Anda di halaman 1dari 14

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas

(Alat Bantu Pembuat Keputusan)

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Annisa Erla Mawarni (26217617)

2. Ida Rohani (22217807)

3. Leli Helmi Ismiati (23217293)

4. Maya Dwi Handayani (23217509)

5. Nadya Belva Novianty (24217390)

6. Wahyu Nurfiani Hafidah (26217145)

Kelas : 2EB21

Dosen

Irmawati Wijaya,SE.,MM

Mata Kuliah

Akuntansi Manajemen

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS GUNADARMA

PTA 2018/2019
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Activity Based Costing


Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) adalah metode
perhitungan biaya produksi dan nonproduksi berdasarkan aktivitas dan sumber daya yang
dikonsumsi oleh produk yang diproses dalam satu periode tertentu. Activity Based Costing
dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan
keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Activity
Based Costing biasanya digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti sistem biaya
yang dipakai oleh perusahaan.

1.2 Karakteristik Activity Based Costing


Karakteristik Activity Based Costing adalah:
 Biaya produksi dan nonproduksi dibebankan ke produk.
 Beberapa biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk.
 Ada sejumlah cost pool BOP

 Activity Based Costing menggunakan lebih dari satu jenis cost driver.
 Tarif overhead atau tarif aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas, bukan dengan
kapasitas yang dianggarkan.
Dalam perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, sebuah aktivitas (activity) adalah
kegiatan apa pun yang mengakibatkan konsumsi bahan baku overhead. Sebuah pul biaya
aktivitas (activity costpool) adalah sebuah wadah di mana biaya diakumulasi dan berkaitan
dengan sebuah pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Ukuran aktivitas (activity
masure) adalah basis alokasi dalam sebuah sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas.
Ada dua jenis ukuran aktivitas yaitu : penggerak transaksi (transaction driver) dan
penggerak durasi (duration driver). Penggerak transaksi (transaction drivers) adalah hitungan
sederhana tentang berapa kali suatu aktivitas terjadi seperti jumlah tagihan yang dikirimkan
ke pelanggan. Penggerak durasi (duration driver) mengukur waktu yang diperlukan untuk
melakukan suatu aktivitas seperti waktu yang digunakan untuk menyiapkan tagihan.
(Garrison, dkk: 2013).
1.3 Tahap Penerapan Activity Based Costing
1) Mendefinisikan aktivitas, pul biaya aktivitas, dan pengukuran aktivitas.
Makin banyak jumlah aktivitas yang dimasukkan ke dalam sistem ABC, makin akurat
perlakuan terhadap biaya. Sebaliknya, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk merancang,
menerapkan, memelihara, dan menggunakan sistem yang kompleks yang melibatkan
sejumlah besar aktivitas. Konsekuensinya, catatan aktivitas yang panjang tersebut dikurangi
dengan menggabungkan aktivitas-aktivitas yang sejenis. Sebagai contoh, beberapa aktivitas
dalam penanganan dan pemindahan bahan baku mulai dari menerima bahan baku dari area
bongkar muat dan menyortirnya untuk dimasukkan ke gudang. Seluruh aktivitas ini dapat
digabungkan menjadi satu aktivitas yang disebut penanganan material.
Ketika mengombinasikan aktivitas dalam sistem ABC, aktivitas seharusnya digabung
bersamaan pada level yang sesuai. Aktivitas tingkat batch tidak seharusnya dikombinasikan
dengan aktivitas tingkat unit atau aktivitas tingkat produk dengan tingkat batch dan
selanjutnya. Secara umum, cara terbaik untuk mengombinasikan aktivitas-aktivitas tersebut
yang mempunyai hubungan sama satu dengan lainnya dalam satu tingkatan. Sebagai contoh,
penerimaan sejumlah pesanan pelanggan sangat terkait dengan jumlah pesanan yang
terselesaikan, jadi dua batch tingkat aktivitas ini (menerima dan mengirim pesanan) biasanya
dapat dikombinasikan dengan kehilangan sedikit akurasi.
2) Membebankan biaya overhead ke pul biaya aktivitas
Alokasi tahap pertama biasanya berdasarkan hasil tanya jawab dengan pegawai yang
terkait langsung dengan aktivitas. Sebagai contoh, Classic Brass perlu mengalokasikan
$500.000 upah pabrik tidak langsung ke dalam lima pul biaya aktivitas. Alokasi ini akan
lebih akurat jika karyawan yang diklasifikasikan sebagai tenaga kerja tidak langsung
(supervisor, teknisi, dan tenaga inspeksi kualitas) ditanya berapa persentase waktu yang
digunakan untuk pesanan pelanggan, desain produk, jumlah pesanan dan berhubungan
dengan pelanggan.
3) Menghitung tarif aktivitas
Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dan
diharapkan diproduksi perusahaan untuk bauran produk saat ini dan untuk melayani
pelanggannya saat ini. Sebagai contoh, tim ABC menemukan bahwa 400 desain produk baru
dibutuhkan setiap tahun untuk melayani pelanggan perusahaan saat ini Tarif aktivitas
dihitung dengan membagi total biaya untuk masing-masing aktivitas dengan total
aktivitasnya.
4) Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan
ukuran aktivitas
Langkah ke empat dalam penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua (second-stage
alocation). Dalam alokasi tahap kedua, tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya
produk dan pelanggan. Pertama, kita akan mengilustrasikan bagaimana membebankan biaya
ke produk yang ada di contoh dan kemudian bagaimana membebankan biayanya kepada
pelanggan. Langkah ke empat dalam penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua (second-
stage alocation).
Fokus dari sistem ABC adalah aktivitas sehingga identifikasi aktivitas menjadi
langkah pertama dalam ABC. Aktivitas merupakan tindakan-tindakan yang harus diambil
atau setiap pekerjaan yang dilakukan. Setelah teridentifikasi, dicari atribut aktivitas untuk
menjelaskan dan mengklasifikasikan aktivitas lebih lanjut. Atribut aktivitas (activity
attribute) adalah jenis informasi keuangan maupun non keuangan yang menggambarkan
setiap aktivitas. Atribut aktivitas digunakan untuk mengelompokkan aktivitas terkait ke
dalam kelompok-kelompok yang menjadi landasan bagi pengelompokan biaya sejenis.
5) Menyiapkan laporan manajemen
Laporan manajemen umumnya yang dibuat dengan data ABC adalah produk dan
profitabilitas pelanggan. Laporan ini membantu perusahaan menghubungkan sumber dayanya
pada kesempatan pertumbuhan yang lebih menguntungkan sedangkan dengan waktu yang
sama memperbaiki produk dan pelanggan yang dapat menghasilkan laba. Kita memulai
dengan mengilustrasikan suatu laporan profitabilitas sebuah produk kemudian diikuti oleh
laporan profitabilitas pelanggan.
Tim ABC menyadari bahwa laba dari sebuah produk, disebut margin produk, adalah
fungsi dari penjualan produk dan biaya langsung dan tidak langsung yang menyebabkan
sebuah produk. Alokasi biaya ABC hanya meringkas tiap-tiap biaya tidak langsung produk
(overhead). Sehingga, untuk menghitung laba sebuah produk (margin produk), tim desain
perlu untuk mengumpulkan tiap-tiap penjualan produk dan biaya langsung sebagai tambahan
ke biaya overhead yang telah dihitung sebelumnya.

Setelah mengumpulkan data di atas, tim desain membuat laporan profitabilitas


produk. Laporan menyajikan bahwa tiang penyangga standar lebih menguntungkan, dengan
margin produk positif atau negatif, dimana compass housing khusus tidak menguntungkan,
dengan margin produk negatif perhatikan bahwa laporan profitabilitas produk tidak
menyertakan pul biaya aktivitas hubungan pelanggan dan pul biaya aktivitas lainnya. Biaya
hubungan pelanggan diakibatkan oleh pelanggan, bukan oleh produk. Biaya lainnya seperti
biaya pemeliharaan organisasi dan kapasitas menganggur tidak diakibatkan oleh produk
khusus.

1.4 Perbandingan Traditional Costing dan Activity Based Costing


Menurut (Tunggal 2000, Lambert dan Whitworth 1996; dalam Adi, 2005)
memberikan gambaran tentang perbedaan antara penggunaan sistem ABC dan sistem biaya
tradisional antara lain:
Keterangan Activity Basic Costing Sistem Tradisional
Dasar Alokasi Aktivitas Unit produksi, Jam
Tenaga kerja, dsb
Fokus Pengukuran Biaya, kualitas, skala Kinerja keuangan jangka
produk, data keuangan pendek
dan waktu
Klasifikasi biaya Biaya variabel jangka Biaya variabel dan biaya
pendek, biaya variabel tetap
jangka panjang dan biaya
tetap

1) Perhitungan Margin Produk dengan Sistem Biaya Tradisional

Sistem biaya tradisional di Classic Brass membebankan hanya biaya produksi ke


dalam produk - hal ini termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik. Biaya penjualan dan administrasi tidak dibebankan ke produk. Pertama, penjualan dan
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung menggunakan jumlah yang sama seperti yang
digunakan tim ABC. Dengan kata lain, sistem biaya tradisional dan sistem ABC
memperlakukan tiga jenis data dari pendapatan dan biaya adalah sama jumlahnya.

Kedua, sistem biaya tradisional menggunakan tarif tunggal overhead untuk


membebankan biaya overhead pabrik ke produk pembilang untuk tarif tunggal overhead
dimana jumlah overhead pabrik yang ditampilkan di laporan laba rugi.
Tarif tunggal Overhead = Total estimasi overhead pabrik
Total estimasi jam mesin
Ada tiga alasan mengapa sistem biaya tradisional dan ABC melaporkan margin
produk yang berbeda. Pertama, sistem biaya tradisional Classic Brass mengalokasikan semua
biaya overhead pabrik ke produk. Hal ini mengakibatkan produk untuk menyerap semua
overhead pabrik tanpa memandang .apakah mereka benar-benar dipakai dalam biaya atau
hanya dialokasikan saja. Sistem ABC tidak membebankan biaya overhead pabrik yang
digunakan oleh aktivitas hubungan pelanggan ke dalam produk karena biaya ini diakibatkan
oleh pelanggan, bukan produk tertentu. Juga tidak membebankan biaya overhead pabrik yang
masuk dalam aktivitas lainnya ke dalam produk karena biaya pemeliharaan organisasi dan
biaya kapasitas menganggur tidak diakibatkan oleh produk tertentu. Dari sisi ABC,
membebankan biaya ini ke dalam produk tidak dapat dinalar dan tidak produktif.

2) Kalkulasi Biaya Produk Tradisional

Dalam sistem biaya tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit yang
digunakan untuk membebankan biaya pada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit (unit
level activity driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat
perubahan unit yang diproduksi. Dengan hanya menggunakan penggerak tingkat unit,
diasumsikan biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk berkorelasi tinggi dengan jumlah
unit yang diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan biaya overhead ke
produk melalui tarif pabrik secara menyeluruh maupun departemental. Penggerak tingkat unit
yang biasa digunakan antara lain:
 Unit yang diproduksi.
 Jumlah jam tenaga kerja langsung.
 Jumlah upah tenaga kerja langsung.
 Jumlah jam mesin.
 Jumlah bahan baku.

Setelah menentukan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya adalah


memperkirakan tingkat output aktivitas yang akan diukur, yaitu melalui tingkat aktivitas yang
diharapkan dan tingkat aktivitas normal. Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah ouput yang
diharapkan akan dicapai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan tingkat aktivitas
normal adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam
jangka panjang. Aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat aktivitas
yang sama dari tahun ke tahun sehingga fluktuasi pembebanan biaya overhead per unit dari
tahun ke tahun relatif rendah.
Contoh Kasus:
Amanah Corporation, sebuah perusahaan telekomunikasi, memproduksi dua jenis telepon,
yaitu telepon reguler dan telepon tanpa kabel. Berikut adalah data estimasi dan data aktual
tahun 2006:

Diasumsikan Amanah Corp. memiliki dua divisi produksi, yaitu pabrikasi


dan perakitan. Divisi pabrikasi bertanggungjawab untuk membuat komponen elektronik
utama. Bagian-bagian lainnya dibeli dari pemasok. Semua komponen kemudian dirakit di
divisi perakitan. Mempertimbangkan bahwa divisi pabrikasi bersifat intensif mesin
sedangkan divisi perakitan cenderung intensif tenaga kerja, maka Amanah Corp.
mendasarkan tarif overhead departemental pada jam mesin untuk pabrikasi dan pada jam
tenaga kerja langsung untuk perakitan. Berikut ini adalah data departemental untuk tahun
2006:
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa sistem tarif pabrik menyeluruh dan tarif
departemental menghasilkan biaya per unit yang berbeda untuk telepon reguler dan telepon
tanpa kabel. Namun perbedaan antara biaya per unit telepon reguler yang diproduksi secara
massal dan telepon tanpa kabel yang diproduksi dalam jumlah yang jauh lebih sedikit tidak
terpaut terlalu jauh.

1.5 Tahapan Activity Based Costing (ABC)

Sistem biaya berdasar aktivitas menelusuri biaya aktivitas dan kemudian ke produk.
Tidak seperti sistem tradisional, ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran
penggerak dengan menekankan hubungan sebab akibat. ABC menggunakan penggerak biaya
aktivitas berdasarkan unit maupun non unit. Ada dua prosedur yang digunakan untuk
menerapkan ABC, yaitu:
Prosedur Tahap I:
1. Identifikasi aktivitas.
2. Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas.
3. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis
yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap
produk.
4. Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan
kelompok biaya sejenis.
5. Tarif overhead kelompok dihitung.

Prosedur tahap II:


Biaya dari setiap kelompok overhead ditelusur ke produk.
Kumpulan aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum
aktivitas berikut ini:
 Tingkat unit: aktivitas yang dilakukan setiap suatu unit diproduksi. Contoh: pengujian produk.
 Tingkat batch: aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch barang diproduksi. Contoh:
persiapan, pemeriksaan, jadwal produksi, penanganan bahan.
 Tingkat produk: aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi
perusahaan. Contoh: perubahan rekayasa, pengembangan prosedur pengujian produk,
pemasaran produk, rekayasa produk.
 Tingkat fasilitas: aktivitas yang menopang proses umum manufaktur suatu pabrik. Contoh:
manajemen pabrik, landscaping, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan pabrik.

Dengan menggunakan kasus Amanah Corporation, berikut ini adalah informasi


tambahan terkait dengan rincian aktivitas yang dilakukan selama proses produksi.
Hasil kalkulasi biaya produk dengan menggunakan ABC menunjukkan perbedaan
yang signifikan dengan kalkulasi produk menggunakan tarif pabrik maupun tarif
departemental. Dengan ABC, biaya telepon tanpa kabel jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya telepon reguler, yakni lebih dari dua kali lipatnya. Bandingkan dengan kalkulasi
menggunakan tarif pabrik maupun tarif departemental yang menghasilkan biaya telepon
tanpa kabel dan biaya telepon reguler yang tidak terpaut terlalu jauh.

Sistem ABC memperbaiki keakuratan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak
dari biaya overhead tetap ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain
volume produksi. Dengan memahami penyebab perubahan, biaya tersebut dapat ditelusuri ke
masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk
memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk yang kemudian dapat secara signifikan
memperbaiki kualitas pengambilan keputusan.
Pengetahuan tentang perilaku biaya juga memungkinkan manajer untuk melakukan
pengendalian aktivitas dengan lebih baik. Hal ini memungkinkan manajer untuk
mengidentifikasi aktivitas mana yang memberi nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak.
Analisis nilai ini dapat menjadi dasar untuk perbaikan yang berkelanjutan (continuous
improvement).
1.6 Kelebihan dan Kekurangan Activity Based Costing
Menurut (Bloclier, Chen, dan Lin: 2007) ada tiga yang menjadi kelebihan dalam
Activity Based Costing antara lain:
1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik, ABC menyajikan biaya produk yang lebih
akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat
dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penerapan harga jual,
lini produk dan segmen pasar.
2. Keputusan dan kendali yang lebih baik. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat
tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk
meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik
tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik, dan membantu perkembangan
proyek-proyek yang meningkatkan nilai.
3. ABC membantu manajer mengidentifikasikan dan mengendalikan biaya kapasitas yang
tidak terpakai.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam menggunakan sistem Activity Based Costing antara
lain:
1. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC
cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa
tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk aktivitas seperti
pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, dan rekayasa produk, meski sebagian
dari biaya-biaya ini menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pendukung
fasilitas seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, dan pajak bumi&bangunan untuk
pabrik karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan
mengharuskan biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
2. Mahal dan menghabiskan waktu. Sistem ABC tidak murah dan membutuhkan banyak
waktu untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah
menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional berdasarkan volume, pelaksanaannya
suatu sistem baru ABC cenderung sangat mahal. Lagipula, seperti sebagian besar sistem
akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk
mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan sukses.
1.7 Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas dan Laporan Eksternal
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (ABC) umumnya menyediakan data lebih
akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional, mengapa tidak digunakan untuk laporan
eksternal? Beberapa perusahaan memang menggunakan perhitungan biaya ABC untuk
membuat laporan eksternal, tetapi sebagian besar tidak melakukannya. Ada banyak alasan
yang pertama, laporan eksternal kurang terperinci dibandingkan laporan internal yang
disiapkan untuk pembuatan keputusan. Pada laporan eksternal, biaya produk individual tidak
dilaporkan. Harga pokok penjualan dan penilaian persediaan diungkapkan tetapi tidak dipilah
per jenis produk. Jika beberapa produk dihargai terlalu rendah atau terlalu tinggi, kesalahan
tersebut cenderung membatalkan satu sama lain bila biaya produk dijadikan satu.
Kedua, sangat sulit untuk melakukan perubahan sistem akuntansi perusahaan. Sistem
resmi akuntansi biaya perusahaan biasanya berupa program komputer yang rumit dan telah
dimodifikasi sendiri setelah dijalankan selama beberapa tahun. Jelas sangat sulit untuk
melakukan perubahan program komputer tanpa mengorbankan sumber daya.
Ketiga, sistem ABC seperti yang digambarkan dalam bab ini tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Seperti yang sudah dibahas di Bab 2,3, dan 4,
perhitungan biaya produksi untuk laporan eksternal harus memasukkan seluruh biaya
produksi dan hanya biaya produksi saja; tetapi dalam sistem ABC tidak memasukkan seluruh
biaya produksi dan memasukkan beberapa biaya nonproduksi. Mungkin saja pada akhir
periode melakukan penyesuaian data ABC untuk menyesuaikan dengan PABU tetapi perlu
kerja keras untuk itu.
Keempat, auditor biasanya tidak menyukai alokasi yang didasarkan pada wawancara
dengan karyawan perusahaan. Data subjektif seperti itu dapat dengan mudah dimanipulasi
oleh manajemen untuk menciptakan pendapatan yang lebih besar.
Untuk semua alasan ini, kebanyakan perusahaan membatasi ABC pada studi untuk
manajemen dan tidak akan menggabungkan ABC ke dalam sistem akuntansi biaya yang
formal.
DAFTAR PUSTAKA

https://akuntansiforlyfe.blogspot.com/2019/03/bab-6-activity-based-costing.html

http://dueeg.blogspot.com/2010/11/activity-based-costing-abc.html

http://kepinginlagi.blogspot.com/2014/09/modul-akuntansi-majemen-bab-4-biaya.html

Anda mungkin juga menyukai