlah pembayaran
angsuran dari periode ke periode jumlahnya tetap sama.
Dalam jumlah tersebut sudah diperhitungkan :
a. Pembayaran bunga atas sisa Harga kontrak, dan
b. Angsuran atas harga kontrak itu sendiri.

Cara menghitung jumlah anuitet ini mempergunakan bantuan rumus matematik dengan
dahulu mencari anuitetnya.
Adapun rumus faktor anuitet tersebut adalah sebagai berikut :

1
𝐴=1−
(1 + 𝑖)𝑛

i
keterangan :
A = Anuitet
i = Tingkat bunga
n = Jangka waktu berlangsungnya kontrak penjualan angsuran
1
(1+𝑖)𝑛
= Nilai tunai (present value)

Apabila sudah dietahui faktor anuitetnya, maka jumlah pembayaran cicilannya dihitung
sebagai berikut :
Sisa Harga Kontrak
Jumlah Pembayaran Angsuran =
Faktor Anuitet

Pembayaran angsuran periodik sama besarnya, termasuk bunga yang diperhitungkan


Bagian Bagian
Tanggal Pembayaran pembayaran yang pembayaran yang Sisa harga
Pembayaran angsuran merupakan beban dipakai untuk Kontrak
bunga yang melunasi Harga
diperhitungkan Kontrak
1 Januari 1980 - - - Rp 1.250.000
1 Januari 1980 Rp 350.000 - Rp 350.000 Rp 900.000
1 Maret 1980 Rp 160.673 Rp 18.000 *) Rp 142.673 Rp 757.327
1 Mei 1980 Rp 160.673 Rp 15.146 **) Rp 145.527 Rp 611.800
1 Juli 1980 Rp 160.673 Rp 12.236 Rp 146.437 Rp 463.363
1 September 1980 Rp 160.673 Rp 9.267 Rp 151.406 Rp 311.957
1 November 1980 Rp 160.673 Rp 6.239 Rp 154.434 Rp 147.523
31 Desember 1980 Rp 160.673 Rp 3.150 Rp 157.523
Jumlah Rp 1.314.038 Rp 64.038 Rp 1.250.000

2
*) 12% x 12
x Rp 900.000 = Rp 18.000

2
**) 12% x x Rp 757.327 = Rp 15.146
12

4. Bunga secara periodik diperhitungkan berdasar dari sisa harga kontrak

Tanggal Bunga yang Angsuran atas Jumlah Sisa harga


Pembayaran didasarkan atas Harga kontrak Pembayaran Kontrak
harga kontrak

1 Januari 1980 - - - Rp 1.250.000


1 Januari 1980 - Rp 350.000 Rp 350.000 Rp 900.000
1 Maret 1980 Rp 18.000 Rp 150.000 Rp 168.000 Rp 750.000
1 Mei 1980 Rp 18.000 Rp 150.000 Rp 168.000 Rp 600.000
1 Juli 1980 Rp 18.000 Rp 150.000 Rp 168.000 Rp 450.000
1 September 1980 Rp 18.000 Rp 150.000 Rp 168.000 Rp 300.000
1 November 1980 Rp 18.000 Rp 150.000 Rp 168.000 Rp 150.000
31 Desember 1980 Rp 18.000 Rp 150.000 Rp 168.000 NIHIL
Jumlah
Dipandang dari sudut si penjual, cara terakhir ini yang paling menguntungkan, sebab
bunganya jauh lebih besar daripada ketiga metode yang terdahulu.
Prosedur pembukuan dalam hal ini berlaku sama dengan prosedur pembukuan menurut
metode-metode yang terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai