Anda di halaman 1dari 8

Penegakan Diagnosis Parotitis Epidemika (Mumps)

Abstrak

Virus mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk
dalam genus paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia
sebagai satu-satunya inang (host). Virus menyerang kelenjar air liur di mulut, terutama
kelenjar parotis yang terletak pada tiap tiap sisi muka tepat di bawah dan di depan telinga.
Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin. Infeksi
parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa demam, nyeri kepala, nafsu
makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam
waktu 48 jam dan dapat berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum
sampai 3 hari setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis. Satu minggu setelah terjadi
pembengkakan kelenjar parotis pasien dianggap sudah tidak menular.
Kata kunci : Mumps, host, parotitis

Abstract

Mumps virus is a single chain ribonucleic acid (RNA) virus that belongs to the genus
paramyxovirus, and is one of the parain influenza viruses with humans as the only host. The
virus attacks the salivary glands in the mouth, especially the parotid gland located on each
side of the face just below and in front of the ear. The mumps virus is easily transmitted through
droplets, direct contact, saliva, and urine. Epidemic parotitis infection is characterized by
prodromal symptoms such as fever, headache, decreased appetite for 3-4 days, followed by
inflammation of the parotid gland (parotitis) within 48 hours and can last for 7-10 days.
Transmission occurs 24 hours before 3 days after the swelling of the parotid gland is seen. One
week after swelling of the parotid gland the patient is deemed not contagious.
Key words : Mums, host, parotitis

Pendahuluan
Mumps merupakam infeksi virus akut sistemik yang terutama mengenai anak usia
sekolah dan dewasa muda dengan manifestasi klinis utama pembesaran kelenjar parotis. Pada
kerustakaan lama mumps disebut sebagai parotitis epidemika. Infeksi ini umumnya bersifat
ringan dan dapat sembuh sendiri, sepertiga orang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis.
Pada orang dewasa dan usia tua manifestasi klinis biasanya lebih berat. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui droplet atau kontak langsung. Mayoritas penderita adalah kelompok usia 5-
10 tahun, dimana komplikasi lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Gejala yang timbul di
antaranya adalah demam, flu-like syndrome, dan pembesaran kelenjar parotis. Diagnosis
umumnya cukup ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penatalaksanaan adalah
suportif karena penyakit ini self limited.1

Patofisiologi
Virus mumps merupakan family paramyxoviridae. Family paramyxoviridae
mencangkup : rubulavirus (virus mumps, virus New Castle disease, virus parainfluenza tipe 2,
4a, 4b), paramyxpvirus (virus parainfluenza tipe 1 dan 3), Morbilivirus (measles) dan
pneumavirus (human respiratory syncytial virus). Virus mumps berbentuk sferis irregular
dengan diameter 90-300 nm. Gednom virus mengkode 8 protein : hemaglutinin-neuraminidase
(HN), fusion protein (F), nucleocapsid protein (NP), phosphoprotein (P), matrix protein (M),
hydrophobic protein (SH), L protein. Protein F dan HN tampaknya merupakan determinan
utama imunitas. Terdapat 13 genotipe (A sampai M) virus diketahui, namun hanya dikenal satu
serotipe virus mumps. Pada suhu 4C virus dapat bertahan selama beberapa hari namun pada
suhu -65C virus dapat hidup berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.2
Transmisi virus terjadi melalui kontak lansung, droplet nuclei, muntah yang masuk
melalui hidung atau mulut. Penularan virus mumps tidak semudah virus measles atau varisela.
Masa puncak penularan terjadi sesaat sebelum atau saattimbul parotitis. Diperkirakan pada
masa inkubasi, virus berproliferasi pada epitel saluran napas bagian atas dan terjadi viremia,
pada tahap selanjutnya terlokalisasi pada kelenjar dan jaringan saraf.2,3
Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia, virus akan menyerang sel sel mukosa,
terutama mukosa saluran pernapasan, dan melakukan replikasi. Kemudian, virus akan
menyebar ke aliran darah melalui aliran getah bening sehingga menyebabkan viremia. Virus
akan menyerang berbagai organ target. Biarpun semua organ sebenarnya dapat diserang,
predileksi utama virus ini adalah kelenjar saliva, testis, pankreas, ovarium, dan sistem saraf
pusat. Pada kelenjar yang terinfeksi, akan tampak gambaran patologi berupa:4
 Infiltrat sel mononuclear perivascular
 Edema interstitial difus disertai perdarahan
 Nekrosis sel acinar dan epitel pada kelenjar
 Nekrosis tubulus seminiferus pada kasus orkitis
Patologi
Pada pemeriksaan patologi kelenjar parotis yang terinfeksi virus mumps, didapatkan
edema interstisial dan eksudat serofibrinous yang didominasi oleh sel mononukleus. Gambaran
patologi pada pancreas atau testis yang terkena mirip dengan parotis, kecuali pendarahan
interstisial dan sel polimorfonukleus lebih sering dijumpai pada orkitis. Kadang-kadang
idapatkan area yang mengalami infark pada testis dan pada kasus berat terjadi atrofi epitel
germinal disertai hialinisasi dan fibrosis. Pada ensefalitis mumps (post-infectious encephalitis)
didapatkan demielinisasi perivenous, perivascular mononuclear cuffing, dan peningkatan sel
mikroglia dengan neuron yang relative baik. 1

Etiologi
Mumps endemis di seluruh dunia. Di skandinavia pada tahun 1977-1979 sebelum ada
program vaksinasi, kejadian mumps mencapai 200-700/100.000 penduduk per tahun. Di
Amerika Serikat, kejadian mumps menurun drastis sejak dimulainya vaksinasi tahun 1967
(pada tahun 1968 dilaporkan 185.691 kasus dan tahun 2001 hanya 266 kasus). Di Amerika
Serikat mumps dapat ditemukan sepanjang tahun, namun insiden puncak terjadi antara bulan
Januari sampai Mei. Pada bulan Juni 2009 sampai Januari 2010 dilaporkan outbreak mumps di
New Work dan New Jersey yang mnecapai 1.521 kasus, dimana 91% pasien berusia > 6 tahun
dan 85% pernah mendapat vaksin MMR (measles, mumps, rubella) 2 dosis. Epidemi mumps
telah dilaporkan pada barak militer, penjara, asrama, sekolah, kapal. Mumps jarang terjadi pada
bayi dibawah satu tahun dan di Amerika Serikat 49% infeksi dilaporkan terjadi pada orang ber-
usia di atas 15 tahun. Tidak ada perbedaan kejadian parotitis antara pria dan wanita. Manusia
merupakan satu-satunya hospes alamiah virus ini dan tidak dikenal kondisi carrier.5

Gejala Klinis
Masa inkubasi mumps antara 2-4 minggu, kebanyakan 16-18 hari. Gejala prodomal
tidak khas, mencangkup demam ringan, anoreksia malaise, sakit kepala. Dalam waktu 1 hari
manifestasi klinik penyakit menjadi nyata dengan timbulnya sakit telinga dan nyeri pada
kelenjar parotis unilateral. Dalam waktu 2-3 hari kelenjar parotis membesar dan mencapai
ukuran maksimal disertai nyeri hebat. Umumnya kelenjar parotis lainnya membesar 1-2 hari
kemudian. Pembesaran kelenjar parotis unilateral terjadi pada 25% kasus. Pembesaran parotis
bias menyebabkan trismus dan kesulitan berbicara dan menelan. Setelah parotis mencapai
besar maksimal, nyeri dan demam segera berkurang dan kelenjar parotis kembali ke ukuran
normal dalam waktu 1 minggu. Komplikasi parotitis jarang terjadi, namun dilaporkan dapat
terjadi sialiektasis yang mengakibatkan sialandenitis akut ber-ulang atau sialadenitis kronis.
Selain kelenjar parotis, pada kurang lebih 10% kasus dapat terjadi infeksi pada kelenjar
submandibular dan kelenjar sublingual.5
Manifestasi mumps di luar kelenjar ludah mencangkup berbagai organ. Meningitis
didapatkan pada 1-10% kasus, biasanya terjadi 4 hari stelah parotitis, namun dapat terjadi q
minggu sebelum atau 2 minggu setekah parotitis. Kejadian pada pria 3 kali lebih sering
daripada wanita. Meningitis karena mumps biasanya bersifat ringan dan sembuh total tanpa
sekuele. Ensedalitis dilaporkan terjadi pada 1 diantara 6.000 sampai 400 kasus. Ensefalitis
terjadi pada saat bersamaan dengan munculnya parotitis sebagai akibat invasi virus pada
neuron dan sebagian besar terjadi 7-10 hari setekah onset parotitis (prosrs demielinasi pasca-
infeksi) yang berhubungan dengan respon imun hospes terhadap virus. Manifestasi klinis
ensedalitis mumps meliputi demam tinggi, penurunan kesadaran, kejang, paresis, afasia,
gerakan involunter. Kematian terjadi pada 1,4% kasus dan biasanya pada fase awal invasi virus
ke susunan saraf pusat. Gejala neurologi membaik dalam waktu 1-2 minggu, namun dilaporkan
adanya sekuele seperti gangguan psikomotor dan kelainan konvulsif.5
Gangguan pendengan pada frekuensi tinggi yang bersifat sementara dilaporkan pada
4,4% kasus dan pada 1:20.000 kasus terjadi tuli permanen unilateral. Manifestasi neurologi
lainnya meliputi ataksia serebelar, facial palsy, tranverse myelitis, ascending poliradiculitis
(Guillain-barre syndrome), poliomyelitis-like syndrome, stenosis aqueductol yang dapat
menyebabkan hidrosefalus. Pada orang dewasa, epididimo-orkritis merupakan manidestasi di
luar kelenjar ludah yang paling sering (20-30%) dua pertiga kasus terjadi pada minggu pertama
parotitis dan 25% terjadi pada minggu kedua. Namun demikian, keterlibatan gonad dapat
terjadi sebelum parotitis muncul atau menjadi satu-satunya manifestasi mumps. Gambaran
klinis epididimo-orkitis adalah pembesaran skrotum disertai rasa nyeri dan kemerahan.
Epididymis didapankan pada 85% kasus dan biasanya mendahului orkritis. Testis dapat
membesar sampai 3-4 kali ukuran normal dan membaik dalam waktu sekitar 5 hari, tetapi nyeri
dapat berlansung sampai 2 minggu pada 20% kasus. Orkitis bilaterak terjadi kurang dari 15%
kasus. Bila testis diperiksa beberapa bulan atau tahun kemudian, atrofi ringan didapatkan pada
50% pasien. Infertilitas yang disebabkan orkitis mumps sangat jarang. Beberapa kasus
keganasan testis yang disebabkan orkitis mumps pernah dilaporkan, pada 5% wanita dewasa
dilaporkan terjadi ooforitos. Gangguan fertilitas dan menopause dini akibat ooforitis mumps
sangat jarang. Kelainan sendi yang berhubungan dengan mumps diantaranya poliartritis
migrans yang melibatkan sendi besar maupun kecil. Pankreatitis biasanya ringan ditandai oleh
demam, mual, muntah, nyeri epigastrium. Miokarditis jarang terjadi, namun pernah dilaporkan
kematian karena miokarditis yang berkaitan dengan mumps. Kelainan EKG didapatkan sampai
15% kasus, paling sering ST depresi T inversi, pemanjangan interval PR. Kematian karena
nefritis yang berhubungan dengan mumps juga pernah dilaporkan. Manifestasi lain yang sangat
jarang antara lain tiroditis, mastitis, prostatitis, hepatitis, trombositopenia purpura.5

Diagnosis
Diagnosis mumps umunya berdasarkan gambaran klinis yang khas yaitu pembesaran
dan nyeri pada kelenjar parotis disertai gejala konstitusional. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan jumlah leukosit normal atau leukopenia dengan limfositosis relatif. Bila didapatkan
meningitis, dengan shift to the left. Amilase serum menungkat dan tetap tinggi selama 2-3
minggu. Umunya pemeriksaan laboratorium spesifik untuk kasus mumps yang khas tidak
diperlukan. Diagnosis definitive berdasarkan pemeriksaan serologi,isolasi virus atau PCR.
Adanya IgM dengan pemeriksaan ELISA atau peningkatan 4 kali lipat serum fase akut dan
fase konvalesen dengan tes CF,HAI, ELISA, neutralisasi memastikan diagnosis. Metode RT-
PCR merupakan Teknik pemeriksaan yang paling sensitive dan spesifik. Virus dapat diisolasi
dari saliva dalam waktu 6 hari sebekum sampai 9 hari setelah timbul gejala parotitis. Data
menunjukan shedding virus relative rendah dalam 5 hari setelah onset parotitis sehingga isolasi
pasien tidak perlu lebih dari 5 hari setelah onset klinis. Virus dapat diisolasi dari cairan
serebrospinal pasien dengan meningitis selama 3 hari pertama onset penyakit dan bertahan
palung lama 6 hari. Virus juga dapat diisolasi dari urine selama 2 minggu pertama onser
penyakit (pada 5 hari pertama, 72% menunjukkan hasil positif). Viremia sulit dideteksi dan
hanya terjadi pada 2 hari pertama onset penyakit.5

Diagnosis Banding
Beberapa virus seperti parainfluenza 3, virus coxsackie, virus influenza A juga
menyebabkan parotitis. Pada kondisi ini, untuk membedakan dengan mumps harus dilakukan
pemeriksaan serologi atau kultur virus. Pembesaran kelenjar parotis bilateral pada anak-anak
sering disebabkan oleh virus HIV. Parotitis supuratif biasanya disebabkan Staphylococcus
aureus atau bakteri gram negative. Pembesaran kelenjar parotis yang disebabkan oleh obat-
obatan (fenibutazon, tiourasil, iodide, fenotiazin) atau kelainan metabolic (diabetes melitus,
malnutrisi, sirosis, uremia) biasanya bilateral dan asimptomatik. Beberapa penyakit lain yang
menyerupai mumps antara lain Mikulicz’s syndrome, parinaud’s syndrome, demam
uveoparotid, sarcoidosis, sjogren’s syndrome. Pembesaran kelenjar parotis unilateral juga
dapat disebabkan oleh obstruksi ductus unilateral juga dapat disebabkan oleh obstruksi ductus
karena batu atau striktura, krista parotis, tumor parotis.1,5

Penatalaksanaan
Terapi protitis mumps adalah simptomatik dan suportif. Diberikan analgesic-antipiretik
untuk mengurangi nyeri karena pembengkakan parotis dan menurunkan demam. Pada pasien
meningitis atau pankreatitis dengan intake yang kurang atau muntah-muntah diperlukan
pemberian cairan intravana, sebuah penelitian melaporkan bahwa pemberian interferon-alfa 2b
pada 4 pasien dengan orkitis mumps bilateral menunjukkan perbaikan gejala yang cepat dan
tidak terjadi atrofi testis atau oligospermia selama pemantauan. Geliss dkk melaporkan bahwa
pemberian 10ml immunoglobulin mumps pada pasien pria dewasa mengurangi kejadian okritis
dari 27,4% menjadi 7,8%1,5

Pencegahan
Untuk mencegah transmisi virus ke orang lain, pasien dengan mumps sebaiknya
diisolasi selama 5 hari setelah onset parotitis, meskipun upaya ini kurang efektif karena virus
dapat menyebar ke orang lain beberapa hari sebelum muncul gejala klinis. Pada masa lalu
pernah digunakan imuniglobulin mumps untuk protektif pasif, namun pengalaman di Alaska
menunjukkan kejadian parotitis atau resiko terjadinya meningitis dan orkitis.1
Selain menghindari kontak dengan dekat dengan penderita gondong, penyakit gondong
dapat dicegah dengan imunisasi/vaksinasi MMR (Mumps, Measles, Rubella) pada usia 12
bulan dan 4 tahun. Vaksinasi gondong juga boleh diberikan untuk pria yang belum pernah
mengalaminya saat kanak-kanak. Ada baiknya penderita gondong diisolasi selama 9 hari sejak
munculnya pembengkakan emi mengurangi risiko penularan kepada orang lain.1,6
Prognosis
Prognosis penyakit gondongan adalah baik, dan biasanya memberikan imunitas yang
permanen, walaupun pernah dilaporkan adanya infeksi ulang.7

Komplikasi
Selain menyerang kelenjar parotis, virus gondongan juga bisa masuk ke cairan
serebrospinal dan menyebar ke beberapa bagian tubuh lainnya, seperti pankreas, otak, indung
telur, atau testis. Komplikasi yang dapat muncul saat virus gondongan sudah menyebar, di
antaranya adalah:1
 Orchitis. Peradangan testis atau biasanya dimulai 4-8 hari setelah pembengkakan
kelenjar parotis pada pasien yang telah mencapai usia pubertas. Pengobatan yang
diberikan adalah untuk mengurangi gejala, yaitu dengan kompres air hangat pada testis
dan konsumsi obat pereda rasa sakit, seperti ibuprofen atau paracetamol. Selain itu,
dianjurkan untuk menggunakan celana dalam yang nyaman.
 Pankreatitis akut. Pankreatitis akut ditandai dengan munculnya nyeri di bagian tengah
perut secara tiba-tiba. Selain itu, gejala lain yang menyertai komplikasi ini dapat berupa
diare, demam, mual, dan hilang nafsu makan. Perawatan pankreatitis dianjurkan untuk
dilakukan di rumah sakit hingga penderita pulih.
 Meningitis virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus berbeda dengan meningitis
akibat bakteri yang membahayakan nyawa. Meningitis virus menyebabkan gejala-
gejala yang lebih ringan dan biasanya dapat sembuh dalam waktu dua minggu. Selain
gejala seperti flu, gejala dari meningitis virus adalah sakit kepala, leher terasa kaku, dan
meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya.
 Radang otak atau ensefalitis. Komplikasi ini jarang terjadi, namun dapat berakibat
fatal. Oleh karena itu, perawatan darurat di rumah sakit diperlukan jika terjadi radang
otak (ensefalitis).
 Pembengkakan indung telur. Komplikasi ini dapat terjadi pada wanita yang
menderita gondongan setelah masa pubertas. Pembengkakan indung telur atau ovarium
ini umumnya dapat pulih setelah virus gondongan bisa diatasi.

Kesimpulan
Parotitis epidemika merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus
rubulavirus dengan ciri khas terlihat adanya pembengkakan pada kelenjar parotis atau kelenjar
ludah lain. penyebaran virus ini dapat melalui kontak langsung, droplet di udara, bahan yang
terkena saliva yang terinfeksi dan melalui urin. Pada awal infeksi, penderita akan mengalami
lesu, nyeri otot leher, sakit kepala serta demam seiring dengan munculnya pembengkakan.
Parotitis epidemika biasanya akan sembuh sendiri dengan istirahat dan nutrisi yang cukup.
Daftar Pustaka

1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.
Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012
2. Gershon A. Mumps. In : Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL,
Jameson JL (Eds). Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw
Hill; 2005. P.1155-5.
3. Litman N, Baum SG. Mumps virus. In : Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (Eds). Principles
and Practice of Infectious Disease. 7th ed. Philadelphia : Churchill Livingstone Elsevier;
2010. P. 2201-6.
4. Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice
of Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia: Saunders; 2014

5. Aru W. Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006

6. Polgreen PM, Bohnett LC, Cavanaugh JE. The duration of mumps virus shedding after the
onset of symptoms. Clinic Infect Dis 2008; 46:1447.

7. Anderson LJ. Seward JF. Mumps Epidemiology and Immunity. Pediatr Infect Dis J 2008;
27: S75.

Anda mungkin juga menyukai